PENGARUH POST-TREATMENT PAPAN TERHADAP
STABILITAS DIMENSI DAN DURABILITAS PAPAN
PARTIKEL DARI BAGASE SORGHUM
SKRIPSI
Swesty Sri Desima Nadeak 111201005
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
PENGARUH POST-TREATMENT PAPAN TERHADAP
STABILITAS DIMENSI DAN DURABILITAS PAPAN
PARTIKEL DARI BAGASE SORGHUM
SKRIPSI
Swesty Sri Desima Nadeak 111201005
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Peneletian : Pengaruh Post-Treatment Papan Terhadap Stabilitas Dimensi dan Sifat Durabilitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum
Nama : Swesty Sri D Nadeak
NIM : 111201005
Program Studi : Kehutanan
Minat : Teknologi Hasil Hutan
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut, M.Si Tito Sucipto, S.Hut, M.Si
Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
SWESTY SRY DESIMA NADEAK: Pengaruh Post-Treatment Papan Terhadap Stabilitas Dimensi dan Durabilitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum. Dibawah bimbingan APRI HERI ISWANTO dan TITO SUCIPTO.
Pada umumnya kelemahan dari papan partikel yang menggunakan perekat urea formaldehida terletak pada stabilisasi dimensinya yang rendah. Penelitian ini mencoba memperbaiki kelemahan tersebut melalui post-treatment dengan teknik pencelupan papan partikel pada beberapa bahan yang dapat menolak air. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh post-treatment papan menggunakan beberapa bahan penolak air terhadap stabilitas dimensi dan durabilitas terhadap serangan rayap. Metode penelitian ini dengan menggunakan teknik pencelupan papan partikel pada bahan penolak air seperti parafin, silicon,
waterproof, dan minyak goreng. Pencelupan sampel dilakukan dalam waktu 3 menit, selanjutnya sampel dikeringkan pada suhu 50 0C selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kerapatan yang dihasilkan berkisar antara 0,60 – 0,74 g/cm3. Terjadi peningkatan nilai kerapatan setelah pemberian perlakuan. Daya serap air dan pengembangan tebal papan masing-masing berkisar antara 29,35% – 114,99% dan 13,23 - 37,31 %. Meskipun perlakuan papan mengakibatkan penurunan nilai pengembangan tebal hampir 65% namun nilai ini masih belum memenuhi standar. Selanjutnya untuk uji durabilitas pada rayap tanah dan rayap kayu kering menunjukkan bahwa perlakuan papan memperbaiki sifat ketahanan papan terhadap serangan rayap. Perlakuan papan dengan menggunakan silicon menghasilkan tingkat ketahanan yang paling baik terhadap serangan rayap tanah, sedangkan perlakuan papan dengan menggunakan
waterproof menghasilkan ketahanan yang paling baik terhadap serangan rayap kayu kering.
ABSTRACT
SWESTY SRY DESIMA NADEAK. Post-Treatment Effect of Board to Dimensional Stability and Durability Properties of Particleboard Made From Sorghum Bagasse. Under supervised APRI HERI ISWANTO and TITO SUCIPTO.
In general, the weakness of particleboard using of urea formaldehyde (UF) resin had a low dimensional stability. This reasearch will improve of that weakness by post-treatment technique used several water repellent materials. The objective of this research was to evaluated the post-treatment effect of board to dimensional stability and durability properties against to subterranean and dry termites. For each sample respectively was dyed into several water reppelent materials such as parafin, palm oil, silicon and waterproof for 3 minute. Furthermore, samples were oven dried at 50 0C temperature for 24 hours. The result showed that the density parameter was varied of 0,60 to 0,74 g/cm3. Board treated caused of increasing the density value. Water absorption and thickness swelling parameter of board were varied of 29,35% to 114,99% and 13,23 to 37,31 % respectively. Inspite of post-treatment resulting of improvement dimensional stability up to 65%, but the thickness swelling value did not fulfill standard. Furthermore, durability test showed that post-treatment able to improve of durability properties. For durability to subterranean termites attack resulted silicon treatment had the best durable to termites. Whereas for dry termites attack, waterproof treatment had the best durable.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Bunga pada tanggal 01 Desember 1992 dari
Ayah Dingkar Nadeak dan Ibu Alina Paulina Naibaho. Penulis merupakan anak
ke sembilan dari sembilan bersaudara.
Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 173740 Tanjung Bunga pada
tahun 1999-2005, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri
1 Pangururan pada tahun 2005-2008, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas
di SMA Negeri 1 Pangururan pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis
lulus ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Undangan-Bidikmisi. Penulis
memilih program studi Kehutanan, Fakultas Pertanian dan pada semester VII
memilih minat studi Teknologi Hasil Hutan.
Semasa kuliah penulis merupakan anggota pada organisasi Himpunan
Mahasiswa Sylva (HIMAS) dan Keluarga Mahasiswa Bidik Misi (GAMADIKSI)
USU. Penulis pernah mendapatkan bantuan dana dalam program PKM-Kreativitas
DP2M DIKTI 2014 di bawah bimbingan Dr. Yunasfi. Penulis juga pernah
magang di Orangutan Information Centre (OIC) melalui organisasi Himpunan
Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU di Aceh Tenggara pada tahun 2012, dan
menjadi Asisten Praktikum Pengenalan Ekosistem Hutan selama 10 hari di Pulau
Sembilan, Langkat pada tahun 2014.
Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman
Hutan Rakyat Bukit Barisan dan Hutan Pendidikan USU pada tahun 2013. Penulis
juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Perum Perhutani KPH
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Post-Treatment Papan terhadap
Stabilitas Dimensi dan Sifat Durabilitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum”.
Skripsi ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh post-treatment papan
terhadap stabilitas dimensi dan durabilitas papan partikel dari bagase sorghum.
Sehingga diketahui post-treatment yang paling efektif dan efisien dalam
penggunaanya di industri papan partikel.
Selama pembuatan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
menyatakan terima kasih kepada:
1. Ayahanda D. Nadeak, ibuda A. Naibaho, dan kedelapan saudaraku yang telah
memberikan dukungan baik secara moral maupun material kepada penulis.
2. Bapak Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut., M.Si dan Bapak Tito Sucipto, S.Hut.,
M.Si. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing
dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Arida Susilowati, S.Hut.,M.Si dan Bapak Dr. Samsuri, S.Hut.,M.Si
selaku dosen peguji saya yang telah memberikan dukungan dan semangat
selama penyusunan skripsi ini.
4. Staf Pengajar dan Tata Usaha Program Studi Kehutanan yang telah membantu
dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Teman-teman Kehutanan angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kehutanan. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2015
DAFTAR ISI
Ketahanan terhadap Serangan Rayap ... 8
Bahan Penolak Air ... 9
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 11
Bahan dan Alat ... 11
Metode Penelitian ... 11
Pengujian Sifat Fisis ... 12
Durabilitas ... 14
Rayap tanah (Coptotermers curvignathus Holmgren.) ... 26
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 33 Saran ... 33
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap kayu
kering dalam uji laboratorium ... 15
2. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap tanah
dalam uji laboratorium ... 17
3. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap tanah
pada papan partikel dalam uji laboratorium ... 26
4. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap rayap
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Contoh uji kayu terhadap serangan rayap kayu kering ... 15
2. Contoh uji kayu terhadap serangan rayap tanah... 17
3. Kerapatan papan partikel ... 20
4. Pengembangan tebal papan partikel... 21
5. Daya serap air papan partikel ... 24
6. Persen kehilangan berat, mortalitas rayap, antifeedant dan feeding rate rayap tanah... 26
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Data hasil pengujian kerapatan papan partikel sebelum dan sesudah
diberi perlakuan ... 37
2. Data hasil pengujian pengembangan tebal dan daya serap air papan
partikel bagase sorghum ... 38
3. Data hasil pengujian persen kenaikan berat dan volume sebelum dan
sesudah diberi perlakuan... 39
4. Data hasil pengujian sifat durabilitas rayap tanah dan rayap kayu kering . 40
5. Sidik ragam pengaruh post-treatment papan terhadap sifat fisis ... 42
6. Sidik ragam pengaruh post-treatment papan terhadap sifat durabilitas
rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgreb.) ... 45
7. Sidik ragam pengaruh post-treatment papan terhadap sifat durabilitas
rayap kayu kering (Criptotermes cynocephalus Light.) ... 46
ABSTRAK
SWESTY SRY DESIMA NADEAK: Pengaruh Post-Treatment Papan Terhadap Stabilitas Dimensi dan Durabilitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum. Dibawah bimbingan APRI HERI ISWANTO dan TITO SUCIPTO.
