• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Post-Treatment Papan Terhadap Stabilitas Dimensi dan Sifat Durabilitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Post-Treatment Papan Terhadap Stabilitas Dimensi dan Sifat Durabilitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POST-TREATMENT PAPAN TERHADAP

STABILITAS DIMENSI DAN DURABILITAS PAPAN

PARTIKEL DARI BAGASE SORGHUM

SKRIPSI

Swesty Sri Desima Nadeak 111201005

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH POST-TREATMENT PAPAN TERHADAP

STABILITAS DIMENSI DAN DURABILITAS PAPAN

PARTIKEL DARI BAGASE SORGHUM

SKRIPSI

Swesty Sri Desima Nadeak 111201005

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Peneletian : Pengaruh Post-Treatment Papan Terhadap Stabilitas Dimensi dan Sifat Durabilitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum

Nama : Swesty Sri D Nadeak

NIM : 111201005

Program Studi : Kehutanan

Minat : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut, M.Si Tito Sucipto, S.Hut, M.Si

Ketua Anggota

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK

SWESTY SRY DESIMA NADEAK: Pengaruh Post-Treatment Papan Terhadap Stabilitas Dimensi dan Durabilitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum. Dibawah bimbingan APRI HERI ISWANTO dan TITO SUCIPTO.

Pada umumnya kelemahan dari papan partikel yang menggunakan perekat urea formaldehida terletak pada stabilisasi dimensinya yang rendah. Penelitian ini mencoba memperbaiki kelemahan tersebut melalui post-treatment dengan teknik pencelupan papan partikel pada beberapa bahan yang dapat menolak air. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh post-treatment papan menggunakan beberapa bahan penolak air terhadap stabilitas dimensi dan durabilitas terhadap serangan rayap. Metode penelitian ini dengan menggunakan teknik pencelupan papan partikel pada bahan penolak air seperti parafin, silicon,

waterproof, dan minyak goreng. Pencelupan sampel dilakukan dalam waktu 3 menit, selanjutnya sampel dikeringkan pada suhu 50 0C selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kerapatan yang dihasilkan berkisar antara 0,60 – 0,74 g/cm3. Terjadi peningkatan nilai kerapatan setelah pemberian perlakuan. Daya serap air dan pengembangan tebal papan masing-masing berkisar antara 29,35% – 114,99% dan 13,23 - 37,31 %. Meskipun perlakuan papan mengakibatkan penurunan nilai pengembangan tebal hampir 65% namun nilai ini masih belum memenuhi standar. Selanjutnya untuk uji durabilitas pada rayap tanah dan rayap kayu kering menunjukkan bahwa perlakuan papan memperbaiki sifat ketahanan papan terhadap serangan rayap. Perlakuan papan dengan menggunakan silicon menghasilkan tingkat ketahanan yang paling baik terhadap serangan rayap tanah, sedangkan perlakuan papan dengan menggunakan

waterproof menghasilkan ketahanan yang paling baik terhadap serangan rayap kayu kering.

(5)

ABSTRACT

SWESTY SRY DESIMA NADEAK. Post-Treatment Effect of Board to Dimensional Stability and Durability Properties of Particleboard Made From Sorghum Bagasse. Under supervised APRI HERI ISWANTO and TITO SUCIPTO.

In general, the weakness of particleboard using of urea formaldehyde (UF) resin had a low dimensional stability. This reasearch will improve of that weakness by post-treatment technique used several water repellent materials. The objective of this research was to evaluated the post-treatment effect of board to dimensional stability and durability properties against to subterranean and dry termites. For each sample respectively was dyed into several water reppelent materials such as parafin, palm oil, silicon and waterproof for 3 minute. Furthermore, samples were oven dried at 50 0C temperature for 24 hours. The result showed that the density parameter was varied of 0,60 to 0,74 g/cm3. Board treated caused of increasing the density value. Water absorption and thickness swelling parameter of board were varied of 29,35% to 114,99% and 13,23 to 37,31 % respectively. Inspite of post-treatment resulting of improvement dimensional stability up to 65%, but the thickness swelling value did not fulfill standard. Furthermore, durability test showed that post-treatment able to improve of durability properties. For durability to subterranean termites attack resulted silicon treatment had the best durable to termites. Whereas for dry termites attack, waterproof treatment had the best durable.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Bunga pada tanggal 01 Desember 1992 dari

Ayah Dingkar Nadeak dan Ibu Alina Paulina Naibaho. Penulis merupakan anak

ke sembilan dari sembilan bersaudara.

Penulis memulai pendidikan di SD Negeri 173740 Tanjung Bunga pada

tahun 1999-2005, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri

1 Pangururan pada tahun 2005-2008, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas

di SMA Negeri 1 Pangururan pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis

lulus ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Undangan-Bidikmisi. Penulis

memilih program studi Kehutanan, Fakultas Pertanian dan pada semester VII

memilih minat studi Teknologi Hasil Hutan.

Semasa kuliah penulis merupakan anggota pada organisasi Himpunan

Mahasiswa Sylva (HIMAS) dan Keluarga Mahasiswa Bidik Misi (GAMADIKSI)

USU. Penulis pernah mendapatkan bantuan dana dalam program PKM-Kreativitas

DP2M DIKTI 2014 di bawah bimbingan Dr. Yunasfi. Penulis juga pernah

magang di Orangutan Information Centre (OIC) melalui organisasi Himpunan

Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU di Aceh Tenggara pada tahun 2012, dan

menjadi Asisten Praktikum Pengenalan Ekosistem Hutan selama 10 hari di Pulau

Sembilan, Langkat pada tahun 2014.

Penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan di Taman

Hutan Rakyat Bukit Barisan dan Hutan Pendidikan USU pada tahun 2013. Penulis

juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Perum Perhutani KPH

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Post-Treatment Papan terhadap

Stabilitas Dimensi dan Sifat Durabilitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum”.

Skripsi ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh post-treatment papan

terhadap stabilitas dimensi dan durabilitas papan partikel dari bagase sorghum.

Sehingga diketahui post-treatment yang paling efektif dan efisien dalam

penggunaanya di industri papan partikel.

Selama pembuatan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

menyatakan terima kasih kepada:

1. Ayahanda D. Nadeak, ibuda A. Naibaho, dan kedelapan saudaraku yang telah

memberikan dukungan baik secara moral maupun material kepada penulis.

2. Bapak Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut., M.Si dan Bapak Tito Sucipto, S.Hut.,

M.Si. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing

dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Arida Susilowati, S.Hut.,M.Si dan Bapak Dr. Samsuri, S.Hut.,M.Si

selaku dosen peguji saya yang telah memberikan dukungan dan semangat

selama penyusunan skripsi ini.

4. Staf Pengajar dan Tata Usaha Program Studi Kehutanan yang telah membantu

dalam proses penyusunan skripsi ini.

(8)

6. Teman-teman Kehutanan angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu kehutanan. Akhir kata penulis

mengucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2015

(9)

DAFTAR ISI

Ketahanan terhadap Serangan Rayap ... 8

Bahan Penolak Air ... 9

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 11

Bahan dan Alat ... 11

Metode Penelitian ... 11

Pengujian Sifat Fisis ... 12

Durabilitas ... 14

Rayap tanah (Coptotermers curvignathus Holmgren.) ... 26

(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 33 Saran ... 33

(11)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap kayu

kering dalam uji laboratorium ... 15

2. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap tanah

dalam uji laboratorium ... 17

3. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap tanah

pada papan partikel dalam uji laboratorium ... 26

4. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap rayap

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Contoh uji kayu terhadap serangan rayap kayu kering ... 15

2. Contoh uji kayu terhadap serangan rayap tanah... 17

3. Kerapatan papan partikel ... 20

4. Pengembangan tebal papan partikel... 21

5. Daya serap air papan partikel ... 24

6. Persen kehilangan berat, mortalitas rayap, antifeedant dan feeding rate rayap tanah... 26

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Data hasil pengujian kerapatan papan partikel sebelum dan sesudah

diberi perlakuan ... 37

2. Data hasil pengujian pengembangan tebal dan daya serap air papan

partikel bagase sorghum ... 38

3. Data hasil pengujian persen kenaikan berat dan volume sebelum dan

sesudah diberi perlakuan... 39

4. Data hasil pengujian sifat durabilitas rayap tanah dan rayap kayu kering . 40

5. Sidik ragam pengaruh post-treatment papan terhadap sifat fisis ... 42

6. Sidik ragam pengaruh post-treatment papan terhadap sifat durabilitas

rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgreb.) ... 45

7. Sidik ragam pengaruh post-treatment papan terhadap sifat durabilitas

rayap kayu kering (Criptotermes cynocephalus Light.) ... 46

(14)

ABSTRAK

SWESTY SRY DESIMA NADEAK: Pengaruh Post-Treatment Papan Terhadap Stabilitas Dimensi dan Durabilitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum. Dibawah bimbingan APRI HERI ISWANTO dan TITO SUCIPTO.

