• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuasaan, Kepentingan, Strategi Pelaksana yang Terlibat

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 72-97)

BAGAN PERENCANAAN SATUAN PEMERINTAHAN RPJP & RPJM

4.3.2. Konteks Implementasi Kebijakan

4.3.2.1. Kekuasaan, Kepentingan, Strategi Pelaksana yang Terlibat

Implementasi kebijakan pendelegasian wewenang yang diuraikan ke dalam program-program menunjukkan penilaian kapasitas kekuatan para pelaksana, kepentingan, strategi pelaksana untuk mencapainya. Hal ini membantu penilaian potensi untuk pencapaian tujuan-tujuan kebijakan dan program. Dalam pencapaian tujuan-tujuan tersebut, pejabat sering dihadapkan masalah-masalah

yang muncul berkaitan dengan interaksi lingkungan program dan administrasi program.

Untuk mengatasi permasalahan yang muncul berkaitan dengan interaksi lingkungan program dan administrasi program, pejabat atau pelaksana harus mengenali dan memahami masalah tentang bagaimana mencapai kesesuaian dengan tujuan akhir yang ditetapkan dalam kebijakan dan merespon permasalahan melalui pencapaian tujuan-tujuan kebijakan dan program dengan memperhatikan lingkungan khusus.

Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait dan kecamatan harus responsif terhadap kebutuhan pemerintahan desa yang dimaksudkan sebagai sasaran tujuan pendelegasian wewenang agar bisa melayani secara tepat. Selain itu, untuk memperoleh hasil yang efektif, pelaksana harus trampil dalam memahami dan mengimplementasikan dengan baik, dimana mereka melaksanakan kebijakan dan program publik.

Untuk mendukung hal-hal tersebut, Camat dan SKPD terkait mempunyai kekuasaan untuk menerapkan kebijakan yang menjadi tanggung jawabnya melalui kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dapat diterapkan oleh pelaksana yang terlibat. Pola strategi yang diterapkan yaitu melalui koordinasi antar instansi yang terkait dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan.

Implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan tidak bisa dicapai secara maksimal jika dilaksanakan Camat saja. Strateginya harus dilakukan secara bersama-sama, Camat berkoordinasi dengan SKPD terkait, yaitu : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Dinas Sosial

Kependudukan dan Catatan Sipil, Bagian Bina Otonomi Daerah, Bagian Pemerintahan Umum dan Pemerintahan Desa. 19

Selain pola strategi dalam bentuk koordinasi antar pelaksana yaitu Camat dengan SKPD terkait, yang dilakukan oleh pelaksana dalam menjalankan kekuasaan, kepentingan, dan strategi pelaksana yang terlibat adalah penguatan kapasitas dan kompetensi pelaksana implementasi kebijakan wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan. Pelaksana teknis perlu disiapkan baik secara kuantitas dan kualitas, yang selama ini di masing-masing kecamatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung masih kurang sekali. Untuk mengatasi permasalahan pelaksana ini, yang dilakukan adalah membina dan menyiapkan perangkat antar instansi terkait untuk mengimplementasikan kebijakan pendelegasia wewenang melalui pendidikan dan pelatihan terpadu.

Penguatan kapasitas dan kompetensi pelaksanaan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan dilakukan oleh Camat dengan SKPD terkait melalui pendidikan dan latihan tentang manajemen pemerintahan yang bersifat khusus tentang pendelegasiaan wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan.20

Selanjutnya kekuasaan, kepentingan, dan strategi pelaksana yang terlibat untuk mengimplementasikan kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan perlu memperhatikan interaksi lingkungan, tujuan dan informasi. Interaksi lingkungan program implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan yaitu interaksi kerjasama antar pelaksana, yaitu SKPD terkait dengan Camat untuk mewujudkan kebutuhan Pemerintah Desa dan masyarakat.

19 Hasil Wawancara dengan Ketua Forum Camat Pemerintah Kabupaten Bandung

Tujuan implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan diarahkan kepada pemerintahan desa dan masyarakat agar tercipta kualitas pemerintahan desa sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kabupaten Bandung.