Pada umumnya kelemahan dari papan partikel yang menggunakan perekat urea formaldehida terletak pada stabilisasi dimensinya yang rendah. Penelitian ini mencoba memperbaiki kelemahan tersebut melalui post-treatment dengan teknik pencelupan papan partikel pada beberapa bahan yang dapat menolak air. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh post-treatment papan menggunakan beberapa bahan penolak air terhadap stabilitas dimensi dan durabilitas terhadap serangan rayap. Metode penelitian ini dengan menggunakan teknik pencelupan papan partikel pada bahan penolak air seperti parafin, silicon,
waterproof, dan minyak goreng. Pencelupan sampel dilakukan dalam waktu 3 menit, selanjutnya sampel dikeringkan pada suhu 50 0C selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kerapatan yang dihasilkan berkisar antara 0,60 – 0,74 g/cm3. Terjadi peningkatan nilai kerapatan setelah pemberian perlakuan. Daya serap air dan pengembangan tebal papan masing-masing berkisar antara 29,35% – 114,99% dan 13,23 - 37,31 %. Meskipun perlakuan papan mengakibatkan penurunan nilai pengembangan tebal hampir 65% namun nilai ini masih belum memenuhi standar. Selanjutnya untuk uji durabilitas pada rayap tanah dan rayap kayu kering menunjukkan bahwa perlakuan papan memperbaiki sifat ketahanan papan terhadap serangan rayap. Perlakuan papan dengan menggunakan silicon menghasilkan tingkat ketahanan yang paling baik terhadap serangan rayap tanah, sedangkan perlakuan papan dengan menggunakan
waterproof menghasilkan ketahanan yang paling baik terhadap serangan rayap kayu kering.
ABSTRACT
SWESTY SRY DESIMA NADEAK. Post-Treatment Effect of Board to Dimensional Stability and Durability Properties of Particleboard Made From Sorghum Bagasse. Under supervised APRI HERI ISWANTO and TITO SUCIPTO.
In general, the weakness of particleboard using of urea formaldehyde (UF) resin had a low dimensional stability. This reasearch will improve of that weakness by post-treatment technique used several water repellent materials. The objective of this research was to evaluated the post-treatment effect of board to dimensional stability and durability properties against to subterranean and dry termites. For each sample respectively was dyed into several water reppelent materials such as parafin, palm oil, silicon and waterproof for 3 minute. Furthermore, samples were oven dried at 50 0C temperature for 24 hours. The result showed that the density parameter was varied of 0,60 to 0,74 g/cm3. Board treated caused of increasing the density value. Water absorption and thickness swelling parameter of board were varied of 29,35% to 114,99% and 13,23 to 37,31 % respectively. Inspite of post-treatment resulting of improvement dimensional stability up to 65%, but the thickness swelling value did not fulfill standard. Furthermore, durability test showed that post-treatment able to improve of durability properties. For durability to subterranean termites attack resulted silicon treatment had the best durable to termites. Whereas for dry termites attack, waterproof treatment had the best durable.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fakta menunjukkan bahwa kebutuhan kayu sebagai bahan baku industri
perkayuan tidak seimbang dengan ketersediaan bahan baku dari hutan alam, hutan
produksi ataupun hutan tanaman rakyat kondisi ini menyebabkan kesulitan bagi
industri perkayuan untuk mendapatkan bahan baku kayu guna menunjang proses
produksinya. Berdasarkan data Statistika Kehutanan Indonesia 2011 kebutuhan
kayu bulat berdasarkan sumber produksi tahun 2007-2011 terus meningkat.
Produksi kayu pada tahun 2007 tercatat 32.197.000 m3 dan pada tahun 2011
tercatat 47.429.335 m3 (Kementrian Kehutanan, 2012). Diperlukan upaya
alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya adalah teknologi
papan partikel berbahan baku material bukan kayu.
Papan partikel memilki beberapa kelemahan salah satu diantaranya yaitu
memiliki kekuatan patah yang rendah. Papan partikel merupakan salah satu jenis
produk komposit/panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau
bahan-bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan-bahan
pengikat lain kemudian dikempa panas (Maloney 1993).
Salah satu jenis perekat yang umum dipergunakan dalam industri papan
partikel adalah Urea Formaldehyde (UF). UF merupakan perekat thermotesting
yang aplikasinya untuk keperluan interior. Diantara kelemahan perekat UF yang
paling utama adalah stabilitas dimensinya rendah. Telah banyak dilakukan
penelitian untuk meningkatkan stabilitas dimensi papan partikel dengan perekat
penggunaan Poli Etilen Glikol (PEG), parafinasi, asetilasi, dan lain lain yang
tujuannya adalah untuk memperbaiki stabilitas dimensi dimana teknik aplikasi
yang dikembangkan pada umumnya adalah metode pre-treatment.
Iswanto et al (2013) menyebutkan kayu terasetilasi masih dapat menyerap
air melalui aksi kapiler dalam dinding sel. Hal ini terjadi karena molekul air lebih
kecil dari gugus asetil, beberapa pengembangan terjadi pada kayu terasetilasi
namun pengembangan tersebut tidak melebihi batas elastik dinding sel. Sedikit
penurunan pada beberapa sifat kekuatan terjadi sebagai akibat perlakuan asetilasi.
Hal ini dimungkinkan karena adanya perubahan sifat kayu menjadi hidrofobik
dimana kandungan air yang terdapat pada perekat fenol sulit untuk berpenetrasi ke
dalam strand.
Haygreen dan Gertjejansen (1971) dalam Zaidon dan Paridah (2006)
mengemukakan sifat higrokopis dan kerentanan kayu terhadap organisme perusak
kayu dapat dikurangi dengan mengimpregnasi (memasukkan bahan pengawet)
serat atau partikel kayu dengan resin PF. Sebagian dari pengurangan intensitas
pengembangan tebal, Kajita dan Imamura (1999) dalam Zaidon dan Paridah
(2006) juga mengemukakan bahwa terjadi perbaikan kekuatan keteguhan rekat
dengan peningkatan level impregnasi.
Selain stabilitas dimensi kelemahan papan partikel terletak pada durabilitas
terhadap serangan rayap dan organisme perusak kayu lainnya. Melalui penelitian,
kelemahan ini dapat dikurangi dengan memberikan perlakuan pendahuluan pada
papan partikel dengan menggunakan bahan pengawet.
Penelitian ini memanfaatkan batang sorghum yang telah dibuat menjadi
Seperti yang dikemukakan pada hasil kajian Supriyanto (2011) menyatakan
bahwa produksi selulosa pada sorghum lebih besar dibandingkan produksi kayu.
Produksi kayu adalah sebesar 120 ton/ha/7 tahun sementara produksi sorghum
adalah mencapai 360 ton/ha/7 tahun.
