• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan informasi dan studi bagi konsumen sayuran hijau di Kota Medan.

2. Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah Kota Medan dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan sayuran.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi yang dapat menambah dan memperkaya bahan kajian teori untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sayuran

2.1.1 Definisi Sayuran

Sayuran merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (bahan makanan nabati). Bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan dijadikan sayur adalah daun, batang, bunga dan buah muda sehingga dapat dikatakan bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan sayur (Sumoprastowo, 2000).

Jenis sayuran yang tedapat di Indonesia sangat melimpah, mulai dari dataran tinggi sampai dataran rendah memiliki jenis sayuran yang berbeda-beda. Sebagai bahan pangan, sayur bukanlah bahan pokok, melainkan hanya pelengkap.

Meskipun demikian sayur tidak dapat diabaikan begitu saja, setiap orang baik muda, tua atau berdasarkan tingkat ekonominya memerlukan sayur sebagai makanan sehari-hari (Nazaruddin, 2000).

Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi. Produksi sayuran Indonesia meningkat setiap tahun dan konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun (Adiyoga, 1999).

Sayuran berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral serta bernilai ekonomi tinggi. Sayuran memiliki keragaman yang sangat banyak baik dari jenis tanaman dan produk yang dikonsumsi. Indonesia merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

berbasis sayuran karena potensi sumber daya lahan pertanian yang menyebar mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan beragam kondisi agroekosistem dan petani yang mempuyai keahlian di bidang usaha budidaya sayuran maupun tanaman pangan lainnya.

2.1.2 Manfaat Sayuran

Sayuran hijau sangat baik dikonsumsi karena banyak memiliki manfaat untuk kesehatan tubuh kita. Semakin hijau warna sayuran, semakin tinggi pula kandungan nutrisinya.

Sayuran memiliki kadar air yang tinggi dan banyak mengandung vitamin dan mineral, rendah kalori, serta kaya akan serat. Dengan kandungan gizi yang dimiliki sayuran maka sayuran dipercaya memiliki banyak manfaat bagi tubuh.

Berbagai khasiat sayuran bagi tubuh seperti yang terkadung pada bayam yaitu dapat membantu meningkatkan kerja ginjal dan melancarkan pencernaan. Untuk mendapatkan khasiat dari sayuran maka perlu adanya pengolahan yang benar sebelum dikonsumsi. Biasanya pengelolahan sayuran jangan terlalu matang karena zat-zat yang berkhasiat yang terkandung didalamnya akan hilang atau rusak (Supriati dan Herliana, 2014).

Konsumsi sayur diperlukan tubuh sebagai sumber vitamin, mineral dan serat dalam mencapai pola makan sehat sesuai anjuran pedoman gizi seimbang untuk kesehatan yang optimal. Sebagian vitamin dan mineral yang terdapat dalam sayur dan buah mempunyai fungsi sebagai antioksidan sehingga dapat mengurangi kejadian penyakit tidak menular terkait gizi, sebagai dampak dari kelebihan atau kekurangan gizi.

Konsumsi buah dan sayur sangat penting dalam kehidupan sehari-hari karena berfungsi sebagai zat pengatur, mengandung zat gizi seperti vitamin dan mineral, memiliki kadar air tinggi, sumber serat makanan, antioksidan dan dapat menyeimbangkan kadar asam basa tubuh. Berbagai manfaat tersebut dapat mencegah terjadinya berbagai penyakit (Sekarindah, 2008).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Bauran Pemasaran

Salah satu bentuk strategi pemasaran yang mampu mendukung dalam memasarkan produk untuk menciptakan kepuasan konsumen adalah penggunaan marketing mix (bauran pemasaran) yang meliputi product, price, promotion, dan physical evidence atau place (Pawitra, 1993).

Dengan demikian, faktor yang ada dalam bauran pemasaran (marketing mix) merupakan variabel-variabel yang diharapkan mampu menciptakan kepuasan konsumen, atau dengan kata lain variabel-variabel tersebut akan mempengaruhi kepuasan konsumen dalam membeli suatu produk. Kepuasan pelanggan akan berimbas kepada loyalitas pelanggan, sehingga usaha yang dibangun akan terus bertahan dan berkembang.