Informasi implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan ditujukan kepada pimpinan SKPD yang terkait, pemerintahan desa melalui sosialisasi dan berbagai media.

Implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan harus diinformasikan kepada semua pihak yang terkait, hal ini untuk menghindari ketidakpahaman tentang pendelegasian wewenang, karena sampai saat ini implementasi belum dapat dilaksanakan secara optimal, dikarenakan masih mempertahankan wewenang masing-masing.21

Informasi merupakan hal yang penting dalam implementasi, informasi mengenai program-program kebijakan bagaimana cara melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut. Pelaksana kebijakan perlu mengetahui dan memahami apa yang dilakukan, dengan demikian para pelaksana harus diberi petunjuk untuk melaksanakan kebijakan, serta yang terkait atau terlibat dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan dalam pelaksanaann kebijakan mentaati atau tidak.

Strategi teknis dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan oleh camat adalah melakukan klarifikasi program pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan. Adapun program pendelegasian wewenang

bidang pengembangan otonomi daerah kepada camat yang paling penting dan sering dilakukan untuk pemerintahan desa, meliputi :

a) Koordinasi dalam pengaturan dan pembinaan pemerintahan desa; b) Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa;

c) Fasilitasi penanganan dan penanggulangan masalah-masalah penyelenggaraan pemerintahan desa;

d) Pembinaan penyusunan APBDes;

e) Pembinaan teknis pengisian buku administrasi desa; f) Pembinaan kelembagaan yang ada di desa;

g) Pembinaan bimbingan teknis pendataan data dasar profil desa;22

Program Pendelegasian Kewenangan bidang pengembangan otonomi tersebut, minimal setiap minggu dilaksanakan, terutama melalui rapat koordinasi yang dilaksanakan di kecamatan pada hari yang telah ditentukan untuk pertemuan rutin.23

Selanjutnya Camat dalam mengimplemenstasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah mengklasifikasikan kegiatan-kegiatan yang secara rutin dilaksanakan terlebih dahulu, sebagai berikut :

1) Kegiatan Pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang dilaksanakan satu minggu sekali :

a) Koordinasi dalam pengaturan dan pembinaan pemerintahan desa ; b) Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa;

c) Fasilitasi penanganan dan penanggulangan masalah-masalah

penyelenggaraan pemerintahan desa;

22 Hasil Wawancara dengan Ketua Forum Camat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung .

Implementasi Pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang dilaksanakan satu minggu sekali diwujudkan dalam bentuk koordinasi rutin di kecamatan bersamaan dengan kegiatan selain pendelegasian wewenang, yaitu berupa rapat mingguan, hari dan waktu berdasarkan kesepakatan

bersama. Rata-rata waktunya sudah menjadi kesepakatan sehingga

pelaksanaannya dipatuhi secara bersama tanpa adanya pemberitahuan, kecuali ada pergeseran waktu karena ada kejadian atau kegiatan yang lebih penting, maka pertemuan rutin dijadwalkan ulang dengan terlebih dahalu melalui pemberitahuan secara resmi.

Kegiatan ini tidak saja dihadiri oleh pihak kecamatan dan pemerintahan desa saja, tetapi terkadang dihadiri oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan kebutuhan dan tingkat permasalahan yang sedang berkembang. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang sering hadir dalam forum koordinasi yatiu :

 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa;  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

 Bagian Pemerintahan Umum  Bagian Bina Otonomi Daerah  Bagian Hukum

2) Implementasi Pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang dilaksanakan satu bulan sekali, meliputi :

a) Pembinaan bimbingan teknis pendataan data dasar profil desa b) Fasilitasi kerjasama antar lembaga pemerintahan desa

d) Pembinaan teknis pengisian buku administrasi desa e) Pembinaan kelembagaan yang ada di desa

f) Pembinaan dan bimbingan peningkatan kemampuan anggota BPD dan lembaga lainnya

Implementasi Pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang dilaksanakan dalam satu bulan sekali diakukan melalui 2 cara, yaitu : a) melalui kunjungan kerja aparat kecamatan ke wilayah kerja desa-desa yang menjadi desa binaan dengan memberi fasilitasi dan bimbingan teknis penyelenggaraan pemerintahan;

b) melalui rapat koordinasi atau pertemuan tingkat kecamatan;

Kegiatan Pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang dilaksanakan dalam satu bulan sekali melalui rapat koordinasi dihadiri juga oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah, terutama Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Bagian Pemerintahan Umum dan Bagian Bina Otonomi Daerah.

