• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Kerangka Pemikiran

Sayuran sangat disukai oleh masyarakat Indonesia termasuk masyarakat Kota Medan karena beragam jenis sayuran yang memiliki khasiat yang sangat baik untuk kesehatan tubuh. Konsumen sayuran dalam hal ini adalah konsumen yang melakukan kegiatan pembelian (mengkonsumsi) sayuran untuk memenuhi kebutuhannya.

Bauran pemasaran adalah sarana pemasaran taktis meliputi varibel produk, harga, tempat, dan promosi yang dibaurkan untuk mendapat respon yang diinginkan dari konsumen.

Perilaku konsumen atau keputusan pembelian oleh konsumen dipengaruhi oleh faktor harga, produk, promosi dan tempat. Konsumen memutuskan untuk membeli ataupun tidak membeli setelah mempertimbangkan berbagai faktor tersebut dalam membuat keputusan. Apabila keputusan konsumen telah ditetapkan dengan dilakukannya pembelian sayuran maka sayuran tersebut dapat dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya.

Pada kerangka pemikiran dibawah ini dapat dijelaskan bahwa bauran pemasaran mencakup variabel produk, harga, tempat dan promosi. Masing - masing variabel tersebut memiliki indikator variabel yang berpengaruh terhadap volume pembelian sayuran hijau. Kemudian terdapat karakteristik konsumen mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan jumlah pendapatan. Dimana karakteristik konsumen ini diduga memiliki hubungan dengan volume pembelian sayuran hijau.

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

3.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka disusun hipotesis yang akan diuji kebenarannya yaitu sebagai berikut:

1. Variabel produk, harga, tempat dan promosi berpengaruh signifikan terhadap volume pembelian sayuran hijau di pasar modern di Kota Medan.

2. Terdapat hubungan antara karakteristik konsumen (umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, jumlah pendapatan) dengan volume pembelian sayuran hijau di pasar modern di Kota Medan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di kota Medan. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan dengan metode purposive yaitu suatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangannya adalah pasar modern yang berada didalam gedung mall atau plaza dan mewakili beberapa kecamatan di Kota Medan. Berikut ini diuraikan beberapa pasar modern di Kota Medan yang akan dijadikan tempat pengambilan konsumen pada saat penelitian berlangsung.

Tabel 4. Nama Pasar Modern dan Lokasi Pasar Modern

No. Nama Mall Alamat Nama Pasar

3.2 Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non-probability sampling, jenisnya adalah Accidental sampling yaitu menentukan sampel

berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapapun yang dipandang sesuai sebagai sumber data yakni sedang atau pernah membeli sayuran hijau di pasar modern. Accidental sampling dilakukan dengan cara memperoleh data dari sekumpulan populasi secara kebetulan saja dengan tidak menggunakan perencanaan tertentu.

Besar sampel dalam penelitan ini ditetapkan 70 sampel dengan alasan untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik ukuran sampel paling kecil adalah 30 sampel (Wirartha, 2006). Dari setiap pasar modern diambil 10 orang konsumen sebagai sampel.

Tabel 5. Besar Sampel Konsumen Sayuran Hijau

No. Nama Mall Alamat Besar Sample

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber

informasi dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari BPS Kota Medan, internet dan instansi terkait.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode survei.

Metode survei adalah pengumpulan data primer dengan melakukan tanya jawab dengan responden. Jenis pertanyaan dalam kuesioner tersebut adalah pertanyaan berstruktur sehingga sampel dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa alternatif saja atau kepada satu jawaban saja.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk Identifikasi Masalah 1 digunakan analisis deskriptif, yaitu untuk menguraikan variabel karakteristik konsumen yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan jumlah pendapatan dengan menggunakan data yang diperoleh.

Untuk Identifikasi Masalah 2 digunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas (produk, harga, tempat dan promosi) terhadap variabel terikat (volume pembelian). Persamaan regresi linear berganda dengan empat variabel bebas yaitu dengan menggunakan rumus :

Y = a0 + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4 + ε Keterangan :

Y = Volume Pembelian

a = Koefisien intersep b1, b2, b3 = Koefisien regresi X1 = Variabel Produk

X2 = Variabel Harga X3 = Variabel Tempat X4 = Variabel Promosi

Untuk Identifikasi Masalah 3, digunakan analisis Korelasi (r) yaitu Korelasi Rank Spearman (rs) yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik konsumen (umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, dan jumlah pendapatan) dengan volume pembelian.

