• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut UUPA, Hak Pakai (HP) adalah hak

Skema 3.1 Kelembagaan P2BPK

Dalam melaksanaan Program P2BPK, pemerintah pusat didu- kung oleh pemerintah daerah serta BUMN/BUMD, sektor swasta, sektor kelompok masyarakat koperasi, dan individu. Penggerak P2BPK me- miliki beberapa fungsi, diantaranya fungsi katalis pembangunan dan pengendalian oleh sektor pemerintah, fungsi konsultan pembangunan oleh sektor swasta, serta fungsi kader pembangunan oleh sektor ma- syarakat.

Dalam menjalankan program P2BPK tersebut, mekanisme yang harus dijalankan antara lain adalah:

Pembiayaan program P2BPK dilakukan melalui bank BTN. Pokok pelaksana berada pada tingkat Kabupaten/kota dengan pemberian kredit Triguna (end financing), yang memuat 3 paket kredit sekaligus, yaitu kredit untuk membeli tanah, kredit untuk membangun rumah, serta kredit untuk income generation (jika masih ada sisa). Skim Kredit Triguna disediakan BTN dengan pagu maksimum sesuai pembiayaan yang disediakan untuk RS/RSS. Program ini telah berjalan dibeberapa daerah, di antaranya:

Tabel 3.3 Program Kredit Triguna No Kantor Cabang BTN Nama Kelom- pok Akad Kredit Jum- lah (Unit) Lama (Tahun) Progres (Tahun) 1 Palem- bang KUD Tunas Sawitri 16 Januari 1996 50 15 100 Koperasi Pedatuan 07 Agustus 1995 27 13,4 100 2 Makassar Koperasi Mitra Mas 2 Juni 1997 120 15 100

3 Bandung KOPEDI 7 Juli 1994 116 20 93,87 KOWAPER- AK 5 September 1994 160 15 61 4 Jakarta Kunin- gan Kop. Eko Damai Mandiri 24 April 1994 181 15 100 KOPERSUP 29 Desem- ber 1992 156 20 100 KOPRA 15 Juni 1996 200 15 40 Kop. PKGC 10 Septem- ber 1997 100 15 100

5 Bekasi KUD Mina Singaper- bangsa

15 Januari 1997

250 15 50

6 Solo Kop. Tekad LPTP I 11 April 1994 74 15 100 Kop. Tekad LPTP II 12 Juli 1996 110 15 100 Mojoson- go Berseri I 8 Juli 1999 51 15 100

Mojoson- go Berseri II 24 Juni 2000 37 15 100 7 Denpas- ar/Mata- ram KPSRR 18 April 1996 64 20 100 KOPAJALI Mataram 13 Mei 1997 45 20 100 Total 1.741

Sumber: PJM 2000­2004 (Review 2002), Ditjen Perkim, Depkimpraswil, 2002

Target dari keseluruhan program untuk memperoleh keamanan bermukim adalah tersedianya rumah yang layak dan terjangkau, yaitu rumah sosial/rumah singgah dan rumah sewa untuk masyarakat miskin, serta rumah subsidi untuk MBR. Selain program-program yang telah dipaparkan sebelumnya, adapula intervensi lain yang dapat dilakukan pemerintah, swasta, dan asosiasi yang terlibat dalam masalah perumah an dan permukiman. Intervensi yang perlu dilakukan pemerintah anta- ra lain memberikan subsidi perolehan rumah, memberi insentif perpa- jakan, memudahkan perizinan penjaminan asuransi, memberi stimilus untuk pembangunan rumah swadaya, dan memaksimalkan tekonologi bahan bangunan.

Pemerintah seharusnya menyediakan rumah singgah atau rumah susun sewa bagi mereka mengingat MBR masih berpenghasilan walau- pun rendah. Berbeda dengan perlindungan sosial bagi fakir miskin, ke- mampuan ekonomi kelompok masyarakat ini sudah pada tahap sama sekali tidak berpenghasilan sehingga yang dibutuhkan adalah hunian gratis. Pemerintah perlu melancarkan manuver-manuver inovatif terse- but agar tujuan dapat tercapai.