Pada umumnya kelemahan dari papan partikel yang menggunakan perekat urea formaldehida terletak pada stabilisasi dimensinya yang rendah. Penelitian ini mencoba memperbaiki kelemahan tersebut melalui post-treatment dengan teknik pencelupan papan partikel pada beberapa bahan yang dapat menolak air. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh post-treatment papan menggunakan beberapa bahan penolak air terhadap stabilitas dimensi dan durabilitas terhadap serangan rayap. Metode penelitian ini dengan menggunakan teknik pencelupan papan partikel pada bahan penolak air seperti parafin, silicon,

waterproof, dan minyak goreng. Pencelupan sampel dilakukan dalam waktu 3 menit, selanjutnya sampel dikeringkan pada suhu 50 0C selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kerapatan yang dihasilkan berkisar antara 0,60 – 0,74 g/cm3. Terjadi peningkatan nilai kerapatan setelah pemberian perlakuan. Daya serap air dan pengembangan tebal papan masing-masing berkisar antara 29,35% – 114,99% dan 13,23 - 37,31 %. Meskipun perlakuan papan mengakibatkan penurunan nilai pengembangan tebal hampir 65% namun nilai ini masih belum memenuhi standar. Selanjutnya untuk uji durabilitas pada rayap tanah dan rayap kayu kering menunjukkan bahwa perlakuan papan memperbaiki sifat ketahanan papan terhadap serangan rayap. Perlakuan papan dengan menggunakan silicon menghasilkan tingkat ketahanan yang paling baik terhadap serangan rayap tanah, sedangkan perlakuan papan dengan menggunakan

waterproof menghasilkan ketahanan yang paling baik terhadap serangan rayap kayu kering.

(15)

ABSTRACT

SWESTY SRY DESIMA NADEAK. Post-Treatment Effect of Board to Dimensional Stability and Durability Properties of Particleboard Made From Sorghum Bagasse. Under supervised APRI HERI ISWANTO and TITO SUCIPTO.

In general, the weakness of particleboard using of urea formaldehyde (UF) resin had a low dimensional stability. This reasearch will improve of that weakness by post-treatment technique used several water repellent materials. The objective of this research was to evaluated the post-treatment effect of board to dimensional stability and durability properties against to subterranean and dry termites. For each sample respectively was dyed into several water reppelent materials such as parafin, palm oil, silicon and waterproof for 3 minute. Furthermore, samples were oven dried at 50 0C temperature for 24 hours. The result showed that the density parameter was varied of 0,60 to 0,74 g/cm3. Board treated caused of increasing the density value. Water absorption and thickness swelling parameter of board were varied of 29,35% to 114,99% and 13,23 to 37,31 % respectively. Inspite of post-treatment resulting of improvement dimensional stability up to 65%, but the thickness swelling value did not fulfill standard. Furthermore, durability test showed that post-treatment able to improve of durability properties. For durability to subterranean termites attack resulted silicon treatment had the best durable to termites. Whereas for dry termites attack, waterproof treatment had the best durable.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fakta menunjukkan bahwa kebutuhan kayu sebagai bahan baku industri

perkayuan tidak seimbang dengan ketersediaan bahan baku dari hutan alam, hutan

produksi ataupun hutan tanaman rakyat kondisi ini menyebabkan kesulitan bagi

industri perkayuan untuk mendapatkan bahan baku kayu guna menunjang proses

produksinya. Berdasarkan data Statistika Kehutanan Indonesia 2011 kebutuhan

kayu bulat berdasarkan sumber produksi tahun 2007-2011 terus meningkat.

Produksi kayu pada tahun 2007 tercatat 32.197.000 m3 dan pada tahun 2011

tercatat 47.429.335 m3 (Kementrian Kehutanan, 2012). Diperlukan upaya

alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya adalah teknologi

papan partikel berbahan baku material bukan kayu.

Papan partikel memilki beberapa kelemahan salah satu diantaranya yaitu

memiliki kekuatan patah yang rendah. Papan partikel merupakan salah satu jenis

produk komposit/panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau

bahan-bahan berlignoselulosa lainnya yang diikat dengan perekat sintetis atau bahan-bahan

pengikat lain kemudian dikempa panas (Maloney 1993).

Salah satu jenis perekat yang umum dipergunakan dalam industri papan

partikel adalah Urea Formaldehyde (UF). UF merupakan perekat thermotesting

yang aplikasinya untuk keperluan interior. Diantara kelemahan perekat UF yang

paling utama adalah stabilitas dimensinya rendah. Telah banyak dilakukan

penelitian untuk meningkatkan stabilitas dimensi papan partikel dengan perekat

(17)

penggunaan Poli Etilen Glikol (PEG), parafinasi, asetilasi, dan lain lain yang

tujuannya adalah untuk memperbaiki stabilitas dimensi dimana teknik aplikasi

yang dikembangkan pada umumnya adalah metode pre-treatment.

Iswanto et al (2013) menyebutkan kayu terasetilasi masih dapat menyerap

air melalui aksi kapiler dalam dinding sel. Hal ini terjadi karena molekul air lebih

kecil dari gugus asetil, beberapa pengembangan terjadi pada kayu terasetilasi

namun pengembangan tersebut tidak melebihi batas elastik dinding sel. Sedikit

penurunan pada beberapa sifat kekuatan terjadi sebagai akibat perlakuan asetilasi.

Hal ini dimungkinkan karena adanya perubahan sifat kayu menjadi hidrofobik

dimana kandungan air yang terdapat pada perekat fenol sulit untuk berpenetrasi ke

dalam strand.

Haygreen dan Gertjejansen (1971) dalam Zaidon dan Paridah (2006)

mengemukakan sifat higrokopis dan kerentanan kayu terhadap organisme perusak

kayu dapat dikurangi dengan mengimpregnasi (memasukkan bahan pengawet)

serat atau partikel kayu dengan resin PF. Sebagian dari pengurangan intensitas

pengembangan tebal, Kajita dan Imamura (1999) dalam Zaidon dan Paridah

(2006) juga mengemukakan bahwa terjadi perbaikan kekuatan keteguhan rekat

dengan peningkatan level impregnasi.

Selain stabilitas dimensi kelemahan papan partikel terletak pada durabilitas

terhadap serangan rayap dan organisme perusak kayu lainnya. Melalui penelitian,

kelemahan ini dapat dikurangi dengan memberikan perlakuan pendahuluan pada

papan partikel dengan menggunakan bahan pengawet.

Penelitian ini memanfaatkan batang sorghum yang telah dibuat menjadi

(18)

Seperti yang dikemukakan pada hasil kajian Supriyanto (2011) menyatakan

bahwa produksi selulosa pada sorghum lebih besar dibandingkan produksi kayu.

Produksi kayu adalah sebesar 120 ton/ha/7 tahun sementara produksi sorghum

adalah mencapai 360 ton/ha/7 tahun.