3) Kegiatan Pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang dilaksanakan satu tahun sekali

a) Pembinaan Penyusunan APBDess

b) Pembinaan pendataan dan kekayaan desa serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dan Unit Ekonomi Desa lain;

c) Pengusulan batas wilayah kecamatan dan batas wilayah antar desa/ kelurahan

4) Kegiatan Pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang dilaksanakan berdasarkan kegiatan tertentu atau berlangsung, meliputi : (1) Penyelenggaraan pemberhentian kepala desa

(2) Penyelenggaraan pengangkatan dan pemberhentian pejabat kepala desa (3) Penyelenggaraan pengesahan, pelantikan dan pengambilan sumpah kepala

desa hasil pemilihan

(4) Penyelenggaraan pemberhentian Anggota BPD

(5) Penyelenggaraan pengangkatan, pelantikan dan pengambilan sumpah keanggotaan BPD

(6) Persetujuan pemberhentian sementara kepala desa (7) Fasilitasi pengusulan pemekaran desa/kelurahan (8) Pembinaan pemilihan kepala desa

Kegiatan Implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang dilaksanakan berdasarkan kegiatan berlangsung disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing desa, kegiatan selama tahun 2009 dan 2010 tidak seluruhnya kecamatan menyelenggarakan pendelegasian wewenang. Kecamatan yang melaksanakan kegiatan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang berkaitan dengan kebutuhan desa meliputi :

a) Kecamatan Majalaya b) Kecamatan Ciwedey c) Kecamatan Solokanjeruk

d) Kecamatan Bojongsoang e) Kecamatan Pangalengan f) Kecamatan Cimaung g) Kecamatan Kertasari

Kegiatan yang dilaksanakan oleh tujuh (7) kecamatan berhubungan dengan serangkaian penyelenggaraan pemilihan kepala desa dan pengangkatan, pelantikan dan pengambilan sumpah keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa serta fasilitasi pengusulan pemekaran desa. Sedangkan Kecamatan yang desanya ingin merencanakan pemekaran adalah Kecamatan Kertasari dan Cimaung. Untuk Kecamatan Cimaung menyelenggarakan serangkaian pemilihan Kepala Desa dan fasilitasi pengusulan pemekaran desa.24

Hubungan camat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam pelaksanaan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan merupakan amanat dari peraturan perundang-uandangan yang merupakan satu entitas pemerintahan, maka kecamatan tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya, terutama unit-unit pemerintahan lain yang berhubungan dengan pendelegasian wewenang. Menurut Pasal 27 Ayat (2) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 :

(1) Camat mengoordinasikan unit kerja di wilayah kerja kecamatan dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pemerintahan untuk meningkatkan kinerja kecamatan.

(2) Camat melakukan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah di lingkungan pemerintah kabupaten/kota dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di kecamatan.

Lebih lanjut dikatakan dalam Pasal 28 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 bahwa : “Hubungan kerja kecamatan dengan perangkat daerah kabupaten/kota bersifat koordinasi teknis fungsional dan teknis

operasional”. Berkaitan dengan pelaksanaan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi Daerah dan kependudukan, integritas prioritas program antara Kecamatan dan Satuan Kerja Perangkat Daerah perlu adanya kerjasama yang saling mendukung, menghindari tumpang tindih dan kelancaran pelaksanaan pendelegasian wewenang.

Kegiatan pendelegasian wewenang seharusnya ditindaklanjuti dengan prosedur operasional standar dari satuan kerja perangkat daerah yang mempunyai kewenangan terhadap kewenangan yang didelegasikan kepada camat, karena sampai saat ini belum ada petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis secara khusus, yang diterbitkan oleh satuan kerja perangkat teknis yang mempunyai kewenangan.25

Standar kinerja yang diwujudkan dalam prosedur operasional standar dalam pelaksanaan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan tidak hanya sekedar untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan, tetapi juga menghindari kesalahan prosedur, kesalahan Camat dalam pelaksanaan atau melampui kewenangan, dan adanya kejelasan kewenangan Camat. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah masih bersifat menyeluruh, belum tercipta adanya teknis operasional.

