• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Kabupaten Bandung 4.1.1. Keadaan Goegrafis

Wilayah Kabupaten Bandung secara geografis terletak pada koordinat 1070 22’-1080 5’ Bujur Timur dan 60 41’ – 70 19’ Lintang Selatan. Terletak pada ketinggian 110 meter sampai 2.429 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah 1.762,39 Km2.

Batas wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Bandung adalah: - sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung

dan Kabupaten Sumedang.

- sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi.

- sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut - sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur. - di bagian tengah terletak Kota Bandung dan Kota Cimahi.

Morfologi Kabupaten Bandung terdiri dari wilayah datar/landai, kaki bukit, dan pegunungan dengan kemiringan lereng beragam antara 0 – 8%, 8% - 15% hingga di atas 45%. Kabupaten Bandung beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 1.500 mm sampai dengan 4.000 mm pertahun. Suhu udara berkisar antara 190 C sampai 240 C dengan penyimpangan harian mencapai 500 C dan kelembaban udara beragam antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau.

(2)

Kabupaten Bandung memiliki banyak sumber daya air, baik air tanah maupun air permukaan. Air permukaan terdiri dari 4 danau alam, 3 danau buatan, serta 172 buah sungai. Sumber air permukaan umumnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan domestik pertanian; industri, dan lain-lain. Dan air tanah dalam (kedalaman dari 60 sampai 200 meter) umumnya dipergunakan untuk keperluan industri, non industri dan sebagian kecil untuk rumah tangga, sedangkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga memanfaatkan air tanah bebas (sumur gali) dan air tanah dangkal (kedalaman 24 sampai 60 meter), serta sebagian menggunakan fasilitas dari PDAM.

Kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten Bandung seluas 54.170 Ha yang tersebar di 26 kecamatan, sedangkan kawasan budidaya pertanian seluas 156.090 Ha, terdiri dari :

a) Kawasan hutan produksi seluas 25.258 Ha;

b) Kawasan pangan lahan basah seluas 34.229,19 Ha; c) Kawasan pangan lahan kering seluas 76.384 Ha;

d) Kawasan tanaman tahunan/perkebunan seluas 19.906 Ha; e) Kawasan perikanan seluas 39 Ha;

f) Kawasan peternakan seluas 274 Ha.

4.1.2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Pada akhir tahun 2008 berdasarkan hasil rekapitulasi data jumlah penduduk Kabupaten Bandung tercatat sebanyak 2.902.129 jiwa. Sedangkan pada akhir tahun 2009 angka tersebut telah berubah menjadi 2.921.696 jiwa, terdiri dari 1.470.402 jiwa penduduk laki-laki dan 1.451.294 jiwa penduduk perempuan.

(3)

Keadaan ini menunjukkan adannya kenaikan sebesar 19.567 jiwa dengan demikian laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2009 sebesar 0,03 %. Jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Baleendah dengan jumlah penduduk 180.511 jiwa, sedang jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Cilengkrang dengan 41.113 jiwa.

Jumlah Penduduk di tahun 2009 merupakan hasil pencatatan registrasi yang meliputi laporan lahir, mati, datang dan pindah dimasing-masing kecamatan. Selama tahun 2009 tercatat jumlah kelahiran sebanyak 25.972 kelahiran sedang jumlah kematian tercatat sebanyak 9.854 kematian. Sedangkan untuk urusan perpindahan penduduk selama tahun 2009 tercatat sebanyak 16.364 jiwa yang datang dan 12.915 jiwa penduduk yang pindah.

Adapun komposisi jumlah penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2009 terdiri dari 1.470.402 jiwa penduduk laki-laki dan 1.451.294 jiwa penduduk perempuan dengan sex ratio 101,32. Kepadatan penduduk di Kabupaten Bandung pada tahun 2009 tercatat kurang lebih sebesar 1.647 jiwa/Km2.

4.1.3. Pembagian Wilayah

Kabupaten Bandung terbagi menjadi 31 Kecamatan dengan jumlah desa / kelurahan 276 Desa/Kelurahan, terdiri dari 267 Desa dan 9 Kelurahan. Kecamatan dengan Desa/Kelurahan terbanyak adalah Kecamatan Ciparay sebanyak 14 Desa/Kelurahan, sedangkan paling sedikit adalah Kec. Margahayu dengan 4 Desa/ Kelurahan. Kelurahan hanya terdapata di 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Balendah : 5 Kelurahan, Kecamatan Margahayu dan Kecamatan Dayeuhkolot masing-masing satu serta Kecamatan Cimenyan 2 Kelurahan.

(4)

Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini : Tabel 4.1.

Daftar Jumlah Desa dan Kelurahan Menurut Kecamatan Di Kabupaten Bandung

No Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah

1 2 3 4 5 1 Ciwidey 7 - 7 2 Rancabali 5 - 5 3 Pasijambu 10 - 10 4 Cimaung 10 - 10 5 Pangalengan 13 - 13 6 Kertasari 7 - 7 7 Pacet 13 - 13 8 Ibun 12 - 12 9 Paseh 12 - 12 10 Cikancung 9 - 9 11 Cicalengka 12 - 12 12 Nagreg 6 - 6 13 Rancaekek 13 - 13 14 Majalaya 11 - 11 15 Solokanjeruk 7 - 7 16 Ciparay 14 - 14 17 Baleendah 3 5 8 18 Arjasari 11 - 11 19 Banjaran 11 - 11 20 Cangkuang 7 - 7 21 Pameungpeuk 6 - 6 22 Katapang 7 - 7 23 Soreang 10 - 10 24 Kutawaringin 11 - 11 25 Margaasih 6 - 6 26 Margahayu 4 1 5 27 Dayeuhkolot 5 1 6 28 Bojongsoang 6 - 6 29 Cileunyi 6 - 6 30 Cilengkrang 6 - 6 31 Cimenyan 7 2 9 Kab Bandung 267 9 276

(5)

4.2. Pendelegasian Wewenang Bupati kepada Camat

Di dalam manajemen terdapat berbagai prinsip antara lain adanya pendelegasian kewenangan dari pucuk pimpinan kepada orang atau unit yang berada dibawahnya. Pendelegasian kewenangan adalah pelimpahan kewenangan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, yang diberikan dari pihak atasan kepada bawahan dengan ketentuan :

1) kewenangan tersebut tidak beralih menjadi kewenangan dari penerima delegasi; 2) penerima delegasi wajib bertanggung jawab kepada pemberi delegasi;

3) pembiayaan untuk melaksanakan wewenang tersebut berasal dari pemberi delegasi kewenangan.

Pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan Bupati/Walikota kepada camat menurut Sadu ( 2009 : 22), dapat dibedakan adanya dua pola yaitu :

1. Pola seragam untuk semua kecamatan

2. Pola beranekaragam, untuk kewenangan tertentu yang bersifat umum (kewenangan generic) ditambah dengan kewenangan spesifik yang sesuiai dengan karakteristik wilayah dan penduduknya.

Pendelegasian dengan pola seragam yaitu mendelegasikan sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota kepada camat secara seragam tanpa melihat karakteristik wilayah dan penduduknya. Pola ini dapat digunakan untuk kecamatan yang wilayah dan penduduknya relatif homogen. Pola pendelegasian secara seragam memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan pola pendelegasian kewenangan secara seragam adalah :

a. Relatif lebih mudah membuatnya;

b. Relatif lebih mudah dalam pengaturan dan pengendaliannya;

c. Relatif lebih mudah dalam pembinaan personil, penentuan anggaran dan logistik.

(6)

Sedangkan kekurangan pola pendelegasian kewenangan secara seragam adalah :

a. Kurang responsif terhadap kebutuhan masyarakat;

b. Penyediaan personil, anggaran dan logistik tidak sesuai dengan kebutuhan nyata kantor camat sehingga sulit untuk mencapai efektivitas dan efisiensi. c. Sulit untuk mengukur kinerja organisasi secara obyektif.

Pendelegasian dengan pola beranekaragam yaitu mendelegasikan sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota kepada camat dengan memperhatikan karakteristik wilayah dan penduduk masing-masing kecamatan. Pada pola ini ada dua macam kewenangan yang dapat didelegasikan yakni kewenangan generik, yakni kewenangan yang sama untuk semua kecamatan, serta kewenangan kondisional yaitu kewenangan yang sesuai dengan kondisi wilayah dan penduduknya.