Dalam penelitian ini mencoba dilakukan aplikasi bahan penolak air dengan
menggunakan teknik post-treatment pada papan yang telah jadi diberi perlakuan
perendaman di dalam beberapa bahan penolak air yaitu yaitu parafin cair,
waterglass, silikon cair, waterproof, dan minyak goreng. Berdasarkan uraian
tersebut akan dilihat sejauh mana keefektifan metode post-treatment dengan
beberapa bahan penolak air ini untuk dapat memperbaiki stabilitas dimensi papan
yang dihasilkan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh post-treatment papan
terhadap parameter stabilitas dimensi dan sifat durabilitas papan partikel.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah diharapkan penelitian ini dapat
meningkatkan nilai ekonomis limbah batang sorghum dan diharapkan papan
partikel yang telah diberi post-treatment ini dapat menjadi alternatife material
pengganti kayu untuk industri papan partikel.
Hipotesis
Hipotesis yang diuji adalah pengaruh post-treatment papan partikel dari
bagase sorghum terhadap stabilitas dimensi dan tingkat ketahanan papan partikel
TINJAUAN PUSTAKA
Papan PartikelSorghum (Shorgum bicolour) merupakan salah satu sumber daya alam
yang penting untuk keperluan pangan, pakan, energy, dan industri. Kelebihan dari
tanaman sorghum adalah mempunyai adaptasi yang tinggi dan dapat tumbuh pada
lahan kering, lahan yang subur, dan tidak terdapat banyak air. Selain itu, tanaman
sorghum juga tidak memerlukan pengolahan tanah secara intensif karena sorghum
toleran terhadap genangan air, salinitas, dan kekeringan (Irawan dan Sutrisno,
2011; Supriyanto 2010).
Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panil
kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya,
yang diikat menggunakan perekat sintesis atau bahan pengikat lain dan dikempa
panas (Maloney 1993). Sifat bahan baku kayu sangat berpengaruh terhadap sifat
papan partikelnya. Sifat kayu tersebut antara lain jenis dan kerapatan kayu,
penggunaan kulit kayu, bentuk dan ukuran bahan baku, tipe, ukuran, geometri
partikel kayu, kadar air kayu, dan kandungan ekstraktifnya (Haygreen dan
Bowyer, 1996)
Menurut Haygreen dan Bowyer (1996), tipe-tipe utama partikel yang digunakan
untuk papan partikel adalah:
1. Shaving; partikel kayu kecil berdimensi tidak menentu yang dihasilkan apabila
mengetam lebar atau mengetam sisi tebal kayu. Bervariasi dalam ketebalannya
2. Flake; partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan sebelumnya yang
dihasilkan pada peralatan yang telah dikhususkan. Seragam dalam ketebalan,
dengan orientasi serat sejajar permukaan.
3. Wafer; bentuknya mirip dengan flake tetapi lebih besar. Biasanya tebal lebih
dari 0,02 inchi (0,5 mm) dan panjangnya lebih dari 1 inchi (2,54 cm), beberapa
bagian ujungnya meruncing.
4. Chip; sekeping kayu yang dipotong dari suatu blok dengan pisau yang besar
seperti dengan mesin pembuat tatal kayu pulp.
5. Sawdust; serbuk yang dihasilkan dari pemotongan oleh gergaji
6. Strand; pasahanpanjang tetapi pipih dengan permukaan yang sejajar.
7. Sliver; hampir persegi pada potongan melintangnya, dengan panjang minimal 4
kali ketebalannya
8. Wood wool (excelsior); sliver yang panjang, berombak dan ramping.
Maloney (1993) menyatakan papan partikel mempunyai kelebihan
dibandingkan kayu asalnya, antara lain (1). papan partikel bebas mata kayu, pecah
dan retak, (2) ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan
kebutuhan, (3) tebal dan kerapatannya seragam serta mudah dikerjakan, (4)
mempunyai sifat isotropis, dan (5) sifat dan kualitasnya dapat diatur.
Menurut Japanese Industrial Standard (2003) papan partikel
diklasifikasikan berdasarkan variabel–variabel tertentu seperti kondisi permukaan,
keteguhan lentur, jenis perekat yang digunakan, jumlah formaldehida yang
Sifat papan partikel menurut Haygreen dan Bowyer (1996) meliputi :
a. Kerapatan adalah suatu ukuran kekompakan suatu partikel dalam lembaran.
Nilainya sangat tergantung pada kerapatan kayu asal yang digunakan dan
besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pembuatan lembaran.
Makin tinggi kerapatan papan pertikel yang akan dibuat akan semakin besar
tekanan yang digunakan pada saat pengempaan (Haygreen dan Bowyer 1996).
b. Kadar air papan partikel
Kadar air papan partikel tergantung pada kondisi udara disekelilingnya, karena
papan partikel ini terdiri atas bahan-bahan yang mengandung lignoselulosa
sehingga bersifat higroskopis. Kadar air papan partikel akan semakin rendah
dengan semakin banyaknya perekat yang digunakan, karena kontak antara
partikel akan semakin rapat sehingga air akan sulit untuk masuk diantara
partikel kayu (Widarmana, 1997). Sutigno (1994) menyatakan bahwa kadar air
papan partikel ditetapkan dengan cara yang sama pada semua standar, yaitu
metode oven (metode pengurangan berat). Walaupun persyaratan kadar air
tidak selalu sama pada setiap standar, perbedaannya tidak besar
(kurang dari 5%).
c. Penyerapan air
Papan partikel sangat mudah menyerap air pada arah tebal terutama dalam
keadaan basah dan suhu udara lembab (Widarmana 1997). Johnson dan
Halligan (1987) dalam Djalal (1991) menyebutkan bahwa disamping desorpsi
bahan baku dan ketahanan perekat terhadap air, faktor yang mempengaruhi
papan partikel terhadap penyerapan air adalah (1). Volume ruang kosong yang
menghubungkan ruang satu dengan ruang kosong yang lain, (3). Luas
permukaan partikel yang tidak dapat ditutupi oleh perekat dan (4). Dalamnya
penetrasi perekat terhadap partikel.
d. Pengembangan tebal
Salah satu kelemahan papan partikel adalah besarnya tingkat pengembangan
dimensi tebal. Kelemahan ini dapat diperkecil dengan penambahan wax ke
dalam adonan sebesar 0,25%-1% berdasarkan berat kering partikel.
Penambahan wax sebesar 1 % atau lebih akan mempengaruhi sifat kekuatan
produk yang dihasilkan (Maloney 1993). Halligan (1970) dalam Rosid (1995),
menyebutkan faktor terpenting yang mempengaruhi pengembangan tebal papan
partikel adalah kerapatan kayu pembentuknya. Papan partikel yang dibuat dari
kayu dengan kerapatan rendah akan mengalami pengempaan yang lebih besar
pada saat pembebanan sehingga bila direndam dalam air akan terjadi
pembebasan tekanan yang lebih besar yang mengakibatkan pengembangan
tebal menjadi lebih tinggi.
Stabilitas Dimensi
Pemanfaatan kayu dalam kehidupan manusia dewasa ini semakin maju
seiring dengan kemajuan teknologi di bidang pengolahan kayu. Pemanfaatan kayu
sekarang ini bukan hanya dalam bentuk kayu utuh saja tetapi juga dalam berbagai
bentuk turunan kayu yang kadang-kadang tidak dapat digantikan dengan bentuk
lain. Untuk memaksimalkan pemanfaatan kayu utuh, perlu diketahui beberapa
kelemahan kayu agar dapat diminimalisir. Salah satu kelemahan kayu yang sangat
merugikan dalam penggunaannya adalah sifat kembang susut yang sangat
Kayu merupakan bahan higroskopis yang sangat mudah menyerap dan
mengeluarkan air. Kondisi ini dapat diatasi dengan menambahkan bahan yang
dapat mengurangi sifat higroskopis kayu, antara lain parafin cair yang diharapkan
menjadi “bulking agent” atau penghalang fisik yang akan menghalagi kontak
antara air dengan kayu (Syahidah dan Cahyono, 2007).