Korelasi Spearman digunakan jika ingin mengukur kuatnya hubungan di antara dua variabel, dimana data tidak berdasarkan pasangan nilai data yang sebenarnya, tetapi berdasarkan rangkingnya (Sarjono dan Winda, 2011).

Untuk mengukur tingkat hubungan dalam kolerasi, maka standar interval koefisien yang digunakan diperlihatkan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Interval Koefisien Korelasi dan Tingkat Hubungan

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

Sumber: Sarjono dan Winda (2011)

Untuk mencari makna generalisasi dari hubungan variabel X dengan variabel Y maka dilakukan uji signifikan sebagai berikut:

Kriteria keputusan:

1. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada atau sama dengan nilai probabilitas Sig. (0.05 ≤ Sig.) maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya hubungan tidak signifikan.

2. Jika nilai probabilitas lebih besar daripada atau sama dengan nilai probabilitas Sig. (0.05 ≥ Sig.) maka H1 diterima dan H0 ditolak, artinya hubungan signifikan (Sarjono dan Winda, 2011).

Hipotesis:

H0 : Variabel X tidak berhubungan secara signifikan dengan variabel Y.

H1 : Variabel X berhubungan secara signifikan dengan variabel Y.

(Sarjono dan Winda, 2011).

3.4.1 Pengujian Hipotesis 1. Uji Asumsi Klasik - Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data mendekati distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.

Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal

Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu.

- Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Dasar pengambilan keputusannya adalah dengan melihat grafik scatterplot, jika titik-titik atau poin-poin yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada terbentuk pola yang jelas, serta titik-titik menyebar dibawah dan diatas angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas.

- Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menguji apakah ditemukan adanya hubungan yang linier antar variabel bebas. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantaranya dengan melihat:

Hipotesis:

H0: tidak terjadi multikolinieritas;

H1: terjadi multikolinieritas.

Kriteria:

- Jika nilai toleransi melebihi 0,1 atau nilai VIF kurang dari 10, maka H0 diterima, H1 ditolak. Artinya tidak ada kolerasi antara variabel bebas dalam model regresi atau tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi.

- Jika nilai toleransi kurang dari atau sama dengan 0,1 atau nilai VIF melebihi 10, maka H0 ditolak, H1 diterima. Artinya adanya kolerasi antara variabel bebas dalam model regresi atau tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi.

2. Uji Kesesuaian Model (Test Of Goodness Of Fit) - Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat

yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables).

Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan.

Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian pula sebaliknya.

- Uji Parsial (Uji t Statistik)

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5%. Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat, digunakan:

Kriteria uji berdasarkan nilai signifikansi (α = 0,05) : Jika sig. t ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya X1, X2, dan X3, secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Volume Pembelian.

Jika H1 diterima artinya X1, X2, dan X3, secara parsial berpengaruh nyata terhadap Volume Pembelian.

- Uji Serempak (Uji F)

Uji statistik F adalah uji yang menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel terikat. Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi tersebut masuk dalam kriteria cocok atau fit. Taraf signifikasi ( ) yang digunakan dalam adalah 0,05.

Untuk menguji pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel terikat, digunakan:

Kriteria uji berdasarkan nilai signifikasi (α = 0,05) : Jika nilai signifikasi > α 0,05 maka H0 diterima, H1ditolak Jika nilai signifikasi ≤ α 0,05 maka H0 ditolak, H1diterima

Jika H0 diterima artinya faktor-faktor X1, X2, X3, secara serempak tidak berpengaruh signifikasi terhadap Volume Pembelian.

Jika H1 diterima artinya faktor-faktor X1, X2, X3, secara serempak berpengaruh nyata terhadap Volume Pembelian.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi Operasional

1. Sayuran hijau dalam hal ini merupakan sayuran yang berwarna hijau, mencakup bayam, kangkung, sawi hijau, buncis, kacang panjang, daun ketela pohon dan sejenisnya.

2. Konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh sayuran hijau di pasar modern di Kota Medan.

3. Karakteristik konsumen dalam hal ini mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan jumlah pendapatan yang merupakan informasi penting untuk mengetahui hubungan terhadap volume pembelian sayuran hijau.