Pola pendelegasian kewenangan yang serba seragam maupun yang beraneka ragam memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan pola beranekaragam dapat diinventarisasi, adapun kelebihan pola pendelegasian kewenangan secara beranekaragam meliputi :

a. Lebih responsif terhadap kebutuhan pelayaanan masyarakat ;

b. Kebutuhan personil, anggaran dan logistik dapat dihitung secara obyektif dan rasional;

(7)

Sedangkan kelemahan pola pendelegasian kewenangan secara beranekaragam :

a. Memerlukan waktu dan tenaga untuk menyusunnya; b. Agak sulit dalam pengendalian dan pengawasan;

c. Memerlukan personil yang memiliki kualifikasi sesuai dengan kebutuhan pelayanan masyarakat.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendelegasikan kewenangan dengan menggunakan pola beranekaragam yaitu sebagai berikut : 1. Karakteristik geografis ( daratan atau kepulauan, dataran atau pegunungan) ; 2.Karateristik penduduk dilihat dari mata pencaharian dan tingkat pendidikannya; 3. Karakteristik wilayahnya (perkebunan, perhutanan, perindustrian, perumahan, pariwisata dlsb).

Adapun jenis-jenis kewenangan yang dapat didelegasikan kepada camat dapat menunuru Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) macam sebagai berikut :

1. kewenangan perijinan; 2. kewenangan rekomendasi; 3. kewenangan koordinasi; 4. kewenangan pembinaan; 5. kewenangan pengawasan; 6. kewenangan fasilitasi; 7. kewenangan penetapan;

8. kewenangan pengumpulan data dan penyampaian informasi; 9. kewenangan penyelenggaraan.

(8)

Untuk dapat mengidentifikasi kewenangan pemerintahan yang dapat didelegasikan kepada Camat, dapat dibuat matriks sebagai berikut :

Bidang Jenis

Kewenangan

Pengembangan

Otonomi Daerah Kependudukan

Dst S/d 25 Bidang 1. Perijinan 2. Rekomendasi 3. Koordinasi 4. Pembinaan 5. Pengawasan 6. Fasilitasi 7. Penetapan 8. Pengumpulan dan penyampaian informasi 9. Penyelenggaraan

Matriks di atas disusun dengan memadukan antara jenis kewenangan (ada 9 jenis) dengan bidang kewenangan yang dijalankan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota (ada 21 bidang kewenangan). Melalui matriks tersebut barulah diadakan rapat teknis antara dinas daerah dan atau badan/kantor dengan camat untuk mencocokkan kewenangan yang mungkin dan mampu dilaksanakan oleh camat.

Pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati kepada camat dilakukan dengan menerbitkan Peraturan Bupati, bukan dengan Peraturan Daerah. Pertimbangannya adalah bahwa yang didelegasikan adalah kewenangan pejabat Bupati kepada pejabat bawahannya (camat).

(9)

Untuk menjalankan kewenangan yang telah didelegasikan oleh Bupati camat memerlukan dukungan organisasi. Tugas pokok dan fungsi organisasi kecamatan diatur dengan Peraturan Daerah, sama seperti pengaturan tugas, pokok dan fungsi perangkat daerah lainnya. Sebab pembentukan organisasi akan berkaitan dengan personil dan pembiayaan yang memerlukan persetujuan DPRD.

Menurut Sadu (2009 : 55) Pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota kepada camat dapat dilaksanakan apabila memenuhi empat prasyarat sebagai berikut:

1) Adanya keinginan politik dari Bupati/Walikota untuk mendelegasikan sebagian kewenangan pemerintahan kepada camat;

2) Adanya kemauan politik dari Bupati/Walikota untuk menjadikan kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat bagi jenis-jenis pelayanan yang mudah, murah, dan cepat.

3) Adanya kelegawaan dari dinas dan atau lemtekda untuk melimpahkan sebagian kewenangan teknis yang dapat dijalankan oleh camat, melalui keputusan Kepala Daerah.

4) Adanya dukungan anggaran dan personil untuk menjalankan kewenangan yang telah didelegasikan.

Selanjutnya sebagian kewenangan pemerintahan yang telah didelegasikan oleh Bupati kepada Camat pada suatu saat dapat saja ditarik kembali. Adapun alasan penarikan kembali kewenangan yang telah didelegasikan antara lain : a) Kewenangan yang telah didelegasikan tidak dilaksanakan dengan baik;

b) Obyek sasaran dari kewenangan tersebut tidak ada di kecamatan bersangkutan;

c) Setelah dilaksanakan ternyata pendelegasian kewenangan yang dijalankan oleh camat justru menimbulkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan;

d) Pelaksanaan kewenangan yang didelegasikan dampaknya telah meluas melampaui satu kecamatan, sehingga perlu ditarik kembali ke tangan Bupati.

(10)

e) Adanya kebijakan baru di bidang pemerintahan sehingga kewenangan yang selama ini dijalankan oleh Camat dengan berbagai pertimbangan kemudian ditarik kembali dan atau dipindahkan pelaksanaannya kepada unit organisasi pemerintahan yang lainnya. Misalnya kewenangan di bidang pertanahan, kependudukan, pemilihan umum dan lain sebagainya.

Apabila pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati kepada camat dilakukkan dengan Peraturan Bupati, maka penarikan kewenangannyapun harus dilakukan dengan Peraturan yang setingkat yakni Peraturan Bupati. Penarikan kembali kewenangan yang didelegasikan harus dilakukan secara hati-hati dan cermat, jangan sampai menimbulkan masalah di kemudian hari atau menimbulkan penolakan dari masyarakat yang dilayani.

4.2.1. Perkembangan Pendelegesian Wewenang di Kabupaten Bandung

Pelaksanaan kebijakan pelimpahan sebagian kewenangan Bupati Bandung kepada Camat, merupakan Implementasi dari pasal 66 Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat dan sebagai upaya mempercepat terwujudnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Melalui peningkatan pembangunan yang ada ditingkat desa dalam rangka merealisasikan konsep otonomi daerah yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945.

Latar belakang Kebijakan Bupati Bandung tentang pendelegasian sebagian kewenangan Bupati Bandung kepada Camat merupakan pernyataan Bupati yang

(11)

dijadikan komitmen Bupati terhadap pelayanan public dan program pendelegasian kewenangan urusan pelayanan kepada camat. Adapun pernyataan Bupati adalah :

Dalam era desentralisasi dan otonomi pemerintah daerah harus berorientasi kepada pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Bandung mempunyai komitmen kuat untuk memperbaiki dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Salah satu usaha yang ditempuh adalah dengan lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat melalui pendelegasian beberapa kewenangan kepada camat.1

Pemerintah Kabupaten Bandung sejak tanggal 2 Oktober tahun 2001 telah menetapkan Keputusan Bupati Nomor 21 Tahun 2001 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Bupati Kepada Camat berdasarkan pasal 66 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan selanjutnya disempurnakan menjadi Keputusan Bupati Nomor 8 Tahun 2004 sebagai penyesuaian berdasarkan pasal 126 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Perda Nomor 7 Tahun 2002 tentang Kewenangan Bupati.

Hal ini Mengingat cepatnya perkembangan keadaan dan perubahan tahunan ketatanegaraan serta tuntutan, kebutuhan penyelenggaraan otonomi daerah saat ini, maka Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 sejak Tanggal 15 Oktober 2004 dinyatakan tidak berlaku lagi dan telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Kebijakan tentang pendelegasian kewenangan Bupati yang semula didasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 secara berkesinambungan masih tetap dipertahankan, bahkan lebih dikembangkan dan diperjelas terutama menyangkut

(12)

lagalitas kewenangan Camat dalam melaksanakan kegiatannya dilapangan, sehingga secara spesifikasi pasal 126 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengatur tentang kelembagaan Kecamatan, pelimpahan kewenangan dan tugas Camat.

Kewenangan Bupati Bandung yang telah didelegasikan kepada Camat sebanyak 25 bidang meliputi 614 rincian kewenangan dalam aplikasinya berbentuk jenis : a) pemberian ijin, b) rekomendasi, c) fasilitasi, d) koordinasi, e) pembinaan, f) pengawasan, g) penetapan/penyelenggaan, h) pengendalian dan pengawasan, i) informasi dan pengumpulan data p

j) penyelenggaraan pemerintahan dan residu.