Kegiatan-kegiatan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang berkaitan dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa baru didasarkan pada Peraturan Daerah, Peraturan Bupati dan masih juga berdasarkan Peraturan Menteri terkait secara langsung. Adapun Peraturan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendelegasian wewenang bidang pemerintahan meliputi :

(1) Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pencalonan, Pemilihan, Pelatikan dan Pemberhentian Kepala Desa;

(2) Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan;

(3) Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2007 Urusan Pemerintahan Kabupaten yang pengaturannya diserahkan kepada Desa di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bandung;

(4) Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2007 Pedoman Organisasi Pemerintahan Desa dan Perangkat Desa;

(5) Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 tentang Lembaga Kemasyarakatan;

(6) Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa;

(7) Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2007 tentang Penetapan dan Penegasan Batas Desa.

(8) Peraturan Bupati Bandung Nomor 27 Tahun 2006 tentang Petunujuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pencalonan, Pemilihan, Pelatikan dan Pemberhentian Kepala Desa;26

Beberapa peraturan perundang-undangan yang telah diundangkan seperti di atas dapat membantu Camat beserta perangkat kecamatan dalam melaksanakan pendelegasian wewenang di bidang pengembangan otonomi daerah, terutama yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintaha desa. Peraturan perundang-undangan dimaksud bersifat menyeluruh, tidak mengatur secara khusus tentang pelaksanaan pendelegasian wewenang di bidang pengembangan otonomi daerah, sehingga dalam implementasinya Camat mengalami kesulitan. Seringkali mengalami hambatan atau kegagalan dalam memberi penjelasan karena diluar wewenangnya.

Kebijakan secara teknis fungsional dan teknis operasional hendaknya mempunyai ketegasan secara langsung yang dapat diterapkan oleh pemerintah desa, hal ini karena menyangkut legitimasi dan legalitas penyelenggaraan pemerintah desa. Camat beserta Perangkat kecamatan tidak

mampu memberikan keputusan, karena diluar wewenangnya, sedangkan kebijakan bersifat Pemerintah Kabupaten Bandung belum tegas.27

Sedangkan peraturan perundang-undangan penyelenggaraan pemerintahan desa yang belum ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati, Implementasinya mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri secara langsung. Berkaitan dengan pendelegasian wewenang bupati kepada camat, hal ini jelas menjadi kesenjangan yang sangat jauh. Peraturan Menteri Dalam Negeri yang langsung mengatur penyelenggaraan pemerintahan desa dan belum ditindak lanjut dengan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati Bandung yang berkaitan dengan pendelegasian wewenang adalah yang mengatur tentang :

a) Pembinaan bimbingan teknis pendataan data dasar profil desa b) Fasilitasi kerjasama antar lembaga pemerintahan desa

c) Pembinaan Bimbingan teknis pendataan monografi desa d) Pembinaan teknis pengisian buku administrasi desa e) Pembinaan Penyusunan APBDes

f) Pembinaan pendataan dan kekayaan desa serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dan Unit Ekonomi Desa lain;

Sedangkan hubungan Camat dengan Bagian Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Bandung bersifat secara menyeluruh masalah kecamatan, bukan secara khusus membahas kegiatan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah. Kegiatan-kegiatan yang di bahas antara Camat dengan Bagian Pemerintahan Umum meliputi :

27Hasil wawancara dengan kasie pemerintahan pada pertemuan workshop Manajemen

- Tipologi kecamatan - Lomba kecamatan - Anggaran kecamatan

- Sarana dan prasarana kecamatan - Monografi kecamatan

- Administrasi Kecamatan

- Laporan Pertanggungjawaban Camat atau LAKIP Kecamatan

Kemudian hubungan Camat dengan Bagian Bina Otonomi Daerah Sekretariat Daerah Kabupaten Bandung secara khusus tidak juga membahas tentang kegiatan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah

berdasarkan materi tertentu, akan tetapi membahas tentang legalitas kewenangan Camat secara umum. Sedangkan petunjuk pelaksanaan dan teknis manjadi tugas dari Satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Bagian Bina Otonomi Daerah menghimpun berbagai peraturan yang berhubungan dengan kewenangan camat dan mengevaluasi kewenangan secara menyeluruh.

