• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BREAK EVE N POINT USAHA TERNAK AYAM PETELUR DI DESA TAMBANGAN KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS BREAK EVE N POINT USAHA TERNAK AYAM PETELUR DI DESA TAMBANGAN KECAMATAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BREAK EVE N POINT USAHA TERNAK AYAM PETELUR DI DESA TAMBANGAN KECAMATAN KAJANG

KABUPATEN BULUKUMBA

SRI ARIYANI 105961106717

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA TERNAK AYAM PETELUR DI DESA TAMBANGAN KECAMATAN KAJANG

KABUPATEN BULUKUMBA

SRI ARIYANI 105961106717

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Serjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Break Even Point Usaha Ternak Ayam Petelur di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi

Makassar, November 2021

Sri Ariyani

(6)

ABSTRAK

SRI ARIYANI. 105961106717. Analisis Break Even Point Usaha Ternak Ayam Petelur di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Dibimbing oleh St Aisyah R dan Andi Amran Asriadi.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan dan Break Even Point (Titik Impas) peternak Ayam di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba pada tahun 2021.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 17 orang, kemudian teknik pengambilan yang digunakan adalah stratified random sampling, yaitu Tingkatan yang dijadikan sebagai dasar pengambilan sampel adalah jumlah kepemilikan ayam petelur (ekor) pada saat penelitian dilakukan yang terbagi menjadi 3 strata terdiri dari skala kepemilikan kecil (800-1500 ekor) sebanyak 5 orang, skala kepemilikan sedang (2.000-2.700 ekor) sebanyak 10 orang dan skala kepemilkan besar (3.000-.4.000 ekor) sebanyak 2 orang. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif yaitu analisis pendapatan dan Break Even Point.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan bersih yang diterima oleh peternak sebesar Rp. 37.850.261/bulan. Analisis titik impas atau Break Event Point (BEP) usaha ternak ayam petelur dalam satu bulan didapatkan dari hasil BEP jumlah telur sebesar Rp. 323,84 dan BEP harga telur Rp. 13.239.706. Hal ini berarti peternak ayam petelur dalam harga yang telah dihitung dengan menggunakan titik impas maka hasil yang diperoleh sebesar Rp. 13.239.706, maka peternak tersebut mengalami keuntungan yang masih rendah.

Kata kunci: ayam petelur, pendapatan, BEP (Break Even Point)

(7)

ABSTRAC

SRI ARIYANI. 105961106717. Break Even Point Analysis of Layer Livestock Business in Tambangan Village, Kajang District, Bulukumba Regency. Supervised by St Aisyah R and Andi Amran Asriadi.

This study aims to analyze the income and Break Even Point (Break Even Point) of chicken farmers in Tambangan Village, Kajang District, Bulukumba Regency in 2021.

The population in this study amounted to 17 people, then the sampling technique used was stratified random sampling, namely the level that was used as the basis for sampling was the number of laying hens (tails) ownership at the time of the study which was divided into 3 strata consisting of small ownership scale (800 -1500 tails) as many as 5 people, medium ownership scale (2,000- 2,700 animals) as many as 10 people and large scale ownership (3,000-4,000 individuals) with 2 people. Analysis of the data used is descriptive quantitative analysis, namely income analysis and Break Even Point.

The results showed that the net income received by farmers was Rp.

37,850,261/month. Break even point analysis or Break Event Point (BEP) for laying hens in one month is obtained from the results of BEP, the number of eggs is Rp. 323.84 and BEP the price of eggs is Rp. 13,239,706. This means that laying hens in the price that has been calculated using the break-even point, the results obtained are Rp. 13,239,706, then the breeder has a low profit.

Keywords: laying hens, income, BEP (Break Even Point)

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hambanya-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Break Even Point Usaha Ternak Ayam Petelur di Desa Tambangan Kecematan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Skripsi ini merupakan tahap akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. St Aisyah R, S.Pt., M.Si., selaku pembimbing utama dan Andi Amran Asriadi, S.P., M.Pd., M.P., selaku pembimbing pendamping yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Dr. Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

4. Kedua orang tua dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Aamiin.

Makassar, November 2021

Sri Ariyani

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN SAMPUL ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ...iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ....v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xiii

I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Penelitian ...4

1.3 Tujuan Penelitian ...5

1.4 Kegunaan Penelitian ...5

II TINJAUAN PENELITIAN ...6

2.1 Usaha Peternak Ayam Petelur ...6

2.2 Tata Laksana Pemeliharaan Ayam Petelur ...9

2.3 Produksi Telur ...12

2.4 Biaya Produksi ...14

2.5 Break Even Point (Titik Impas) ...17

2.6 Penelitian Terdahulu ...19

2.7 Kerangka Pemikiran ...22

III METODE PENELITIAN ...25

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...25

(11)

3.2 Teknik Penentuan Sampel ...26

3.3 Jenis dan Sumber Data ...26

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...27

3.5 Teknik Analisis Data ...27

3.6 Definisi Operasional...28

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN……… 30

4.1 Letak Geografis ...30

4.2 Kondisi Demografis ...31

V HASIL DAN PEMBAHASAN ...35

5.1 Identitas Responden ...35

5.2 Analisis Biaya Usaha Ternak Ayam Petelur ...39

5.3 Penerimaan Usaha Ternak Ayam Petelur ...45

5.4 Pendapatan Usaha Ternak Ayam Petelur ...47

5.5 Break Even Point (BEP) Usaha Ternak Ayam Petelur ...50

VI KESIMPULAN DAN SARAN ...52

6.1 Kesimpulan ...52

6.2 Saran ...54 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Populasi ternak ayam petelur di Provinsi Sulawesi Selatan ... 2 2. Jumlah Peternak ayam petelur berdasarkan kepemilikan di

Kabupaten Bulukumba ... 3 3. Penelitian Terdahulu ... 19 4. Keadaan Luas Wilayah Desa Tambangan Kecamatan Kajang

Kabupaten Bulukumba ... 30 5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Tambangan

Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 31 6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 32

7. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Tambangan

Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 33 8. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 34 9. Umur Responden di Desa Tambangan Kecamatan Kajang

Kabupaten Bulukumba ... 35 10. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Tambangan

Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 36 11. Pengalaman Beternak Responden di Desa Tambangan

Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 37 12. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa

Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 38 13. Rata-rata Biaya Tetap Peternak Ayam Petelur di Desa

Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 39 14. Rata-rata Biaya Tetap Peternak Ayam Petelur di Desa

Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 43 15. Rata-rata Penerimaan Usaha Ternak Ayam Petelur di Desa

(13)

Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 45 16. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Ternak Ayam Petelur di

Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 48 17. Analisis Break Even Point Usaha Ternak Ayam Petelur di

Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 50

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomors Halaman

Teks

1. Kuesioner Penelitian ... 58

2. Identitas Responden ... 59

3. Peta Lokasi Penelitian ... 60

4. Biaya Variabel ... 60

5. Biaya Tetap ... 72

4. Total Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan dari Usaha Ternak Ayam Petelur di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ... 73

5. Perhitungan Break Even Point (BEP) ... 74

6. Dokumentasi Penelitian ... 75

7. Surat Izin Penelitian ... 83

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan sebagai subsektor pertanian merupakan bidang usaha yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Kegiatan subsektor peternakan dapat menyediakan bahan pangan hewani masyarakat untuk perkembangan dan pertumbuhan. Pembangunan sektor peternakan yang harus dilaksanakan secara bertahap dan berencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Peningkatan produksi ternak yang dapat meningkatkan suatu pendapatan masyarakat peternak dari waktu ke waktu dengan mendorong peternak agar dapat bersaing secara lokal, regional, nasional, internasional (Saragih, 2010).