Dalam penelitian ini mencoba dilakukan aplikasi bahan penolak air dengan

menggunakan teknik post-treatment pada papan yang telah jadi diberi perlakuan

perendaman di dalam beberapa bahan penolak air yaitu yaitu parafin cair,

waterglass, silikon cair, waterproof, dan minyak goreng. Berdasarkan uraian

tersebut akan dilihat sejauh mana keefektifan metode post-treatment dengan

beberapa bahan penolak air ini untuk dapat memperbaiki stabilitas dimensi papan

yang dihasilkan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh post-treatment papan

terhadap parameter stabilitas dimensi dan sifat durabilitas papan partikel.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah diharapkan penelitian ini dapat

meningkatkan nilai ekonomis limbah batang sorghum dan diharapkan papan

partikel yang telah diberi post-treatment ini dapat menjadi alternatife material

pengganti kayu untuk industri papan partikel.

Hipotesis

Hipotesis yang diuji adalah pengaruh post-treatment papan partikel dari

bagase sorghum terhadap stabilitas dimensi dan tingkat ketahanan papan partikel

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Papan Partikel

Sorghum (Shorgum bicolour) merupakan salah satu sumber daya alam

yang penting untuk keperluan pangan, pakan, energy, dan industri. Kelebihan dari

tanaman sorghum adalah mempunyai adaptasi yang tinggi dan dapat tumbuh pada

lahan kering, lahan yang subur, dan tidak terdapat banyak air. Selain itu, tanaman

sorghum juga tidak memerlukan pengolahan tanah secara intensif karena sorghum

toleran terhadap genangan air, salinitas, dan kekeringan (Irawan dan Sutrisno,

2011; Supriyanto 2010).

Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panil

kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya,

yang diikat menggunakan perekat sintesis atau bahan pengikat lain dan dikempa

panas (Maloney 1993). Sifat bahan baku kayu sangat berpengaruh terhadap sifat

papan partikelnya. Sifat kayu tersebut antara lain jenis dan kerapatan kayu,

penggunaan kulit kayu, bentuk dan ukuran bahan baku, tipe, ukuran, geometri

partikel kayu, kadar air kayu, dan kandungan ekstraktifnya (Haygreen dan

Bowyer, 1996)

Menurut Haygreen dan Bowyer (1996), tipe-tipe utama partikel yang digunakan

untuk papan partikel adalah:

1. Shaving; partikel kayu kecil berdimensi tidak menentu yang dihasilkan apabila

mengetam lebar atau mengetam sisi tebal kayu. Bervariasi dalam ketebalannya

(20)

2. Flake; partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan sebelumnya yang

dihasilkan pada peralatan yang telah dikhususkan. Seragam dalam ketebalan,

dengan orientasi serat sejajar permukaan.

3. Wafer; bentuknya mirip dengan flake tetapi lebih besar. Biasanya tebal lebih

dari 0,02 inchi (0,5 mm) dan panjangnya lebih dari 1 inchi (2,54 cm), beberapa

bagian ujungnya meruncing.

4. Chip; sekeping kayu yang dipotong dari suatu blok dengan pisau yang besar

seperti dengan mesin pembuat tatal kayu pulp.

5. Sawdust; serbuk yang dihasilkan dari pemotongan oleh gergaji

6. Strand; pasahanpanjang tetapi pipih dengan permukaan yang sejajar.

7. Sliver; hampir persegi pada potongan melintangnya, dengan panjang minimal 4

kali ketebalannya

8. Wood wool (excelsior); sliver yang panjang, berombak dan ramping.

Maloney (1993) menyatakan papan partikel mempunyai kelebihan

dibandingkan kayu asalnya, antara lain (1). papan partikel bebas mata kayu, pecah

dan retak, (2) ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan

kebutuhan, (3) tebal dan kerapatannya seragam serta mudah dikerjakan, (4)

mempunyai sifat isotropis, dan (5) sifat dan kualitasnya dapat diatur.

Menurut Japanese Industrial Standard (2003) papan partikel

diklasifikasikan berdasarkan variabel–variabel tertentu seperti kondisi permukaan,

keteguhan lentur, jenis perekat yang digunakan, jumlah formaldehida yang

(21)

Sifat papan partikel menurut Haygreen dan Bowyer (1996) meliputi :

a. Kerapatan adalah suatu ukuran kekompakan suatu partikel dalam lembaran.

Nilainya sangat tergantung pada kerapatan kayu asal yang digunakan dan

besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pembuatan lembaran.

Makin tinggi kerapatan papan pertikel yang akan dibuat akan semakin besar

tekanan yang digunakan pada saat pengempaan (Haygreen dan Bowyer 1996).

b. Kadar air papan partikel

Kadar air papan partikel tergantung pada kondisi udara disekelilingnya, karena

papan partikel ini terdiri atas bahan-bahan yang mengandung lignoselulosa

sehingga bersifat higroskopis. Kadar air papan partikel akan semakin rendah

dengan semakin banyaknya perekat yang digunakan, karena kontak antara

partikel akan semakin rapat sehingga air akan sulit untuk masuk diantara

partikel kayu (Widarmana, 1997). Sutigno (1994) menyatakan bahwa kadar air

papan partikel ditetapkan dengan cara yang sama pada semua standar, yaitu

metode oven (metode pengurangan berat). Walaupun persyaratan kadar air

tidak selalu sama pada setiap standar, perbedaannya tidak besar

(kurang dari 5%).

c. Penyerapan air

Papan partikel sangat mudah menyerap air pada arah tebal terutama dalam

keadaan basah dan suhu udara lembab (Widarmana 1997). Johnson dan

Halligan (1987) dalam Djalal (1991) menyebutkan bahwa disamping desorpsi

bahan baku dan ketahanan perekat terhadap air, faktor yang mempengaruhi

papan partikel terhadap penyerapan air adalah (1). Volume ruang kosong yang

(22)

menghubungkan ruang satu dengan ruang kosong yang lain, (3). Luas

permukaan partikel yang tidak dapat ditutupi oleh perekat dan (4). Dalamnya

penetrasi perekat terhadap partikel.

d. Pengembangan tebal

Salah satu kelemahan papan partikel adalah besarnya tingkat pengembangan

dimensi tebal. Kelemahan ini dapat diperkecil dengan penambahan wax ke

dalam adonan sebesar 0,25%-1% berdasarkan berat kering partikel.

Penambahan wax sebesar 1 % atau lebih akan mempengaruhi sifat kekuatan

produk yang dihasilkan (Maloney 1993). Halligan (1970) dalam Rosid (1995),

menyebutkan faktor terpenting yang mempengaruhi pengembangan tebal papan

partikel adalah kerapatan kayu pembentuknya. Papan partikel yang dibuat dari

kayu dengan kerapatan rendah akan mengalami pengempaan yang lebih besar

pada saat pembebanan sehingga bila direndam dalam air akan terjadi

pembebasan tekanan yang lebih besar yang mengakibatkan pengembangan

tebal menjadi lebih tinggi.

Stabilitas Dimensi

Pemanfaatan kayu dalam kehidupan manusia dewasa ini semakin maju

seiring dengan kemajuan teknologi di bidang pengolahan kayu. Pemanfaatan kayu

sekarang ini bukan hanya dalam bentuk kayu utuh saja tetapi juga dalam berbagai

bentuk turunan kayu yang kadang-kadang tidak dapat digantikan dengan bentuk

lain. Untuk memaksimalkan pemanfaatan kayu utuh, perlu diketahui beberapa

kelemahan kayu agar dapat diminimalisir. Salah satu kelemahan kayu yang sangat

merugikan dalam penggunaannya adalah sifat kembang susut yang sangat

(23)

Kayu merupakan bahan higroskopis yang sangat mudah menyerap dan

mengeluarkan air. Kondisi ini dapat diatasi dengan menambahkan bahan yang

dapat mengurangi sifat higroskopis kayu, antara lain parafin cair yang diharapkan

menjadi “bulking agent” atau penghalang fisik yang akan menghalagi kontak

antara air dengan kayu (Syahidah dan Cahyono, 2007).

Fungsi parafin pada produksi papan partikel adalah menimbulkan kesan

licin pada permukaan, mengurangi penyerapan air, dan mempermudah

pemotongan papan serta pengolahan dengan mesin. Penambahan parafin sebesar

1% atau kurang (berdasarkan berat kering partikel) mempunyai pengaruh yang

kecil atau tidak mempengaruhi sifat kekuatan papan partikel, akan tetapi

penambahan lebih besar dari 1% kadangkala menurunkan sifat kekuatan papan.

