• Tidak ada hasil yang ditemukan

a Proses Pengangkutan Tebu

4.7 Kekurangan Model Penjadwalan

Model penjadwalan transportasi angkut tebu dibuat dengan menggunakan metoda heuristik dan menghasilkan efisiensi dan efektifitas yang cukup memuaskan. Namun, model yang dibuat masih memiliki beberapa kekurangan, terutama pada saat implementasi sistem, yaitu :

1. Hasil dari pengujian model menunjukan bahwa terdapat beberapa kebun dengan sisa tebu

kurang dari 60 kuintal namun jumlah tebu tersebut masih diangkut oleh truk. Hal ini tidak sesuai dengan kapasitas dari truk yang seharusnya dapat mengangkut tebu secara optimum, yaitu 60 kuintal. Sehingga jumlah truk yang dihasilkan oleh program tidak maksimal.

2. Model ini masih bersifat statis, sehingga jika ada gangguan dalam sistem pengangkutan, model ini tidak dapat memberikan solusi.

3. Jarak dari kebun menuju pabrik yang digunakan untuk model ini tidak variatif atau tidak terlalu mendekati kondisi aktual dari kebun. Dalam artian, pembagian jarak menjadi lima radius tidak terlalu mewakili jarak sesungguhnya dari setiap kebun, sehingga penggunaan jarak menjadi tidak terlalu tepat

4. Waktu yang digunakan untuk melakukan penjadwalan transportasi angkut dengan

menggunakan program ini relatif lama.

5. Program tidak dapat menghasilkan suatu penjadwalan tranportasi untuk mengangkut tebu

lebih dari jumlah tebu yang berada di rencana tebang. Berbeda data aktual yang diberikan oleh perusahaan dimana terdapat beberapa realisasi tebang dengan jumlah angkut tebu yang lebih besar dibandingkan dengan rencana tebang.

6. Program menghasilkan suatu output penjadwalan dimana setiap jumlah sisa tebu yang terdapat di kebun mulai dihitung ketika truk telah selesai melakukan unloading di pabrik. Hal ini memberikan suatu potensi idle untuk tebu di kebun karena jumlah truk akan dialokasikan ketika sisa setiap tebu selesai dihitung sisanya ketika truk selesai melakukan unloadin, tidak pada saat tersebut selesai mengangkut tebu di kebun tersebut.

V.

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi model penjadwalan transportasi angkut tebu, yaitu jarak dari kebun menuju pabrik, waktu tempuh yang merupakan jumlah dari waktu antrian, waktu perjalanan, dan waktu memuat tebu di kebun, kapasitas dari truk, batas waktu angkut, dan jumlah kendaraan angkut yang digunakan.

Analisis antrian dilakukan untuk mengetahui waktu antrian yang akan digunakan sebagai salah satu variabel waktu yang berpengaruh terhadap hasil penjadwalan. Berdasarkan hasil analisis antrian yang telah dilakukan di stasiun A dan stasiun B, dihasilkan suatu model antrian yang digambarkan dengan notasi Kendall. Berdasarkan notasi Kendall, didapatkan model antrian yang terjadi di stasiun bongkar A mengikuti model antrian M:M:1:FCFS:F, dengan M yang mewakili tingkat kedatangan dan tingkat pelayanan di stasiun bongkar A mengikuti distribusi Poisson, jumlah stasiun pelayanan di stasiun bongkar A adalah satu (1), disiplin antrian mengikuti First come First Serve dimana truk yang datang lebih dulu akan dilayani lebih dulu pula, dan jumlah populasi antrian finite (F) atau terbatas. Jumlah populasi antrian di stasiun A terbatas karena stasiun tersebut lokasinya berdekatan dengan stasiun penimbangan, sehingga populasi truk yang mengantri di stasiun A harus dibatasi agar tidak menghalangi truk yang akan masuk ke dalam stasiun bongkar B setelah selesai melalui stasiun penimbangan. Waktu antrian (Wq) truk di stasiun A adalah sebesar 58 menit danwaktu didalam sistem(Ws) sebesar 68 menit.

Waktu antrian merupakan lamanya truk mengantri di stasiun bongkar A tersebut dan waktu di dalam system merupakan waktu yang digunakan oleh truk untuk mengantri sampai selesainya truk tersebut dibongkar muatannya.