Selanjutnya Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Bandung dalam memberikan pembinaan terhadap kecamatan, membahas tentang perencanaan kegiatan kecamatan secara menyeluruh, belum mengarahkan kegiatan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi

daerah yang diintegrasikan dengan penyusunan anggaran.

Perencanaan kecamatan yang disesuaikan dengan kebutuhan kecamatan seringkali tidak sesuai dengan program-program perencanaan pemerintah kabupaten, sehingga jarang mendapat persetujuan dan pada akhirnya

melaksanakan perencanaan yang bersifat top down planning. Hal ini dapat menimbulkan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi yang telah direncanakan tidak mendapat dukungan angggaran, sehingga tertunda atau tidak dapat dilaksanakan secara optimal, pada akhirnya pendelegasian wewenang menjadi beban Camat dan dapat menimbulkan : “pendelegasian menjadi harimau peraturan atau harimau kertas/buku”. 28 Pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang implementasinya secara penuh oleh camat beserta perangkat kecamatan perlu dukungan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah, mengingat semuanya merupakan mitra kerja dalam wadah Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Bandung. Camat dalam melaksanakan tugas pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah tidak mungkin melaksanakan sendiri, dukungan yang utama adalah legalitas hukum yang dapat melindungi Camat dan perangkatnya dari kesalahan prosedur dan penyalahgunaan wewenang yang tidak sengaja dilakukan dalam menafsirkan peraturan perundang-undangan. Hal ini karena tugas dan fungsi kecamatan dalam membantu bupati untuk melaksanakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah masih sangat dominan menggunakan mekanisme menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974. Artinya bahwa Camat masih dianggap mampu menyelesaikan sendiri setiap permasalahan di wilayahnya termasuk pelaksanaan Pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah.

Camat dituntut mampu menyelesaikan setiap permasalahan, karena camat masih dianggap sebagai penguasa tunggal di kecamatan, padahal wewenang dan dukungan anggaran sangat terbatas. 29

28 Hasil wawancara dengan Camat Cikancung 29

Hasil wawancara dengan Kabag Pemerintahan Umum (Mantan Camat). Sekretariat Pemerintah Kabupaten Bandung.

Penyusunan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis atau Norma, standar, prosedur dan keriteria (NSPK) pelaksanaan bidang pengembangan otonomi

daerah sebagai prosedur operasional baku Camat dan perangkat dalam melaksanakan tugas masih menjadi bahan perdebatan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah, hal ini dikarenakan uraian tugas belum jelas, sebab Satuan Kerja Perangkat Daerah mempunyai pedoman masing-masing.

Badan Pemberdayaan dan Pemerintahan Desa bertanggung jawab terhadap pemerintahan desa tetapi hubungan dengan camat bersifat tidak teknis fungsional, sehingga peraturan yang diusulkan oleh Badan Pemberdayaan dan Pemerintahan Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa kurang sekali membahas peran Camat dalam melaksanakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan desa.

Demikian juga dengan Bagian Pemerintahan Umum dan Bagian Bina Otonomi Daerah Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten Bandung. Bagian Pemerintahan Umum mengatur kecamatan secara menyeluruh, pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah justru tidak dibahas, Bagian Pemerintahan Umum hanya memberi fasilitas agar implementasi pendelegasian wewenang disesuaikan dengan karakteristik kecamatan melalui tipologi kecamatan.

Sedangkan Bagian Bina Pengembangan Otonomi bersifat koordinasi dan menghimpun peraturan tentang kecamatan dari berbagai SKPD yang secara langsung mempunyai kewenangan dibidangnya. Berkaitan dengan Satuan Kerja

Perangkat Daerah Bagian Pemerintahan Umum, Bagian Bina Pengembangan Otonomi daerah melanjutkan tugas untuk menyusun kewenangan Camat berdasarkan tipologi kecamatan melalu SKP lainnya, artinya Bagian Bina Otonomi daerah sebagai koordinator dalam menyusun NSPK untuk pelaksanaan pendelegasian wewenang.