Hal tersebut dapat dicegah dengan penambahan perekat, menaikkan kerapatan

atau mengubah ukuran partikel (Putriani, 2005).

Ketahanan Terhadap serangan Rayap

Salah satu jenis serangga yang termasuk dalam ordo isoptera adalah rayap.

Rayap terdapat pada daerah-daerah yang dominan daerahnya tropika. Seperti di

Indonesia, rayap tergolong dalam kelompok serangga perusak kayu utama dimana

kerusakan akibat serangan rayap tidak kecil. Binatang kecil yang tergolong dalam

binatang sosial ini mampu menghancurkan bangunan berukuran besar dan

menyebabkan kerugian yang besar (Nandika et al. 2003). Kerugian rayap bisa

mencapai 224-236 milyar per tahun di Indonesia (Prasetyo dan Yusuf, 2011).

Di Indonesia terdapat dua famili rayap tanah, yaitu Rhinotermitidae dan

Termitidae. Golongan rayap ini terutama merusak kayu yang berhubungan dengan

(24)

diserang melalui terowongan yang dibuat dari tanah. Salah satu jenis yang

termasuk ke dalam famili Rhinotermitidae adalah Coptotermes yang banyak

merusak kayu, seperti pagar, tiang listrik dan kayu perumahan. Famili Termitidae

dikenal jenis Odontotermes, Microtermes dan Macrotermes. Pusat sarang rayap

ini pada umumnya terdapat di dalam tanah. Beberapa jenis rayap tanah dapat

membangun bukit-bukit kecil di alas sarangnya. Rayap ini selalu mempunyai

hubungan dengan tanah untuk mencukupi kebutuhan air (Nurul, 2005).

Kerapatan papan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

aktifitas makan rayap. Papan dengan kerapatan yang tinggi cenderung lebih keras

sehingga secara tidak langsung menjadi penghambat aktifitas makan rayap secara

fisik. Perlakuan pengempaan pada suhu tinggi dalam pembuatan papan komposit

akan meningkatkan kerapatan papan sehingga menjadi lebih keras dibandingkan

dengan kayu solid dari jenis kayu yang sama. Kadar air papan dapat

mempengaruhi aktivitas makan rayap, yaitu rayap tanah cenderung menyukai

kondisi dengan kelembaban tinggi sementara rayap kayu kering cenderung

menyukai kondisi yang lebih kering. (Yusram et al., 2007).

Bahan Penolak Air

Parafin merupakan semacam bulking agent dalam kayu yang dapat

mengurangi daya serap air sehingga stabilisasi dimensi kayu juga akan terjaga.

Diduga parafin ini akan menghalangi penyerapan air dengan menggantikan ion–

OH pada molekul H2O sehingga molekul tersebut jenuh dan berakibat tidak akan

terjadi penyerapan air. Rendahnya penyerapan cairan oleh kayu antara lain

(25)

Oleh karena itu, proses pemasukan parafin ke dalam kayu dilakukan dengan

proses pemvakuman dan rendaman dingin (Coto dan Rahayu, 2005).

Silicon banyak digunakan secara luas di industri-industri kimia. Silicon

adalah senyawa kimia yang tersusun atas Silicon (Si), oksigen (O2) dan atom

atom. Silicon juga merupakan bagian dari produk-produk kosmetik. Silicon cair

berisifat suhu rendah sehingga silicon cair diterapkan secara luas sebagai aplikasi

medis ataupun kosmetik, cairan pengolah logam, dan cairan untuk sistem listrik.

Namun sesungguhnya silicon dianggap sebagai zat berbahaya (Santa Cruz

Bioteknologi, 2010).

Waterproof merupakan lapisan tahan air yang terbuat dari semen dan

dirancang untuk penggunaan pada permukaan yang berpori. Waterproof juga

berfungsi untuk lapisan tahan air pada beton, langit-langit dan dinding. Awalnya

pengaplikasian water repellent berbahan dasar acrylic digunakan untuk pelapis

anti bocor atap maupun genting pada bangunan. Tetapi acrylic (waterproof) disini

yang berupa serat sintetis diaplikasikan bukan sebagai pelapis anti bocor atap

maupun genting, melainkan sebagai pelapis papan (Watco House, 2014).

Ketaren (1986) dalam Sutiah (2008) menyebutkan minyak merupakan zat

makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Minyak,

khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam

linoleat, lenolenat, dan arakidonat. Dalam pengolahan bahan pangan, minyak

berfungsi sebagai media penghantar panas, seperti minyak goreng, mentega dan

(26)

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Post-treatment papan terhadap

Stabilitas Dimensi dan Durabilitas Papan Partikel dari Bagase Sorghum” ini

dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 – Februari 2015. Penelitian ini dilakukan

di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan (THH) Program Studi Kehutanan

Fakultas Pertanian USU, Medan dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas

Kehutanan IPB, Bogor.

Bahan

Contoh uji ukuran 5 cm 5 cm x 1 cm untuk pengujian sifat fisis dan 2 cm x

2 cm x 1 cm untuk pengujian duraabilitas yang berasal dari papan partikel

berbahan baku batang sorghum dengan perekat Urea formaldehyde (UF). Bahan

lainnya adalah 100% parafin cair, 100% silicon cair, 100% waterproof dan 100%

minyak goreng. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis,

kalkulator, jangka sorong digital, timbangan analitik dan oven.

Metode

Perlakuan Contoh Uji

Sebelum diberikan perlakuan, contoh uji berukuran 5 cm 5 cm x 1 cm

diukur dimensinya dan ditimbang terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk

mendapatkan kerapatan sebelum diberi perlakuan post-treatment. Kemudian

sampel dicelupkan ke dalam wadah yang berisi bahan peningkat stabilitas dimensi

yaitu 100% parafin cair, 100% silicon cair, 100% waterproof dan 100% minyak

goreng selama 3 menit. Kemudian tiriskan contoh uji ke wadah yang lain.

(27)

dihitung volume papan partikel yaitu dengan mengukur panjang, lebar, dan

tebalnya sebanyak tiga titik serta dimensi tebal sebanyak empat titik pengukuran.

Tujuannnya adalah untuk mendapatkan kerapatan sesudah diberi pelakuan.

A. Pengujian Sifat Fisis

Berikut ini proses pengukuran sifat fisis berdasarkan JIS A 5908 (2003) yaitu :

a. Kerapatan

Pengujian kerapatan dilakukan pada kondisi berat dan volume kering

udara. Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1 cm ditimbang beratnya (B), lalu

diukur rata-rata panjang, dan lebar, sebanyak tiga titik serta dimensi tebal

sebanyak empat titik pengukuran untuk menghitung volumenya (V). Nilai

kerapatan dihitung dengan rumus :

ρ

V B 

Keterangan :

ρ : kerapatan (g/cm3) B : berat contoh uji (g) V : volume contoh uji (cm3)

b. Daya serap air (DSA) dan pengembangan tebal

Contoh uji ditimbang dan diukur tebalnya kemudian direndam ke dalam

air, selanjutnya dilakukan pengukuran tebal dan berat papan pertikel setiap dua

jam sekali selama 24 jam. Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah

(28)

Daya serap air (DSA)

Pengukuran daya serap air dilakukan dengan mengukur selisih berat

sebelum perendaman (B1) dan setelah perendaman dalam air dingin selama 24 jam

dan setiap dua jam dilakukan pengukuran tebal (B2). Daya serap air dihitung

Contoh uji sama dengan contoh uji daya serap air. Contoh uji diukur

rata-rata dimensi tebal pada 4 titik pengukuran (T1) dan selanjutnya contoh uji

direndam dalam air dingin selama 24 jam dan dilakukan pengukuran tebal

dilakukan setiap dua jam dan diukur kembali dimensinya pada 4 titik pengukuran

(T2). Nilai pengembangan tebal dihitung dengan rumus :

(29)

B. Durabilitas

Pengujian terhadap serangan rayap tanah dan rayap kayu kering

berdasarkan SNI 01-7207-2006. Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap

organisme perusak kayu.

