• Tidak ada hasil yang ditemukan

SECARA

SISTEMATIK

Penetapan lokasi pendaftaran tanah secara sistematik oleh Menteri atas usulan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertana- han Nasional. Pemerintah diwajibkan melakukan kegiatan pendaftaran terhadap seluruh bidang tanah di wilayah Indonesia dalam suatu rangkaian kegiatan secara berurut- an menjadi satu kesatuan rangkaian yang bermuara pada tersedianya data yang diperlukan dalam rangka menjamin kepastian hukum di bidang pertanahan.

Penyiapan peta pendaftaran berupa peta dasar yang ber- bentuk peta garis atau peta foto serta biaya pendaftaran dibiayai dari anggaran pemerintah swadaya. Pendaftaran peta perlu menyiapkan peralatan yang diperlukan, seperti peta garis atau peta foto. Peta tersebut sebagai gambaran umum kondisi tanah yang didaftarkan.

Pembentukan panitia ajudikasi dan satuan tugas. Proses pendaftaran tanah dilakukan oleh panitia ajudikasi maupun sporadik inisiatif pemilik tanah sendiri di kantor pertanahan. a. Penyelesaian permohonan yang ada pada saat mu-

lainya pendaftaran tanah secara sistematik. Dengan didaftarkannya tanah secara sistematik maka ma- syarakat akan memperoleh kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah. Pendaftaran tanah akan menghasilkan sertifikat tanah yang diberikan kepada pemilik tanah.

b. Penyuluhan mengenai akan adanya pendaftaran se- cara sistematik. Sebelum adanya persyaratan pendaf- taran pertanahan perlu adanya penyuluhan kepada masyarakat, sehingga masyarakat mengerti prosedur pelaksanaan administratif.

c. Pengukuran tanah, sangat diperlukan untuk me- metakan batas-batas pemilikan tanah baik perorang- an maupun perusahaan dan tanah negara. Selain itu

juga merupakan bank data yang meliputi informasi tata guna lahan dan sumber daya alam. Pengukuran digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan. d. Pengumpulan data fisik dan data yuridis. Data fisik

dan yuridis yang telah terkumpul dalam lembaga per- tanahan dapat sebagai informasi pertanahan yang dapat diakses oleh publik. Akan tetapi, pembatasan dilakukan untuk keperluan pelaksanaan tugas instan- si pemerintah.

e. Pengumpulan dan pengolahan data fisik meliputi: i) Pengukuran dan pemetaan, ii) Pembuatan peta dasar pendaftaran, iii) Penetapan batas-batas bidang tanah, iv) Pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran, v) Pembuatan daf- tar tanah, dan vi) Pembuatan surat ukur (Pasal 14 PP No. 24 Tahun 1997).

f. Dalam kegiatan pengumpulan data yuridis diadakan perbedaan antara pembuktian hak-hak baru dan hak- hak lama. Hak-hak baru adalah hak-hak yang baru diberikan atau diciptakan sejak mulai berlakunya PP No. 24 Tahun 1997. Sedangkan hak-hak lama adalah hak-hak atas tanah yang berasal dari konversi hak- hak yang ada pada waktu mulai berlakunya UUPA dan hak-hak yang ada pada waktu mulai berlakunya UUPA dan hak-hak yang belum didaftar menurut PP No. 10 Tahun 1961.

g. Pengumuman data fisik dan data yuridis di kantor aju- dikasi/desa/kelurahan selama 30 hari. Updating data fisik dan yuridis dilakukan hingga skala kelurahan/ desa untuk menjamin inventarisasi tanah.

h. Penegasan konversi, pengakuan hak, dan pemberian hak. Setelah tahapan inventarisasi, maka dilanjutkan dengan pemberian status akan tanah tersebut.

i. Pembukuan hak. Hasil inventarisasi hak berdasarkan pengolahan data fisik, yuridis, dan juga hasil pengu- kuran. Hak tersebut perlu dibukukan untuk sebagai kelayakan inventarisasi. Pembukuan tersebut juga di- gunakan dalam rujukan sertifikat.

j. Penerbitan sertifikat. Kelegalan pertanahan memer- lukan bukti otentik yang dimiliki oleh masyarakat. Se- tiap pemilik tanah harus memiliki bukti status tanah sehingga tanah tersebut dapat dikatakan legal.

k. Penyerahan hasil kerja. Seluruh tahapan dalam pendaftaran tanah perlu didokumentasikan sebagai proses monitoring dan evaluasi.