Kebijakan penetapan pendelegasian wewenang dari Bupati kepada Camatdi Kabupaten Bandung dimulai pada tahun 2001 telah direncanakan mulai dari perumusan sampai dengan evaluasi penyelenggaraan. Adapun langkah-langkah teknis yang dilakukan untuk dapat merumuskan dan mengimplementasikan pendelegasian sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati kepada camat di lingkungan Pemerintahan Bandung sebagai berikut :

(13)

1) Membentuk Tim difasilitasi oleh sekretariat daerah yang terdiri dari Unsur Bagian Otda, Bagian Tapem, Bagian Hukum, Bagian Organisasi, Bapeda, Bawasda, BAKD dan BKD.

2) Melakukan Inventarisasi Rincian Kewenangan dari Dinas, Badan dan Lembaga Teknis lainnya yang dapat didelegasikan kepada Camat melalui Pengisian Daftar Isian Kewenangan.

3) Sosialisasikan kepada para Kepala Dinas, Badan dan Lembaga Teknis lainya serta para Camat.

4) Mengadakan Rapat Teknis antara Dinas-dinas dan Lembaga Teknis Daerah beserta para Camat untuk mencocokan rincian kewenangan yang dapat didelegasikan dan yang mampu dilaksanakan oleh Camat. 5) Menyiapkan rancangan Keputusan Bupati tentang Pelimpahan

sebagian Kewenangan Bupati kepada Camat untuk dijadikan Keputusan,

6) Konsultasi dengan Pakar Pemerintahan dilihat dari Kajian Akademik. 7) Penyusunan dan penerbitan produk Hukum Keputusan Bupati Nomor

tentang Pelimpahan sebagian Kewenangan Bupati kepada Camat. 8) Penyusunan Petunjuk Teknis pelimpahan sebagian kewenangan Bupati

kepada Camat.

9) Implementasi pelimpahan sebagian kewenangan Bupati kepada Camat.

10) Menata ulang organisasi Kecamatan sesuai dengan besaran dan luasnya kewenangan yang didelegasikan untuk masing-masing Kecamatan.

11) Mengisi organisasi dengan orang-orang yang sesuai dengan kebutuhan apabila perlu dilakukan persiapan melalui Pendidikan Teknis Fungsional sesuai kebutuhan lapangan.

12) Menghitung pencairan anggaran untuk masing-masing kecamatan sesuai dengan beban tugasnya dengan mempertimbangkan kemampuan kewenangan Pemerintah Daerah bersangkutan.

13) Menghitung perkiraan kebutuhan Logistik untuk masing-masing Kecamatan sesuai dengan besaran organisasi dan kewenangan yang dilimpahkan kepada Camat.

14) Mengevaluasi kegiatan pelimpahan sebagian kewenangan Bupati kepada Camat, sehingga nantinya dapat diketahui mana rincian kewenangan yang Efektif dapat dilaksanakan dan yang belum bisa dilaksanakan sebagai bahan laporan kepada Bupati.2

Langkah-langkah teknis tersebut akhirnya menghasilkan Keputusan Bupati Nomor 21 Tahun 2001 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan Bupati Kepada Camat meliputi : 27 Bidang Kewenangan dan 110 Rincian Kewenangan. Dalam

2 Hasil Wawancara dengan Kepala Bagian Otonomi Daerah dan Kepala Sub Bagian Kewenangan

(14)

perjalanan pelaksanaannya masih banyak kewenangan yang seharusnya diserahkan kapada camat atau kewenangan yang telah diserahkan kurang efektif dan efisien, maka Bupati memerintahkan kepada Instansi terkait untuk segera mendelegasikan urusan pemerintah yang secara efektif dan efisien didelegasikan kepada camat. Hasilnya berupa penyempurnaan Keputusan Bupati Nomor 21 Tahun 2001menjadi Keputusan Bupati Nomor 8 Tahun 2004 tentang Pelimpahan sebagian Kewenangan Bupati kepada Camat di Kabupaten Bandung, meliputi : 9 Jenis-jenis Kewenangan, 25 Bidang Kewenangan dan 614 Rincian Kewenangan.

Pola kewenangan yang dipergunakan dalam pemerintah daerah bersifat delegatif. Bahwa kewenangan Camat bersifat delegatif, yakni pendelegasian wewenang dari pejabat diatasnya Bupati kepada pejabat dibawahnya Camat. Pola ini dapat dipahami sebagai suatu pelimpahan kewenangan yang memiliki kapasitas terbatas, karena secara spesifik Camat tidak mempunyai bidang kewenangan tertentu yang diatur secara khusus dalam Undang-Undang. Dengan kinerja Camat akan sangat tergantung kepada seberapa besar delegasi kewenangan yang diberikan oleh Bupati kepadanya.

4.2.2. Kelembagaan Kecamatan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung dalam Implementasi Kebijakan Pendelegasian Wewenang Implementasi kebijakan pendelegasian wewenang, aspek kelembagaan kecamatan merupakan aspek yang strategis. Kelembagaan kecamatan dibutuhkan keberadaannya dalam rangka menjalankan kewenangan atau urusan pemerintah yang didelegasikan kepada camat. Selain itu, keberadaan kelembagaan kecamatan adalah untuk mewadahi aparat kecamatan yang menjalankan aktivitas dalam

(15)

mencapai tujuannya, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat (organisasi publik).

Dalam praktek manajemen pemerintahan, kelembagaan atau organisasi pemerintah menempati urutan kedua dalam unsur pembentuk pemerintah daerah setelah adanya kewenangan/urusan, kemudian aspek kepegawaian, keuangan, lembaga perwakilan/legislatif, dan manajemen publik serta yang terakhir monitoring dan evaluasi (Made Suwandhi, 2004 : 148) . Dalam menghadapi berbagai tantangan penyebab perubahan, organisasi dapat menyesuaikan diri dengan jalan merubah struktur organisasi, merubah tata kerja, merubah orang dalam pengertian sikap, tingkah laku, untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan merubah peralatan kerja. Adapun tujuan utama dari perubahan organisasi menurut Siagian (1997:207) mengemukakan bahwa perubahan organisasi diperlukan dengan beberapa pertimbangan, seperti :

a) Meningkatkan kemampuan organisasi untuk menampung akibat daripada perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan dan terjadi di luar orgnisasi;

b) Meningkatkan peranan organisasi dalam turut menentukan arah perubahan yang mungkin terjadi;

c) menyesuaikan penyesuaian-penyesuaian secara intern demi peningkatan kemampuan melakukan kedua hal tersebut di atas;

d) Meningkatkan daya tahan organisasi, bukan saja untuk mampu tetap bertahan akan tetapi untuk terus bertumbuh dan berkembang;

e) Mengendalikan suasana kerja sedemikian rupa sehingga para anggota organisasi tetap merasa aman dan terjamin meskipun terjadi perubahan-perubahan di dalam dan di luar organisasi.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa perubahan organisasi tidak hanya dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan yang terjadi, akan tetapi lebih jauh dari itu yaitu untuk mengetahui arah perubahan dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi sehingga organisasi dapat terus bertahan, bertumbuh dan berkembang.

(16)

Perkembangan organisasi kecamatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan perubahan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintahan daerah serta disesuaikkan dengan beban kerja kecamatan. Susunan organisasi Kecamatan dilingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung dalam rangka implementasi pendelegasian wewenang didasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 41 Tahun 2001 yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 yaitu : Camat dan Sekretaris Kecamatan dibantu dengan tujuh (7) seksi yang meliputi :

1) Seksi Perencanaan; 2) Seksi Pemerintahan;

3) Seksi Pengendalian Ketentraman dan Ketertiban; 4) Seksi Pemeliharaan Sarana Umum;

5) Seksi Pemberdayaan Masyarakat;

6) Seksi Pengembangan Potensi Pendapatan Daerah; 7) Seksi Infomasi dan Kehumasan.

Susunan organisasi kecamatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung dimaksud lebih besar dari ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000, namun masih diakui karena memang disesuaikan dengan kebutuhan atau karakteristik daerah dan luasnya pendelegasian wewenang dari Bupati kepada camat serta. Sedangkan pola Susunan organisasi kecamatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung bersifat seragam, artinya seluruh kecamatan mempunyai kesamaan.