Usaha peternakan ayam petelur merupakan usaha yang dapat menghasilkan perputaran modal yang cepat dan produksi telur semakin meningkat sehingga mudah terjangkau oleh lapisan masyarakat dan mampu diperdagangkan di dalam maupun di luar negeri dengan adanya perkembangan usaha ternak ayam petelur mamberikan dampak positif bagi masyarakat untuk peningkatan perbaikan gizi dan dampak positif bagi pelaku usaha ternak ayam petelur yaitu meningkatnya kesejahteraan.

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat akan gizi dan peranan zat-zat makanan khususnya protein bagi kehidupan, serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan hasil ternak yaitu telur ayam di Provinsi Sulawesi Selatan keterampilan masyarakat dalam memelihara ayam ikut menumbuhkan keinginan masyarakat

(16)

dalam memelihara dan mengembangkan peternakan ayam, hal ini juga didukung dengan melihat data populasi peternakan ayam yang ada Provensi Sulawesi Selatan menyediakan pangan hewani, beberapa di antaranya berupa daging, serta telur yang bernilai gizi tinggi.

Provinsi Sulawesi Selatan salah satunya Kabupaten Bulukumba merupakan daerah penghasil pangan hewani (daging ayam dan telur) yang cukup besar, keterampilan masyarakat dalam memelihara ayam ikut menumbuhkan keinginan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan peternakan ayam, hal ini juga didukung dengan melihat data populasi peternakan ayam yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan.

Tabel 1. Populasi Ternak Ayam Petelur di Kabupaten Bulukumba (ekor) Tahun Populasi Kab Bulukumba Populasi Kec Kajang

2016 282.426 25.900

2017 310.218 103.730

2018 452.158 241.200

2019 463.793 293.342

2020 638.724 381.631

Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Bulukumba (2021)

Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari tahun 2016 sampai dengan 2020 populasi ternak dari Kabupaten Bulukumba mengalami peningkatan populasi dapat dilihat pada tabel diatas, sama halnya dengan populasi ternak yang ada yang Kecamatan Kajang yang hingga saat ini mengalami peningakatan. Dimana minat petani ternak yang ada di Kabupaten Bulukumba membuat suatu lonjakan untuk memperbaiki perekonomian masyarakat setempat.

(17)

Tabel 2. Jumlah Peternak Ayam Petelur Berdasarkan Kepemilikan di Kabupaten Bulukumba.

No Kecamatan Jumlah Peternak

berdasarkan Kepemilikan

1 Gantarang 47

2 Ujung Bulu 5

3 Ujung Loe 37

4 Bonto Bahari 19

5 Bontotiro 88

6 Herlang 12

7 Kajang 173

8 Bulukumpa 51

9 Rilau Ale 37

10 Kindang 8

Jumlah 464

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Bulukumba, 2021.

Berdasarkan pada Tabel 2 jumlah peternak ayam petelur yaitu 464 berdasarkan kepemilikan Kabupaten Bulukumba dari 10 Kecamatan memberikan dampak terhadap populasi dan jumlah ternak ayam petelur yang ada di Kabupaten Bulukumba sehingga menjadikan Kabupaten Bulukumba menjadi Kabupaten sentra usaha ternak ayam petelur. Pada dasarnya usaha peternakan ayam petelur diusahakan untuk menghasilkan pendapatan yang maksimal dan pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan pada khususnya masyarakat Kabupaten Bulukumba, penerimaan usaha ayam petelur ini berasal dari penjualan telur, ayam dan feses skala usaha dalam usaha peternakan menjadi penting diperhatikan karena berhubungan dengan jumlah produksi serta pendapatan yang akan diperoleh.

Kabupaten Bulukumba merupakan daerah penghasil telur yang cukup potensial, karena kondisi alamnya yang sangat mendukung. Pelaku usaha yang ada di Bulukumba sebanyak 464, Populasi unggas petelur sebanyak 1.135.695

(18)

ekor (Dinas Peternakan, 2021). Dapat dilihat pada tabel 2 dengan jumlah pertenak berdasarkan kepemilikiannya.

Kecamatan Kajang merupakan salah satu sentra usaha ayam petelur yang ada di Kabupaten Bulukumba dengan jumlah peternak sebanyak 173 orang dengan populasi 380.050 ekor per tahun berdasarkan data Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Bulukumba 2021. Usaha ternak yang dilakukan oleh peternak di Kacamatan Kajang dengan sistem mandiri sehingga peternak dapat melakukan pengelolaan pasar sendiri tanpa tergantung pada perusahaan yang bermitra.

Berdasarkan deksripsi latar belakang usaha tersebut perlu di lakukan kajian baik melalui konsep studi mendapatkan informasi yang lebih lengkap menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan, keuntungan dan Break Even Point antara berbagai skala usaha ternak ayam petelur di Desa Tambang Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

1.2 Rumusan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan pada penelitian ini antara lain:

1. Berapa besar pendapatan usaha ternak ayam petelur di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba?

2. Berapa besar Break Even Point (Titik Impas) usaha ternak ayam petelur di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba ?

(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui besar pendapatan usaha ternak ayam petelur di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

2. Untuk mengetahui besar Break Even Point (Titik Impas) usaha ternak ayam petelur di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, agar dapat memahami lebih jauh tentang analisis break even point dan mengembangkan keterampilan yang diperoleh selama proses perkuliahan dengan terjun langsung ke lapangan dalam hal ini di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

2. Bagi peternak, dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran dari peneliti terkait analisis break even point usaha ternak ayam petelur.

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan dalam penerapan strategi kebijaksanaan mengenai pertanian khususnya pada peternakan usaha ayam petelur.

4. Bagi pihak lain, dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi terhadap pengembangan dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan analisis efisiensi ekonomi usaha ternak ayam petelur.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Peternakan Ayam Petelur

Usaha peternakan adalah usaha pembibitan dan budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat yang diselengarakan secara teratur dan terus-menerus pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu, untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan, untuk menghasilkan ternak bibit atau ternak potong, telur, susu serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkannya (Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, 2015).

Usaha peternakan dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian. Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori yaitu peternakan rakyat, pengusaha kecil peternakan, dan pengusaha peternakan. Peternakan rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam dengan jumlah populasi maksimal 15.000 ekor per periode. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi maksimal 65.000 ekor per periode. Sedangkan untuk pengusaha peternakan adalah pengusaha peternak yang membudidayakan ayam dengan jumlah populasi melebihi 65.000 ekor per periode. Khusus untuk Pengusaha Peternakan, dapat menerima bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut dapat ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang usaha peternakan. Peraturan pemerintah ini menjelaskan bahwa Menteri bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau

(21)

pejabat yang ditunjuk olehnya berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan atas pelaksanaan perusahaan-perusahaan peternakan.

Ayam petelur adalah jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah mengalami perbaikan mutu genetis. Jenis ayam ini ada dua tipe yaitu tipe pedaging dan tipe petelur. Ayam tipe petelur rmemiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun) efisiensi dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur dan tidak memiliki sifat mengeram. Menurut Rasyaf (2007), jenis ayam petelur dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu:

1. Tipe Ayam Petelur Ringan

Tipe ayam ini disebut dengan ayam petelur putih. Ayam petelur ringan ini mempunyai badan yang ramping atau disebut kurus-mungil. Bulunya berwarna putih bersih dan berjengger merah. Ayam ini berasal dari galur murni white leghorn. Ayam petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia pasti memiliki dan menjual ayam petelur ringan (petelur putih) komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun. Sebagai petelur, ayam tipe ini memang khusus untuk bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur, karena dagingnya hanya sedikit. Ayam petelur ringan ini sensitif terhadap cuaca panas dan keributan, jika ayam ini kaget ataupun kepanasan maka produksinya akan cepat turun.

