• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keluarga Berencana

Dalam dokumen ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (Halaman 68-76)

KEPENDUDUKAN, KESEJAHTERAAN IBU - ANAK & KELUARGA BERENCANA

D. Keluarga Berencana

1. Sejarah & Organisasi Program Kependudukkan / Keluarga Berencana di Indonesia.

Sesuai undang - undang RI Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukkan dan pembangunan keluarga sejahtera yang dimaksud dengan :

a. Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peranserta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

b. Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) adalah suatu nilai yang sesuai dengan nilai - nilai agama dan sosial budaya yang membudaya dalam diri pribadi, keluarga dan masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan sejahtera

dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

Prakarsa untuk melaksanakan kegiatan KB di Indonesia dimulai pada tahun 1953 oleh sekelompok kecil masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan, khususnya dari kalangan kesehatan, di Jakarta. Kelompok itu berkembang dan pada tahun 1957 berdirilah perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Dalam kegiatan PKBI ditunjang oleh Departemen Kesehatan dengan menyediakan Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak (BKIA) serta tenaga kesehatan sebagai sarana pelayanan KB.

Pada tahun 1967 Presiden Suharto bersama dengan pimpinan - pimpinan dunia lainnya, menanda tangani Deklarasi Kependudukkan Dunia. Sebagai tindak lanjut penandatanganan ini maka pada tahun 1968 dibentuk sebuah lembaga semi pemerintah yang dinamakan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Lembaga ini pada tahun 1970 ditingkatkan menjadi sebuah badan pemerintah penuh, bernama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Selanjutnya badan inilah yang diserahi dan bertanggung jawab mengelola program kependudukan dan keluarga berencana di Indonesia.

BKKBN adalah suatu badan yang non Departemental, dan langsung bertanggung jawab kepada presiden.

2. Tujuan dan Kegiatan Program Keluarga Berencana

Program keluarga berencana di Indonesia mempunyai dua tujuan yaitu :

a. Tercapainya kondisi Penduduk Tanpa Pertumbuhan (PTP). Untuk mencapai tujuan tersebut maka Total Fertility Rate (TFR) harus diturunkan menjadi sekitar 2,0 yang berarti bahwa rata - rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang wanita usia subur di Indonesia adalah sekitar 2,0.

b. Membudayakan Norma Keluarga Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)

Untuk itu berbagai upaya dilaksanakan agar supaya NKKBS menjadi pola hidup bangsa Indonesia, dalam rangka mendukung keberhasilan program pembangunan manusia seutuhnya serta pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas dilaksanakan kegiatan - kegiatan sebagai berikut :

a. Perluasan jangkauan

Yaitu usaha untuk mengajak peserta KB baru sebanyak - banyaknya, serta mengembangkan lembaga ilmu baru yang diharapkan dapat turut serta mengelola program. Di sini tercermin juga usaha untuk memperluas dan meratakan program KB ke seluruh pelosok tanah air.

b. Pembinaan

Yaitu usaha untuk lebih memantapkan penerimaan gagasan Keluarga Berencana secara lestari, baik dalam keikutsertaan sebagai akseptor KB maupun dalam keikutsertaan mengelola program.

c. Pelembagaan - pembudayaan

Yaitu usaha untuk meningkatkan diterimanya NKKBS yang membudaya. Di sini termasuk pula usaha untuk meningkatkan peranan masyarakat dan aparatur pemerintah dalam berperan serta mengelola program kependudukkan / Keluarga Berencana secara mantap.

3. Hubungan Keluarga Berencana dengan Masalah lainnya. Hubungan antara pelaksanaan program Keluarga Berencana dengan masalah - masalah lainnya di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Keluarga

Kesehatan ibu sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga. Dilain pihak kesehatan ibu dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain umur ibu waktu melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak yang dimiliki serta jarak antara tiap kelahiran.