Selanjutnya, karena ketentuan yang baru berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008, Susunan organisasi kecamatan di lingkungan Pemerintah harus disesuaikan dengan perundang-undangan maka Peraturan Daerah Nomor 41 Tahun 2001

(17)

disempurnakan menjadi Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2007 dan Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2008, susunan organisasi kecamatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung meliputi :

1) Camat

2) Sekretaris Kecamatan a. Kaur Program b. Kaur Keuangan

c. Kaur Umum dan Kepegawaian 3) Seksi Pemerintahan

4) Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum 5) Seksei Sosial dan Budaya

6) Seksi Pemberdayaan Masyarakat 7) Seksi Pemeliharaan Prasarana Umum

Implementasi pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi dan kependudukan pada masing-masing kecamatan dilaksanakan oleh setiap seksi yang langsung mempunyai tugas berkaitan dengan bidang yang didelegasikan. Seksi Pemerintahan mempunyai tugas yang langsung berkaitan dengan pendelegasian bidang pengembangan otonomi dan kependudukan, hal ini karena sesuai dengan tugas pokok. Sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2008, tugas pokok Seksi Pemerintahan adalah :

membantu Camat dalam menyiapkan bahan rumusan kebijakan dan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang meliputi pengembangan otonomi daerah, politik dalam negeri dan administrasi publik, kependudukan, hukum dan perundang-undangan, perimbangan keuangan daerah dan fasilitasi penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan serta melaksanakan tugas-tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku;

(18)

Untuk melaksanakan tugas pokok Seksi Pemerintahan menyelenggarakan fungsi :

a) penyusunan rencana program dan kegiatan pelayanan penyelenggaraan pemerintahan Kecamatan;

b) pelaksanaan pelayanan penyelenggaraan pemerintahan Kecamatan; c) pelaksanaan penetapan penyelenggaraan pembinaan dan, fasilitasi,

pemberian rekomendasi serta koordinasi pelaksanaan pengumpulan data di bidang pengembangan otonomi daerah, politik dalam negeri dan administrasi publik serta kependudukan;

d) pelaksanaan fasilitasi dan pembinaan pengkoordinasian pengumpulan data yang berkaitan dengan hukum dan perundang-undangan;

e) pelaksanaan fasilitasi dan pembinaan pengkoordinasian pengumpulan data yang berkaitan dengan perimbangan keuangan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan;

f) pelaksanaan fasilitasi dan pembinaan pengkoordinasian pengumpulan data yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan, organisasi kemasyarakatan di desa dan / atau kelurahan serta bantuan desa/kelurahan;

g) pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugasnya; h) pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;

i) pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan kecamatan dengan instansi terkait lainnya.

Dalam implementasi pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan, Camat tidak saja didukung oleh Seksi Pemerintahan, tetapi secara tidak langsung juga didukung oleh seksi-seksi yang lain, hal ini karena antar seksi kecamatan mempunyai keterkaitan dalam pelaksanaan tugas. Untuk mewujudkan implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan, seksi-seksi saling bekerja sama yang dikoordinir oleh seksi pemerintahan.

Secara teknis operasional implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan, yang dilaksanakan oleh Seksi Pemerintahan berdasarkan uraian tugas pokok secara

(19)

umum, artinya Seksi Pemerintahan melaksanakan tugas pokok dan fungsi berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi Kecamatan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung. Sedangkan implementasi teknis fungsional, secara khusus yang berkaitan dengan implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan masih belum dilaksanakan, hal ini karena kebijakan yang mengatur secara khusus tentang implementasi kebijakan belum diterbitkan sampai sekarang.

Implementasi kebijakan tentang pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan secara khusus dilakukan oleh Seksi pemerintahan, yang didukung oleh Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum, Seksei Sosial dan Budaya, Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Seksi Pemeliharaan Prasarana Umum.

Seksi-seksi kecamatan tersebut secara rutin melakukan pertemuan setiap minggu sekali untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing, serta saling memberi informasi, dan saran serta memberi dukungan jika ada diantara seksi dimaksud mempunyai kegiatan yang harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh seksi-seksi kecamatan. Hal ini dilakukan, misalnya dalam melakukan pembinaan dan pemberdayaan pemerintahan desa yang merupakan bagian atau rincian kegiatan berkaitan dengan implementassi kebijakan pendelegasian wewenang, terutama bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan.

(20)

4.3. Implementasi Kebijakan Pendelegasian Wewenang Bidang Pengembangan Otonomi Daerah dan Bidang Kependudukan

Bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan merupakan bagian dari 25 bidang urusan pemerintahan yang didelegasikan kepada camat. Kebijakan yang digulirkan agar dapat diimplementasikan oleh camat, dengan konsekuensi lebih efektif dan lebih efisien di dalam penyelenggaraan pemerintahan, sehingga Camat beserta perangkatnya dapat memberikan yang terbaik kepada semua pihak yang terlibat dalam pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan. Camat sebagai perangkat daerah dengan kewenangannya, secara langsung sebagai pelaksana dari program, kegiatan bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan yang didelegasikan. Jika dicermati, keberhasilan bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan merupakan tanggung jawab akhir oleh Bupati, hal ini karena Bupati yang mempunyai kewenangan secara utuh dalam melaksanakan seluruh urusan pemerintahan di Kabupaten Bandung.

Kemudian secara khusus, tanggung jawab ada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyai kewenangan di bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan, yang merupakan kepanjangan dari Bupati sebagai pemilik kewenangan. Jadi kepentingan yang terlibat dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang dapat dikatakan adalah Bupati sebagai penanggungjawab, Satuan Kerja Perangkat Daerah yang mempunyai kewenangan di bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan, Camat dan Perangkat Kecamatan serta pihak-pihak yang secara langsung berhubungan

(21)

dengan camat dalam melaksanakan pendelegasian wewenang implementasi kebijakan.

Sebagai upaya untuk mewujudkan tercipatnya manfaat dan perubahan ke arah yang lebih baik dari implementasi kebijakan terhadap tujuan-tujuan kebijakan dan program-progran yang telah didesain, menurut grindle (1980 : 11) bahwa Kegiatan Implementasi dimaksud dipengaruhi oleh : Isi Kebijakan dan Konteks Implementasi. Isi Kebijakan yang meliputi : kepentingan yang berpengaruh terhadap implementasi kebijakan, jenis-jenis manfaat, tingkat perubahan yang telah diperkirakan atau diprediksikan, karakteristik penyusun kebijakan dan sumber daya yang tersedia. Sedangkan Konteks Implementasi yang meliputi : kekuatan, keputusan strategi dari para pelaku terkait implementasi terkait, karakteristik kelembagaan dan regim serta mengahadapi tuntutan dan respon terhadap adanya implementasi kebijakan.

Antara Isi Kebijakan dan Konteks Implementasi Kebijakan berjalan saling berpengaruh dan bersinergis, berinteraksi untuk mencapai tujuan, manfaat dan perubahan yang lebih baik. Selanjutnya Isi Kebijakan dan Konteks Implementasi Kebijakan merupakan rangkaian sistem yang berkesinambungan untuk ukuran keberhasilan membawa dampak manfaat, perubahan ke arah yang lebih baik dan kegagalan jika ke duanya kurang bersinergis, berinteraksi dalam mencapai tujuan.

4.3.1. Peran Isi Kebijakan dalam Implementasi Kebijakan Pendelegasian Wewenang Bidang Pengembangan Otonomi Daerah dan

Kependudukan

Keberhasilan dari implementasi sebuah kebijakan ditentukan oleh banyak hal, termasuk isi kebijakan yang di dalamnya menyangkut

(22)

kepentingan-kepentingan yang terlibat, tersedianya sumber daya yang mendukung keberhasilan implementasi, arah perubahan yang baik, program yang dimplementasikan dapat memberi berbagai manfaat terhadap pemangku kepentingan. Sebuah kebijakan yang berdampak kecil dan kurang melibatkan banyak orang serta kurang didukung sumber daya maka akan kurang membawa perubahan yang cukup besar. Sebaliknya jika suatu kebijakan didukung dengan keterlibatan berbagai pihak yang saling berkerjasama, didukung sumber daya secara optimal akan membawa perubahan yang besar dan dapat memberikan berbagai manfaat kepada pihak-pihak yang terlibat.