1. Harga (Price)

Menurut Mahmud Machfoedz (2010), harga adalah jumlah uang yang dikenakan pada produk atau jasa. Definisi harga secara luas ialah jumlah nilai yang ditukar oleh konsumen untuk memperoleh manfaat kepemilikan atau penggunaan suatu produk atau jasa. Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur lainnya mencerminkan biaya. Harga juga

merupakan salah satu unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan, harga dapat diubah dengan cepat, pada waktu yang bersamaan.

2. Produk (Product)

Menurut Tjiptono (2000), produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan.

Kepuasan pelanggan sangat berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas memuaskan yang sudah dirasakan konsumen memberikan kepuasan terhadap keinginan konsumen. Konsumen yang puas selanjutnya kembali membeli produk tersebut (Kotler, 1994).

3. Tempat/lokasi (Place)

Saluran lokasi merupakan salah satu unsur dalam bauran pemasaran yang memegang peranan penting dalam hal melokasikan barang dan melancarkan arus barang dari produsen ke konsumen. Pengelokasian barang dari produsen sampai ke konsumen akhir tidaklah mudah untuk dilakukan tanpa adanya saluran lokasi yang memadai. Apalagi untuk dapat menjangkau suatu pasar yang luas, dalam hal ini membutuhkan berbagai macam perantara atau saluran lokasi yang dapat menyampaikan barang sampai ke tangan konsumen. Lokasi pelayanan jasa yang digunakan dalam memasok jasa kepada pelanggan yang dituju merupakan keputusan kunci. Keputusan mengenai lokasi pelayanan yangakan digunakan melibatkan pertimbangan bagaimana penyerahan jasa kepada pelanggan dan dimana itu akan berlangsung.

4. Promosi (Promotion)

Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna, maka konsumen tidak akan pernah membelinya (Kotler, 1994).

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi dengan cara mempengaruhi/membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar persediaan menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan.

Menurut Swastha (1997), promosi digunakan sebagai alat untuk modifikasi tingkah laku, pemberitahuan, membujuk, mengingatkan. Proses tersebut berupa pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli barang dan jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya Untuk melakukan pembelian, konsumen tidak terlepas dari karakteristik produk baik mengenai penampilan, gaya, mutu dan harga dari produk tersebut. Penetapan harga oleh penjual akan berpengaruh terhadap perilaku pembelian konsumen, sebab harga yang dapat dijangkau oleh konsumen akan cenderung membuat konsumen melakukan pembelian terhadap produk tersebut. (Tedjakusuma, 2001).

Berikut ini adalah beberapa indikator variabel bauran pemasaran terdapat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2. Variabel indikator bauran pemasaran

Variabel Indikator

Produk 1. Kesegaran produk

2. Warna produk

3. Variasi ukuran produk yang ditawarkan 4. Desain dan kualitas produk

5. Desain kemasan/bungkus produk

Harga 1. Keterjangkauan harga

2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk 3. Kepastian harga

Tempat/lokasi 1. Akses, yaitu lokasi yang dilalui mudah dijangkau sarana transportasi Umum 2. Tata letak yang mudah

3. Kenyamanan

4. Tempat parkir yang luas 5. Suasana dan dekorasi

Promosi 1. Memberikan potongan harga

2. Menggunakan kartu member

3. Popularitas toko sebagai toko ternama Sumber: Kotler dan Armstrong (2008), Raharjani (2005), Tjiptono dan Chandra

(2001), Dawood A. K. (2016).

2.2.2 Perilaku Konsumen

Teori perilaku konsumen merupakan deskripsi tentang bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatan diantara barang dan jasa yang berbeda-beda untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Dimana dalam pengalokasian ini konsumen menentukan permintaan untuk beragam barang dan jasa. Keputusan pembelian konsumen membantu kita memahami bagaimana perubahan pendapatan dan harga mempengaruhi permintaan barang dan jasa.

(Pindyck dan Rubinfeld, 2001).