Metode uji ketahanan rayap kayu kering (Cryptotermes Cynocephalus Light.) yaitu:

Prinsip cara uji ketahanan rayap kayu kering adalah memaksa rayap kayu kering

menyerang kayu atau produk kayu dalam jangka waktu 12 minggu.

a) Prosedur

Sampel atau papan partikel yang berukuran 2 cm x 2 cm x 1 cm

dikeringkan dalam oven sampai mencapai BKO. Kemudian ditimbang (W1) dan

diumpankan ke rayap yang sehat dan aktif sebanyak 50 ekor. Pada salah satu sisi

yang terlebar pada contoh uji dipasang semprong kaca. Kedalam semprong kaca

tersebut dimasukkan rayap sebanyak 50 ekor rayap pekerja dan ditutup dengan

kapas. Contoh uji tersebut disimpan ditempat yang gelap selama 12 minggu.

Setelah diumpankan sampel dibersihkan dan dikeringkan dalam oven sampai

BKO (W2). Pengujian ketahanan rayap kayu kering disajikan pada Gambar 1.

b) Pernyataan hasil

Hasil dinyatakan berdasarkan penurunan berat dan dihitung dengan

menggunakan persamaan:

Keterangan :

P = penurunan berat (%);

W1 = berat kayu kering tanur sebelum diumpankan (g);

(30)

Sumber : SNI 01-7207-2006

Gambar 1. Contoh uji kayu terhadap serangan rayap kayu kering

c) Penetuan ketahanan papan partikel

Penentuan ketahanan papan partikel terhadap serangan rayap kayu kering

ditentukan berdasarkan tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap kayu kering

dalam uji laboratorium

Kelas Ketahanan Penurunan Berat (%)

I Sangat tahan < 2,0

II Tahan 2,0 – 4,4

III Sedang 4,4 – 8,2

IV Tidak tahan 8,2 – 28,1

V Sangat tidak tahan > 28,1

SNI 01-7207-2006

Metode uji ketahanan rayap tanah ( Coptotermers curvignathus Holmgren.) yaitu :

Prinsip cara uji ketahanan terhadap rayap tanaha adalah memaksa rayap tanah

(31)

a. Prosedur

holding capacity). Selanjutnya ke dalam setiap jampot dimasukkan rayap tanah

yang sehat dan aktif sebanyak 150 ekor, kemudian contoh uji tersebut disimpan di

tempat gelap selama 6 minggu. Setiap minggu aktivitas rayap dalam jampot

diamati. Setelah diumpankan sampel dibersihkan dan dikeringkan dalam oven

sampai BKO (W2). Jika kadar air pasir turun 2% atau lebih, maka ke dalam

jampot tersebut ditambahkan air secukupnya sehingga kadar airnya kembali

seperti semula. Pengujian ketahanan rayap tanah disajikan pada Gambar 2.

b. Pernyataan hasil.

Hasil dinyatakan berdasarkan penurunan berat dan dihitung denga n

menggunakan persamaan:

Keterangan :

P = penurunan berat (%);

W1 = berat kayu kering tanur sebelum diumpankan (g); W2 = berat kayu kering tanur setelah diumpankan (g).

(32)

Sumber : SNI 01-7207-2006

Gambar 2. Contoh uji kayu terhadap serangan rayap tanah

c. Penetuan ketahanan papan partikel

Penentuan ketahanan papan partikel terhadap serangan rayap tanah

ditentukan berdasarkan Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap tanah dalam uji

laboratorium

Kelas Ketahanan Penurunan Berat (%)

I Sangat tahan < 3,52

II Tahan 3,52 – 7.50

III Sedang 7,50 – 10.96

IV Buruk 10,96 – 18,94

V Sangat buruk 18,94 – 31, 89

Sumber : SNI 01-7207-2006

Analisis data

Penelitian ini menggunakan analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Perlakuan pada penelitian ini berupa perendaman sampel dalam parafin cair,

(33)

tiga menit dengan jumlah ulangan sebanyak tiga. Model statistik linier dari

rancangan percobaan ini dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:

Yij = µ + α

i

+

ɛ

ij

Keterangan:

Yij = respon pengamatan pada perlakuan lapisan jenis i dan ulangan ke-j µ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh perlakuan lapisan ke i

ε

ij = sisaan acak dari satuan percobaan ulangan ke-j yang diberi perlakuan jenis lapisan i

i = 1,2,3,4,5 j = 1,2,3

A. Hipotesis yang digunakan untuk penelitian tentang pengaruh post-treatment

terhadap stabilitas dimensi:

H0 = Post treatment papan partikel tidak berpengaruh terhadap stabilitas

dimensi papan partikel

H1 = Post treatment papan partikel berpengaruh terhadap stabilitas dimensi

papan partikel

B. Hipotesis untuk pengujian durabilitas papan terhadap rayap kayu kering :

H0 = Post treatment papan partikel tidak berpengaruh terhadap sifat durabilitas

papan partikel terhadap rayap kayu kering

H1 = Post treatment papan partikel berpengaruh terhadap sifat durabilitas

papan partikel rayap kayu kering

C. Hipotesis untuk pengujian durabilitas papan terhadap rayap tanah :

H0 = Post treatment papan partikel tidak berpengaruh terhadap sifat durabilitas

papan partikel terhadap rayap tanah

H1 = Post treatment papan partikel berpengaruh terhadap sifat durabilitas

(34)

Analisis keragaman tersebut menggunakan kriteria uji sebagai berikut:

a. Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima atau perlakuan tidak memberikan

pengaruh nyata terhadap stabilitas dimensi atau durabilitas papan partikel

b. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak atau perlakuan memberikan pengaruh

terhadap stabilitas dimensi atau durabilitas papan partikel

Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar masing-masing perlakuan

maka dilanjutkan dengan pengujian menggunakan uji wilayah berganda Duncan

(DMRT). Setelah data hasil pengujian untuk setiap respon dianalisis, kemudian

dibandingkan dengan persyaratan JIS A 5908 (2003) dengan maksud untuk

mengetahui apakah pengembangan tebal (PT) papan partikel yang dihasilkan telah

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Sifat Fisis 1. Kerapatan

Nilai kerapatan papan yang dihasilkan pada penelitian ini disajikan pada

Gambar 3. Nilai kerapatan papan yang tertinggi dan terendah masing-masing

terdapat pada perlakuan pelapisan papan menggunakan silicon yaitu sebesar 0,74

g/cm3 dan tanpa perlakuan (kontrol) sebesar 0,60 g/cm3. Nilai kerapatan rata-rata

papan partikel berkisar antara 0,60-0,74 g/cm3.

Gambar 3. Kerapatan papan partikel

Berdasarkan Gambar 3, tren menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai

kerapatan papan setelah diberikan perlakuan pelapisan menggunakan beberapa

bahan penolak air. Hal ini disebabkan oleh perubahan penambahan berat yang

lebih besar dibandingkan dengan perubahan dimensinya. Nilai rata-rata

penambahan berat setelah perlakuan post-trearment sebesar 20,39% sedangkan

(36)

bahwa penambahan lapisan pada permukaan papan menyebabkan perubahan nilai

kerapatan papan.

Hasil sidik ragam terhadap kerapatan papan pada penelitian menunjukkan

bahwa perlakuan contoh uji dengan bahan penolak air tidak berpengaruh nyata

terhadap nilai kerapatan papan (Lampiran 5). Secara keseluruhan nilai kerapatan

papan partikel yang dihasilkan telah memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang

menyatakan bahwa nilai kerapatan papan partikel berkisar antara 0,4 - 0,90 gr/cm3

(JSA, 2003). Berdasarkan FAO (1996) nilai kerapatan yang dihasilkan termasuk

dalam klasifikasi papan partikel berkerapatan sedang (Medium Density

Particleboard), yaitu papan yang mempunyai kerapatan kurang dari 0,4-0,8

gr/cm3.

2. Pengembangan Tebal

Gambar 4 Pengembangan tebal papan partikel

Nilai pengembangan tebal (PT) papan yang dihasilkan pada penelitian ini

disajikan pada Gambar 4. Nilai pengembangan tebal papan dihitung setiap dua

jam. Hasil pengukuran pengembangan tebal setelah 24 jam menunjukkan bahwa

(37)

nilai pengembangan tebal papan partikel berkisar antara 13,23-37,31%. Nilai

pengembangan tebal papan yang tertinggi dan terendah masing-masing terdapat

pada kontrol yaitu sebesar 37,31% dan perlakuan papan dengan menggunakan

waterproof yaitu sebesar 13,23%.