4.3.1.1. Kepentingan siapa yang terlibat

Kepentingan siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan atau dengan kata lain siapa saja yang menjadi stakeholders dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang disesuaikan dengan bidang yang akan dilaksanakan, yang secara tertulis telah menjadi ketetapan melalui kebijakan. Kebijakan untuk mencapai tujuan organisasi diuraikan ke dalam : tujuan program, prioritas program, dan rincian program ke dalam berbagai kegiatan. Tujuan program sampai rincian kegiatan secara jelas akan dapat dilihat siapa-siapa yang terkait dalam setiap kegiatan dan tanggug jawabnya.

Menurut Grindle (1980 : 6) bahwa : secara umum, tugas implementasi kebijakan adalah untuk membangun hubungan yang membantu tujuan-tujuan dari kebijakan publik agar terealisasi sebagai hasil aktivitas pemerintahan. Selanjutnya Grindle (1980 : 7) mengatakan bahwa :

(23)

Proses umum implementasi dapat dimulai hanya ketika tujuan-tujuan dan ide-ide umum telah dikhususkan, ketika program-program tindakan telah didesain, dan ketika dana telah dialokasikan untuk pelaksanaan tujuan-tujuan tersebut. Hal ini menjadi kondisi dasar untuk pelaksanaan tiap kebijakan publik eksplisit. Secara teori, dalam hal ini proses formulasi kebijakan telah dilakukan oleh proses implementasi kebijakan, dan program-program dijalankan.

Implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan tidak hanya dilaksanakan oleh Bupati dan Camat beserta perangkatnya, tetapi melibatkan beberapa instansi atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait. Kepentingan siapa saja dalam implementasi kebijakan pendelegasian bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan dapat dilihat secara jelas dari urusan atau tujuan program bidang pendelegasian.

Kepentingan siapa saja yang terlibat dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang Bupati kepada Camat bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan meliputi :

a) Kecamatan : Camat, Sekretaris Kecamatan dan Kepala Sie di Kecamatan

b) Badan Pemberdayaan Pemerintahan Desa Kabupaten Bandung c) Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

d) Bagian Pemerintahan Umum e) Bagian Bina Otonomi Daerah f) Badan Perencanaan Daerah

g) Bagian Hukum, Bagian organisasi dan Badan Kepegawaian Daerah.3

Stakeholders atau yang mempunyai kepentingan implementasi kebijakan pendelegasian wewenang dibidang pengembangan otonomi daerah dan

3 Hasil Wawancara dengan Sub Bagian Kewenangan pada Bagian Otonomi Daerah Pemerintah

(24)

kependudukan adalah yang berkaitan dengan mewujudkan tujuan pengembangan otonomi daerah dan kependudukan yaitu membantu dan memberikan pembinaan bagi penyelenggaraan pemerintahan desa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pihak yang mempunyai kepentingan dalam implementasi kebijakan bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Bandung meliputi :

a) Camat dan Perangkat

Camat mempunyai kepentingan yang sangat besar dalam mensukseskan implementasi kebijakan pendelegasian bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan. Camat dalam melaksanakan kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan di bantu perangkat kecamatan dalam memberikan pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelayanan bidang kependudukan kepada masyarakat, terutama yang didelegasikan. Pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan dilakukan oleh Camat dan Perangkat Kecamatan setelah koordinasi dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD), Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil (DISDUK & CAPIL) Bagian Pemerintahan Umum, Bagian Otonomi yang programnya diperuntukkan bagi pemerintahan desa dan masyarakat. Program ini dijalankan oleh masing-masing camat di desa-desa yang menjadi wilayah kerjanya dalam rangka membantu tugas bupati untuk melakukan pembinaan pemerintahan desa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.

(25)

Adapun program impementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan diintegrasikan dengan program-program dari Badan Pemberdayaan Pemerintahan Desa Kabupaten Bandung, Dinas Sosial, Kependudukan dan Capil (DISSOSDUKCAPIL), Bagian Pemerintahan Umum, Bagian Bina Otonomi Daerah yang langsung melaksanakan kewenangan urusan pemerintahan kabupaten atau SKPD yang langsung membantu Bupati dalam pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai dengan visi, misi Bupati.

b) Bagian Pemerintahan Umum

Bagian Pemerintahan umum secara khusus tidak mempunyai tugas pokok yang langsung berhubungan dengan implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan, tetapi Bagian Pemerintahan Umum secara langsung yang memberi pembinaan terhadap kecamatan-kecamatan di lingkungan Pemeritah Kabupaten Bandung, sehingga secara tidak langsung dapat memberikan fasilitas dan mengarahkan kepada Camat dan perangkat kecamatan dalam rangka implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan.

Adapun tugas pokok Bagian Pemerintahan Umum adalah melaksanakan sebagian tugas Asisten Pemerintahan dalam merencanakan teknis operasional, merumuskan kebijakan dan koordinasi teknis administratif penyusunan rumusan kebijakan dan pengkoordinasian Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah melalui fasilitasi dan pembinaan Perangkat

(26)

Daerah, pelayanan dan pengembangan kerjasama dan hubungan antar lembaga serta fasilitasi pelayanan pertanahan;

Sedangkan fungsi Bagian Pemerintahan umum dalam rangka mewujudkan tugas pokok yang berkaitan dengan Camat meliputi :

a) penyelenggaraan pembinaan, sosialisasi, observasi dan pengkajian penyelenggaraan penataan kecamatan;

b) pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi penyelesaian konflik antar kecamatan;

c) pengkoordinasian pelaksanaan pelayanan umum di kecamatan; d) perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan pemerintahan

kecamatan yang meliputi pembinaan teknis fungsional aparatur dan fasilitasi dukungan sarana dan prasarana penyelenggaraan pemerintahan di kecamatan;

e) pelaksanaan pembinaan teknis administrasi pemerintahan kecamatan;

f) pengkoordinasian penyusunan laporan kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh kecamatan;4

Secara tidak langsung Bagian Pemerintahan Umum dapat membina, mengarahkan, memantau dan meminta laporan pertanggung jawaban yang berhubungan dengan implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan dengan cara berkoordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah lain, yaitu Bagian Bina Pengembangan Otonomi Daerah, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil, serta Pemerintahan Desa.

Bagian Pemerintahan Umum selalu berusaha dapat membantu Camat dan memberi fasilitasi dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan sesuai dengan kewenangan. Bantuan dan fasilitasi yang sering dilakukan adalah penyediaan sarana dan prasarana serta memperjuangkan anggaran

4 Hasil Wawancara dengan Kepala Bagian Pemerintahan Umum dan Kepala Sub Bina Perangkat

(27)

yang cukup untuk masing-masing kecamatan walau belum terlaksana sesuai harapan semua pihak.5.

c) Bagian Bina Otonomi Daerah

Bagian Bina Otonomi Daerah mempunyai peran sangat besar dalam terwujudnya implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan. Bagian Bina Otonomi Daerah mempunyai tugas yang berkaitan dengan pendelegasian wewenang yaitu pelaksanaan monitoring, evaluasi, pengawasan, pengendalian dan pelaporan implementasi pendelegasian kewenangan pada Kecamatan.

Untuk mewujudkan implementasi kebijakan pendelegasian oleh Bagian Bina Otonomi Daerah diawali dengan memprakarsai penyusunan petunjuk teknis dan pelaksanaan secara rinci yang diuraikan ke dalam Standard Operating procedur (SOP) pada masing-masing Satuan kerja perangat Daerah termasuk SKPD yang membidangi tentang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan. Peran Bagian Bina Otonomi Daerah menjadi fasilitator bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan, tindakan yang dilakukan meliputi :

a) Mengkoordinir Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Badan Kepegawaian Daerah, Bagian Hukum, Bagian Pemerintahan Umum dan Bagian Organisasi untuk menyusun terbentuknya Standard Operating procedur (SOP) pendelegasian wewenang secara mendalam;

(28)

b) Memantau dan menilai implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan secara periodik; c) Memfasilitasi camat dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil, Badan Pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan Desa) untuk bermitra dalam mewujudkan keberhasilan implementasi kebijakan tentang pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan.

Upaya-upaya dan peran dimaksud sebagian telah dilakukan oleh Bagian Bina Otonomi Daerah, dengan beberapa kali (4 kali lebih) melakukan koordinasi dan memimpin pertemuan-pertemuan untuk terbentuknya Standard Operating procedur (SOP) pendelegasian wewenang. Namun hasilnya sampai sekarang belum terbentuk dan belum adanya tindak lanjut untuk langkah yang lebih komprehensif dan teknis. Hal ini karena Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi pengembangan otonomi daerah dan kependudukan belum melakukan tindak lanjut yang telah disepakati dalam pertemuan.