4. Umur adalah satuan waktu yang mengukur rentang kehidupan konsumen sayuran hijau yang diukur dengan tahun.

5. Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan berkelanjutan yang telah dilalui oleh konsumen sayuran hijau dimulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

6. Jumlah tanggungan adalah seluruh anggota keluarga yang dimiliki oleh konsumen sayuran hijau yang terdiri dari suami, istri, dan anak, serta orang lain yang turut serta dalam keluarga tersebut.

7. Jumlah pendapatan adalah seluruh penerimaan atau penghasilan konsumen sayuran hijau berupa uang yang berasal dari pihak lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

8. Bauran pemasaran adalah sarana pemasaran yang meliputi 4P (Product, Price, Place, Promotion) yang dibaurkan untuk mendapat respon yang diinginkan dari pasar modern di Kota Medan.

9. Produk adalah sayuran hijau yang dijual atau ditawarkan di pasar modern di Kota Medan sebagai pemenuhan kebutuhan konsumen.

10. Harga adalah jumlah yang tertera pada label kemasan sayuran hijau yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh sayuran hijau tersebut.

11. Tempat adalah sarana menjual sayuran hijau yang menyediakan fasilitas (tempat parkir yang luas, tata letak yang mudah), pelayanan dan kebersihan serta kenyamanan dari tempat.

12. Promosi adalah upaya dalam menawarkan sayuran hijau dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsi sayuran hijauan, dalam bentuk memberikan potongan harga, menggunakan kupon penawaran, dan lain-lain.

13. Pasar modern adalah tempat dimana konsumen dapat membeli sayuran hijau untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya.

14. Volume pembelian adalah meningkatnya jumlah sayuran hijau yang dibeli atau dikonsumsi oleh konsumen sebagai bentuk terpenuhinya kepuasan konsumen terhadap sayuran hijau tersebut.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Sampel adalah konsumen pasar modern yang memutuskan untuk yang membeli sayuran hijau.

2. Penelitian dilakukan di pasar modern di Kota Medan yang menjual sayuran hijau.

3. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2018.

4.1 Keadaan Geografi 1. Batas

Kota Medan terletak antara 3º.27’ - 3º.47’ Lintang Utara dan 98º.35’ - 98º.44’

Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur.

2. Geologi

Kota Medan merupakan salah satu kota yang ada di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan provinsi Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

3. Iklim

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun BMKG Wilayah I pada tahun 2015 yaitu 21,2oC dan suhu maksimum yaitu 35,1oC. Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 81-82%, dan kecepatan angin rata-rata sebesar 2,3m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 108,2 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2015 per bulan 14 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 141 mm.

4.2 Keadaan Penduduk

Kota Medan terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2.001 lingkungan dengan luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan jumlah sekolah di Kota Medan yaitu sebagai berikut:

Tabel 7. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan Menurut Kecamatan, 2016

Kecamatan Luas Wilayah

Medan Tuntungan 20,68 86.425 4.179

Medan Johor 14,58 133.577 9.162

Medan Selayang 12,81 107.831 8.418

Medan Sunggal 15,44 115.837 7.502

Medan Helvetia 13,16 151.581 11.518

Medan Petisah 6,82 63.390 9.295

Medan Barat 5,33 72.717 13.643

Medan Timur 7,76 111.438 14.361

Medan Perjuangan 4,09 95.936 23.456

Medan Tembung 7,99 137.239 17.176

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2017

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa Kota Medan memiliki jumlah penduduk sebesar 2.229.408 jiwa dengan kepadatan penduduk 8.409 per km2. Dari 21 kecamatan di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli merupakan kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak yaitu sebesar 184.762 jiwa dan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Medan Baru yaitu sebesar 40.560 jiwa. Selain itu, terdapat Kecamatan Medan Area yang merupakan kecamatan paling padat penduduknya dengan kepadatan 17.939 jiwa km2 dan Kecamatan Medan Labuhan

merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk terkecil yaitu 3.233 jiwa per km2.