Fungsi parafin pada produksi papan partikel adalah menimbulkan kesan
licin pada permukaan, mengurangi penyerapan air, dan mempermudah
pemotongan papan serta pengolahan dengan mesin. Penambahan parafin sebesar
1% atau kurang (berdasarkan berat kering partikel) mempunyai pengaruh yang
kecil atau tidak mempengaruhi sifat kekuatan papan partikel, akan tetapi
penambahan lebih besar dari 1% kadangkala menurunkan sifat kekuatan papan.
Hal tersebut dapat dicegah dengan penambahan perekat, menaikkan kerapatan
atau mengubah ukuran partikel (Putriani, 2005).
Ketahanan Terhadap serangan Rayap
Salah satu jenis serangga yang termasuk dalam ordo isoptera adalah rayap.
Rayap terdapat pada daerah-daerah yang dominan daerahnya tropika. Seperti di
Indonesia, rayap tergolong dalam kelompok serangga perusak kayu utama dimana
kerusakan akibat serangan rayap tidak kecil. Binatang kecil yang tergolong dalam
binatang sosial ini mampu menghancurkan bangunan berukuran besar dan
menyebabkan kerugian yang besar (Nandika et al. 2003). Kerugian rayap bisa
mencapai 224-236 milyar per tahun di Indonesia (Prasetyo dan Yusuf, 2011).
Di Indonesia terdapat dua famili rayap tanah, yaitu Rhinotermitidae dan
Termitidae. Golongan rayap ini terutama merusak kayu yang berhubungan dengan
diserang melalui terowongan yang dibuat dari tanah. Salah satu jenis yang
termasuk ke dalam famili Rhinotermitidae adalah Coptotermes yang banyak
merusak kayu, seperti pagar, tiang listrik dan kayu perumahan. Famili Termitidae
dikenal jenis Odontotermes, Microtermes dan Macrotermes. Pusat sarang rayap
ini pada umumnya terdapat di dalam tanah. Beberapa jenis rayap tanah dapat
membangun bukit-bukit kecil di alas sarangnya. Rayap ini selalu mempunyai
hubungan dengan tanah untuk mencukupi kebutuhan air (Nurul, 2005).
Kerapatan papan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
aktifitas makan rayap. Papan dengan kerapatan yang tinggi cenderung lebih keras
sehingga secara tidak langsung menjadi penghambat aktifitas makan rayap secara
fisik. Perlakuan pengempaan pada suhu tinggi dalam pembuatan papan komposit
akan meningkatkan kerapatan papan sehingga menjadi lebih keras dibandingkan
dengan kayu solid dari jenis kayu yang sama. Kadar air papan dapat
mempengaruhi aktivitas makan rayap, yaitu rayap tanah cenderung menyukai
kondisi dengan kelembaban tinggi sementara rayap kayu kering cenderung
menyukai kondisi yang lebih kering. (Yusram et al., 2007).
Bahan Penolak Air
Parafin merupakan semacam bulking agent dalam kayu yang dapat
mengurangi daya serap air sehingga stabilisasi dimensi kayu juga akan terjaga.
Diduga parafin ini akan menghalangi penyerapan air dengan menggantikan ion–
OH pada molekul H2O sehingga molekul tersebut jenuh dan berakibat tidak akan
terjadi penyerapan air. Rendahnya penyerapan cairan oleh kayu antara lain
Oleh karena itu, proses pemasukan parafin ke dalam kayu dilakukan dengan
proses pemvakuman dan rendaman dingin (Coto dan Rahayu, 2005).
Silicon banyak digunakan secara luas di industri-industri kimia. Silicon
adalah senyawa kimia yang tersusun atas Silicon (Si), oksigen (O2) dan atom
atom. Silicon juga merupakan bagian dari produk-produk kosmetik. Silicon cair
berisifat suhu rendah sehingga silicon cair diterapkan secara luas sebagai aplikasi
medis ataupun kosmetik, cairan pengolah logam, dan cairan untuk sistem listrik.
Namun sesungguhnya silicon dianggap sebagai zat berbahaya (Santa Cruz
Bioteknologi, 2010).
Waterproof merupakan lapisan tahan air yang terbuat dari semen dan
dirancang untuk penggunaan pada permukaan yang berpori. Waterproof juga
berfungsi untuk lapisan tahan air pada beton, langit-langit dan dinding. Awalnya
pengaplikasian water repellent berbahan dasar acrylic digunakan untuk pelapis
anti bocor atap maupun genting pada bangunan. Tetapi acrylic (waterproof) disini
yang berupa serat sintetis diaplikasikan bukan sebagai pelapis anti bocor atap
maupun genting, melainkan sebagai pelapis papan (Watco House, 2014).
Ketaren (1986) dalam Sutiah (2008) menyebutkan minyak merupakan zat
makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Minyak,
khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam
linoleat, lenolenat, dan arakidonat. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak
berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, mentega dan
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Post-treatment papan terhadap
Stabilitas Dimensi dan Durabilitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum” ini
dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 – Februari 2015. Penelitian ini dilakukan
di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan (THH) Program Studi Kehutanan
Fakultas Pertanian USU, Medan dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan IPB, Bogor.
Bahan
Contoh uji ukuran 5 cm 5 cm x 1 cm untuk pengujian sifat fisis dan 2 cm x
2 cm x 1 cm untuk pengujian duraabilitas yang berasal dari papan partikel
berbahan baku batang sorghum dengan perekat Urea formaldehyde (UF). Bahan
lainnya adalah 100% parafin cair, 100% silicon cair, 100% waterproof dan 100%
minyak goreng. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis,
kalkulator, jangka sorong digital, timbangan analitik dan oven.
Metode
Perlakuan Contoh Uji
Sebelum diberikan perlakuan, contoh uji berukuran 5 cm 5 cm x 1 cm
diukur dimensinya dan ditimbang terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan kerapatan sebelum diberi perlakuan post-treatment. Kemudian
sampel dicelupkan ke dalam wadah yang berisi bahan peningkat stabilitas dimensi
yaitu 100% parafin cair, 100% silicon cair, 100% waterproof dan 100% minyak
goreng selama 3 menit. Kemudian tiriskan contoh uji ke wadah yang lain.
dihitung volume papan partikel yaitu dengan mengukur panjang, lebar, dan
tebalnya sebanyak tiga titik serta dimensi tebal sebanyak empat titik pengukuran.
Tujuannnya adalah untuk mendapatkan kerapatan sesudah diberi pelakuan.
A. Pengujian Sifat Fisis
Berikut ini proses pengukuran sifat fisis berdasarkan JIS A 5908 (2003) yaitu :
a. Kerapatan
Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi berat dan volume kering
udara. Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm ditimbang beratnya (B), lalu
diukur rata-rata panjang, dan lebar, sebanyak tiga titik serta dimensi tebal
sebanyak empat titik pengukuran untuk menghitung volumenya (V). Nilai
kerapatan dihitung dengan rumus :
ρ
V B
Keterangan :
ρ : kerapatan (g/cm3) B : berat contoh uji (g) V : volume contoh uji (cm3)
b. Daya serap air (DSA) dan pengembangan tebal
Contoh uji ditimbang dan diukur tebalnya kemudian direndam ke dalam
air, selanjutnya dilakukan pengukuran tebal dan berat papan pertikel setiap dua
jam sekali selama 24 jam. Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah
Daya serap air (DSA)
Pengukuran daya serap air dilakukan dengan mengukur selisih berat
sebelum perendaman (B1) dan setelah perendaman dalam air dingin selama 24 jam
dan setiap dua jam dilakukan pengukuran tebal (B2). Daya serap air dihitung
Contoh uji sama dengan contoh uji daya serap air. Contoh uji diukur
rata-rata dimensi tebal pada 4 titik pengukuran (T1) dan selanjutnya contoh uji
direndam dalam air dingin selama 24 jam dan dilakukan pengukuran tebal
dilakukan setiap dua jam dan diukur kembali dimensinya pada 4 titik pengukuran
(T2). Nilai pengembangan tebal dihitung dengan rumus :
B. Durabilitas
Pengujian terhadap serangan rayap tanah dan rayap kayu kering
berdasarkan SNI 01-7207-2006. Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap
organisme perusak kayu.