(22)

2. Tipe Ayam Petelur Medium

Bobot tubuh ayam ini cukup berat. Meskipun, beratnya masih berada di antara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Sehingga ayam ini disebut tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus tetapi tidak terlihat gemuk.

Telurnya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak. Ayam ini disebut juga dengan ayam tipe dwiguna. Karena warnanya yang cokelat yang umumnya mempunyai warna bulu yang cokelat juga.

Ayam petelur adalah ayam final stock yang dihasilkan dari ayam bibit parent stock (Rahayu et al., 2011). Ayam petelur merupakan jenis ayam yang memiliki laju pertumbuhan sangat pesat dan kemampuan berproduksi telur yang tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa usaha peternakan ayam adalah serangkaian kegiatan usaha dalam bidang agraris terutama peternakan yang dilakukan perorangan atau badan hukum yang melaksanakan kegiatan menghasilkan ternak unggas berupa ayam pedaging atau petelur yaitu kegiatan mengembangbiakan dan membudidayakan hewan unggas berupa ayam petelur untuk diambil manfaat dan hasil dari peternakan tersebut.

2.2 Tata Laksana Pemeliharaan Ayam Petelur

Pemeliharaan merupakan salah satu aspek untuk menentukan keberhasilan menghasilkan produk. Tata laksana pemelihaaan yang tepat akan menghasilkan produksi yang baik. Tata laksana pemeliharaan yang baik meliputi pemberian pakan, pemberian air minum, bentuk dan ukuran kandang yang digunakan, pemberian vitamin dan penanganan kesehatan meliputi vaksinasi, pencegahan dan

(23)

pengobatan ayam sakit. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi pemeliharaan meliputi kelembaban dan suhu.

2.2.1 Bibit

Pemilihan bibit merupakan langkah awal agar menghasilkan produksi yang baik. Pemilihan bibit berdasarkan kriteria jenis ayam, bentuk fisik, umur, bobot badan, produksi dan kesehatan. Pemilihan strain bibit dilakukan berdasarkan kemampuan berproduksi dari jenis ayam. Ayam petelur dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu tipe ringan dan tipe medium. Ayam tipe ringan memiliki ciri-ciri badan ramping, bulunya berwarna putih bersih, berjengger merah dan produksi daging sedikit. Ayam tipe medium 4 memiliki ciri-ciri bobot tubuh sedang, lebih berat dari pada tipe ringan tetapi lebih kecil dari pada ayam broiler, bulunya berwarna coklat dan telur yang dihasilkan berwarna coklat. Ayam tipe medium disebut juga tipe dwiguna karena produksi telur dan daging cukup banyak (Rasyaf, 2009).

2.2.2 Pakan

Tujuan pemeliharaan adalah untuk menghasilkan produksi yang baik.

Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pakan. Pakan yang sesuai dan berkualitas maka akan menghasilkan produksi yang baik. Nutrien dalam pakan harus tepat sehingga memenuhi kebutuhan ayam. Ayam petelur membutuhkan pakan untuk bertahan hidup, pertumbuhan, produksi bulu dan produksi telur (Mulyantini, 2010). Pakan ayam petelur tersusun dari beberapa bahan pakan seperti jagung, dedak, bungkil kedelai, bungkil kelapa, tepung ikan. Beberapa bahan kimia ditambahkan atau dicampurkan ke ransum untuk mencukupi

(24)

kebutuhan mineral dan vitamin (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010). Kecukupan pakan pada ayam dapat diketahui dengan menghitung nilai feed conversation ratio (FCR) adalah nilai konversi pakan yang berarti perbandingan jumlah pakan yang dihabiskan dengan total jumlah telur.

Pada fase akhir grower sampai fase awal layer terjadi perkembangan organ reproduksi yang menjadi titik rawan untuk periode puncak produksi. Pada fase puncak produksi kebutuhan nutrisi akan meningkat karena digunakan mencukupi kebutuhan untuk membentuk telur. Jika kebutuhan tidak tercukupi maka telur yang dihasilkan akan memiliki bobot yang rendah dan 5 kerabang telur akan tipis sehingga akan mudah pecah. Produktivitas telur akan menurun bahkan ayam menjadi berhenti atau tidak memproduksi telur. Air minum harus selalu tersedia.

Konsumsi air minum dipengaruhi oleh suhu lingkungan, jenis dan jumlah pakan yang dikonsumsi. Jika suhu lingkungan meningkat maka konsumsi air akan meningkat. Air minum yang diberikan harus terhindar dari sumber penyakit dan kandungan logam. Ciri air yang sehat adalah air yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung bakteri patogen dan tidak mengandung bahan kimia yang membahayakan (Fauzi, 2014).

2.2.3 Kandang

Kandang sebagai tempat tinggal ayam dalam waktu yang lama. Fungsi kandang adalah memberikan rasa nyaman pada ternak dan melindungi dari berbagai faktor yang dapat menyebabkan ternak menjadi stres seperti sinar matahari, hujan, angin kencang, debu dan udara dingin (Fauzi, 2014). Sehingga kandang yang dibuat dapat membuat ayam nyaman. Pembuatan kandang sesuai

(25)

kebutuhan dan dapat mempermudah pekerjaan karyawan. Kandang yang baik maka membuat ternak nyaman dan mengurangi stres sehingga produksi akan meningkat. Kandang mempermudah pekerjaan karyawan seperti pemberian pakan, sanitasi, kontrol penyakit lebih mudah (Mulyantini, 2010). Aspek yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah bentuk kandang, bahan pembuatan kandang, besar modal dan kondisi lingkungan. Kandang terdiri dari 2 macam yaitu kandang baterai dan kandang postal. Kandang baterai adalah kandang yang terbuat dari kawat atau kayu yang berbentuk kotak dan bertingkat. 6 Letak kandang dapat berhadap-hadapan atau bertolak belakang. Kandang postal adalah kandang yang berlantai rapat dan menggunakan alas liter serta terbuka.

Bangunan kandang terdiri dari atap, dinding dan lantai kandang. Atap kandang terbuat dari bahan yang dapat melindungi dan mengurangi panas dalam kandang. Atap kandang dapat terbuat dari seng, asbes, genteng dan daun kelapa.

Bentuk atap kandang terdiri dari atap monitor, atap semi monitor, atap tipe A dan atap jongkok. Atap kandang berbentuk monitor maka menjadikan sirkulasi udara lancar dan membantu mengeluarkan debu dan ammonia (Mulyantini, 2010).

Dinding kandang berfungsi untuk melindungi ayam dan membatasi ayam agar tidak keluar kandang. Dinding kandang dapat terbuat dari kayu, kawat atau dinding permanen. Dinding yang digunakan perlu disesuaikan dengan ventilasi.

Jika terbuat dari kayu atau kawat maka perlu diatur dengan jarak tertentu agar sirkulasi udara berjalan lancar. Menggunakan dinding permanen maka perlu membuat ventilasi. Ventilasi berfungsi untuk sirkulasi udara. Sirkulasi udara tidak

(26)

lancar menyebabkan amonia yang timbul dari kotoran ayam menjadi racun sehingga mengakibatkan penyakit (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).