Dengan melaksanakan KB semua hal yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu tersebut dapat diprogram, karena kontrasepsi dapat dipergunakan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan bahkan menghentikan sama sekali kesuburan.

Dengan melaksanakan KB, resiko kematian bagi kelompok ibu dengan resiko tinggi (high risk group) dapat dihindari. Yang termasuk kelompok ibu dengan resiko tinggi adalah ibu yang hamil pada usia dibawah 20 ataupun diatas 35 tahun, ibu hamil yang pernah melahirkan lebih dari 3 kali, dan ibu hamil yang menderita penyakit menahun, misalnya penyakit paru, jantung dan ginjal. Dalam hal ini, yang dianjurkan adalah kehamilan terjadi pada usia ibu antara 20 - 30 tahun, jarak kelahiran sekitar 3 tahun dan paling banyak hanya 2 anak. Dengan pola keluarga kecil maka kesejahteraan keluarga akan lebih dapat ditingkatkan sehingga seluruh keluarga mengalami kebahagian.

b. Keluarga Berencana dan Pembangunan Nasional

Tujuan akhir dari pembangunan adalah kesejahteraan penduduk. Karenanya pembangunan nasional harus disertai perencanaan penduduk yang terjadi serasi dengan penyediaan pangan, sandang, perumahan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, lapangan kerja dan segala kebutuhan penduduk lainnya.

c. Keluarga Berencana dan Derajat Kaum Wanita

Pandangan kuno yang terdapat dalam masyarakat Indonesia menyatakan bahwa fungsi utama wanita adalah melahirkan dan mengurus anak serta seluruh anggota keluarga. Demikian juga wanita tidak mempuyai hak untuk menentukan kapan dia mau hamil dan berapa jumlah anak yang dia lahirkan.

Dalam hal seperti tersebut di atas, Keluarga Berencana merupakan jalan utama untuk meningkatkan derajat kaum wanita. Dengan pengaturan kehamilan, seorang ibu dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mempertahankan kemudaannya serta membina karier dalam pekerjaannya, sehingga dengan demikian emansipasi seperti yang dicita - citakan oleh Ibu Kartini dapat benar - benar diwujudkan.

d. Keluarga Berencana dan Agama.

Agama memegang peranan penting dalam menentukan sikap hidup manusia. Karena itu juga besar sekali pengaruhnya terhadap gagasan Keluarga Berencana untuk dapat diterima dan dilaksanakan oleh keluarga - keluarga dengan penuh rasa kesadaran.

Semua agama yang ada di Indonesia (Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha) pada prinsipnya menerima gagasan Keluarga Berencana, meskipun terdapat perbedaan pandangan tentang metode pelaksanaan ataupun alat - alat yang boleh dan yang tidak boleh dalam Keluarga Berencana tersebut.

4. Metoda - Metoda Keluarga Berencana

Metoda dan alat - alat yang dapat dipergunakan dalam melaksanakan keluarga Berencana adalah sebagai berikut :

a. Pantang Berkala

Di sebut juga Istibra berkala ataupun Sistem Kalender, yaitu tidak melakukan hubungan seksual pada saat ibu dalam keadaan subur.

b. Metoda Sederhana

Metoda Sederhana adalah mencegah terjadinya pertemuan antara sel jantan dan sel telur (pembuahan) dengan menggunakan penghalang. Penghalang itu dapat berupa penghalang mekanis seperti misalnya kondom dan diafragma, dapat juga berupa penghalang kimiawi (spermacida) yaitu : vagina tablet, jelly, tissue KB dan cairan berbusa (foam). c. Membuat Seorang Ibu Seakan - akan Dalam Keadaan Hamil

Ke dalam tubuh ibu dimasukkan hormon yang dapat mencegah lepasnya sel telur dari indung telur. Bentuknya dapat berupa pil KB (diminum tiap hari), Suntikkan KB (diulang tiap tiga bulan) dan Implant Norplant/ Susuk KB (diulang tiap lima tahun).

d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim yang disebut juga Intra Uterine Device (IUD), adalah alat kontrasepsi yang diletakkan di dalam rahim untuk mencegah terjadinya pembuahan dan nidasi (penempelan sel telur yang sudah di buahi pada dinding rahim).