Prasarana

Jaminan perlindungan bermukim juga tidak dapat dilepaskan dari prasarana sebagai pelengkap permukiman. Hal tersebut terkait dengan prasarana adalah kelengkapan dasar yang dibutuhkan agar pe- rumahan dan permukiman dapat berfungsi secara maksimal. Penyedi- aan kelengkapan tersebut menjadi bagian dari perlindungan kepada masyarakat untuk dapat hidup dengan layak.

Prasarana memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan jangka pendek menciptakan lapangan kerja sek- tor konstruksi dan jangka menengah dan panjang akan mendukung pe ningkatan efisiensi dan produktivitas sektor-sektor terkait. Prasa- rana sepertinya menjadi jawaban dari kebutuhan negara-negara yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan membantu penanggulang an kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendu- kung tumbuhnya pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta merendahkan biaya aktivitas investor dalam dan luar negeri; Menyadari pentingnya prasarana tersebut dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan aktivitas masyarakat maka penyediaannya khususnya terkait permukiman menjadi salah satu hak bermukim.

Adapun beberapa jenis prasarana perumahan dan permuki- man meliputi penyediaan air bersih, pengelolaan sanitasi dan limbah, pengelolaan sampah, transportasi publik, jaringan drainase, sistem penerang an/jaringan listrik. Dalam upaya penyediaan tersebut, pemer- intah telah melakukan beberapa program antara lain Program Pemban- gunan Sanitasi Permukiman (PPSP), Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), dan sebagainya.

Pemerintah Indonesia melalui Program Percepatan Pembangun- an Sanitasi Permukiman (PPSP) mempunyai 3 target yang harus dicapai pada tahun 2014, yaitu:

Stop BAB sembarangan, baik di perkotaan maupun di perde- saan

Pengurangan timbulan sampah dari sumbernya dan pena- nganan sampah yang berwawasan lingkungan

Pengurangan genangan di sejumlah kota dan kawasan

Beberapa langkah strategis yang akan dilakukan oleh Pemerin- tah Indonesia untuk mencapai target tersebut dilaksanakan melalui Program PPSP (tahun 2010-2014) dengan sasaran:

Penambahan layanan jaringan air limbah terpusat sampai dengan 5% dari jumlah penduduk perkotaan (5 juta pen- duduk, 16 kota) dan pembangunan Sanimas di 226 kota pri- oritas

Pelaksanaan praktik 3R untuk mengurangi timbulan sampah sebesar 20% dan perbaikan manajemen pelayanan persam- pahan di 240 kota prioritas.

Pelaksanaan Program PPSP ini ditargetkan pada kota-kota met- ropolitan, besar, dan sedang; kota-kota yang merupakan ibukota provinsi, kota-kota yang berstatus otonom, serta kawasan perkotaan di wilayah kabupaten/kota yang kondisi sanitasinya rawan. Diharapkan pada akhir tahun 2014, 330 kab/kota telah mempunyai Strategi Sanitasi dan 160 kab/kota di antaranya telah mulai melaksanakan pembangu- nan fisiknya.

Pamsimas merupakan kelanjutan dari kegiatan sebelumnya, yaitu Water Supply and Sanitation for Low Income Communities Pro­ ject  (WSLIC). Lokasi kegiatan ditetapkan berdasarkan empat kriteria, yaitu termasuk desa miskin, rendahnya ketersediaan air minum dan sanitasi, tingginya kejadian penyakit terkait air, dan belum menerima bantuan sejenis dalam dua tahun terakhir. Pemerintah menargetkan 15 provinsi, 110 kabupaten/kota, dan 4466 desa/kelurahan untuk proyek ini termasuk program replikasi 506 desa. Dengan demikian, Pamsimas diharapkan mampu mencakup 4.466 desa dari 36.000 desa tertinggal yang memiliki keterbatasan terhadap sarana air minum dan sanitasi.

Tujuan Pamsimas secara umum adalah meningkatkan akses pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan

dan daerah pinggiran kota (periurban) serta menerapkan praktik hidup bersih dan sehat dengan membangun model penyediaan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat yang berkelan- jutan dan mampu diadaptasi oleh masyarakat. Program ini akan men- jadi model untuk direplikasi, diperluas (scalling up) dan diarusutamakan (mainstreaming) di daerah lain, dalam upaya mencapai target MDGs.

Dokumen terkait