2.2.4 Pencegahan penyakit

Pecegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara sanitasi teratur, mencegah burung/hewan liar masuk ke dalam kandang, pemberian ransum dengan mutu yang baik, pembersihan air minum yang bersih dan vaksinasi. Vaksinasi merupakan kegiatan memasukkan bakteri atau virus yang telah dilemahkan (vaksin) ke tubuh ternak yang bertujuan untuk antibodi ayam meningkat sehingga kebal terhadap penyakit (Fauzi, 2014). Vaksinansi dilakukan terjadwal sesuai dengan umur ayam atau untuk mengantisipasi penyakit yang sedang mewabah.

Vaksin dapat dilakukan dengan cara suntik ke dalam tubuh ternak, dicampur dengan air minum, tetes mata atau hidung, suntik ke tubuh ayam dan semprot (Mulyantini, 2010).

2.3 Produksi Telur

Produksi telur adalah upaya untuk memadukan sumber daya yang terpilih agar menghasilkan telur melalui suatu teknik beternak yang telah ditentukan.

Produk yang dapat dijual dalam usaha ayam petelur ini berupa penjualan telur, dalam penjualan ayam afkir dan penjualan kotoran ayam (Mariyah, 2010).

Produksi telur pada ayam dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu kondisi awal ayam pada saat mulai bertelur dan potensi tumbuh ayam dari awal bertelur sampai puncak produksi. Adapun kandungan protein 14% di dalam ramsum dinilai kurang cukup untuk mempertahankan produksi telur yang tinggi, bobot telur serta efisiensi penggunaan ransum (Isapoultry, 2006). Produksi telur sangat

(27)

tergantung pada jumlah konsumsi protein dan asam amino perhari. Kira-kira 80- 85% konsumsi asam amino langsung digunakan untuk produksi telur.

Produksi telur merupakan parameter ekonomi yang penting dalam sistem perunggasan berpotensi mempengaruhi produksi telur (Liu et al., 2004; Lewis dan Gous, 2006). Namun, pada akhirnya, susunan genetik suatu spesies memiliki pengaruh mendasar pada produksi telur.

Nilai Standar produksi ayam telah ditentukan oleh perusahaan pembibitan (breeder). Standar tersebut meliputi Hen Day Production, berat telur, lama 18 produksi, konversi pakan, kekebalan dan daya hidup serta pertumbuhan.

Pencapaian performa tersebut tergantung dari manajemen pemeliharaan yang diterapkan oleh masing-masing peternak (Anonim, 2011). Anonim (2005) menyatakan bahwa penurunan rataan produksi telur tergantung pada lingkungan, kualitas pakan, pemberian pakan, strain dan faktor manajemen.

Produktivitas ayam petelur dapat diukur dengan produksi harian dan bulanan. Indikator produktivitas ayam petelur dinyatakan dengan Hen Day Production (HDP). Tujuan pengukuran produksi telur adalah untuk mengetahui jumlah telur yang dihasilkan oleh sekelompok ayam pada umur tertentu.

Kemampuan ayam petelur berproduksi tinggi akan menghasilkan rata-rata 250 butir telur/ekor/tahun dengan berat kira-kira mencapai 60 g.

Produksi Telur ditinjau Hen Day Production (%), dengan rumus yang digunakan dalam menghitung HDP yaitu:

(28)

2.4 Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. (Himawati, 2006). Biaya yang dikeluarkan oleh Peternakan ayam petelur dari biaya tetap dan biaya variabel adalah:

1. Biaya tetap

Biaya merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan. Misalnya: gaji, sewa tempat, bunga hutang bank, pajak, dan penyusutan peralatan (depresiasi).

TFC = FC x n Dimana:

TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap)

n = banyaknya input

Sedangkan biaya penyusutan ini meliputi biayapenyusutan peralatan, kandang, gudang, pajak dan bunga. Biaya penyusutan dihitung sebagai berikut :

Keterangan:

D = Depresiasi (Penyusutan) Pb = Harga beli (Rp)

Ps = Harga jual (Rp)

T = Lama pemakaian (tahun) (Himawati, 2006) 2. Biaya Variabel

(29)

Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (biaya operasi). Misalnya: bahan mentah, komisi penjualan, upah lembur, transport dan pakan ternak. (Himawati, 2006).

TVC = VC x n Dimana:

TVC = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel) VC = Variable Cost (Biaya Variabel)

n = Banyaknya Unit

Akhirnya biaya produksi secara matematis dapat ditulis (Himawati, 2006) sebagai berikut:

TC = TFC + TVC Dimana:

TC = Total Cost (Total Biaya Produksi) TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) TVC = Total Variable Cost (Total Biaya Variabel)

3. Penerimaan

Penerimaan merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual atau penerimaan dapat dimaksudkan sebagai pendapatan kotor usaha, sebab belum dikurangi dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung (Soekartawi, 2005).

TR = (p1x Q) + (p2 x Q) + (p3 x Q)

(30)

Keterangan:

TR = Total revenue p1 = Harga /kg telur p2 = Harga /kg ayam afkir p3 = Harga/ hasil samping Q = Tingkat produksi 4. Pendapatan

Pendapatan merupakan selisih penerimaan dan biaya yang dikeluarkan . pendapatan mempunyai fungsi untuk digunakan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melanjutkan kegiatan . Sisa dari pendapatan merupakan tabungan sebagai sumber dan untuk memungkinkan petani mengusahakan usaha lain. Besarnya pendapatan dapat digunakan menilai keberhasilan petani dalam mengelola usaha taninya (Prasetya, 2006).

Pd = TR - TC Keterangan :

Pd = Pendapatan ayam petelur (Rp) TR = Total Penerimaan ayam petelur (Rp) TC = Total Biaya ayam petelur (Rp) 5. Harga

Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan jumlah uang yang dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dan barang atau jasa berikut pelayanannya. Menurut William J. Stanton harga adalah jumlah uang (Kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk

(31)

memperoleh beberapa kombinasi sebuah produkdan pelayanan yang menyertainya.

Harga menurut Kotler dan Amstrong adalah jumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa. Harga adalah satu elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen lainnya melambangkan biaya.

Harga bersifat Fleksibel, artinya dapat berubah dengan cepat.

2.5 Break Even Point (Titik Impas)

Break even point adalah titik dimana biaya dan pendapatan sama dengan nol. Menurut Carter dan Usry (2005) menyatakan bahwa analisis BEP adalah suatu cara atau teknik yang digunakan oleh seorang manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah suatu perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak memperoleh laba (Bustami dan Nurlela, 2007).

Analisis titik impas (Break Event Point) adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan satu titik yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Break Event Point (BEP) merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi, sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan (Herjanto, 2007).

(32)

Untuk mengetahui Break Event Point (Titik Impas) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Suratiyah, 2015).

a. Titik impas jumlah telur (Rp):

BEP jumlah telur (Rak)

b. Titik impas dalam harga:

BEP harga telur (Rp)

Kriteria BEP produksi atau jumlah telur adalah sebagai berikut:

a. Jika BEP Produksi < Jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi menguntungkan.

b. Jika BEP Produksi = Jumlah Produksi, maka usaha berada pada posisi titik impas atau tidau untung/tidak rugi.

c. Jika BEP Produksi > Jumlah Produksi maka usaha berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

Sementara kriteria untuk BEP Harga adalah sebagai berikut:

a. Jika BEP Harga < Harga Jual, maka usaha berada pada posisi menguntungkan.

b. Jika BEP Harga = Harga Jual, maka usaha berada pada posisi titik impas atau tidau untung/tidak rugi.

c. Jika BEP Harga > Harga Jual, maka usaha berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

(33)

Dari uraian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa analisis break even point adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat produksi maupun tingkat penjualan dimana dari tingkat produksi dan penjualan tersebut perusahaan tidak mengalami kerugian maupun mendapatkan keuntungan (impas).

