• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS STRUKTURASI KEKUASAAN DALAM DRAMA

2.2 Kelas

Kelas merupakan sebuah individu (aktor atau agen) yang menempati posisi atau kedudukan yang sama (Martono, 2012: 34).

2.2.1 Kelas Dominan

Kelas dominan menampilkan individu yang mampu mengakumulasi berbagai modal dan secara jelas mampu membedakan dirinya dengan orang lain untuk menunjukkan identitasnya (Martono, 2012: 35-36).

Pada naskah Persimpangan di bagian babak I, kelas dominan ditunjukkan dalam adegan perdebatan antara tokoh B dan C yang berusaha untuk mengukuhkah pendapat mereka masing-masing mengenai kebenaran arah surga.

B: Tidak! Tidak goyah, tetapi berubah. Berubah tidak berarti goyah! Surga itu ke sana. Papan itu salah!

C: Tidak! Papan itu benar. Lihat, saya menunjuk dengan tangan kanan ke arah kanan juga!

B: Tanganku yang kanan juga menunjuk arah kanan. Dan aku yakin, arah surga itu ke sana! Kebenaranku tak dapat ditawar-tawar!

C: Aku tidak menawar kebenaranmu, melainkan aku menentang kebenaran yang tidak benar, kebenaran yang salah!

B: Eh! Itu berarti kau menentang kebenaranku, menentang aku?

Berarti kau menentang setiap pemakai kebenaran ini? Berarti pula kau adalah pengacau, pengkhianat, pemberontak laknat yang harus ditindas, harus dimusnahkan!

C: Tidak! Kaulah yang menentang kebenaranku! Kaulah yang menghalang-halangi dan menentang setiap pemakai kebenaran ini, itu sama artinya kamu pengacau, pengkhianat, pemberontak laknat yang harus ditindas, dimusnahkan!

Pada dialog perdebatan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh B dan tokoh C saling memperdebatkan arah surga dan kebenaran yang mereka yakini. Tampak bahwa tokoh B dan C ingin saling mendominasi identitas mereka melalui

kebenaran akan arah surga. Pendapat mengenai kebenaran yang mereka lontarkan, seakan-akan menjadi acuan untuk memperlihatkan identitas keberadaan mereka.

Kemudian pada babak II, tokoh utama atau tokoh A mulai menunjukkan keberadaan dirinya dengan mencerca ungkapan-ungkapan tokoh lain.

A: Yang benar orang yakin itu harus bertanya pada orang bingung.

Sebab orang bingung itu artinya menemukan persoalan, menghadapi persoalan. Ia hidup! Sedang orang yang tidak bingung, seperti kau, kau,kau, dan kau adalah orang yang tidak menghadapi masalah lagi. Kalian hanya menghanyutkan diri pada kepercayaan, keyakinan dengan aman dan tenteram, tanpa pikiran, tanpa masalah, tanpa hidup lagi. Sebenarnyalah kalian itu meyakini suatu kebingungan! Pikiran-pikiran, prasangka-prasangka, tujuan-tujuan semu, harapan-harapan kabur, semua itu adalah wujud kebingungan-kebingungan yang disamarkan ke dalam keyakinan!

Camkan!

Pada dialog tersebut, terlihat bahwa tokoh A mencoba untuk menjelaskan bahwa setiap orang yang ada di persimpangan itu mengalami kebingunan walaupun ditutupi oleh kebenaran-kebenaran yang mereka anut. Tokoh A mencoba mendominasi dengan mengungkapkan bahwa tokoh lain sebenarnya mengalami kebingungan layaknya tokoh A, sebab mereka selalu berprasangka mengenai arah surga seperti yang dilakukan tokoh A.

2.2.2 Kelas Borjuasi Kecil

Kelas borjuasi kecil merupakan kaum yang memiliki keinginan untuk menaiki tangga sosial, akan tetapi mereka menempati kelas menengah dalam struktur masyarakat (Martono, 2012: 35-36).

Pada babak II, tokoh yang mencoba untuk menunjukkan eksistensinya walaupun berada dalam posisi menengah adalah tokoh D. Dalam naskah, tokoh D diceritakan sebagai pemimpin perjalanan segerombolan orang yang ingin menuju

ke surga. Akan tetapi, keberadaannya selalu ingin berada di atas sebagai pemimpin. Tokoh D sebagai pemimpin mencoba untuk berdialog dengan tokoh A untuk menunjukkan keberadaan dirinya serta kelompoknya.