Kemudian sebagai dampak kurangnya konsisten terhadap kesepakatan, implementasi kebijakan bupati sampaai saat ini masih mengalami kekurangan-kekurangan, sebagaimana menurut Kepala Bagian Bina Otonomi Daerah sebagai berikut :

Implementasi pendelegasian kewenangan bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan sejauh ini masih banyak kekurangan dan masih perlu untuk ditingkatkan. Keterbatasan Anggaran, personil kurang kuantitas dan belum berdasarkan kompetensi, sarana dan prasarana yang masih terbatas belum sesuai dengan standard yang telah ditentukan.

(29)

Selain itu Implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan masih kuat sekali ketegantungan kepada Camat, seperti kedudukan Camat dalam UU Nomor 5 Tahun 1974, serta belum didukung dengan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Camat dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan.6

Kekurangan-kekurangan yang diperlukan dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan seharusnya secara bertahap dapat diatasi jika semua unsur berperan aktif dan berkomitmen bahwa kecamatan dijadikan sebagai pusat pelayanan, bukan sebaliknya, yaitu masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah saling tarik ulur kepentingan secara internal.

d) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Bandung dalam Implementasi kebijakan pendelegasian kewenangan bidang pengembangan otonomi lebih langsung berhubungan dengan pemerintahan desa, sedang dengan kecamatan bersifat koordinasi. Hal ini karena tugas pokok Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa langsung berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan desa. Secara rinci tugas pokok tersebut adalah : memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan Desa.

(30)

Peran Camat dalam Implementasi kebijakan pendelegasian kewenangan bidang pengembangan otonomi bersifat fasilitatif dan koordinasi dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.

Camat dan perangkat kecamatan dalam Implementasi kebijakan pendelegasian kewenangan bidang pengembangan otonomi yang berhubungan dengan pemerintahan desa memberikan kemudahan dan bantuan teknis sesuai dengan kewenangannya, jika terjadi permasalahan yang tidak bisa diatasi karena keterbatasan kewenangan, Camat berkoordinasi dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa berkaitan dengan permasalahan desa yang dihadapinya.7

e) Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dalam Implementasi kebijakan pendelegasian kewenangan bidang kependudukan lebih langsung berhubungan dengan pemerintahan desa dan masyarakat, sedang dengan kecamatan bersifat koordinasi. Hal ini karena tugas pokok Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa langsung berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan desa. Secara rinci tugas pokok tersebut adalah : memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkoordinasikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang kependudukan.

Peran Camat dalam Implementasi kebijakan pendelegasian kewenangan bidang kependudukan bersifat memberikan pelayanan sementara Kartu Tanda

(31)

Penduduk dan Kartu Keluarga, fasilitatif dan koordinasi dengan Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil.

Peran Camat dalam Implementasi kebijakan pendelegasian kewenangan bidang kependudukan masih bersifat sementara dalam memberikan pelayanan sementara Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga, karena Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan lebih berhak. 8

f) Pemerintahan Desa

Kepentingan siapa yang terlibat selanjutanya dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi dan kependudukan dalah Pemerintahan Desa. Pemerintahan Desa sebagai tujuan dan sasaran dari program-program implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan.

Pemerintah Desa sangat terbantu dengan peran Camat dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi dan kependudukan yang program-programnya langsung berhubungan dengan kepentingan pemerintahan desa, sehingga mengurangi rentang kendali dalam penyelenggaraan pemerintahan desa atau memperpendek jenjang birokrasi.

Penyelenggaraan pemerintahan desa lebih efektif dan efisien, jika implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi dan kependudukan dioptimalkan dan setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait selalu berkoordinasi dengan kecamatan untuk memajukan pemerintahan desa serta selalu membina Pemerintah Desa dan BPD. 9

Selanjutnya kepentingan siapa saja yang terlibat dalam Pendelegasian wewenang Bupati kepada Camat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung,

8 Hasil Wawancara dengan Ketua Forum Camat se Kabupaten Bandung. 9 Hasil Wawancara dengan Ketua Asosiasi BPD se kecamatan Cileunyi.

(32)

dikaitkan dengan urusan-urusan yang didelegasikan wewenangnya kepada Camat dalam bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan. Urusan-urusan yang didelegasikan wewenangnya kepada Camat dalam bidang pengembangan otonomi sebagaimana tabel 4.2 seperti berikut :

Tabel 4.2

Daftar Urusan yang didelegasikan kepada Camat Bidang Pengembangan Otonomi Daerah

No. Jenis Pengembangan Otonomi Daerah Rincian Urusan Bidang

1 2 3

1. Penyelengaraan Penetapan

1). Penyelenggaraan pemberhentian kepala desa

2). Penyelenggaraan pengangkatan dan pemberhentian pejabat kepala desa

3). Penyelenggaraan pengesahan, pelantikan dan pengambilan sumpah kepala desa hasil pemilihan 4). Penyelenggaraan pengangkatan, pelantikan dan

pengambilan sumpah keanggotaan BPD

5). Penyelenggaraan pemberhentian Anggota BPD 6). Persetujuan pemberhentian sementara kepala desa 2. Koordinasi 7). Koordinasi dalam pengaturan dan pembinaan

pemerintahan desa

3. Fasilitasi 8). Fasilitas kerjasama antar lembaga pemerintahan desa

9). Fasilitasi pengusulan pemekaran desa/kelurahan 10). Pengusulan batas wilayah kecamatan dan batas

wilayah antar desa/ kelurahan

11). Fasilitasi penanganan dan penanggulangan masalah-masalah penyelenggaraan pemerintahan desa

(33)

1 2 3 4. Pembinaan 12). Pembinaan penyusunan APBDes

13). Pembinaan pendaatan dan kekayaan desa serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dan UED lain

14). Pembinaan penyelenggaraan pemerintahan desa

15). Pembinaan bimbingan teknis pendataan data dasar profil desa

16). Pembinaan Bimbingan teknis pendataan monografi desa 17). Pembinaan teknis pengisian buku administrasi desa 18). Pembinaan pemilihan kepala desa

19). Pembinaan dan bimbingan peningkatan kemampuan anggota BPD dan lembaga lainnya

20). Pembinaan kelembagaan yang ada di desa

Berdasarkan rincian urusan bidang pengembangan otonomi daerah tersebut dapat dikatakan bahwa kepentingan rincian urusan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi diperuntukkan bagi pemerintahan desa. Adapun urusan-urusan yang didelegasikan wewenangnya kepada Camat dalam bidang kependudukan sebagaimana tabel 4.6 seperti berikut :

Tabel 4.3

Daftar Urusan Yang Didelegasikan Kepada Camat Bidang Kependudukan No. Aspek Rincian Urusan Bidang Kependudukan

1 2 3 4

1. Perijinan 1). Pemberian pelayanan administrasi dan pendataan penduduk, meliputi:

2). Pelayanan peberbitan Kartu Keluarga 3). Pelayanan penerbitan Kartui Tanda

Penduduk (KTP)

4). Pelayanan penerbitan Surat Keterangan Ahli Waris

5). Pelayanan penerbitan Rekomendasi Untuk Kependudukan

(34)

1 2 3

6). Pelayanan penerbitan Surat Keterangan Kelahiran

7). Pelayanan penerbit Surat Keterangan Kematian

8). Pelayanan Penerbitan Surat Keterangan Lahir Mati

9). Pelayanan Penerbitan Surat Keterangan Perkawinan

10). Pelayanan Penerbitan Surat Bukti Pendaftaran Tamu

11). Pelayanan Penerbitan Kartu Identitas Penduduk Musiman (KIPPEM)

12). Pelayanan penerbitan Surat Keterangan Jaminan Bertempat Tinggal

13). Pelayanan penerbitan Surat Keterangan Berpenghasilan Bagi Wiraswasta

14). Pelayanan penerbitan Surat Keterangan Pindah Antar Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Bandung

15). Pelayanan penerbitan Kartu Keterangan Bertempat Tinggal (KKBT)

16). Pelayanan penerbitan Kartu Identitas Kerja (KIK)

17). Pelayanan penerbitan Surat Keterangan Penduduk Sementara

2. Penyelenggaraan 18). Penyelenggaraan sistem administrasi kependudukan (Pendaftaran / Pencatatan Penduduk yang berkaitan dengan kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, perpindahan, adopsi, pengakuan anak, naturalisasi, dan pencatatan perubahan atas status penduduk termasuk biodata penduduk

19). Penerbitan Akta Catatan Sipil

20). Penyelenggaraan Sistem Informasi Kependudukan

21). Penyelenggaraan SIDUGA (Sistem Informasi Kependudukan Keluarga)

22). Penataan persebaran penduduk di lingkungan kecamatan

23). Penyelenggaraan persebaran penduduk di lingkungan kecamatan

(35)

Berdasarkan rincian urusan bidang kependudukan tersebut dapat dikatakan bahwa kepentingan rincian urusan pendelegasian wewenang bidang kependudukan diperuntukkan bagi pemerintahan desa dan masyarakat. Rincian urusan yang didelegasikan kepada camat, dijalankan oleh masing-masing camat dalam rangka membantu tugas bupati untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bermitra kerja dan berkoordinasi dengan pemerintahan desa dan Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil.