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian analisis break even point usaha ternak ayam petelur yang menggunakan pada konsep (grand teory), metode yang digunakan, dan hasil penelitian. Dengan memahami suatu hasil penelitian terdahulu maka dapat diperoleh intisari mengenai keunggulan dan keterbatasan dari segi teori maupun metode penelitian pada masing-masing penelitian terdahulu yang akan berdampak pada peningkatan kualitas hasil penelitian.

Tabel 3. Penelitian Terdahulu

No Penulis Metode Penelitian Hasil Penelitian St. Aisyah R

Dan Sitti Arwati

(2021)

Metode penelitian bertujuan Menganalisis pendapatan dan break even point usaha ayam

Petelur mandiri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam petelur mandiri memperoleh pendapatan sebesar Rp

103.600.850/periode(1.000

Ekor) dan Rp.

476.203.250/periode (5.000 ekor). Nilai BEP harga telur utuh sebesar 71.366.344

Pada skala 1.000 ekor dan nilai BEP harga telur utuh Sebesar 199.330.762 skala 5.000 ekor. Sementara

break even point hasil telur utuh sebesar 2.039 rak

(34)

(5.000 ekor). Dengan demikian, hasil break even point usaha peternakan ayam petelur mandiri sudah dikatakan layak dan mendapatkan keuntungan.

Beiyana Winowoda, dkk (2020)

Metode penelitian ini

yaitu untuk

menganalisis

keuntungan dan break even point usaha peternakan ayam ras petelur “UD. Tetey Permai.”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha peternakan ayam ras petelur “UD. Tetey Permai”

memperoleh keuntungan

sebesar Rp

3.117.715.583/periode dan sudah beroperasi diatas Break Even Point pada penjualan telur 1.129.389 butir atau pada penjualan Rp1.694.083.907.

Cintia Worang Frendy A.O.

Pelleng Henny S.

Tarore (2018)

Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif penelitian.

Data yang dicari dalam penelitian ini adalah laporan biaya produksi telur yang akan digunakan untuk menentukan titik Break Event

Hasil dari penelitian ini adalah biaya yang diperoleh sangat penting, peneliti juga mencari jumlah keuntungan yang nantinya akan diperoleh oleh perusahaan, hal ini ditentukan oleh seberapa besar biaya yang dikeluarkan atau diterima oleh perusahaan. Berdasarkan perhitungan poin Break Event tahun 2017, UD. Kakaskasen Indah meraih Break Event point pada penjualan telur Rp.

9.949.539.134 atau 254.767,98 unit. Dengan Keselamatan Margin 52,82% agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

Rinto,

Siswanto. I.S

dan R.

Muryani (2017)

Metode penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai Break Even Point (BEP), nilai nilai R/C Ratio dan menghitung

Pendapatan komputasi pada unggas Rencang

Gesang Polusi

Pertanian.

penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas pada Peternakan Unggas Rencang Gesang Polutry Farm selama 3 tahun (2013-2015), yaitu 26,97%, 14,65% dan 14,29%. Nilai Break Even Point (BEP) unit setahun (2013- 2015), yaitu 55.0099 kg, 56979 kg dan 52.825 kg sedangkan nilai break titik genap untuk harga tahun (2013-2015) adalah

(35)

Rp 2.299.611.164, Rp 3.207.697.510 dan Rp 3.452.146.815. Rated R/C Ratio Peternakan Rencang Gesang, Suriyadi

(2016)

Metode penelitian ini menggunakan : Break Even Point dan Margin of Safety.

Hasil penelitian, bahwa BEP (unit) dan BEP (rupiah) milik usaha Edy Thamrin berada pada Laba yang Optimal dimana realisasi volume penjualan dan pendapatannya diatas batas BEP (Unit) dan BEP (rupiah).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis break even point pada usaha ternak ayam petelur di Desa Tambangan sudah dapat dikatakan layak dan mendapatkan keuntungan. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aisyah dan Sitti Arwati (2021) yang dimana usaha ternak ayam petelur mandiri memperoleh pendapatan sebesar Rp. 103.600.850/ periode dengan harga utuh telur 71.366.334 pada skala 1.000 ekor dan Rp.

47.203.250/periode dengan harga jual telur utuh sebesar 199.330.762 pada skala 5.000 ekor.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rinto Siswanti, I.S dan R. Muryani (2017) yang dimana menyatakan bahwa tingkat profitabilitas pada Peternakan Unggas Rencang Gesang Polutry Farm selama 3 tahun (2013-2015), yaitu 26,97%, 14,65% dan 14,29%. Nilai Break Even Point (BEP) unit setahun (2013-2015), yaitu 55.0099 kg, 56979 kg dan 52.825 kg sedangkan nilai break titik genap untuk harga tahun (2013-2015) adalah Rp 2.299.611.164, Rp 3.207.697.510 dan Rp 3.452.146.815. Rated R/C Ratio Peternakan Rencang Gesang Polutry menguntungkan karena nilai R/C Ratio lebih

(36)

2.7 Kerangka Pemikiran

Peternakan ayam petelur merupakan salah satu jenis usaha yang banyak memberikan kontribusi pendapatan di Indonesia. Suatu peternakan ayam petelur mengandalkan telur sebagai hasil yang akan dibeli atau dimanfaatkan oleh konsumen, sebagai ternaknya adalah ayam.

Untuk membiayai input-input tersebut dipelukan biaya. Biaya terbagi dua yakni biaya tetap yang terdiri dari biaya pembuatan kandang, pembelian peralatan, dan sewa lahan. Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya pembelian bibit DOC, pakan, upah tenaga kerja, dan biaya pemeliharaan. Untuk menghasilkan proses produksi yang tinggi dan berkualitas diperlukan suatu penanganan atau manajemen pemeliharaan yang baik dari semua aspek pemeliharaan. Jika pemeliharaan kurang baik, dapat mengakibatkan kematian ayam sebelum dipanen.

Produksi merupakan suatu proses untuk mengkombinasikan, mentransformasikan, dan mengubah input menjadi output. Output yang dihasilkan dan harga jual output. Hubungan antara input dengan input, input dengan output dan output dengan output yang merupakan dan menjadi kharakteristik dari fungsi produksi suatu perusahaan tergantung pada teknik produksi yang digunakan. Pada umumnya, semakin maju teknologi yang digunakan akan semakin meningkatkan output yang dapat diproduksikan dengan suatu jumlah input tertentu. Sedangkan Penerimaaan adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sebuah bisnis. Penerimaan merupakan hasil dari penjualan telur ayam yang tergantung dari harga pasar saat itu.

(37)

Break Even Point adalah titik dimana pendapatan sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak terjadi kerugian atau keuntungan. Total keuntungan dan kerugian ada pada posisi 0 titik break even point yang artinya pada titik ini perusahaan tidak mengalami kerugian atau mendapat keuntungan. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel.

Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan.