Metode uji ketahanan rayap kayu kering (Cryptotermes Cynocephalus Light.) yaitu:
Prinsip cara uji ketahanan rayap kayu kering adalah memaksa rayap kayu kering
menyerang kayu atau produk kayu dalam jangka waktu 12 minggu.
a) Prosedur
Sampel atau papan partikel yang berukuran 2 cm x 2 cm x 1 cm
dikeringkan dalam oven sampai mencapai BKO. Kemudian ditimbang (W1) dan
diumpankan ke rayap yang sehat dan aktif sebanyak 50 ekor. Pada salah satu sisi
yang terlebar pada contoh uji dipasang semprong kaca. Kedalam semprong kaca
tersebut dimasukkan rayap sebanyak 50 ekor rayap pekerja dan ditutup dengan
kapas. Contoh uji tersebut disimpan ditempat yang gelap selama 12 minggu.
Setelah diumpankan sampel dibersihkan dan dikeringkan dalam oven sampai
BKO (W2). Pengujian ketahanan rayap kayu kering disajikan pada Gambar 1.
b) Pernyataan hasil
Hasil dinyatakan berdasarkan penurunan berat dan dihitung dengan
menggunakan persamaan:
Keterangan :
P = penurunan berat (%);
W1 = berat kayu kering tanur sebelum diumpankan (g);
Sumber : SNI 01-7207-2006
Gambar 1. Contoh uji kayu terhadap serangan rayap kayu kering
c) Penetuan ketahanan papan partikel
Penentuan ketahanan papan partikel terhadap serangan rayap kayu kering
ditentukan berdasarkan tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap kayu kering
dalam uji laboratorium
Kelas Ketahanan Penurunan Berat (%)
I Sangat tahan < 2,0
II Tahan 2,0 – 4,4
III Sedang 4,4 – 8,2
IV Tidak tahan 8,2 – 28,1
V Sangat tidak tahan > 28,1
SNI 01-7207-2006
Metode uji ketahanan rayap tanah ( Coptotermers curvignathus Holmgren.) yaitu :
Prinsip cara uji ketahanan terhadap rayap tanaha adalah memaksa rayap tanah
a. Prosedur
holding capacity). Selanjutnya ke dalam setiap jampot dimasukkan rayap tanah
yang sehat dan aktif sebanyak 150 ekor, kemudian contoh uji tersebut disimpan di
tempat gelap selama 6 minggu. Setiap minggu aktivitas rayap dalam jampot
diamati. Setelah diumpankan sampel dibersihkan dan dikeringkan dalam oven
sampai BKO (W2). Jika kadar air pasir turun 2% atau lebih, maka ke dalam
jampot tersebut ditambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya kembali
seperti semula. Pengujian ketahanan rayap tanah disajikan pada Gambar 2.
b. Pernyataan hasil.
Hasil dinyatakan berdasarkan penurunan berat dan dihitung denga n
menggunakan persamaan:
Keterangan :
P = penurunan berat (%);
W1 = berat kayu kering tanur sebelum diumpankan (g); W2 = berat kayu kering tanur setelah diumpankan (g).
Sumber : SNI 01-7207-2006
Gambar 2. Contoh uji kayu terhadap serangan rayap tanah
c. Penetuan ketahanan papan partikel
Penentuan ketahanan papan partikel terhadap serangan rayap tanah
ditentukan berdasarkan Tabel 2.
Tabel 2. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap tanah dalam uji
laboratorium
Kelas Ketahanan Penurunan Berat (%)
I Sangat tahan < 3,52
II Tahan 3,52 – 7.50
III Sedang 7,50 – 10.96
IV Buruk 10,96 – 18,94
V Sangat buruk 18,94 – 31, 89
Sumber : SNI 01-7207-2006
Analisis data
Penelitian ini menggunakan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Perlakuan pada penelitian ini berupa perendaman sampel dalam parafin cair,
tiga menit dengan jumlah ulangan sebanyak tiga. Model statistik linier dari
rancangan percobaan ini dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Yij = µ + α
i+
ɛ
ijKeterangan:
Yij = respon pengamatan pada perlakuan lapisan jenis i dan ulangan ke-j µ = nilai rata-rata umum
αi = pengaruh perlakuan lapisan ke i
ε
ij = sisaan acak dari satuan percobaan ulangan ke-j yang diberi perlakuan jenis lapisan ii = 1,2,3,4,5 j = 1,2,3
A. Hipotesis yang digunakan untuk penelitian tentang pengaruh post-treatment
terhadap stabilitas dimensi:
H0 = Post treatment papan partikel tidak berpengaruh terhadap stabilitas
dimensi papan partikel
H1 = Post treatment papan partikel berpengaruh terhadap stabilitas dimensi
papan partikel
B. Hipotesis untuk pengujian durabilitas papan terhadap rayap kayu kering :
H0 = Post treatment papan partikel tidak berpengaruh terhadap sifat durabilitas
papan partikel terhadap rayap kayu kering
H1 = Post treatment papan partikel berpengaruh terhadap sifat durabilitas
papan partikel rayap kayu kering
C. Hipotesis untuk pengujian durabilitas papan terhadap rayap tanah :
H0 = Post treatment papan partikel tidak berpengaruh terhadap sifat durabilitas
papan partikel terhadap rayap tanah
H1 = Post treatment papan partikel berpengaruh terhadap sifat durabilitas
Analisis keragaman tersebut menggunakan kriteria uji sebagai berikut:
a. Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima atau perlakuan tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap stabilitas dimensi atau durabilitas papan partikel
b. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak atau perlakuan memberikan pengaruh
terhadap stabilitas dimensi atau durabilitas papan partikel
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar masing-masing perlakuan
maka dilanjutkan dengan pengujian menggunakan uji wilayah berganda Duncan
(DMRT). Setelah data hasil pengujian untuk setiap respon dianalisis, kemudian
dibandingkan dengan persyaratan JIS A 5908 (2003) dengan maksud untuk
mengetahui apakah pengembangan tebal (PT) papan partikel yang dihasilkan telah
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Sifat Fisis 1. Kerapatan
Nilai kerapatan papan yang dihasilkan pada penelitian ini disajikan pada
Gambar 3. Nilai kerapatan papan yang tertinggi dan terendah masing-masing
terdapat pada perlakuan pelapisan papan menggunakan silicon yaitu sebesar 0,74
g/cm3 dan tanpa perlakuan (kontrol) sebesar 0,60 g/cm3. Nilai kerapatan rata-rata
papan partikel berkisar antara 0,60-0,74 g/cm3.
Gambar 3. Kerapatan papan partikel
Berdasarkan Gambar 3, tren menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai
kerapatan papan setelah diberikan perlakuan pelapisan menggunakan beberapa
bahan penolak air. Hal ini disebabkan oleh perubahan penambahan berat yang
lebih besar dibandingkan dengan perubahan dimensinya. Nilai rata-rata
penambahan berat setelah perlakuan post-trearment sebesar 20,39% sedangkan
bahwa penambahan lapisan pada permukaan papan menyebabkan perubahan nilai
kerapatan papan.