Selanjutnya rincian urusan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan di atas diintegrasikan dengan program-program dari Badan Pemeberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) dan Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil (DISDUKCAPIL), Bagian Pemerintahan Umum dan Bagian Bina Otonomi Daerah Kabupaten Bandung yang mempunyai tugas membina pemerintahan desa dan mengelola urusan kependudukan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat sebagai upaya untuk membantu Bupati dalam mewujudkan visi, misi Pemerintah Kabupaten Bandung.

4.3.1.2. Jenis Manfaat yang akan dihasilkan Implementasi Kebijakan

Manfaat implementasi kebijakan pendelegasian wewenang yang efektif berdampak bagi stakeholders yang terkait dengan bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan. Manfaat Implementasi perlu memperhatikan : ruang lingkup, kepentingan organisasi pelaksana dan kepentingan masyarakat, hal ini diharapkan implementasi kebijakan dapat terarah sesuai dengan tujuan organisasi.

(36)

Manfaat yang dapat dirasakan oleh stakeholders dengan adanya implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bupati kepada camat bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan dapat dideskripsikan sebagai berikut :

a) Bagi Camat :

- Camat dapat memberi pelayanan yang memang dibutuhkan pemerintahan desa dan masyarakat dalam bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan ;

- Camat dapat melakukan kegiatan sesuai dengan dasar hukum atau mempunyai legalistas secara jelas dalam mengimplementasikan kebijakan pendelegasian bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan; - Camat mempunyai wewenang secara jelas dan dapat

dipertanggungjawabkan dalam mengimplementasikan kebijakan pendelegasian bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan; b) Bagi Pemerintahan Desa :

- Lebih cepat, efektif dan efisien memecahkan permasalahan di desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa;

- Mempermudah desa memberikan pelayanan dokumen bidang kependudukan kepada masyarakat

- Lebih mudah melakukan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan desa dengan camat sebagai pelaksana pendelegasian wewenang;

- Lebih mudah mendapat informasi dan kepastiaan penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberian pelayanan kependudukan;

(37)

c) Bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait (BPMPD, DISDUKCAPIL, Bagian Pemerintahan Umum, Bagian Bina Otonomi Daerah, Bappeda) :

- Lebih mudah melakukan pengawasan, karena langsung dibawah koordinasi camat;

- Lebih mudah meminta pertanggungjawaban implementasi kebijakan tentang pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan;

- Lebih mudah melakukan koordinasi dan menyampaikan berbagai program kepada pemerintahan desa dan masyarakat untuk diintegrasikan;

Selanjutnya dampak manfaat implementasi kebijakan tentang tentang pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan secara langsung kepada pemerintahan desa dan masyakat, yaitu urusan lebih cepat karena birokrasi lebih sederhana dan jarak, waktu lebih efisien. Selain untuk pemerintahan desa, Camat juga lebih mempunyai legalitas secara jelas di bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan, serta Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait mempunyai mitra kerja sesama perangkat daerah yang langsung berhubungan dengan pemerintahan desa dan memudahkan untuk saling berkomunikasi serta berkoordinasi.

- Implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan, jika didukung secara optimal akan memberikan manfaat bagi Camat, SKPD terkait dan pemerintahan Desa serta masyarakat. Adapun manfaat bagi Camat adalah : camat dapat memberi pelayanan bagi pemerintahan desa dan masyarakat sesuai kebutuhan, Camat dapat melakukan kegiatan sesuai dasar hukum secara jelas dan tegas, Camat mempunyai kewenangan secara jelas.10

(38)

- Implementasi Pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan bagi SKPD terkait dapat memberi manfaat : lebih mudah melakukan pengawasan, karena langsung di bawah kecamatan, lebih mudah meminta pertanggungjawaban, lebih mudah melakukan koordinasi, lebih cepat dan efisien.11

Berdasarkan uraian diatas dapat dikarifikasi bahwa implementasi kebijakan tentang pendelegasian kewenangan kepada camat bidang pengambangan otonomi daerah dan kependudukan jika pelaksanaannya secara tepat akan membawa manfaat kepada camat dan perangkat kecamatan sebagai unit organisasi yang bertanggungjawab secara teknis serta stakeholder lainnya. Implementasi kebijaan pendelegasian wewenang bidang pengambangan otonomi daerah dan kependudukan sekurang-kurangnya mempunyai tiga (3) manfaat, yaitu meliputi :

a. Bidang Pemerintahan : menciptakan pemerintah yang demokratis serta untuk mendorong mewujudkan tata pemerintahan yang baik, hal ini karena pemberdayaan bagi setiap tingkatan pimpinan yang tidak terpusat pada satu instansi melainkan memberi kepercayaan kepada pimpinan beserta perangkatnya untuk berperan aktif dan mengambil kebijakan. Camat beserta perangkatnya ikut berperan aktif untuk membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan pemberian pelayanan melalui pendelegasian wewenang dari bupati bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan.

11

Hasil wawancara dengan Kabid Penyelenggaraan Pemerintahan Desa pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa dan Kabid Kependudukan pada DISDUKCAPIL.

(39)

b. Bidang Sosial ekonomi: mengurangi kesenjangan antar wilayah atau ketimpangan, memacu pertumbuhan pembangunan, mendorong prakarsa dan partisipasi publik, dan sebagainya.

c. Bidang Administratif : mendorong efisiensi dan efektivitas penyelenggaraann pemerintahan, mempercepat pelayanan publik, dan memperkuat kinerja pemerintahan secara umum, khususnya pemerintahan desa.

4.3.1.3. Perubahan yang akan diwujudkan

Perubahan yang akan diwujudkan dapat bermanfaat bagi stake holders atau kepentingan yang terlibat dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan, yaitu Camat, Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait, Pemerintah Desa dan masyarakat dalam jangka waktu tertentu. Keberhasilan perubahan yang hendak diwujudkan melalui implementasi kebijakan tentang pendelegasian wewenang perlu didukung personil yang kompetitif dibidangnya, sarana dan prasarana serta hubungan antar instansi pelaksana, dan partisipasi Pemerintah Desa dan masyarakat.

Menurut Kasali (2007:18), bahwa perubahan menuntut adanya lima hal sekaligus, yaitu meliputi :

a) Visi tentang arah masa depan (vision);

b) Keterampilan (skill) untuk mampu melakukan tuntutan-tuntutan baru. Keterampilan ini harus terus dipelihara, ditumbuhkan dan dikembangkan;

c) Insentif yang memadai, baik langsung maupun tidak langsung, cash maupun non cash, individual (berdasarkan kinerja perorangan) maupun kelompok (berdasarkan kinerja kelompok/unit kerja);

(40)

d) Sumberdaya (resources) yang memudahkan ruang gerak dan pertumbuhan;

e) Rencana tindakan (action plain), adalah bukan sekadar rencana melainkan sebuah rangkaian tindakan yang diintegrasikan dalam langkah-langkah yang spesifik dan terencana tertulis dan dimengerti oleh semua pelaku yang terlibat.

Arah perubahan implementasi kebijakan tentang pendelegasian wewenang dari bupati kepada camat bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan dimaksudkan untuk mewujudkan keefektifan dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat serta memberdayakan optimalisasi peran camat dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Selain itu perubahan implementasi kebijakan pendelegasian wewenang dari bupati kepada camat bidang pengembangan otonomi dan kependudukan dapat membawa pelayanan yang diberikan Pemerintah Kabupaten Bandung menjadi lebih dekat dengan keinginan pemerintahan desa dan masyarakat yang merupakan tujuan dari implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi sebagaimana visi, misi Pemerintah Kabupaten Bandung.