Dengan mengetahui BEP maka kita akan mengetahui hubungan antara produksi, penjualan, harga jual, biaya, laba atau rugi, yang memudahkan peternak ayam dalam mengambil keputusan. Tujuan penggunaan analisis BEP yaitu mendesain spesifikasi produk (berkaitan denngan biaya), penentuan harga jual persatuan, produksi atau penjualan minimal agar tidak memiliki kerugian, memaksimalkan jumlah produksi, dan perencanaan laba yang diinginkan.

Adapun kerangka teori pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(38)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Analisis Break Even Point Usaha Ternak Ayam Petelur di Desa Tambangan Kecematan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Proses Produksi

Biaya Penerimaan

Break Even Point (BEP) Usaha Ternak

Ayam Petelur

Produksi Biaya Variabel

Biaya Tetap Harga

BEPjumlah BEPharga

Pendapatan

(39)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja dengan pertimbangan kemudahan akses ke lokasi desa tersebut dan merupakan lokasi peternakan ayam petelur urutan kedua di Kecamatan Kajang. Selain itu, Kecamatan Kajang merupakan kecamatan dengan peternak ayam petelur terbanyak di Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli - September 2021.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah peternak ayam petelur di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba sebanyak 17 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling, yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis). Tingkatan yang dijadikan sebagai dasar pengambilan sampel adalah jumlah kepemilikan ayam petelur (ekor) pada saat penelitian dilakukan yang terbagi menjadi 3 strata terdiri dari skala kepemilikan kecil (800-1500 ekor) sebanyak 5 orang, skala kepemilikan sedang (2.000-2.700 ekor) sebanyak 10 orang dan skala kepemilkan besar (3.000-.4.000 ekor) sebanyak 2 orang.

(40)

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dimana deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan secara umum usaha ternak ayam petelur dan break even point (BEP) yang relevan digunakan dalam usaha ternak ayam petelur, sedangkan deskriptif kuantitaf digunakan untuk menganalisis break even point (BEP) usaha ternak ayam petelur.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder adalah sebagai berikut:

1. Data primer yang dikumpulkan dengan melakukan pengamatan dan wawancara langsung dengan peternak responden serta mengajukan pertanyaan yang dibuat dalam bentuk kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jenis data yang dikumpulkan seperti data karakteristik peternak, biaya input produksi, dan harga output dalam usaha ternak ayam petelur (egg layer).

2. Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari beberapa instansi terkait seperti Dinas Peternakan Kabupaten Bulukumba, Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Kabupaten Bulukumba, dan instansi terkait lainnya. Selain itu, data-data pendukung lainnya juga diperoleh melalui literatur, internet, dan jurnal yang relevan dengan penelitian ini. Jenis data yang dikumpulkan terkait populasi ternak ayam, produksi telur ayam, dan jumlah usaha ternak ayam.

(41)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap usaha peternakan ayam petelur di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

2. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada peternak, pemerintah, dan akademisi di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

3. Dokumentasi adalah teknik ini dilakukan melalui teknik pencatatan data yang diperlukan baik dari responden maupun dari Instansi terkait yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

3.5. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil informan dianalisa dengan menggunakan analisa deskriptif. Analisa deskriptif digunakan untuk mengetahui pendapatan usaha ternak ayam petelur dan Break Even Point (Titik Impas). Adapun analisis data adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan

Untuk menghitung pendapatan bersih usaha ternak ayam petelur adalah sebagai berikut:

Pd = TR – TC

(42)

Keterangan:

Pd = Pendapatan ayam petelur (Rp) TR = Total Penerimaan ayam petelur (Rp) TC = Total Biaya ayam petelur (Rp)

2. Analisis Break Even Point (Titik Impas)

Untuk mengetahui Break Event Point (Titik Impas) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Suratiyah, 2015).

a. Titik impas jumlah telur (Rak):

BEP jumlah telur (Rak)

b. Titik impas dalam harga:

BEP harga telur (Rp)

3.6. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peternakan ayam petelur adalah usaha ternak yang dilakukan setiap orang untuk menghasilkan produksi telur.

2. Sarana input adalah suatu komponen utama yang perlu dilakukan dalam melaksanakan proses produksi usaha ternak ayam petelur.

3. Produksi adalah hasil yang didapatkan dari kegiatan usaha ternak ayam petelur (Rak)

4. Biaya merupakan suatu penghasilan yang didapatkan dalam penjualan barang dan jasa yang menghasilkan suatu keuntungan (Rp)

(43)

5. Biaya tetap adalah usaha ternak ayam petelur yang biayanya secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat maupun menurun (Rp)

6. Biaya variabel adalah usaha ternak ayam petelur yang biaya besar kecilnya berubah secara proposional dengan skala proses produksi dan kuantitas output yang dihasilkan (Rp).

7. Harga jual adalah waktu penjualan telur berlangsung yang dihitung dalam satuan (Rp/Rak)

8. Penerimaan usaha ternak ayam petelur merupakan hasil kali antara produksi yang dihasilkan dengan harga (Rp).

9. Pendapatan berusaha ternak ayam petelur adalah jumlah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi (Rp/Bulan).

10. Break even point adalah usaha ternak ayam petelur dengan menghitung biaya, penerimaan dan pendapatan sehingga menghasilkan untung atau rugi dalam usaha tersebut (Rp).

(44)

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Desa Tambangan adalah desa yang terletak di pertengahan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba diantara 17 desa dan 2 kelurahan sekecamatan kajang. Desa Tambangan dikenal dengan istilah adat pagallarangang moncong buloa desa di kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba. Secara geografis Desa Tambangan ini terletak pada 120.329137 BT/BB - 5.373245 LS/LU. Kabupaten ini memiliki suhu rata-rata berkisar antara 23,82 °C – 27,68 °C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan, maka klasifikasi iklim di Kabupaten Bulukumba termasuk iklim lembap atau agak basah.

Desa Tambangan ini memiliki luas wilayah 13,00 km2 dengan 4 dusun.

Jarak tempuh Desa Tambangan ke Ibu kota Kabupatan Bulukumba sekitar 100 km dengan waktu tempuh 50 menit sampai dengan 1 jam. Adapun batas wilayah Desa Tambangan berbatasan dengan Desa Malleleng, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bonto Biraeng sebalah Selatan berbatasan dengan Desa Lembanna sebelah Timur dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bonto Baji.

Tabel 4. Keadaan Luas Wilayah di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

No. Dusun Luas Wilayah (km2) Persentase (%)

1 111 Kalimporo 6,00 46,15

2 Kaneka 3,25 25

3 Doa’ 2,00 15,38

4 Balang Ci’nong 1,75 13,47

Jumlah 13,00 100,00

Sumber: Profil Desa Tambangan, 2020

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa Dusan Kalimporo memiliki luas wilayah yang sangat luas yang berada di Desa Tambangan yaitu sebasar 6,00 km2 dengan

(45)

persentase 46,15% sementara untuk wilayah terkecil terdapat pada Dusun Bonto Ci’nong dengan luas wilayah sebasar 1,75 km2 persentase 13,47%.

4.2 Kondisi Demografis

Penduduk di Desa Tambangan mayoritas petani baik petani pangan, perkebunan, dan peternak hal ini berdasarkan atas kondisi wilayah yang merupakan dataran rendah. Kependudukan pada suatu wilayah merupakan faktor pertimbangan yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan suatu desa/wilayah. Hal ini dapat ditinjau dari ketersediaan sarana dan prasarana suatu desa/wilayah seperti sekolah, puskesmas, posyandu, mesjid, kantor desa dan lain- lain.