Pemahaman terhadap perilaku konsumen bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, karena terdapat banyak faktor yang berpengaruh dan saling interaksi satu sama lainnya, sehingga pendekatan pemasaran yang dilakukan oleh suatu

perusahaan harus benar-benar dirancang sebaik mungkin dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut. Selain itu, para pemasar harus mampu memahami konsumen, dan berusaha mempelajari bagaimana mereka berperilaku, bertindak dan berpikir. Walaupun konsumen memiliki berbagai macam perbedaan namun mereka juga memiliki banyak kesamaan.

Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku konsumen agar pemasar mampu memasarkan produknya dengan baik. Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan konsumsi, sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran dengan lebih baik. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai. Tidak dapat diragukan lagi bahwa pemasar yang memahami konsumen akan memiliki kemampuan bersaing yang lebih baik.

Perilaku konsumen merupakan studi tentang bagaimana pembuat keputusan, baik individu, kelompok, ataupun organisasi, membuat keputusan-keputusan beli atau melakukan transaksi pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya.

(Prasetijo, Ihalauw, 2005)

Perilaku konsumen adalah tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan tersebut.

(Mangkunegara, 2002)

Menurut Kotler dan Armstrong (2004) mengatakan perilaku konsumen sebagai perilaku pembelian konsumen akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi personal.

Menurut Setiadi (2003) bahwa “ perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.”

Perilaku konsumen berkaitan dengan produsen maupun penyedia sayuran untuk dapat meningkatkan keuntungan usaha dan juga kepuasan konsumen. Konsumen yang merasa puas tentu akan meningkatkan perilaku pembeliannya, baik frekuensi maupun intensitas pembelian yang dilakukan. Dengan lebih mengetahui tentang perilaku konsumen, pelaku usaha dapat merumuskan strategi yang dapat meningkatkan kepuasan konsumen serta memperoleh keuntungan usaha yang lebih tinggi. Penelitian tentang perilaku konsumen dilakukan dengan pendekatan terhadap faktor-faktor perilaku konsumen dalam pembelian, yaitu faktor harga, faktor produk, faktor tempat dan promosi dan faktor sosial. Selain itu, penting juga bagi pelaku usaha untuk mengetahui jenis sayuran apa saja yang banyak dibeli konsumen dan apa saja karakteristik pilihan sayuran yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian di pasar modern.

2.2.3 Keputusan Pembelian

Menurut Schiffman, Kanuk (2004), keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan

untuk membeli dapat mengarah pada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan.

Menurut Kotler (2006), proses pengambilan keputusan pembelian konsumen dilakukan dengan melalui serangkaian tahap sebagai berikut:

Sumber : (Kotler, 2006)

Gambar 1. Proses Keputusan Pembelian

Berdasarkan gambar 1 di atas, maka proses keputusan pembelian diawali dengan adanya pengenalan kebutuhan (problem recognition ), dimana pada tahap ini konsumen akan melakukan identifikasi terhadap produk / jasa untuk memenuhi kebutuhan. Selanjutnya konsumen akan melakukan pencarian informasi (information research ) terkait dengan produk / jasa yang dibutuhkan. Semakin banyak informasi yang diperoleh, maka tingkat pengetahuan dan kesadaran konsumen akan produk juga akan semakin meningkat. Karenanya konsumen akan menggunakan informasi tersebut untuk melakukan evaluasi (evaluation of alternatives) terhadap merek alternatif yang terdapat dalam himpunan pilihan sebagai dasar pertimbangan di dalam melakukan keputusan pembelian (purchasedecision). Setelah konsumen melakukan pembelian secara aktual terhadap produk yang dibutuhkan, maka selanjutnya konsumen akan melakukan evaluasi / penilaian terhadap kepuasan atau ketidakpuasan yang diperoleh setelah mengkonsumsi produk tersebut (post purchasebe havior).

Pengenalan

2.3 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan pembanding atau refrensi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Penelitian Terdahulu

di Pasar Baru

ketersediaan parker

2.4 Kerangka Pemikiran

Sayuran sangat disukai oleh masyarakat Indonesia termasuk masyarakat Kota Medan karena beragam jenis sayuran yang memiliki khasiat yang sangat baik untuk kesehatan tubuh. Konsumen sayuran dalam hal ini adalah konsumen yang melakukan kegiatan pembelian (mengkonsumsi) sayuran untuk memenuhi kebutuhannya.