Stasiun bongkar B yang memiliki nilai dari tingkat kedatangan dan tingkat pelayanan yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai dari tingkat kedatangan dan tingkat pelayanan di stasiun A. Model antrian yang terjadi di stasiun B mengikuti M:M:1:FCFS:I, dengan M yang mewakili tingkat kedatangan dan tingkat pelayanan di stasiun bongkar A mengikuti distribusi Poisson, jumlah stasiun pelayanan di stasiun bongkar A adalah satu (1), disiplin antrian mengikuti First come First Serve dimana truk yang datang lebih dulu akan dilayani lebih dulu pula, dan jumlah populasi antrian infinite (I). Jumlah populasi di stasiun bongkar B berbeda dengan jumlah populasi yang terdapat di staisun bongkar A yang memiliki jumlah populasi terbatas atau finite, hal ini disebabkan karena stasiun B memiliki lahan untuk truk yang mengantri lebih luas dan panjang dibandingkan dengan dengan stasiun bongkar A, sehingga jumlah truk yang dapat masuk atau mengantri di stasiun B tidak terbatas jumlahnya. Waktu truk mengantri di stasiun bongkar B (Wq) adalah sebesar 48 menit danwaktu truk tersebut mengantri sampai dengan selesainya

proses bongkar tebu atau waktu di dalam sistem(Ws) sebesar 60 menit.

Implementasi sistem dilakukan melalui desain interface sistem dan programming untuk model penjadwalan transportasi. Untuk mengetahui apakah hasil dari programming sesuai dengan harapan atau tidak, dilakukan pengujian model penjadwalan dengan menghitung efisiensi, rata – rata waktu tunggu tebu dan rata – rata waktu penugasan truk selama proses pengangkutan berlangsung, tercapai tidaknya rencana penebangan dan pengangkutan tebu, dan jumlah truk yang dihasilkan oleh model penjadwalan yang sudah dibuat. Berdasarkan hasil implementasi sistem, diketahui bahwa model penjadwalan angkut

tebu yang digunakan untuk sistem transportasi lebih baik dibandingkan dengan sistem transportasi yang telah berjalan di perusahaan. Efisiensi tercapai dimana terdapat empat hari dari enam hari waktu penebangan tebu dengan menggunakan model penjadwalan dimana setiap truk dapat mengangkut lebih banyak tebu dibandingkan dengan jumlah tebu yang dapat diangkut setiap truk dengan kondisi aktual pada tanggal 25, 27, 29, dan 31 Mei, yaitu sebesar 114,19%, 102,8%, 104,1%, dan 113,26%.

Rata – rata waktu penugasan truk dan rata – rata waktu tunggu tebu dihitung untuk mengetahui berapa lama waktu tunggu tebu dan apakan setiap truk yang dialokasikan pada saat pengangkutan tebu berlangsung melebihi batas waktu pengangkutan (20.00/menit ke-840) serta apakah tebu yang direncanakan untuk diangkut dapat tercapai apabila dilihat dari segi waktu pengangkutan. Rata- rata waktu penugasan truk yang didapatkan melalui pengujian model penjadwalan memberikan hasil bahwa setiap truk yang dialokasikan untuk mengangkut tebu dapat menyelesaikan pengangkutan tebu sebelum batas waktu pengangkutan. Total waktu tunggu tebu dihitung dengan menjumlahkan waktu tunggu tebu sebeum diangkut, waktu memuat tebu, waktu pengangkutan tebu menuju pabrik dan waktu mengantri di stasiun bongkar tebu. Dari hasil perhitungan didapat bahwa ahwa rata - rata waktu tunggu tebu dengan menggunakan model penjadwalan yaitu 157 menit. Waktu tunggu hasil model penjadwala tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan waktu tunggu tebu aktual, yaitu sebesar 178 menit. Hal ini menunjukan bahwa dengan menggunakan model penjadwalan yang telha dibuatm tebu dapat di angkut lebih cepat, sehingga waktu tunggu tebu tersebut akan menjadi leibh sedikit, dan secara tidak langsung akan menunda kerusakan tebu karena tebu tersebut dapat digiling lebih cepat.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Implementasi sistem sebaiknya dilakukan dengan lebih efektif dan efisien, sehingga waktu yang digunakan untuk menghasilkan suatu penjadwalan transportasi tidak terlalu lama.

2. Model penjadwalan dapat dikembangkan dengan mempertimbangkan kondisi dari kebun

dan perusahaan yang belum digunakan dan skenario – skenario yang mungkin terjadi selama proses transportasi berjalan, seperti kondisi dimana terjadi kemungkinan kerusakan truk dan sebagainya.

3. Penggunaan jarak real yang lebih akurat untuk setiap kebun atau penambahan radius jarak,sehingga range jarak antara kebun dan pabrik tidak terlalu besar dan hasil dari penjadwalan transportasi dapat lebih akurat dan efektif.

Dokumen terkait