1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, dimana kemampuan kerja seorang laki-laki lebih besar dari tingkat kemampuan kerja seorang perempuan. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara mereka mengerjakan suatu pekerjaan yang dilakukannya. Dapat dilihat dengan jumlah penduduk menurut jenis kelamin yang ada di Desa Tambangan pada tabel 5:

Tabel. 5 Keadaan Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-Laki 1944 48

2 Perempuan 2145 52

Jumlah 4089 100

Sumber: Profil Desa Tambangan, 2020

(46)

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk sebesar 4.089 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1944 jiwa dengan persentase 48%

sedangkan penduduk perempuan sebanyak 2145 jiwa dengan persentase 52%.

Hal ini disebabkan karena peningkatan jumlah kelahiran perempuan jauh lebih besar dibandingkan dengan angka kelahiran laki-laki. Kehadiran penduduk sangat menentukan bagi perekmbangan suatu daerah baik dalam sakala kecil maupun skala besar.

2. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat di Desa Tambangan mayoritas petani namun ada pula beberapa masyarakat di Desa Tambangan bermata pencaharian sebagai PNS Wiraswasta, TNI, Polri, Guru dan Buruh Pabrik disajikan dalam Tabel 6.

Tabel. 6 Keadaan Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian di Deaa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Petani 1579 72

2 PNS 122 5

3 Wiraswasta 305 14

4 TNI 25 1

5 Polri 37 2

6 Guru 128 6

Jumlah 2.196 100

Sumber: Profil Desa Tambangan, 2020

Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa jumlah mata pencaharian penduduk di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba dengan mayoritas petani dengan jumlah 1579 jiwa dengan persentase 72% dan jumlah mata pencaharian paling sedikit adalah TNI sebanyak 25 jiwa dengan persentase 1%.

Hal ini disebabkan karena Desa Tambangan memiliki luas lahan pertanian yang cukup memadai sehingga banyak masyarakat yang berprofesi sebagai petani

(47)

dibandingkan dengan yang lainnya. Selain itu pula, pekerjaan tersebut tidak membuthkan ijazah ataupun persyaratan yang lainnya dan mudah untuk didapatkan sehingga masyarakat lebih memilih menjadi seoranga petani.

3. Keadaan Penduduk berdasarkan Usia

Usia atau umur adalah salah satu tolak ukur seseorang dalam melakukan sesuatu usaha ternak apakah masih produktif atau tidak. Usia dapat dilihat dari faktor yang mempegaruhi kemampuan fisik seorang dalam melakukan aktivitasnya. Adapun keadaan penduduk di Desa tambangan berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel. 7 Keadaan Penduduk berdasarkan Usia di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 0 – 12 457 11,26

2 13 – 25 870 21,43

3 26 – 38 1074 26,46

4 39 – 51 882 21,73

5 52 – 64 486 11,97

6 65–78 320 7,88

Jumlah 4.089 100,00

Sumber: Profil Desa Tambangan, 2020

Tabel 7 diatas dapat kita lihat keadaan penduduk berdasarkan usia di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba yaitu pada kelompok umur 26 - 38 tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak sebesar 1074 jiwa dengan persentase 36,46 % dan kelompok umur yang paling sedikit terdapat pada umur 65 tahun keatas sebanyak 320 jiwa dengan persentase 7,88 %.

4. Keadaan Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikian merupakan salah satu sarana yang dapat kita jadikan sebagai tolak ukur kemampuan masyarakat dalam melakukan usaha ternak maupun

(48)

pekerjaan lainnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin sedikit pula pengetahuan yang mereka miliki. Adapun keadaan penduduk berdasarkan tingkat pedidikan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel. 8 Keadaan Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

No. Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 TK 90 4,06

2 SD 434 19,60

3 SMP 891 40,20

4 SMA 515 23,24

5 Diploma 56 2,50

6 S1 230 10,40

Jumlah 2.216 100,00

Sumber: Profil Desa Tambangan, 2020

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa tingakat pendidikan penduduk di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba yaitu SMP dengan jumlah 891 jiwa dengan angka persentase 40,20 % dan tingkat pendidikan paling rendah adalah diploma sebanyak 56 jiwa dengan persentase 2,50 %. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian masyarakat yang tidak merata sehingga banyak dari orang tua yang sudah tidak mampu menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi terpaksa harus putus sekolah dan memilih untuk membantu orang tuanya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

(49)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Identitas responden dalam penelitian ini di lihat dari beberapa sisi, diantaranya adalah berdasarkan tingkat usia responden, tingkat pendidikan responden dan berdasarkan jenis kelamin responden.

5.1.1 Umur Responden

Umur merupakan suatu tingkat kematangan pikiran seseorang dalam rangka mengambil keputusan tentang apa yang tidak dan yang harus dilakukan.

Seperti diketahui bahwa umur sangat mendukung dalam melakukan suatu usaha di bidang ternak ayam petelur ini, dimana usaha ini membutuhkan kesabaran dan pemikiran yang baik dalam menjalankan usaha dan siap mengalamin naik turun dalam usaha tersebut.

Hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa umur peternak responden ini sangat bervariasi mulai dari 28 tahun sampai 53 tahun, umur peternak responden ini dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel. 9 Umur Responden di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

28-37 6 35

38-47 6 35

48-57 5 30

Jumlah 17 100

Sumber: Data Primer setalah Diolah (2021)

Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa umur peternak ayam petelur dari umur 28 sampai dengan 37 tahun dan umur 38 samapai dengan 47 tahun merupakan

(50)

sedangkan yang terendah adalah umur 48 sampai 57 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase 30%. Tingkat umur yaitu suatu faktor penentu bagi peternak ayam petelur dalam upaya pengelolaan usaha ternaknya, dimana umur ini sangat mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berfikir seseorang, sehingga dapat berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Peternak ayam petelur yang berusia muda memiliki kemampuan fisik yang lebih baik dibandingkan dengan peternak ayam petelur yang berusia tua. Namun tidak menutup kemungkinan, peternak yang memiliki usia lebih tua relatif memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih banyak, sehingga akan mempengaruhi kematangan dalam mengambil keputusan dalam mengelolah usaha ternaknya (Ayu, 2019).

5.1.2 Pendidikan Responden

Pendidikan adalah suatu variabel penentu dalam tingkat kemajuan suatu daerah, semakin banyak penduduk yang memiliki pendidikan tinggi, maka semakin tinggi tingkat kemajuan suatu daerah. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel. 10 Tingkat Pendidikan Responden di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

SD 3 18

SMP 3 18

SMA 8 47

S1 2 11

S2 1 6

Jumlah 17 100

Sumber: Data Primer setalah Diolah (2021)

Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar peternak ayam petelur berpendidikan rendah dari 17 responden yang berpendidikan hanya 1 orang yang tingkat pendidikanya S2 dan S1 sebanyak 1 orang dengan persentase

(51)

masing-masing 6% dan 11%, dimana tingkat pendidikan SD dan SMP sebanyak 3 orang dengan persentase 18%, dibandingkan dengan tingkat pendidikan SMA yang lebih banyak yaitu sebesar 8 orang dengan persentase 47%. Dilihat dari tingkat pendidikan responden yang masih rendah tersebut, memberikan dampak terhadap usaha ternak yang dijalani (Ayu, 2019).