Berdasarkan Gambar 4, tren menunjukkan bahwa papan yang diberi

perlakuan bahan penolak air cenderung mengalami perbaikan nilai stabilitas

dimensi. Perlakuan papan dengan menggunakan waterproof menghasilkan

stabilitas dimensi yang paling baik dibandingkan dengan perlakuan yang lain, hal

ini ditunjukkan dengan kurva perubahan nilai pengembangan tebal setiap 2 jam

yang relatif lebih datar bila dibandingkan dengan perlakuan lain dan kontrol. Hal

ini disebabkan oleh penghambatan absorbsi air dengan adanya waterproof yang

melapisi atau menutup rongga papan partikel. Sebagaimana diketahui bahwa

fungsi dari waterproof adalah sebagai bahan pelapis anti bocor atau anti lembab.

Antoni (2001) menyatakan bahwa waterproof berbahan dasar utama acrylic dan

semen, terdiri dari dua komponen yaitu bubuk dan cairan yang dicampur secara

merata dimana pada saat kondisi basah akan membentuk pasta semen dan setelah

kering akan menjadi lembaran tipis yang kedap air dan kuat.

Papan partikel dari bagase sorghum dengan menggunakan perekat urea

formaldehida (UF) memiliki nilai pengembangan tebal yang sangat tinggi

(Iswanto et al. 2012; Iswanto et al. 2013; Prabuningrum, 2015; Wulandhari 2015).

Hal ini disebabkan oleh nilai keteguhan rekat internal papan yang sangat rendah.

Iswanto (2014) menyatakan bahwa korelasi antara PT dan internal bond (IB)

adalah negatif dimana semakin rendah IB akan menyebabkan nilai PT semakin

(38)

Pada penelitian ini, nilai pengembangan tebal untuk papan tanpa perlakuan

(kontrol) relatif tinggi. Hal ini diduga karena bagase sorghum bersifat porus

sehingga memiliki daya serap air yang tinggi. Menurut Samad et al. (2005),

pengembangan tebal mengikuti penyerapan air dan menyesuaikan pada volume air

yang terserap.

Papan partikel dari bagase sorghum ini dibuat dengan menggunakan

perekat urea formaldehida (UF). Perekat UF merupakan perekat yang memiliki

kelemahan tidak tahan terhadap air. Maloney (1993) menyatakan bahwa

kelemahan utama perekat urea formaldehida adalah terjadinya kerusakan pada

ikatannya yang disebabkan oleh air dan kelembapan. Menurut Youngquis (1999);

Irle dan Barbu (2010), kelemahan dari perekat UF diantaranya perekat ini tidak

tahan cuaca, sehingga menjadi penghalang untuk penggunaan eksterior. Perekat

UF sensitif terhadap pengaruh asam dan basa serta penggunaan terbatas untuk

interior, memiliki emisi formaldehida tinggi, daya tahan terhadap airnya rendah,

dan garis rekatnya rapuh (Ruhendi et al. 2007).

Hasil sidik ragam terhadap pengembangan tebal papan pada perendaman 2

jam menunjukkan bahwa perlakuan bahan penolak air tidak berpengaruh nyata

terhadap nilai pengembangan tebal papan. Sementara pada perendaman 24 jam

perlakuan bahan penolak air memberikan pengaruh yang nyata pada selang

kepercayaan 95% terhadap nilai pengembangan tebal papan (lampiran 5)

Hasil uji lanjut menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT)

menunjukkan bahwa perlakuan waterproof berbeda nyata dengan perlakuan

(39)

yang dihasilkan tidak memenuhi standar JIS A 5908 (2003) yang menyatakan

bahwa nilai pengembangan tebal papan partikel maksimum adalah 12% .

3. Daya Serap Air

Nilai daya serap air papan yang dihasilkan pada penelitian ini disajikan

pada Gambar 5. Nilai daya serap air papan dihitung setiap dua jam.

Gambar 5. Daya serap air papan partikel

Hasil pengukuran daya serap air papan setelah 24 jam menunjukkan bahwa

nilai daya serap air papan partikel berkisar antara 38,72–114,99%. Rofii dan

Widyorini (2012) menyebutkan bahwa pengembangan tebal dan penyerapan air

merupakan sifat fisis papan partikel yang berkaitan dengan respon papan partikel

tersebut terhadap kondisi perendaman. Nilai daya serap air papan yang tertinggi

dan terendah masing-masing terdapat pada kontrol yaitu sebesar 114,99% dan

perlakuan contoh uji dengan menggunakan waterproof yaitu sebesar 38,72%. Hal

ini diduga karena sifat waterproof yang kedap air sehingga menyulitkan air masuk

(40)

Tren serupa pengembangan tebal juga terjadi pada daya serap air.

Berdasarkan Gambar 5, papan yang diberi perlakuan dengan bahan penolak air

menyebabkan perbaikan nilai daya serap air papan. Waterproof memberikan

respon negatif terhadap nilai daya serap air papan. Perlakuan pelapisan dengan

menggunakan waterproof mampu mengurangi daya serap air hingga 3 kali lipat

dibanding kontrol. Penggunaan perekat UF mempengaruhi tingginya daya serap

air papan partikel sehingga ikatan yang dihasilkan tersebut tidak tahan air

sehingga air mudah sekali merusak ikatan-ikatan antar perekat dan partikel (Djalal

1984).

Hasil sidik ragam terhadap daya serap air papan selama 2 dan 24 jam pada

penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan bahan penolak memberikan

pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95% terhadap nilai pengembangan

tebal papan selama 2 dan 24 jam. Hasil uji lanjut menggunakan DMRT

menunjukkan bahwa perlakuan waterproof berbeda nyata dengan perlakuan

lainnya dan kontrol (lampiran 5). JIS A 5908 (2003) tidak mensyaratkan standar

nilai daya serap air papan partikel.

B.Sifat Durabilitas Terhadap Serangan Rayap Tanah (Coptetermes curvignathus Holmgren.) dan Rayap Kayu Kering (Cryptotermes cynocephalus Light.)

1. Rayap Tanah

Nilai kehilangan berat, mortalitas rayap, antifeedant dan feeding rate

disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan Gambar 6, nilai kehilangan berat untuk

rayap tanah terendah dan tertinggi terdapat pada silicon dan kontrol

(41)

perlakuan pelapisan terlihat lebih rendah dibandingkan dengan sampel tanpa

perlakuan. Hal ini diduga karena parafin, silicon, dan waterproof bersifat racun

dan tidak disukai rayap rayap tanah.

Gambar 6. Persen kehilangan berat, mortalitas rayap, antifeedant dan feeding rate rayap tanah

Hal ini tidak seperti yang terjadi pada perlakuan dengan menggunakan

minyak goreng yang terlihat tidak berbeda daya tahan terhadap serangan rayap

tanahnya bila dibandingkan dengan kontrol. Klasifikasi ketahanan terhadap

serangan rayap menurut SNI 01.7207–2006 kelas awet papan partikel disajikan

dalam tabel 3.

Tabel 3. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap tanah pada papan partikel dalam uji laboratorium

No Perlakuan Kehilangan berat (%) Tingkat Ketahanan

1 Kontrol 23,16 Sangat tidak tahan

2 Parafin 8,60 Tidak tahan

3 Silicon 4,90 Sedang

4 Waterproof 10,30 Tidak tahan

5 Minyak goreng 16,40 Sangat tidak tahan

0 50 100 150 200

Kontrol Parafin Silicon Waterproof Minyak Goreng

Perlakuan pelapisan

(42)

Hasil sidik ragam kehilangan berat menunjukkan bahwa perlakuan tidak

berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% terhadap kehilangan berat akibat

serangan rayap tanah (lampiran 6). Pada prinsipnya bahan-bahan seperti parafin,

silicon, waterproof dan minyak goreng bukan dikategorikan sebagai bahan

pengawet tapi masuk dalam kategori bahan penolak air sehingga perlakuan ini

tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Namun penggunaan silicon

sedikit meningkatkan daya tahan terhadap serangan rayap tanah.