Untuk mengatasi permasalahan dalam mengimplementasikan kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah perlu mempergunakan strategi dan mekanisme. Strategi yang dilakukan dalam implementasi pendelegasian wewenang berupa penyesesuaikan dengan permasalahan yang ada dalam pemerintahan desa yang diintegrasikan dengan program-program dari masing-masing Satuan Kerja Pemerintah Daerah terkait serta disesuaikan dengan anggaran kecamatan.

Berdasarkan berbagai kondisi yang masih belum terlaksana secara optimal karena belum didukung dengan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria yang jelas dan tegas, Camat dibantu perangkat kecamatan dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang sering dilakukan adalah :

a) Rapat koordinasi yang dilaksanakan di kecamatan atau tempat lain atau di desa secara bergantian yang waktunya menjadi kesepakatan bersama;

b) Camat beserta perangkat selalu menerima permasalahan tentang penyelenggaraan pemerintahan desa, artinya baik secara langsung maupun tidak langsung menerima kepala desa dan badan permusyawaratan desa untuk konsultasi tentang pemerintahan desa :

c) Camat melaksanakan kunjungan kerja ke desa-desa.

Untuk lebih memahami implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang dilakukan Camat dan perangkat kecamatan, dapat diuraikan seperti berikut :

1) Implementasi Kebijakan Pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang rutin dilaksanakan setiap minggu

(1) Pembinaan Penyelenggaran Pemerintahan Desa

Implementai kebijakan pendelegasian wewenang tentang penyelenggaraan pemerintahan desa yang dilakukan oleh Camat di Kabupaten Bandung, dengan membahas berbagai teknik penyelenggaraan pemerintahan desa melalui rapat rutin yang dilaksanakan setiap minggu atau kunjungan kerja ke desa-desa meliputi :

a) menyampaikan visi, misi dan sasaran Pemerintah Kabupaten Bandung; b) menyampaikan program-program Pemerintah Kabupaten Bandung; c) mengingatkan tugas Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa

dalam menjalankan kewenangan desa;

d) memberi penjelasan dan mengingatkan tata cara penggunaan Alokasi Dana Desa;

e) memberikan pelayanan kepada masyarakat;

f) kedispilinan dan kinerja desa dalam membangun desa;

g) memahami peraturan perundang-undangan dari undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan desa dan peraturan bupati;

h) kewajiban pembayaran Pajak Bumi Bangunan (PBB); i) membantu dan mengarahkan perencanaan desa.

(2) Koordinasi dalam pengaturan dan pembinaan pemerintahan desa

Implementasi kebijakan pendelegasian wewenang pengembangan otonomi daerah tentang aspek koordinasi dalam pengaturan dan pembinaan pemerintahan desa membahas tentang kehidupan penyelenggaraan pemerintahan desa yang diutamakan mengenai koordinasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Pembinaan pemerintahan desa dilakukan agar dalam penyelenggaraan pemerintahan desa tercipta integrasi kepentingan antara Kecamatan, Pemerintahan Desa dan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terkait melalui koordinasi. Tata cara yang dilakukan Camat dalam mengimplementasikan aspek koordinasi dalam pengaturan dan pembinaan pemerintahan desa adalah :

a) Musyawarah dengan pemerintahan desa melalui pertemuan rutin dengan melakuan invetarisasi dan klasifikasik kegiatan-kegiatan pemerintahan; b) Menentukan langkah-langkah kegiatan berdasarkan inventarisasi dan

klasifikasi dengan melibatkan SKPD terkait;

c) Melaksanakan kegiatan-kegiatan pemerintahan desa secara bersama-sama dengan SKPD terkait serta dapat mengikutsertakan masyarakat.

Teknis kegiatan yang sering dilakukan untuk melaksanakan koordinasi dalam pengaturan dan pembinaan pemerintahan desa melalui

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 72-97)

Dokumen terkait