Hasil sidik ragam terhadap kerapatan papan pada penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan contoh uji dengan bahan penolak air tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai kerapatan papan (Lampiran 5). Secara keseluruhan nilai kerapatan
papan partikel yang dihasilkan telah memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang
menyatakan bahwa nilai kerapatan papan partikel berkisar antara 0,4 - 0,90 gr/cm3
(JSA, 2003). Berdasarkan FAO (1996) nilai kerapatan yang dihasilkan termasuk
dalam klasifikasi papan partikel berkerapatan sedang (Medium Density
Particleboard), yaitu papan yang mempunyai kerapatan kurang dari 0,4-0,8
gr/cm3.
2. Pengembangan Tebal
Gambar 4 Pengembangan tebal papan partikel
Nilai pengembangan tebal (PT) papan yang dihasilkan pada penelitian ini
disajikan pada Gambar 4. Nilai pengembangan tebal papan dihitung setiap dua
jam. Hasil pengukuran pengembangan tebal setelah 24 jam menunjukkan bahwa
nilai pengembangan tebal papan partikel berkisar antara 13,23-37,31%. Nilai
pengembangan tebal papan yang tertinggi dan terendah masing-masing terdapat
pada kontrol yaitu sebesar 37,31% dan perlakuan papan dengan menggunakan
waterproof yaitu sebesar 13,23%.
Berdasarkan Gambar 4, tren menunjukkan bahwa papan yang diberi
perlakuan bahan penolak air cenderung mengalami perbaikan nilai stabilitas
dimensi. Perlakuan papan dengan menggunakan waterproof menghasilkan
stabilitas dimensi yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain, hal
ini ditunjukkan dengan kurva perubahan nilai pengembangan tebal setiap 2 jam
yang relatif lebih datar bila dibandingkan dengan perlakuan lain dan kontrol. Hal
ini disebabkan oleh penghambatan absorbsi air dengan adanya waterproof yang
melapisi atau menutup rongga papan partikel. Sebagaimana diketahui bahwa
fungsi dari waterproof adalah sebagai bahan pelapis anti bocor atau anti lembab.
Antoni (2001) menyatakan bahwa waterproof berbahan dasar utama acrylic dan
semen, terdiri dari dua komponen yaitu bubuk dan cairan yang dicampur secara
merata dimana pada saat kondisi basah akan membentuk pasta semen dan setelah
kering akan menjadi lembaran tipis yang kedap air dan kuat.
Papan partikel dari bagase sorghum dengan menggunakan perekat urea
formaldehida (UF) memiliki nilai pengembangan tebal yang sangat tinggi
(Iswanto et al. 2012; Iswanto et al. 2013; Prabuningrum, 2015; Wulandhari 2015).
Hal ini disebabkan oleh nilai keteguhan rekat internal papan yang sangat rendah.
Iswanto (2014) menyatakan bahwa korelasi antara PT dan internal bond (IB)
adalah negatif dimana semakin rendah IB akan menyebabkan nilai PT semakin
Pada penelitian ini, nilai pengembangan tebal untuk papan tanpa perlakuan
(kontrol) relatif tinggi. Hal ini diduga karena bagase sorghum bersifat porus
sehingga memiliki daya serap air yang tinggi. Menurut Samad et al. (2005),
pengembangan tebal mengikuti penyerapan air dan menyesuaikan pada volume air
yang terserap.
Papan partikel dari bagase sorghum ini dibuat dengan menggunakan
perekat urea formaldehida (UF). Perekat UF merupakan perekat yang memiliki
kelemahan tidak tahan terhadap air. Maloney (1993) menyatakan bahwa
kelemahan utama perekat urea formaldehida adalah terjadinya kerusakan pada
ikatannya yang disebabkan oleh air dan kelembapan. Menurut Youngquis (1999);
Irle dan Barbu (2010), kelemahan dari perekat UF diantaranya perekat ini tidak
tahan cuaca, sehingga menjadi penghalang untuk penggunaan eksterior. Perekat
UF sensitif terhadap pengaruh asam dan basa serta penggunaan terbatas untuk
interior, memiliki emisi formaldehida tinggi, daya tahan terhadap airnya rendah,
dan garis rekatnya rapuh (Ruhendi et al. 2007).
Hasil sidik ragam terhadap pengembangan tebal papan pada perendaman 2
jam menunjukkan bahwa perlakuan bahan penolak air tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai pengembangan tebal papan. Sementara pada perendaman 24 jam
perlakuan bahan penolak air memberikan pengaruh yang nyata pada selang
kepercayaan 95% terhadap nilai pengembangan tebal papan (lampiran 5)
Hasil uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT)
menunjukkan bahwa perlakuan waterproof berbeda nyata dengan perlakuan
yang dihasilkan tidak memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang menyatakan
bahwa nilai pengembangan tebal papan partikel maksimum adalah 12% .
3. Daya Serap Air
Nilai daya serap air papan yang dihasilkan pada penelitian ini disajikan
pada Gambar 5. Nilai daya serap air papan dihitung setiap dua jam.
Gambar 5. Daya serap air papan partikel
Hasil pengukuran daya serap air papan setelah 24 jam menunjukkan bahwa
nilai daya serap air papan partikel berkisar antara 38,72–114,99%. Rofii dan
Widyorini (2012) menyebutkan bahwa pengembangan tebal dan penyerapan air
merupakan sifat fisis papan partikel yang berkaitan dengan respon papan partikel
tersebut terhadap kondisi perendaman. Nilai daya serap air papan yang tertinggi
dan terendah masing-masing terdapat pada kontrol yaitu sebesar 114,99% dan
perlakuan contoh uji dengan menggunakan waterproof yaitu sebesar 38,72%. Hal
ini diduga karena sifat waterproof yang kedap air sehingga menyulitkan air masuk
Tren serupa pengembangan tebal juga terjadi pada daya serap air.
Berdasarkan Gambar 5, papan yang diberi perlakuan dengan bahan penolak air
menyebabkan perbaikan nilai daya serap air papan. Waterproof memberikan
respon negatif terhadap nilai daya serap air papan. Perlakuan pelapisan dengan
menggunakan waterproof mampu mengurangi daya serap air hingga 3 kali lipat
dibanding kontrol. Penggunaan perekat UF mempengaruhi tingginya daya serap
air papan partikel sehingga ikatan yang dihasilkan tersebut tidak tahan air
sehingga air mudah sekali merusak ikatan-ikatan antar perekat dan partikel (Djalal
1984).
Hasil sidik ragam terhadap daya serap air papan selama 2 dan 24 jam pada
penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan bahan penolak memberikan
pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95% terhadap nilai pengembangan
tebal papan selama 2 dan 24 jam. Hasil uji lanjut menggunakan DMRT
menunjukkan bahwa perlakuan waterproof berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya dan kontrol (lampiran 5). JIS A 5908 (2003) tidak mensyaratkan standar
nilai daya serap air papan partikel.
B.Sifat Durabilitas Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptetermes curvignathus Holmgren.) dan Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light.)
1. Rayap Tanah
Nilai kehilangan berat, mortalitas rayap, antifeedant dan feeding rate
disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan Gambar 6, nilai kehilangan berat untuk
rayap tanah terendah dan tertinggi terdapat pada silicon dan kontrol
perlakuan pelapisan terlihat lebih rendah dibandingkan dengan sampel tanpa
perlakuan. Hal ini diduga karena parafin, silicon, dan waterproof bersifat racun
dan tidak disukai rayap rayap tanah.
Gambar 6. Persen kehilangan berat, mortalitas rayap, antifeedant dan feeding rate rayap tanah
Hal ini tidak seperti yang terjadi pada perlakuan dengan menggunakan
minyak goreng yang terlihat tidak berbeda daya tahan terhadap serangan rayap
tanahnya bila dibandingkan dengan kontrol. Klasifikasi ketahanan terhadap
serangan rayap menurut SNI 01.7207–2006 kelas awet papan partikel disajikan
dalam tabel 3.