5.1.3 Pengalaman Beternak

Pengalaman berternak yang dimaksud disini adalah lamanya seorang peternak menekuni usahanya yaitu responden peternak ayam petelur. Semakin lama peternak ayam petelur menggeluti usahanya maka akan semakin banyak pengalaman yang mereka miliki. Pada umumnya peternak yang memiliki pengalaman usaha ternak yang cukup lama cenderung memiliki pula kemampuan berusaha ternak yang lebih baik dibandingkan dengan peternak yang belum memiliki pengalaman berternak (Ayu, 2019). Pengalaman peternak ayam petelur dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel. 11 Pengalaman Beternak Responden di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

Pengalaman Beternak Jumlah Persentase (%)

1-4 14 82

5-8 2 12

9-12 1 6

Jumlah 17 100

Sumber: Data Primer setalah Diolah (2021)

Tabel 11 diatas menunjukkan bahwa pengalaman usaha ternak ayam petelur di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba tertinggi pada pengalaman beternak yaitu 1 – 4 tahun sebanyak 14 orang dengan persentase 82% sedangkan 5 – 8 sebanyak 2 orang dengan persentase 12% serta pada

(52)

menjelaskan bahwa apabila peternak ayam petelur memiliki pengalaman yang cukup lama maka ini menunjukkan bahwa pengalaman berternak akan berpengaruh terhadap tingkat keterampilan petani dalam mengelolah usahanya.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Tanggungan keluarga yang dimaksud disini yaitu semua anggota keluarga yang memiliki beban hidup bagi peternak yang bersangkutan. Anggota keluarga ini dapat berfungsi sebagai tenaga kerja dalam keluarga usaha ternak ayam petelur yang terdiri dari istri, anak, dan anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan dalam usaha ternaknya. Jumlah anggota keluarga peternak akan berpengaruh bagi usahanya. Jumlah anggota keluarga akan berpengaruh bagi peternak dalam perencanaan dan pengambilan keputusan usahanya, karena anggota keluarga peternak adalah sumber tenaga kerja dalam usahanya terutama anggota keluarga yang produktif, selain itu jumlah anggota keluarga merupakan salah satu potensi yang sangat menentukan dalam peningkatan produksi dan pendapatan (Ayu, 2019). Jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel. 12 Jumlah Tanggungan Keluraga Responden di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

Tanggungan Keluarga Jumlah Persentase (%)

2-3 7 41

4-5 7 41

6-7 3 18

Jumlah 17 100

Sumber: Data Primer setalah Diolah (2021)

Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga terbesar adalah 2 - 3 orang dan umur 4 - 5 sebanyak 7 orang dengan persentase 41%, sementara pada interval tanggungan keluarga 6-7 sebanyak 3 orang dengan persentase 18%. Tanggungan keluarga semakin besar menyebabkan seseorang

(53)

memerlukan tambahan penghasilan yang lebih tinggi untuk membiayai kehidupannya. Mereka yang memiliki sedikit tanggungan akan lebih banyak mengalokasikan modalnya untuk menyediakan sarana produksi akan tetapi bagi usaha ternak ayam petelur yang memiliki banyak tanggungan alokasi modal untuk penyediaan sarana produksi akan sangat terbatas sehingga harapan akan peningkatan produksi dan pendapatan kurang terwujud (Ayu, 2019).

5.2 Analisis Biaya Usaha Ternak Ayam Petelur 1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap atau tidak berubah dalam rentang waktu tertentu, berapapun besarnya penjualan atau produksi perusahaan (Kuswadi, 2015). Rata-rata biaya tetap peternak ayam petelur dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rata-Rata Biaya Tetap Usaha Ternak Ayam Petelur di Desa Tambangan Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba

No Uraian Total Biaya (Rp)

1 Kandang 28.764.706

2 Penampungan Air 96.354

3 Pipa PVC 6 40.775

4 Pipa PVC ¾ 21.030

5 Keran Air 2.999

6 Selang 1.250

7 Lampu 6.768

8 Mesin Air 43.989

9 Pajak Bumi Bangun 49.471

Jumlah 29.027.342

Sumber: Data Primer setelah diolah 2021

Tabel 13 diatas menunjukkan bahwa rata-rata biaya tetap secara umum

(54)

28.764.706 dimana kandang ini digunakan sebagai tempat untuk produksi ayam petelur dengan lama pemakian maksimal 4 sampai 5 tahun, penampungan air ini sebagai media untuk menyimpan air agar dapat diatur secara otomatis ketika prose pemberian minum pada ayam petelur dengan ukuran penampungan 2.400 liter dengan biaya sebesar Rp. 96.354 , pipa PVC 6`` digunakan sebagai tempat makan dan minum ayam petelur untuk satu batang pipa PVC 6`` dibgai menjadi dua bagian dengan panjang sekita 4 meter dengan biaya yang perlu dikelurkan oleh peternak sebesar Rp. 40.775, sementara untuk pipa PVC ¾ digunakan sebagai tempat aliran air dari penampungan ke tempat minum ayam dengan biaya yang dikeluarkan usaha ternak ayam tersebut. Beiyana Winowoda (2020).

Untuk pipa PVC ¾ sebesar Rp. 21.030, keran air yang digunakan mempermudah pengaliran air secara otomatis dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.999, selang air disini berfungsi untuk pemberian kandang dengan biaya untuk selang sebesar Rp. 1.250, bohlan sebagai penerangan dan mampu menghangatkan tubuh ayam pada malam hari dengan biaya sebesar Rp. 6.768 dengan masa pemakaian hingga bohlan sudah tidak nyala lagi dan mesin air digunakan sebagai akses penghubung untuk mengalirkan air dari sumur ke penampungan air dengan biaya sebesar Rp. 43.989, dan Pajak Bumi Bangun yang perlu dikeluarkan peternak sebesar Rp. 49.471 dengan jumlah rata-rata biaya tetap yang harus dilkeluarkan oleh peternak adalah sebesar Rp. 29.027.342.

Rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan peternak secara perskala pada responden ayam petelur berupa kandang yang di mulai dari skala (800-1.500) sebasar Rp. 14.200.000, skala (2.000-2.700) sebesar Rp. 11.850.000 dan skala

Gambar

Tabel 1. Populasi Ternak Ayam Petelur di Kabupaten Bulukumba (ekor)  Tahun  Populasi Kab Bulukumba  Populasi Kec Kajang
Tabel  2.  Jumlah Peternak  Ayam  Petelur  Berdasarkan  Kepemilikan  di  Kabupaten  Bulukumba
Tabel 3. Penelitian Terdahulu
Gambar  1.  Kerangka  Pemikiran  Analisis  Break  Even  Point  Usaha  Ternak  Ayam  Petelur  di  Desa  Tambangan  Kecematan  Kajang  Kabupaten  Bulukumba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa, (1) Ada pengaruh antara kepribadian guru terhadap prestasi siswa mata pelajaran PAI di SMPN 1 Mlarak Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018

Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut penelitian ini dilakukan atas dasar tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiri terbimbing terhadap hasil belajar dan mengetahui ketercapaian keterampilan proses

Penting Pemanfaatan eks PLTU terhadap Sosial dan Kesehatan Masyarakat : Pada awal tahap Pasca Operasi, karyawan PLTU yang kehilangan pekerjaan akan mengalami guncangan ( shock

dianggap penting karena ada kecenderungan yang kuat bahwa reflesi teks berpihak pada.. ideologi yang berada di belakang pemikiran

The result of the study shows that by doing peer assessment on the speaking and writing skills, the students are able to express their ideas by analyzing their friends' mistakes

Sementara itu, perubahan kebijakan yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta dalam rangka pengelolaan sampah terjadi secara paradigmatik, dari paradigma konvensional yang memosisikan

Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningtyas (2012), dimana di dapat hasil rata-rata tekanan darah sistolik penderita hipertensi adalah