Mortalitas rayap merupakan salah satu indikator dalam penentuan

keaktifan bahan racun dengan menghitung persentase jumlah rayap yang mati

setelah diberikan perlakuan pada waktu tertentu. Nilai mortalitas untuk rayap

tanah terendah dan tertinggi terdapat pada kontrol dan silicon masing-masing

sebesar 64,89% dan 96,89%. Nilai mortalitas sampel dengan perlakuan terlihat

lebih tinggi dibandingkan dengan sampel tanpa perlakuan. Nilai mortalitas yang

tinggi menunjukkan kemungkinan papan yang diberi perlakuan bersifat racun atau

menimbulkan aroma yang tidak disukai rayap sehingga rayap tidak tertarik untuk

memakan sampel tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh Hadi (2008) bahwa

kematian rayap disebabkan karena adanya prilaku menolak makanan yang

memiliki aroma pada yang menyengat, sehingga dengan adanya pengaruh aroma

tersebut menyebabkan terjadinya sifat anti makan rayap.

Selain hal tersebut, menurut Nandika (1991) dalam Raja (2014) rayap

memiliki sifat kanibalisme, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang

lemah, sakit atau dalam keadaan kekurangan makanan dan memakan bangkai

sesamanya. Nandika et al (2003) menyatakan bahwa rayap dengan berat tubuhnya

(43)

sehingga dengan tidak tersedianya makanan bagi rayap maka sifat terjadilah

kanibalisme pada rayap. Hasil sidik ragam mortalitas rayap tanah menunjukkan

bahwa perlakuan papan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95% terhadap

nilai mortalitas akibat serangan rayap tanah (lampiran 6).

Antifeedant ditentukan berdasarkan rasio persen kehilangan berat pada

sampel tanpa perlakuan dan dengan perlakuan. Antifeedant merupakan nilai

penghambatan aktifitas makan. Nilai antifeedant untuk rayap tanah terendah dan

tertinggi terdapat pada minyak goreng dan silicon masing-masing sebesar 17,10%

dan 65,10%. Antifeedant membuat rayap tidak menyukai makanan dan membuat

rayap menjadi lemah.

Nilai feeding rate menunjukkan bahwa papan dengan perlakuan terlihat

lebih rendah bila dibandingkan dengan tanpa perlakuan. Nilai feeding rate

berbanding terbalik dengan nilai antifeedant. Apabila rayap menyukai

makanannya maka nilai feeding rate yang dihasilkan tinggi. Nilai feeding rate

terendah dan tertinggi terdapat pada silicon dan kontrol masing-masing sebesar

37,39 dan 150,33 µg/rayap/hari. Hasil sidik ragam mortalitas rayap tanah

menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95%

terhadap nilai feeding rate rayap tanah (lampiran 6).

2. Rayap Kayu Kering

Nilai kehilangan berat, mortalitas rayap, antifeedant dan feeding rate

disajikan pada Gambar 7. Berdasarkan Gambar 7, nilai kehilangan berat untuk

rayap kayu kering terendah dan tertinggi terdapat pada waterproof dan kontrol

(44)

Gambar 7. Persen kehilangan berat, mortalitas rayap, antifeedant dan feeding rate rayap kayu kering

Sebagaimana yang terjadi pada rayap tanah, kehilangan berat sampel

dengan perlakuan terlihat lebih rendah dibandingkan dengan sampel tanpa

perlakuan. Hal ini diduga karena parafin, silicon, dan waterproof ada

kemungkinan bersifat racun bagi rayap tanah ataupun keberadaan bahan kimia

penyusun silicon, waterproof, maupun parafin menyebabkan rayap tersebut tidak

tertarik untuk memakan sampel yang telah diberi perlakuan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Nandika et al. (2003) bahwa aktivitas makan rayap secara

umum dipengaruhi oleh ketersediaan dan tingkat kesukaan rayap terhadap sumber

makanan dan kondisi lingkungan. Hasil sidik ragam kehilangan berat

menunjukkan bahwa perlakuan bahan pelapis tidak berpengaruh nyata pada selang

kepercayaan 95% terhadap kehilangan berat papan partikel akibat serangan rayap

kayu kering (lampiran 7). Klasifikasi ketahanan terhadap serangan rayap menurut

SNI 01.7207–2006 kelas awet papan partikel disajikan dalam tabel 4.

0 20 40 60 80 100 120

Kontrol Parafin Silicon Waterproof Minyak Goreng

Perlakuan pelapisan

(45)

Tabel 4. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap kayu kering pada papan partikel dalam uji laboratorium

No Perlakuan Kehilangan berat (%) Tingkat ketahanan

1 Kontrol 19,74 Sangat tidak tahan

2 Parafin 6,39 Sedang

3 Silicon 7,62 Sedang

4 Waterproof 0,02 Sangat tahan

5 Minyak goreng 6,26 Sedang

Nilai mortalitas untuk rayap kayu kering terendah dan tertinggi terdapat

pada kontrol dan waterproof masing-masing sebesar 76,00% dan 99,33%. Sifat

anti rayap yang tinggi dihasilkan pada perlakuan dengan menggunakan

waterproof. Hal ini diduga karena senyawa kimia yang terkandung dalam

waterproof tidak disukai oleh rayap kayu kering.

Selain itu menurut Sari (2002) dalam Tutirin (2011) bahwa aktivitas

makan rayap juga dipengaruhi jumlah rayap yang mati. Rayap yang mati akan

diserang oleh jamur dan menularkan penyakit pada rayap lainnya sehingga

menambah jumlah kematian rayap. Hasil sidik ragam mortalitas rayap kayu kering

menunjukkan bahwa perlakuan bahan pelapis tidak berpengaruh nyata pada selang

kepercayaan 95% terhadap nilai mortalitas akibat serangan rayap kayu kering

(lampiran 7).

Antifeedant (penghambatan aktifitas makanan) rayap kayu kering terendah

dan terbesar terdapat pada silicon dan waterproof masing masing sebesar 45,95%

dan 99,76%. Selanjutnya nilai feeding rate terendah dan terbesar terdapat pada

perlakuan waterproof dan kontrol masing-masing sebesar 0,14 dan 58,69

µg/rayap/hari.

(46)

dihadapkan kepada berbagai pilihan makanan. Sebaliknya di laboratorium,

lingkungan tersebut sudah dibuat manusia. Hal itu berarti rayap dihadapkan

kepada keadaan terpaksa sehingga rayap hanya akan memakan bahan makanan

yang diberikan. Hasil sidik ragam feeding rate rayap kayu kering menunjukkan

bahwa perlakuan bahan pelapis tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan

(47)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan pencelupan papan partikel dalam parafin, minyak goreng,

waterproof dan silicon telah meningkatkan stabilisasi dimensi papan partikel dari

bagase sorghum dengan perekat urea formaldehida. Waterproof merupakan

perlakuan yang terbaik dalam penelitian ini. Penggunaan waterproof mampu

menurunkan nilai pengembangan tebal papan partikel hingga 65%

Perlakuan pencelupan papan partikel pada papan partikel dalam parafin,

minyak goreng, waterproof dan silicon dapat memperbaiki sifat ketahanan papan

terhadap serangan rayap tanah (Coptetermes curvignathus Holmgren.) dan rayap

kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.). Berdasakan nilai kehilangan

berat, mortalitas, antifeedant dan feeding rate pada rayap tanah perlakuan silicon

merupakan perlakuan yang terbaik dan masuk dalam kategori kelas awet sedang.

Sedangkan untuk rayap kayu kering, perlakuan waterproof adalah perlakuan yang

terbaik dan masuk ke dalam kategori kelas awet sangat tahan.

Saran

1. Diperlukan penelitian lanjutan mengenai optimalisasi waktu pencelupan

sehingga dapat diperoleh sifat pengembangan tebal papan yang memenuhi

standar JIS A 5908 (2003).

