• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Kekerasan Seksual Pada Anak

Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah. Menurut WHO:

“Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.”

Pengertian kekerasan seksual sebenarnya belum ada atau belum di dibakukan dalam kamus bahasa Indonesia, menurut Achie Sudiarti Luhulima pengertian kekerasan seksual adalah kejahatan yang berkaitan dengan perkelaminan atau eksualitas dan lebih khusus lagi yang berkaitan dengan seksualitas laki-laki dan perempuan (Luhulima, 2000:57)

Berapa literatur asing dapat ditemukan “Sexsual Violence” yang terjemahannya

adalah kejahatan atau kekerasan seksual pada umumnya diartikan sebagai perbuatan pidana yang berkaitan dengan seksualitas atau perkawinan yang dapat di lakukan terhadap laki-laki atau perempuan. Kejahatan seksual dapat berupa pelecehan seksual, kekerasan seksual dan pelanggaran seksual (Susilawati, 2001:22).

Anak yang pernah mengalami pelecehan seksual dalam bentuk apapun pada umumnya merasa ketakutan untuk menceritakan pengalamannya. Oleh karena itu,

setiap orangtua harus bisa peka dan mengenali dengan baik setiap gerak-gerik anak yang tidak tampak seperti biasanya. Berikut adalah tanda-tanda kekerasan seksual pada anak yang harus Anda perhatikan dan waspadai.

Pelecehan seksual tidak hanya hadir dalam bentuk perkosaan. Itu mungkin sebabnya banyak orangtua yang tidak menyadari tanda-tanda yang ditunjukkan anak. Kekerasan seksual dapat berupa kekerasan fisik maupun non fisik. Berikut contoh kekerasan seksual secara fisik maupun non fisik.

Kekerasan Fisik

Bentuk kekerasan seperti ini mudah diketahui karena akibatnya bisa terlihat pada tubuh korban Kasus physical abuse: persentase tertinggi usia 0-5 tahun (32.3%) dan terendah usia 13-15 tahun (16.2%). Kekerasan biasanya meliputi memukul, mencekik, menempelkan benda panas ke tubuh korban dan lain-lainnya. Dampak dari kekerasan seperti ini selain menimbuBlkan luka dan trauma pada korban, juga seringkali membuat korban meninggal. Kekerasan seksual pada anak secara fisik:

- Menyentuh area intim atau kemaluan anak untuk memenuhi gairahnya - Membuat anak menyentuh bagian privat atau kemaluan pelaku

- Membuat anak ikut bermain dalam permainan seksualnya - Memasukkan sesuatu ke dalam kemaluan atau anus anak

Kekerasan seksual pada anak non fisik

- Menunjukkan hal-hal yang bersifat pornografi pada anak, entah itu video, foto, atau gambar

- Menyuruh anak berpose tidak wajar

- Menyuruh anak untuk menonton berbagai hal yang berhubungan dengan seks - Mengintip atau menontoni anak yang sedang mandi atau sedang berada di

dalam toilet

Kekerasan secara Verbal

Bentuk kekerasan seperti ini sering diabaikan dan dianggap biasa atau bahkan dianggap sebagai candaan. Kekerasaan seperti ini biasanya meliputi hinaan, makian, maupun celaan. Dampak dari kekerasaan seperti ini yaitu anak jadi belajar untuk mengucapkan kata-kata kasar, tidak menghormati orang lain dan juga bisa menyebabkan anak menjadi rendah diri.

Kekerasan secara Mental

Bentuk kekerasan seperti ini juga sering tidak terlihat, namun dampaknya bisa lebih besar dari kekerasan secara verbal. Kasus emotional abuse: persentase tertinggi usia 6-12 tahun (28.8%) dan terendah usia 16-18 tahun (0.9%) Kekerasaan seperti ini meliputi pengabaian orang tua terhadap anak yang membutuhkan perhatian, teror, celaan, maupun sering

membanding-bandingkan hal-hal dalam diri anak tersebut dengan yang lain, bisa menyebabkan mentalnya menjadi lemah. Dampak kekerasan seperti ini yaitu anak merasa cemas, menjadi pendiam, belajar rendah diri, hanya bisa iri tanpa mampu untuk bangkit.

Kekerasan seksual pada anak anak berarti bahwa kekerasan terjadi pada anak anak yang berusia dibawah 17 tahun, terlepas anak tersebut sudah terikat sebuah perkawinan. Namun, pernikahan tersebut tetap dianggap sebagai kekerasan seksual. Karena, belum mencapai umur yang matang. Kejahatan seksual bagi korbanya adalah kejahatan yang dilakukan seumur hidup, dimana korbanya mengalami trauma yang berkepanjangan apa lagi yang jadi korbanya adalah anak-anak, yang merupakan generasi penerus bangsa.

Kekerasan Seksual adalah praktek seks yang dinilai menyimpang yang artinya praktek hubungan seksual yang dilakukan dengan cara-cara kekerasan, bertentangan dengan ajaran dan nilai – nilai agama serta melanggar hukum yang berlaku. Kekerasan ditunjukan untuk membuktikan bahwa pelakunya memiliki kekuatan, baik fisik maupun non fisik. Dan kekuatannya dapat dijadikan alat untuk melakukan usaha-usaha jahatnya. Kekerasan bisa terjadi kapan saja, dimana saja, dalam hal apa saja, bahkan kekerasan bisa terjadi didalam keluarga, tetangga atau lingkungan sekitar.

Dampak kekerasan pada anak yang diakibatkan oleh orangtuanya sendiri atau orang lain sangatlah buruk antara lain:

1. Agresif

Sikap ini biasa ditujukan anak kepada pelaku kekerasan. Umumnya ditujukan saat anak merasa tidak ada orang yang bisa melindungi dirinya. Saat orang yang dianggap tidka bisa melindunginya itu ada disekitarnya, anak akan langsung memukul datau melakukan tindak agresif terhadap si pelaku. Tetapi tidak semua sikap agresif anak muncul karena telah mengalami tindak kekerasan.

2. Murung/Depresi

Kekerasan mampu membuat anak berubah drastis seperti menjadi anak yang memiliki gangguan tidur dan makan, bahkan bisa disertai penurunan berat badan. Ia akan menjadi anak yang pemurung, pendiam, dan terlihat kurang ekspresif.

3. Memudah menangis

Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidak nyaman dan aman dengan lingkungan sekitarnya. Karena dia kehilangan figur yang bisa melindunginya, kemungkinan besar pada saat dia besar, dia tidak akan mudah percaya pada orang lain.

Dari semua ini anak dapat melihat bagaimana orang dewasa memperlakukannya dulu. Ia belajar dari pengalamannya, kemudian bereaksi sesuai dengan apa yang dia alami.

Dokumen terkait