Tabel 3. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap tanah pada papan partikel dalam uji laboratorium
No Perlakuan Kehilangan berat (%) Tingkat Ketahanan
1 Kontrol 23,16 Sangat tidak tahan
2 Parafin 8,60 Tidak tahan
3 Silicon 4,90 Sedang
4 Waterproof 10,30 Tidak tahan
5 Minyak goreng 16,40 Sangat tidak tahan
0 50 100 150 200
Kontrol Parafin Silicon Waterproof Minyak Goreng
Perlakuan pelapisan
Hasil sidik ragam kehilangan berat menunjukkan bahwa perlakuan tidak
berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% terhadap kehilangan berat akibat
serangan rayap tanah (lampiran 6). Pada prinsipnya bahan-bahan seperti parafin,
silicon, waterproof dan minyak goreng bukan dikategorikan sebagai bahan
pengawet tapi masuk dalam kategori bahan penolak air sehingga perlakuan ini
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Namun penggunaan silicon
sedikit meningkatkan daya tahan terhadap serangan rayap tanah.
Mortalitas rayap merupakan salah satu indikator dalam penentuan
keaktifan bahan racun dengan menghitung persentase jumlah rayap yang mati
setelah diberikan perlakuan pada waktu tertentu. Nilai mortalitas untuk rayap
tanah terendah dan tertinggi terdapat pada kontrol dan silicon masing-masing
sebesar 64,89% dan 96,89%. Nilai mortalitas sampel dengan perlakuan terlihat
lebih tinggi dibandingkan dengan sampel tanpa perlakuan. Nilai mortalitas yang
tinggi menunjukkan kemungkinan papan yang diberi perlakuan bersifat racun atau
menimbulkan aroma yang tidak disukai rayap sehingga rayap tidak tertarik untuk
memakan sampel tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh Hadi (2008) bahwa
kematian rayap disebabkan karena adanya prilaku menolak makanan yang
memiliki aroma pada yang menyengat, sehingga dengan adanya pengaruh aroma
tersebut menyebabkan terjadinya sifat anti makan rayap.
Selain hal tersebut, menurut Nandika (1991) dalam Raja (2014) rayap
memiliki sifat kanibalisme, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang
lemah, sakit atau dalam keadaan kekurangan makanan dan memakan bangkai
sesamanya. Nandika et al (2003) menyatakan bahwa rayap dengan berat tubuhnya
sehingga dengan tidak tersedianya makanan bagi rayap maka sifat terjadilah
kanibalisme pada rayap. Hasil sidik ragam mortalitas rayap tanah menunjukkan
bahwa perlakuan papan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% terhadap
nilai mortalitas akibat serangan rayap tanah (lampiran 6).
Antifeedant ditentukan berdasarkan rasio persen kehilangan berat pada
sampel tanpa perlakuan dan dengan perlakuan. Antifeedant merupakan nilai
penghambatan aktifitas makan. Nilai antifeedant untuk rayap tanah terendah dan
tertinggi terdapat pada minyak goreng dan silicon masing-masing sebesar 17,10%
dan 65,10%. Antifeedant membuat rayap tidak menyukai makanan dan membuat
rayap menjadi lemah.
Nilai feeding rate menunjukkan bahwa papan dengan perlakuan terlihat
lebih rendah bila dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Nilai feeding rate
berbanding terbalik dengan nilai antifeedant. Apabila rayap menyukai
makanannya maka nilai feeding rate yang dihasilkan tinggi. Nilai feeding rate
terendah dan tertinggi terdapat pada silicon dan kontrol masing-masing sebesar
37,39 dan 150,33 µg/rayap/hari. Hasil sidik ragam mortalitas rayap tanah
menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%
terhadap nilai feeding rate rayap tanah (lampiran 6).
2. Rayap Kayu Kering
Nilai kehilangan berat, mortalitas rayap, antifeedant dan feeding rate
disajikan pada Gambar 7. Berdasarkan Gambar 7, nilai kehilangan berat untuk
rayap kayu kering terendah dan tertinggi terdapat pada waterproof dan kontrol
Gambar 7. Persen kehilangan berat, mortalitas rayap, antifeedant dan feeding rate rayap kayu kering
Sebagaimana yang terjadi pada rayap tanah, kehilangan berat sampel
dengan perlakuan terlihat lebih rendah dibandingkan dengan sampel tanpa
perlakuan. Hal ini diduga karena parafin, silicon, dan waterproof ada
kemungkinan bersifat racun bagi rayap tanah ataupun keberadaan bahan kimia
penyusun silicon, waterproof, maupun parafin menyebabkan rayap tersebut tidak
tertarik untuk memakan sampel yang telah diberi perlakuan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Nandika et al. (2003) bahwa aktivitas makan rayap secara
umum dipengaruhi oleh ketersediaan dan tingkat kesukaan rayap terhadap sumber
makanan dan kondisi lingkungan. Hasil sidik ragam kehilangan berat
menunjukkan bahwa perlakuan bahan pelapis tidak berpengaruh nyata pada selang
kepercayaan 95% terhadap kehilangan berat papan partikel akibat serangan rayap
kayu kering (lampiran 7). Klasifikasi ketahanan terhadap serangan rayap menurut
SNI 01.7207–2006 kelas awet papan partikel disajikan dalam tabel 4.
0 20 40 60 80 100 120
Kontrol Parafin Silicon Waterproof Minyak Goreng
Perlakuan pelapisan
Tabel 4. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap kayu kering pada papan partikel dalam uji laboratorium
No Perlakuan Kehilangan berat (%) Tingkat ketahanan
1 Kontrol 19,74 Sangat tidak tahan
2 Parafin 6,39 Sedang
3 Silicon 7,62 Sedang
4 Waterproof 0,02 Sangat tahan
5 Minyak goreng 6,26 Sedang
Nilai mortalitas untuk rayap kayu kering terendah dan tertinggi terdapat
pada kontrol dan waterproof masing-masing sebesar 76,00% dan 99,33%. Sifat
anti rayap yang tinggi dihasilkan pada perlakuan dengan menggunakan
waterproof. Hal ini diduga karena senyawa kimia yang terkandung dalam
waterproof tidak disukai oleh rayap kayu kering.
Selain itu menurut Sari (2002) dalam Tutirin (2011) bahwa aktivitas
makan rayap juga dipengaruhi jumlah rayap yang mati. Rayap yang mati akan
diserang oleh jamur dan menularkan penyakit pada rayap lainnya sehingga
menambah jumlah kematian rayap. Hasil sidik ragam mortalitas rayap kayu kering
menunjukkan bahwa perlakuan bahan pelapis tidak berpengaruh nyata pada selang
kepercayaan 95% terhadap nilai mortalitas akibat serangan rayap kayu kering
(lampiran 7).
Antifeedant (penghambatan aktifitas makanan) rayap kayu kering terendah
dan terbesar terdapat pada silicon dan waterproof masing masing sebesar 45,95%
dan 99,76%. Selanjutnya nilai feeding rate terendah dan terbesar terdapat pada
perlakuan waterproof dan kontrol masing-masing sebesar 0,14 dan 58,69
µg/rayap/hari.
dihadapkan kepada berbagai pilihan makanan. Sebaliknya di laboratorium,
lingkungan tersebut sudah dibuat manusia. Hal itu berarti rayap dihadapkan
kepada keadaan terpaksa sehingga rayap hanya akan memakan bahan makanan
yang diberikan. Hasil sidik ragam feeding rate rayap kayu kering menunjukkan
bahwa perlakuan bahan pelapis tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan pencelupan papan partikel dalam parafin, minyak goreng,
waterproof dan silicon telah meningkatkan stabilisasi dimensi papan partikel dari
bagase sorghum dengan perekat urea formaldehida. Waterproof merupakan
perlakuan yang terbaik dalam penelitian ini. Penggunaan waterproof mampu
menurunkan nilai pengembangan tebal papan partikel hingga 65%
Perlakuan pencelupan papan partikel pada papan partikel dalam parafin,
minyak goreng, waterproof dan silicon dapat memperbaiki sifat ketahanan papan
terhadap serangan rayap tanah (Coptetermes curvignathus Holmgren.) dan rayap
kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.). Berdasakan nilai kehilangan
berat, mortalitas, antifeedant dan feeding rate pada rayap tanah perlakuan silicon
merupakan perlakuan yang terbaik dan masuk dalam kategori kelas awet sedang.