2. Diperlukan penelitian lanjutan untuk memperbaiki sifat ketahanan papan

terhadap serangan rayap melalui perlakuan pendahuluan pada partikel dengan

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Antoni. 2001. Bahan Waterproofing Semen yang Semi Fleksibel. Ultrachem Super. Jakarta.

Coto, Z. dan I.S. Rahayu. 2005. Pengaruh Perlakuan Vakum terhadap Absorbsi Air oleh Kayu dalam Proses Rendaman Dingin. Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Djalal, M. 1991. Pengaruh Orientasi Partikel dan Kadar Perekat Terhadap Sifat- sifat Flakeboard dari Kayu Albazzia dan getah Perca. Institut

Pertanian Bogor, Fakultas Pasca Sarjana. Bogor.

Djalal, M. 1984. Peranan Kerapatan Kayu dan Kerapatan Lembaran dalam Usaha Sifat-Sifat Mekanik dan Stabilitas Dimensi Papan Partikel dari Beberapa Jenis Kayu dan Campurannya [disertasi]. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1996. Plywood and Other Wood Based Panels. Food and Agriculture Organization of the United Nation. Rome

Geimer, R. L., H. Montrey, and William F. Lehmann. 1975. Effects of layer characteristics on the properties of three-layer particleboard. Forest Products Journal 25 (9):19-29

Hadi, M., 2008, Pembuatan Kertas Anti Rayap Ramah Lingkungan dengan Memanfaatkan Ekstrak Daun Kirinyuh (Eupatorium odoratum), Bioma, 6 (2): 12-18.

Haygreen, JG, JL. Bowyer. 1996 . Hasil Hutan dan Ilmu Kayu : Suatu Pengantar. Penerjemah: Hadikusumo S.A, Penerjemah ; Prawirohatmodjo S, editor. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

(49)

Iswanto, A. H., Fauji F., Yusuf S.H., Surdiding R., Dede H.,2012. Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel dari Kulit Buah Jarak (Jatropha curcas) Diperkuat Partikel Kayu (Physical and Mechanical Properties of Particleboard Made from Jatropha (Jatropha curcas) Fruit Hulls Reinforced with Wood Particle). Institut Pertanian Bogor. Bogor

Iswanto, A. H., 2014. Karakteristik kulit buah jarak (Jatropha curcas) dan pemanfaatannya sebagai bahan baku papan partikel berkualitas. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

[JSA] Japanese Industrial Standard. 2003. JIS A 5908. Japanese Standart Association Particleboard. JIS. Japan.

Kementrian Kehutanan 2012. Statistika Kehutanan Indonesia 2011. Kementrian Kehutanan. Jakarta

Maloney, T. M. 1993. Modern Paritcleboard and Dry-Process Fiberboard Manufacturing. Miller Freeman Inc. San fransisco.

Nandika, D., Y. Rismayadi, dan F. Diba. 2003. Rayap: Perilaku dan Pengendaliannya. Muhammadiyah University Press. Surakarta.

Nurul. 2005. Perlindungan Investasi Kontruksi Terhadap Serangan Organisme Perusak Kayu. Kolokium & Open House. Departemen Pekerjaan Umum. Bandung.

Prabuningrum, D. 2015. Pengaruh Ukuran Papan Partikel dan Penggunaan

Waterglass terhadap Kualitas Papan Partikel dari bagase Sorghum. USU. Medan

Prasetyo, K.W. dan S. Yusuf. 2011. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah Lingkungan dan Kimiawi. Agro Media Pustaka. Depok.

Putriani, V. 2005. Kualitas Papan Partikel Batang Bawah, Batang Atas dan Cabang Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba miq.) Skripsi. Departemen Hasil Hutan Fakultas kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Raja, L. S. 2014. Siaft Anti Rayap Ekstrak Biji Mengkudu (Morinda citrifolia

Linn) Terhadap Rayap Tanah (Mactotermes gilvus Hagen) Skripsi. Program Studi Kehutanan, USU. Medan

Rofii, M. N dan R. Widyorini. 2012. Pengaruh proporsi lapisan dan bahan baku terhadap sifat papan partikel lapis tanpa perekat. Seminar Nasional Mapeki XV. Makasar

(50)

Ruhendi, S., D. N. Koroh, F. A. Syamani, H. Yanti, Nurhaida, S. Saad, dan T. Sucipto. 2007. Analisis Perekatan Kayu. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Samad, M.S, V. Baharuddin, L. Wardani. 2005. Buku ajar perekat dan perekatan kayu. Fakultas Kehutanan Unlam. Banjarbaru

Santa Cruz Bioteknologi. 2010. Chemical product and Company Identification.

Santa Cruz Bioteknologi. Kanada.

[BSN] Standar Nasional Indonesia. 2006. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu Terhadap Organisme Perusak Kayu. SNI 01-7207-2006. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.

Supriana, N. 2002. Kajian Peran Pengawetan Kayu Perumahan dan Gedung dalam Rangka Pengelolaan Hutan Lestari. Laporan Hasil Penelitian. Badan Pengembangan dan Penelitian Departemen Kehutanan. Jakarta

Supriyanto, 2010. Pengembangan sorghum di lahan kering untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan, energy, dan industri. Institut Pertanian Bogor. Simposium Nasional. Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif. Bogor.

Supriyanto. 2011. Development of sorghum for food, feed, and energy. Booklet. SEAMEO BIOTROP. Bogor. Indonesia.

Sutiah. 2008. Studi Kualitas Minyak Goreng dengan Parameter Viskositas dan Indeks Bias. Berkala Fisika. Jurusan Fisika. UNDIP. Semarang

Sutigno, P. 1994. Teknologi Papan Partikel. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan dan Sosial Ekonomi Kehutanan. Bogor.

Syahidah dan Cahyono, T.D. 2007. Stabilisasi Dimensi Kayu Dengan Aplikasi Parafin Cair. Jurnal Perennial, 4(1) : 18-22.

Tutirin, I. 2011. Keawetan Papan Partikel Kerapatan Rendah dan Sedang Kayu Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen), Cempaka (Elmerrillia ovalis (Miq.) Dandy) dan Manglid (Manglietia glauca Bl.) Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan. Bogor.

Watco House. 2014. Wacto House Filmer Grove. Quality management system.

Inggris

Widarmana, S. 1997. Panil-panil Berasal dari Kayu Sebagai Bahan Bangunan. Proceeding Seminar Persaki. Pengurus Pusat Persaki. Bogor.

(51)

Yusram, M., Suhasman, Yusuf S. H., dan Astuti. 2007. Ketahanan Papan Komposit dari Limbah Kayu Sengon dan Karton terhadap Rayap Kayu Kering dan Rayap Tanah. Departemen Hasil Hutan Fakultas kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yongquist, J A. 1999. Wood-based Composites and Panel Product. Wood Hand Book: Wood as an Engineering Material. Washington DC (US).

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap kayu kering
Tabel 2. Klasifikasi penurunan berat contoh uji terhadap serangan rayap tanah dalam uji
Gambar 3. Kerapatan papan partikel
Gambar 4 Pengembangan tebal papan partikel
+5

Referensi

Dokumen terkait

Arah Program penelitian GUREAA ini bertujuan agar dapat diperoleh capaian kinerja penelitian yang optimal setiap usulan penelitian Program PHKI Tema C yang

Setelah itu, guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk bercerita tentang hasil kerja kelompoknya, yaitu menceritakan tentang bagian-bagian anggota tubuh

H6c : When compared to the individual partici- pation condition, pre-experiment to post- experiment gains in sales order data input quality will be signi®cantly higher in the

4.2 Mempraktikkan variasi dan kombinasi pola gerak dasar lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif dalam permainan bola kecil yang dilandasi konsep gerak dalam berbagai

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-7, 2014 ISPRS Technical Commission VII Symposium, 29 September – 2

Perubahan Waktu Penyelesaian Pekerjaan Penambahan Volume Item Kegiatan Pengurangan Volume Item Kegiatan Penambahan Item Kegiatan. Pengurangan

File yang telah dienkripsi hanya dapat dibuka dengan fasilitas Deskripsi dan juga harus mengetahui kunci atau password untuk mendeskripsi file hasil Enkripsi tersebut. Sehingga

[r]