Berikut ini jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin yaitu:

Tabel 8. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan, 2016

Golongan Umur Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (jiwa)

0-4 101.527 97.708 199.235

1.101.020 1.128.388 2.229.408

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2017

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kota Medan mencapai 2.229.408 jiwa yang terdiri dari1.128.388 jiwa perempuan (50.7%) dan 1.101.020 jiwa laki-laki (49.3 %), dimana jumlah penduduk perempuan lebih besar daripada penduduk laki-laki. Selain itu, jumlah usia non produktif (0-14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak dan remaja tahun 2016 yaitu sebesar 582.041 jiwa (26%). Jumlah usia produktif (15–54 tahun) sebesar 1.403.825 jiwa (63%) dimana pada usia ini, orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan barang dan jasa dengan efektif. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja di Kota Medan cukup besar dan usia manula (>55 tahun) yaitu sebesar 243.542 jiwa (11%).

Berikut jumlah dan persentase rata-rata pengeluaran Kota Medan tahun 2016 berdasarkan jenis konsumsi yaitu:

Tabel 9. Rata-rata Pengeluaran dan Persentase Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Sebulan Menurut Jenis Konsumsi di Kota Medan, 2016

Sektor Rata-Rata Pengeluaran Persentase Pengeluaran

Makanan 532.642 46.09

Bukan Makanan 623.106 53.91

Rata-Rata 1.155.748 100

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2017

Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran menurut jenis konsumsi tahun 2016 yaitu sebesar 1.155.748 dimana rata-rata pengeluaran sektor bukan makanan lebih besar yaitu 623.106 dengan persentase pengeluaran 53.91%

dibandingkan sektor makanan sebesar 532.642 dengan persentase pengeluaran 46.09%.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Konsumen Sayuran Hijau

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli sayuran hijau di pasar modern di Kota Medan. Sayuran hijau dalam hal ini meliputi bayam, kangkung, sawi hijau, buncis, kacang panjang, daun ketela pohon dan sejenisnya.

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara dibantu kuesioner terhadap 70 orang konsumen yang menjadi responden. Responden yang menjawab kuesioner ini adalah konsumen sayuran hijau yang melakukan pembelian pada saat penelitian. Karakteristik konsumen dalam hal ini meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan jumlah pendapatan.

1. Umur

Kelompok umur konsumen sayuran hijau di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 20-30 16 22,85

2. 31-40 13 18,57

3. 41-50 25 35,71

4. 51-60 14 20

5. >60 2 2,85

Jumlah 70 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa konsumen yang membeli sayuran di pasar modern di Kota Medan yang paling banyak yaitu berada pada kelompok umur 41-50 dengan jumlah sebesar 25 jiwa (35,71%) dan kelompok umur

konsumen yang paling sedikit yaitu berada pada kelompok umur >60 dengan jumlah sebesar 2 jiwa (2,85%).

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan konsumen sayuran hijau di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 11. Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Rendah 1 1,42

2. Menengah 30 42,85

3. Tinggi 39 55,7

Jumlah 70 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Pada Tabel 11, dapat dilihat bahwa konsumen yang membeli sayuran di pasar modern di Kota Medan yang paling banyak yaitu berada pada tingkat pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana, Pascasarjana) sebanyak 39 jiwa (55,7%) dan tingkat pendidikan menengah (SMA) sebanyak 30 jiwa (42,85%) dan tingkat pendidikan konsumen yang paling sedikit yaitu berada pada tingkat pendidikan rendah (SD) sebanyak 1 jiwa (1,42%).

3. Jumlah Tanggungan

Yang dimaksud dengan jumlah tanggungan dalam hal ini adalah jumlah anggota keluarga yang dibiayai termasuk suami atau istri. Jumlah tanggungan konsumen sayuran hijau di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 12. Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No. Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 2 7 10

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Pada Tabel 12, dapat dilihat bahwa konsumen yang membeli sayuran di pasar modern di Kota Medan yang paling banyak yaitu berada pada jumlah tanggungan 4 orang dengan jumlah sebesar 27 jiwa (38,57%) dan jumlah tanggungan konsumen yang paling sedikit yaitu berada pada jumlah tanggungan 6 dan >6 orang dengan jumlah sebesar 5 jiwa (7,14%).