Sedangkan untuk rayap kayu kering, perlakuan waterproof adalah perlakuan yang
terbaik dan masuk ke dalam kategori kelas awet sangat tahan.
Saran
1. Diperlukan penelitian lanjutan mengenai optimalisasi waktu pencelupan
sehingga dapat diperoleh sifat pengembangan tebal papan yang memenuhi
standar JIS A 5908 (2003).
2. Diperlukan penelitian lanjutan untuk memperbaiki sifat ketahanan papan
terhadap serangan rayap melalui perlakuan pendahuluan pada partikel dengan
DAFTAR PUSTAKA
Antoni. 2001. Bahan Waterproofing Semen yang Semi Fleksibel. Ultrachem Super. Jakarta.
Coto, Z. dan I.S. Rahayu. 2005. Pengaruh Perlakuan Vakum terhadap Absorbsi Air oleh Kayu dalam Proses Rendaman Dingin. Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Djalal, M. 1991. Pengaruh Orientasi Partikel dan Kadar Perekat Terhadap Sifat- sifat Flakeboard dari Kayu Albazzia dan getah Perca. Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Pasca Sarjana. Bogor.
Djalal, M. 1984. Peranan Kerapatan Kayu dan Kerapatan Lembaran dalam Usaha Sifat-Sifat Mekanik dan Stabilitas Dimensi Papan Partikel dari Beberapa Jenis Kayu dan Campurannya [disertasi]. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 1996. Plywood and Other Wood Based Panels. Food and Agriculture Organization of the United Nation. Rome
Geimer, R. L., H. Montrey, and William F. Lehmann. 1975. Effects of layer characteristics on the properties of three-layer particleboard. Forest Products Journal 25 (9):19-29
Hadi, M., 2008, Pembuatan Kertas Anti Rayap Ramah Lingkungan dengan Memanfaatkan Ekstrak Daun Kirinyuh (Eupatorium odoratum), Bioma, 6 (2): 12-18.
Haygreen, JG, JL. Bowyer. 1996 . Hasil Hutan dan Ilmu Kayu : Suatu Pengantar. Penerjemah: Hadikusumo S.A, Penerjemah ; Prawirohatmodjo S, editor. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Iswanto, A. H., Fauji F., Yusuf S.H., Surdiding R., Dede H.,2012. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Kulit Buah Jarak (Jatropha curcas) Diperkuat Partikel Kayu (Physical and Mechanical Properties of Particleboard Made from Jatropha (Jatropha curcas) Fruit Hulls Reinforced with Wood Particle). Institut Pertanian Bogor. Bogor
Iswanto, A. H., 2014. Karakteristik kulit buah jarak (Jatropha curcas) dan pemanfaatannya sebagai bahan baku papan partikel berkualitas. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
[JSA] Japanese Industrial Standard. 2003. JIS A 5908. Japanese Standart Association Particleboard. JIS. Japan.
Kementrian Kehutanan 2012. Statistika Kehutanan Indonesia 2011. Kementrian Kehutanan. Jakarta
Maloney, T. M. 1993. Modern Paritcleboard and Dry-Process Fiberboard Manufacturing. Miller Freeman Inc. San fransisco.
Nandika, D., Y. Rismayadi, dan F. Diba. 2003. Rayap: Perilaku dan Pengendaliannya. Muhammadiyah University Press. Surakarta.
Nurul. 2005. Perlindungan Investasi Kontruksi Terhadap Serangan Organisme Perusak Kayu. Kolokium & Open House. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung.
Prabuningrum, D. 2015. Pengaruh Ukuran Papan Partikel dan Penggunaan
Waterglass terhadap Kualitas Papan Partikel dari bagase Sorghum. USU. Medan
Prasetyo, K.W. dan S. Yusuf. 2011. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah Lingkungan dan Kimiawi. Agro Media Pustaka. Depok.
Putriani, V. 2005. Kualitas Papan Partikel Batang Bawah, Batang Atas dan Cabang Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba miq.) Skripsi. Departemen Hasil Hutan Fakultas kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Raja, L. S. 2014. Siaft Anti Rayap Ekstrak Biji Mengkudu (Morinda citrifolia
Linn) Terhadap Rayap Tanah (Mactotermes gilvus Hagen) Skripsi. Program Studi Kehutanan, USU. Medan
Rofii, M. N dan R. Widyorini. 2012. Pengaruh proporsi lapisan dan bahan baku terhadap sifat papan partikel lapis tanpa perekat. Seminar Nasional Mapeki XV. Makasar
Ruhendi, S., D. N. Koroh, F. A. Syamani, H. Yanti, Nurhaida, S. Saad, dan T. Sucipto. 2007. Analisis Perekatan Kayu. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Samad, M.S, V. Baharuddin, L. Wardani. 2005. Buku ajar perekat dan perekatan kayu. Fakultas Kehutanan Unlam. Banjarbaru
Santa Cruz Bioteknologi. 2010. Chemical product and Company Identification.
Santa Cruz Bioteknologi. Kanada.
[BSN] Standar Nasional Indonesia. 2006. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu Terhadap Organisme Perusak Kayu. SNI 01-7207-2006. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Supriana, N. 2002. Kajian Peran Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam Rangka Pengelolaan Hutan Lestari. Laporan Hasil Penelitian. Badan Pengembangan dan Penelitian Departemen Kehutanan. Jakarta
Supriyanto, 2010. Pengembangan sorghum di lahan kering untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan, energy, dan industri. Institut Pertanian Bogor. Simposium Nasional. Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif. Bogor.
Supriyanto. 2011. Development of sorghum for food, feed, and energy. Booklet. SEAMEO BIOTROP. Bogor. Indonesia.
Sutiah. 2008. Studi Kualitas Minyak Goreng dengan Parameter Viskositas dan Indeks Bias. Berkala Fisika. Jurusan Fisika. UNDIP. Semarang
Sutigno, P. 1994. Teknologi Papan Partikel. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor.
Syahidah dan Cahyono, T.D. 2007. Stabilisasi Dimensi Kayu Dengan Aplikasi Parafin Cair. Jurnal Perennial, 4(1) : 18-22.
Tutirin, I. 2011. Keawetan Papan Partikel Kerapatan Rendah dan Sedang Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen), Cempaka (Elmerrillia ovalis (Miq.) Dandy) dan Manglid (Manglietia glauca Bl.) Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan. Bogor.
Watco House. 2014. Wacto House Filmer Grove. Quality management system.
Inggris
Widarmana, S. 1997. Panil-panil Berasal dari Kayu Sebagai Bahan Bangunan. Proceeding Seminar Persaki. Pengurus Pusat Persaki. Bogor.
Yusram, M., Suhasman, Yusuf S. H., dan Astuti. 2007. Ketahanan Papan Komposit dari Limbah Kayu Sengon dan Karton terhadap Rayap Kayu Kering dan Rayap Tanah. Departemen Hasil Hutan Fakultas kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Yongquist, J A. 1999. Wood-based Composites and Panel Product. Wood Hand Book: Wood as an Engineering Material. Washington DC (US).