D: (Membunyikan peluitnya) Tenang, tenang! Demi ketertiban dan keamanan semua harap tenang. Akan kutanyai dia. Saudara bingung?

A: Iya. Dan sebab itu aku menghentikan langkah saudara-saudara, kare…

D: Stop! Cukup! Kami sudah tahu apa yang akan saudara katakan.

Nah, Kami merasa terpanggil untuk menolong saudara.

A: Loh, memgapa?

D: Maaaa! Pinter! Itu memang pertanyaan yang bagus. Tapi sayang tidak kami perlukan. Bukan mengapanya yang penting.

A: Ya, Allah! Saya ini harus bertanya pada saudara?

D: Tentu! Dengan sendirinya! Otomatis! Sebab saudara adalah orang bingung, sedang kami manusia-manusia yakin! Orang bingung harus bertanya pada orang yakin agar ikut menikmati keyakinan.

Pada dialog tersebut sangat terlihat bahwa tokoh D berusaha mendominasi tokoh A. Tokoh D berusaha menjatuhkan tokoh A untuk meyakinkan kelompoknya. Kemudian tokoh D mencoba menguatkan keyakinan kelompoknya.

D: Ya, jelas bohong dia! Saya tegaskan sekali lagi, setelah melihat ini, melihat ini, melihat itu, menimbang sana, menimbang sini, kami memutuskan dia bohong! Dan demi persatuan ini harus diterima dengan suka rela! Nah, saudara-saudara, jawab ke mana tujuan kita semua?

SMA: Ke surgaaaaa!

D: Surga itu letaknya di mana?

SMA: Jaaaaauuuuh!

D: Jalan mana yang harus kita tempuh?

SMA: Jalan kebenaran!

D: Kebenaran itu arahnya mana, saudara?

SMA: Arah kanaaan!

D: Nah, bagaimana saudara bingung? Lihatlah, kami punya keyakinan yang teguh dan pasti bukan?

Terlihat pada dialog tersebut bahwa tokoh D tetap mencoba untuk meyakinkan kelompoknya. Tokoh D merasa terusik dengan kehadiran tokoh A di persimpangan tersebut. Sehingga tooh D ingin menjatuhkan keyakinan tokoh A.

2.2.3 Kelas Populer

Kelas populer adalah mereka yang cenderung menerima dominasi kelas dominan, mereka cenderung menerima apa saja yang “dipaksakan” kelas dominan kepadanya (Martono, 2012: 35-36).

Pada babak II, tokoh selain tokoh A dan D adalah tokoh yang ada dalam gerombolan. Mereka adalah tokoh-tokoh yang mudah terombang-ambing karena hanya mengikuti perkataan pemimpin mereka yaitu tokoh D. Mereka terus mempertanyakan perihal arah tujuan mereka ke surga dan mengikuti arahan tokoh D.

D: Tenang! Tenang! Semua saja tenang! Dengar, kita akan berhenti setelah sampai di tujuan.

K: Tujuan? Itu tujuan siapa, bung?

D: Tujuan kita bersama tentu! Surga kebahagiaan!

L: Betul, saya setuju!

M: Lalu kapan kita sampai di sana?

N: Ya, kira-kira saja kapan?

D: Kalau kita terus berjalan, kita akan sampai di sana. Percayalah!

E: Jadi kita harus jalan terus?

D: Iya! Kiuta harus jalan terus!

F: Jalan terus, terus, terus terus? Waduh!

G: Oh, ya, jadi setelah terus, terus, terus, terus… lalu berhenti?

D: Pasti! Kita berhenti setelah sampai tujuan.

H: Lalu kapan sampainya di tujuan?

D: Setelah kita jalan terus, tentu saja!

Pada dialog tersebut tampak bahwa tokoh D mencoba menjawab semua pertanyaan tokoh lain atas kebingungan mereka. Tokoh lain pun seakan

menyetujui ungkapan tokoh D. Kemudian tokoh D juga berusaha meyakinkan tokoh lain agar tidak terjadi perpecahan pendapat di antara mereka.

Pembahasan mengenai kelas sangat menunjukkan peran tiap-tiap tokoh yang ada di persimpangan. Walaupun tidak semua tokoh dijelaskan, tetapi perwakilan dari tokoh-tokoh yang dominan cukup mewakili penjabaran dari peran tokoh-tokoh di persimpangan itu.

Dokumen terkait