4. Jumlah Pendapatan

Jumlah pendapatan konsumen sayuran hijau di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 13. Distribusi Sampel Berdasarkan Jumlah Pendapatan

No. Jumlah Pendapatan (Rp) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 1.000.000 – 2.000.000 15 21,42

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Pada Tabel 13, dapat dilihat bahwa konsumen yang membeli sayuran di pasar modern di Kota Medan yang paling banyak yaitu berada pada jumlah pendapatan Rp. 4.000.000 – 5.000.000 dengan jumlah sebesar 17 jiwa (24,28%) dan jumlah

pendapatan konsumen yang paling sedikit yaitu berada pada jumlah tanggungan Rp. 5.000.000 – 6.000.000 dengan jumlah sebesar 4 jiwa (5,71%).

5.2 Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Volume Pembelian Sayuran Di Pasar Modern Di Kota Medan

Bauran pemasaran adalah salah satu bentuk strategi pemasaran yang mampu mendukung dalam memasarkan produk untuk menciptakan kepuasan konsumen.

Bauran pemasaran memiliki variabel yang diharapkan mampu mempengaruhi kepuasan konsumen dalam membeli suatu produk, meliputi Produk, Harga, Tempat dan Promosi. Kepuasan konsumen ini akan berpengaruh pada volume pembelian produk.

Volume pembelian adalah banyaknya jumlah sayuran hijau yang dibeli konsumen.

Volume pembelian dalam hal ini merupakan variabel terikat sedangkan produk, harga, tempat dan promosi merupakan variabel bebas. Data yang diambil adalah data dalam skala ordinal, namun dalam menganalisis pengaruh bauran pemasaran terhadap volume pembelian sayuran hijau akan diregresikan, maka data ordinal ini sebelumnya diubah menjadi data skala interval dengan bantuan model MSI (Method of Successive Interval) dibantu perangkat lunak SPSS.

Sebelum melakukan estimasi, menggunakan model Regresi Linier Berganda, maka terhadap data terlebih dahulu dilakukan Uji Asumsi Klasik guna terpenuhinya kaidah asumsi Normalitas, Multikolinieritas, dan Heterokedastisitas.

5.2.1. Uji Asumsi Klasik (Ordinary Least Square) 1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual berdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang berdistribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.

Kriteria Uji Kolmogorov Smirnov:

Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal

Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu.

Hasil uji Normalitas dapat dilihat pada gambar dan tabel sebagai berikut:

Gambar 3. Grafik Histogram

Berdasarkan Gambar 2, dapat kita lihat bahwa pola distribusi data adalah normal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Gambar 4. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual

Berdasarkan Gambar 4, bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Tabel 14. Hasil Uji Kolmogrov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 70

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .65225366

Most Extreme Differences

Absolute .085

Positive .085

Negative -.066

Kolmogorov-Smirnov Z .711

Asymp. Sig. (2-tailed) .693

Sumber: Data diolah dari lampiran 2

Setelah melalukan uji Kolmogorov Smirnov, diperoleh signifikansi sebesar 0,693

> 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti

distribusi sampel tidak berbeda nyata dengan distribusi normal atau sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil Uji Normalitas, baik dengan menggunakan metode Grafik Histogram, dengan Normal P-Plot of Regression Standardized Residual, maupun dengan menggunakan Tabel Kolmogrov-Smirnov Test, maka disimpulkan hasil bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas sehingga dapat diproses dengan uji selanjutnya.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan untuk melihat ada tidaknya korelasi yang tinggi antar variabel bebas dalam suatu model regresi. Jika terdapat korelasi yang tinggi, maka hubungan antar variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu.

Uji multikolinieritas dapat diketahui dengan melihat kriteria sebagai berikut:

- Jika nilai toleransi melebihi 0,1 atau nilai VIF kurang dari 10, maka H0 diterima, H1 ditolak. Artinya tidak ada kolerasi antara variabel bebas dalam model regresi atau tidak terjadi multikolinieritas pada model regresi.

- Jika nilai toleransi kurang dari atau sama dengan 0,1 atau nilai VIF melebihi 10, maka H0 ditolak, H1 diterima. Artinya adanya kolerasi antara variabel bebas dalam model regresi atau tidak terjadi multikolinieritas pada model

- Jika nilai toleransi kurang dari atau sama dengan 0,1 atau nilai VIF melebihi 10, maka H0 ditolak, H1 diterima. Artinya adanya kolerasi antara variabel bebas dalam model regresi atau tidak terjadi multikolinieritas pada model

Dokumen terkait