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi:

Pada pendaftaran tanah secara sporadis menurut Pasal 73 s/d 93 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional kegiatan yang dilakukan an- tara lain 1) Permohonan pendaftaran tanah secara spora- dis oleh pemohon, 2) Pengukuran, 3) Pengumpulan dan penelitian data yuridis bidang tanah, 4) Pengumpulan data yuridis dan data fisik serta pengesahannya, 5) Peng- umuman data fisik dan data yuridis serta pengesahannya selama 60 hari, 6) Penegasan konversi pengakuan hak, 7) Pembukuan hak, dan 8) Penerbitan sertifikat.

PENDAFTARAN TANAH SECARA SPORADIS

Berikut ini adalah penjelasan pasal 23 untuk keperluan pendaf- taran:

a. Hak atas tanah barum data yuridisnya dibuktikan dengan:

Penetapan pemberian hak dari pejabat yang ber- wenang memberikan hak yang bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku, apabila pembe- rian hak tersebut berasal dari tanah negara atau hak pengelolaan, yang diberikan secara individu- al, kolektif, ataupun secara umum;

Asli akta PPAT yang memuat pemberian hak terse- but oleh pemegang Hak Milik kepada penerima hak yang bersangkutan; apabila mengenai Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas tanah Hak Mi- lik;

b. Hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian hak pengelolaan oleh pejabat yang ber- wenang;

c. Tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf; ditinjau dari sudut objeknya pembukuan tanah wakaf

merupakan pendaftaran untuk pertama kali, meski- pun bidang tanah yang bersangkutan sebelumnya sudah didaftar sebagai tanah Hak Milik;

d. Hak Millik atas Satuan Rumah Susun dibuktikan de- ngan akta pemisahan, pembukuannya merupakan pendaftaran untuk pertama kali, walau hak atas ta- nah tempat bangunan gedung rumah susun yang bersangkutan berdiri sudah terdaftar;

e. Pemberian Hak Tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian Hak Tanggungan. Untuk pembuktian hak- hak atas tanah yang sudah ada dan berasal dari kon- versi hak-hak lama data yuridisnya dibuktikan dengan

alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti tertulis, keterangan saksi, dan atau pernyataan yang bersangkutan dengan kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi/Kepala Kantor Pertanahan dianggap cukup sebagai dasar mendaftar hak, pemegang hak, dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.

Demikian ditetapkan dalam Pasal 24 ayat (1) di atas dapat berupa:

a Grosse Akta Eigendom yang diterbitkan berdasarkan Over­ schrijvings Ordonnantie (Staatblad 1834-27), yang telah dibubuhi catatan, bahwa hak eigendom yang bersangku- tan dikonversi menjadi hak milik, atau

b Grosse Akta Eigendom yang diterbitkan berdasarkan Over­ schrijvings Ordonnantie (Staatblad 1834-27), sejak ber- lakunya UUPA sampai tanggal pendaftaran tanah dilak- sanakan menurut PP Nomor 10 Tahun 1961 di daerah yang bersangkutan, atau

c Surat tanda bukti Hak Milik yang diterbitkan berdasarkan peraturan Swapraja yang bersangkutan, atau

d Sertifikat Hak Milik yang diterbitkan berdasarkan Per- aturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1959, atau

e Surat Keputusan Pemberian Hak Milik dari pejabat yang berwenang, baik sebelum atau sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang disebut didalamnya, atau

f Akta pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan yang disaksikan oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini, atau

g Akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya belum dibukukan, atau

h Akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan Peraturan Pemerintah No- mor 28 Tahun 1977, atau

i Risalah Lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang ber- wenang, yang tanahnya belum dibukukan, atau

j Surat penunjukan atau pembelian kavling tanah peng- ganti tanah yang diambil oleh pemerintah atau Pemerin- tah Daerah, atau

k Petuk pajak bumi/landrete, girik, pipil, kekitir, dan Verponding

Indonesia sebelum berlakunya PP Nomor 10 Tahun 1961, atau

l Surat Keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, atau

m Lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 6, dan Pasal 7 ketentuan-ketentuan konversi dalam UUPA.

Pemilik sertifikat tanah sebagai pemegang hak milik atas tanah

tidak dapat diganggu gugat oleh pihak lain. Apalagi setelah usia serti- fikat tersebut lebih dari lima tahun. Penegasan tersebut sesuai dengan Pasal 32 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997, yaitu sertifikat meru- pakan tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya sepan- jang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada

Pemilik sertifikat tanah sebagai pemegang hak

Dokumen terkait