Bauran pemasaran adalah sarana pemasaran taktis meliputi varibel produk, harga, tempat, dan promosi yang dibaurkan untuk mendapat respon yang diinginkan dari konsumen.

Perilaku konsumen atau keputusan pembelian oleh konsumen dipengaruhi oleh faktor harga, produk, promosi dan tempat. Konsumen memutuskan untuk membeli ataupun tidak membeli setelah mempertimbangkan berbagai faktor tersebut dalam membuat keputusan. Apabila keputusan konsumen telah ditetapkan dengan dilakukannya pembelian sayuran maka sayuran tersebut dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya.

Pada kerangka pemikiran dibawah ini dapat dijelaskan bahwa bauran pemasaran mencakup variabel produk, harga, tempat dan promosi. Masing - masing variabel tersebut memiliki indikator variabel yang berpengaruh terhadap volume pembelian sayuran hijau. Kemudian terdapat karakteristik konsumen mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan jumlah pendapatan. Dimana karakteristik konsumen ini diduga memiliki hubungan dengan volume pembelian sayuran hijau.

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

3.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka disusun hipotesis yang akan diuji kebenarannya yaitu sebagai berikut:

1. Variabel produk, harga, tempat dan promosi berpengaruh signifikan terhadap volume pembelian sayuran hijau di pasar modern di Kota Medan.

2. Terdapat hubungan antara karakteristik konsumen (umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, jumlah pendapatan) dengan volume pembelian sayuran hijau di pasar modern di Kota Medan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di kota Medan. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive yaitu suatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangannya adalah pasar modern yang berada didalam gedung mall atau plaza dan mewakili beberapa kecamatan di Kota Medan. Berikut ini diuraikan beberapa pasar modern di Kota Medan yang akan dijadikan tempat pengambilan konsumen pada saat penelitian berlangsung.

Tabel 4. Nama Pasar Modern dan Lokasi Pasar Modern

No. Nama Mall Alamat Nama Pasar

3.2 Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling, jenisnya adalah Accidental sampling yaitu menentukan sampel

berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapapun yang dipandang sesuai sebagai sumber data yakni sedang atau pernah membeli sayuran hijau di pasar modern. Accidental sampling dilakukan dengan cara memperoleh data dari sekumpulan populasi secara kebetulan saja dengan tidak menggunakan perencanaan tertentu.

Besar sampel dalam penelitan ini ditetapkan 70 sampel dengan alasan untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik ukuran sampel paling kecil adalah 30 sampel (Wirartha, 2006). Dari setiap pasar modern diambil 10 orang konsumen sebagai sampel.

Tabel 5. Besar Sampel Konsumen Sayuran Hijau

No. Nama Mall Alamat Besar Sample

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber

informasi dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari BPS Kota Medan, internet dan instansi terkait.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode survei.

Metode survei adalah pengumpulan data primer dengan melakukan tanya jawab dengan responden. Jenis pertanyaan dalam kuesioner tersebut adalah pertanyaan berstruktur sehingga sampel dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa alternatif saja atau kepada satu jawaban saja.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk Identifikasi Masalah 1 digunakan analisis deskriptif, yaitu untuk menguraikan variabel karakteristik konsumen yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan jumlah pendapatan dengan menggunakan data yang diperoleh.

Untuk Identifikasi Masalah 2 digunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas (produk, harga, tempat dan promosi) terhadap variabel terikat (volume pembelian). Persamaan regresi linear berganda dengan empat variabel bebas yaitu dengan menggunakan rumus :

Y = a0 + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4 + ε Keterangan :

Y = Volume Pembelian

a = Koefisien intersep b1, b2, b3 = Koefisien regresi X1 = Variabel Produk

X2 = Variabel Harga X3 = Variabel Tempat X4 = Variabel Promosi

Untuk Identifikasi Masalah 3, digunakan analisis Korelasi (r) yaitu Korelasi Rank Spearman (rs) yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik konsumen (umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan jumlah pendapatan) dengan volume pembelian.

Korelasi Spearman digunakan jika ingin mengukur kuatnya hubungan di antara dua variabel, dimana data tidak berdasarkan pasangan nilai data yang sebenarnya, tetapi berdasarkan rangkingnya (Sarjono dan Winda, 2011).