Menurut Ketua Asosiasi Badan Permusyawaran Desa Kabupaten Bandung bahwa :

perubahan yang diwujudkan sebagai dampak implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah yang berorientasi pada desa, masih sangat terbatas. Desa masih kurang merasakan perubahan yang diharapakan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung. Hal-hal yang bersifat teknis masih langsung pada Instansi atau SKPD terkait, Camat beserta perangkat belum dapat memecahkan permasalahan yang diharapkan oleh desa. Contoh : Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan penyusunan Anggaran Pendapat dan Belanja Desa, masih membutuhkan peran SKPD terkait,

(41)

seharusnya hal ini dapat diselesaikan pada tingkat kecamatan pada saat musyawarah pembangunan desa dan kecamatan.12

Cara yang dilakukan untuk mewujudkan perubahan yang diharapkan dan untuk memenuhi sebagaimana pendapat Ketua Asosiasi BPD dimaksud, implementasikan kebijakan pendelegasian wewenang dari bupati kepada camat bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan, camat dan perangkat harus berkoordinasi dengan SKPD terkait dan memprioritaskan program-program yang berorientasi pada kepentingan permerintahan desa dan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang ada di desa serta untuk mengatur terbatasnya anggaran dan sumber daya kecamatan. Menurut pandangan camat Cileunyi bahwa :

“untuk mewujudkan keefektifan dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dalam memberikan pelayanan kepada pemerintahan desa dan masyarakat sebagai perubahan yang diharapkan, Camat senantiasa berkoordinasi dengan SKPD terkait untuk mengintegrasikan program-program kecamatan dengan SKPD terkait, upaya ini sebagai cara yang tepat untuk memenuhi keterbatasan sumber daya yang tersedia di kecamatan”13.

Perubahan yang akan diwujudkan tanpa didukung dengan persyaratan yang dibutuhkan dalam perubahan akan mengalami kegagalan, demikian juga perubahan yang akan diwujudkan oleh implementasi kebijakan tentang pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan perlu dukungan dari semua unsur yang terlibat. Camat beserta perangkat tidak akan mampu jika tidak didukung oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait. Semua SKPD terkait dan Camat serta pemerintahan

12 Hasil wawancara dengan Ketua Asosiasi Badan Permusyawaran Desa Kabupaten Bandung 13 Hasil Wawancara dengan Camat Cileunyi

(42)

desa harus bersatu padu dan merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dalam mengimplementasikan kebijakan pendelegasian wewenang.

4.3.1.4. Kedudukan Pembuat Kebijakan

Pembuat kebijakan dari puncuk pimpinan sampai dengan pimpinan terendah secara legalitas hukum telah membentuk sebuah kebijakan tentang implementasi kebijakan pendelegasian wewenang Bupati kepada Camat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung yang tetuang dalam Peraturan Bupati Nomor 8 Tahun 2004 termasuk didalamnya membahas bidang pengembangan otonomi dan bidang kependudukan. Prosesnya pembentukannya tidak mudah, diperlukan waktu kurang lebih 2 tahun, masing-masing pimpinan saling berargumen untuk mempertahankan kewenangan yang dikelolanya.

Bupati sebagai pucuk pimpinan sekaligus pembuat kebijakan tertinggi dalam pemerintah kabupaten dalam menjalankan seluruh urusan pemerintahan termasuk bidang pengembangan otonomi dan kependudukan secara komitmen dapat mengarahkan SKPD terkait untuk menyelesaikan kebijakan implementasi pendelegasian wewenang Bupati kepada Camat bidang pengembangan otonomi dan kependudukan di ilingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung.

Keberhasilan dalam penyusunan kebijakan pendelegasian wewenang bupati kepada camat kurang didukung dengan kebijakan selanjutnya tentang penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria sebagai petunjuk pelaksanaan dan teknis bagi pimpinan pelaksana, sehingga dalam pelaksanaan banyak kendala yang dihadapinya. Sebagaimana menurut Camat Banjaran bahwa :

(43)

“Sering mengalami hambatan dalam implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang bidang pengembangan otonomi, Contohnya proses pemilihan kepala desa dan pelantikannya, peran camat dan perangkat kurang terperinci dalam pelaksanaan tugas, jika terjadi kekurangan dalam PILKADES, sudah tentu Camat yang mempertanggungjawabkannya, padahal di dalam uraian tugas tidak diuraikan”.14

Permasalahan implementasi pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan tersebut, perlu ditindaklanjuti oleh pembuat kebijakan dengan penyusunan standar kerja yang secara operasional diwujudkan dalam norma, standar, prosedur dan kriteria yang sampai saat ini masih belum dapat diwujudkan.

Penyusunan standar kerja yang secara operasional diwujudkan dalam norma, standar, prosedur dan kriteria sebagai pedoman implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan telah difasilitasi oleh Bagian Bina Otonomi Daerah berulang kali (4 kali), namun belum dapat diwujudkan. Hal ini disebabkan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berkaitan, yaitu Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil belum mampu untuk menyusun pola implementasi kebijakan pendelegasian wewenang bidang pengembangan otonomi daerah dan kependudukan. Menurut Kepala Bidang Pemerintahan Desa, bahwa sulit menyusun juknis imlplementasi bidang pengembangan otonomi daerah dikarenakan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pengembangan otonomi daerah semua mengarah langsung

(44)

kepada pemerintah desa, sedangkan kecamatan kurang difungsikan perannya dalam pengembangan otonomi daerah.

Sedangkan menurut Kepala Bidang Kependudukan pada Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil, bahwa belum tersusunnya juknis imlplementasi kebijakan pendelegasian wewenag bidang pengembangan otonomi daerah dikarenakan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang kependudukan masih belum tetap, artinya urusan kependudukan dikelola oleh pemerintah kabuaten atau kecamatan, hal ini yang sampai sekarang masih mencapai titik temu sehingga terkesan tarik ulur menanggani urusan kependudukan, terutama masalah pelayanan Kartu Tanda Penduduk.

Hal ini, sebenarnya tidak terjadi jika SKPD terkait mengutamakan kemitraan dengan kecamatan, dan memandang kecamatan bagian integral Perangkat Daerah yang merupakan kepanjangan Bupati dan Lembaga Teknis Daerah lainya. Peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah secara umum perlu dirinci secara jelas yang disesuaikan dengan karakteristik daerah. Misalnya dalam bidang kependudukan menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan bahwa rincian urusan akan disentrailisasikan pada Pemerintah Kabupaten atau oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil yang mengatur masalah kependudukan. Jika ini dilaksanakan, seharusnya camat masih diberi kesempatan untuk menjadi fasilitas bagi masyarakat yang akan membutuhkan pelayanana tentang dokumen kependudukan.

Referensi

Dokumen terkait

Keramaian Petilasan Sunana Kalijaga dan Taman Kera dari para peziarah tidak dapat dilepaskan dengan Makam Sunan Gunung Jati dan perayaan Muludan di keraton Kasepuhan,

Proses pengolahan minyak bumi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: penyimpanan minyak mentah, penghilangan garam, distilasi, proses hidrokarbon hingga menjadi produk akhir berupa

Peraturan Daerah Kabupaten Pesawaran Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintah Kabupaten Pesawaran (Lembaran Daerah Kabupaten Pesawarn Tahun 2008 Nomor 01,

Setelah melalui proses enkripsi dengan metode RSA, maka ditampilkan kunci private dan kunci publik yang digunakan bersama dengan hasil enkripsi yang selanjutnya akan

Jika dilihat persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) dan bukan usia produktif (0-14 tahun dan 65 tahun keatas), maka 62,42 persen penduduk Kabupaten Sorong

IBADAH GABUNGAN : Sesuai dengan Program Kerja Majelis Gereja bahwa Setiap Minggu ke-4 dilaksanakan ibadah Gabungan di Gedung Gereja Tiban III, dalam Rangka Pembinaan dan

Mereka sedang bermabok-mabokan hingga melupakan diri, itulah mereka yang berpesta ria, bersantap bersama Sang Prabu dan semua para raja, juga Raja Bardanas dengan kedua

Perubahan sitem pemerintahan pada tahun ini dibuktikan dengan adanya dua kepala pemerintahan didalam kerajaan Gorontalo yang pertama adalah; pengangkatan seorang