Untuk mengukur tingkat hubungan dalam kolerasi, maka standar interval koefisien yang digunakan diperlihatkan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Interval Koefisien Korelasi dan Tingkat Hubungan

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

Sumber: Sarjono dan Winda (2011)

Untuk mencari makna generalisasi dari hubungan variabel X dengan variabel Y maka dilakukan uji signifikan sebagai berikut:

Kriteria keputusan:

1. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada atau sama dengan nilai probabilitas Sig. (0.05 ≤ Sig.) maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya hubungan tidak signifikan.

2. Jika nilai probabilitas lebih besar daripada atau sama dengan nilai probabilitas Sig. (0.05 ≥ Sig.) maka H1 diterima dan H0 ditolak, artinya hubungan signifikan (Sarjono dan Winda, 2011).

Hipotesis:

H0 : Variabel X tidak berhubungan secara signifikan dengan variabel Y.

H1 : Variabel X berhubungan secara signifikan dengan variabel Y.

(Sarjono dan Winda, 2011).

3.4.1 Pengujian Hipotesis 1. Uji Asumsi Klasik - Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data mendekati distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.

Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal

Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu.

- Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan melihat grafik scatterplot, jika titik-titik atau poin-poin yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada terbentuk pola yang jelas, serta titik-titik menyebar dibawah dan diatas angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas.

- Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menguji apakah ditemukan adanya hubungan yang linier antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantaranya dengan melihat:

Hipotesis:

H0: tidak terjadi multikolinieritas;

H1: terjadi multikolinieritas.

Kriteria:

- Jika nilai toleransi melebihi 0,1 atau nilai VIF kurang dari 10, maka H0 diterima, H1 ditolak. Artinya tidak ada kolerasi antara variabel bebas dalam model regresi atau tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi.

- Jika nilai toleransi kurang dari atau sama dengan 0,1 atau nilai VIF melebihi 10, maka H0 ditolak, H1 diterima. Artinya adanya kolerasi antara variabel bebas dalam model regresi atau tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi.

2. Uji Kesesuaian Model (Test Of Goodness Of Fit) - Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat

yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables).

Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan.

Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian pula sebaliknya.

- Uji Parsial (Uji t Statistik)

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5%. Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat, digunakan:

Kriteria uji berdasarkan nilai signifikansi (α = 0,05) : Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya X1, X2, dan X3, secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Volume Pembelian.

Jika H1 diterima artinya X1, X2, dan X3, secara parsial berpengaruh nyata terhadap Volume Pembelian.

- Uji Serempak (Uji F)

Uji statistik F adalah uji yang menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel terikat. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi tersebut masuk dalam kriteria cocok atau fit. Taraf signifikasi ( ) yang digunakan dalam adalah 0,05.

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel terikat, digunakan:

Kriteria uji berdasarkan nilai signifikasi (α = 0,05) : Jika nilai signifikasi > α 0,05 maka H0 diterima, H1ditolak Jika nilai signifikasi ≤ α 0,05 maka H0 ditolak, H1diterima

Jika H0 diterima artinya faktor-faktor X1, X2, X3, secara serempak tidak berpengaruh signifikasi terhadap Volume Pembelian.

Jika H1 diterima artinya faktor-faktor X1, X2, X3, secara serempak berpengaruh nyata terhadap Volume Pembelian.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi Operasional

1. Sayuran hijau dalam hal ini merupakan sayuran yang berwarna hijau, mencakup bayam, kangkung, sawi hijau, buncis, kacang panjang, daun ketela pohon dan sejenisnya.

2. Konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh sayuran hijau di pasar modern di Kota Medan.

3. Karakteristik konsumen dalam hal ini mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan jumlah pendapatan yang merupakan informasi penting untuk mengetahui hubungan terhadap volume pembelian sayuran hijau.

4. Umur adalah satuan waktu yang mengukur rentang kehidupan konsumen sayuran hijau yang diukur dengan tahun.

5. Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan berkelanjutan yang telah dilalui oleh konsumen sayuran hijau dimulai dari pendidikan dasar,

5. Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan berkelanjutan yang telah dilalui oleh konsumen sayuran hijau dimulai dari pendidikan dasar,

Dokumen terkait