Alat kontrasepsi dalam rahim, yang biasanya disebut spiral, merupakan suatu alat yang dibuat dari plastik halus berukuran kecil. Ada yang berbentuk spiral (Lippes Loop), seperti huruf T (Coper T) dan seperti kipas (Multi Load).

e. Metode Sterilisasi

Metoda sterilisasi bersifat permanen, karenanya disebut juga Kontrasepsi Mantap. Pada wanita disebut juga Kontrasepsi Mantap Wanita, Medis Operatif Wanita / MOW atau

Tubectomi, dan pada laki - laki disebut Kontrasepsi Mantap Pria / MOP atau vasectomi, keduanya dilaksanakan dengan cara operasi.

Pada Tubectomi kedua saluran telur (Tuba Fallopi) dipotong kemudian kedua ujung - ujungnya diikat, sehingga telur dari ovarium tidak dapat mencapai rongga rahim dan dengan demikian tidak akan terjadi pembuahan.

Vasectomi dilaksanakan dengan memotong saluran sperma (Vas Deferens), sehingga dengan demikian mani tidak mengandung sperma dan tidak dapat terjadi pembuahan.

5. Keluarga Berencana Mandiri

Sasaran dari program KB adalah pasangan usia subur (PUS). Pasangan usia subur yang menggunakan kontrasepsi (alat atau obat untuk mencegah terjadinya pembuahan) disebut Akseptor.

Dalam program KB diadakan kegiatan pembinaan terhadap akseptor yang bertujuan agar para akseptor setelah pertama kali memakai alat kontrasepsi akan terus memakainya sampai habis masa usia suburnya. Seorang akseptor yang aktif secara terus - menerus dalam jangka waktu minimal 5 tahun, disebut akseptor Lestari. Di samping itu terdapat juga yang disebut Akseptor Mental, yaitu orang - orang yang mendukung pelaksanaan NKKBS, khususnya generasi muda yang menunda pernikahan.

Dengan telah membudayanya perencanaan keluarga dalam masyarakat, dewasa ini sedang dikembangkan gerakan yang disebut KB Mandiri, yaitu pelaksanaan KB dimana kebutuhan akan alat - alat dan pelayanan sepenuhnya menjadi tanggungan akseptor dengan subsidi pemerintah, khususnya dalam pengadaan alat dan obat kontrasepsi.

Untuk itu dalam tahun 1987 dicanangkan pelayanan KB

4 jenis kontrasepsi (AKDR), Pil KB, Suntikan KB dan Kondom), melalui Dokter dan Bidan Praktek swasta serta Apotik.

Dalam tahun 1992 pelayanan LIBI diperluas dengan memperkenalkan LIMAS (Lingkaran Emas, di mana dipasarkan 6 jenis kontrasepsi (AKDR, Pil KB, Suntikan KB, Kondom, Implant Norplant dan Tissue KB), yang penjualannya dilakukan oleh pihak swasta.

6. Peranan Tenaga Farmasi Dalam Program KB

Bersama - sama dengan petugas - petugas lainnya yang menangani pelaksanaan program KB, petugas - petugas farmasi mempunyai peranan sebagai berikut :

a. Berperan serta aktif dalam penyediaan pengedaran alat - alat dan obat - obat kontrasepsi.

Peran serta ini diperlukan terutama dalam menunjang pelaksanaan KB Mandiri Lingkaran Biru (LIBI) dan Lingkaran Emas (LIMAS).

b. Berperan serta secara aktif dalam penyuluhan

Penyuluhan kesehatan dilaksanakan oleh semua petugas kesehatan secara terpadu / terintegrasi dalam tugasnya masing - masing. Dalam hal ini petugas - petugas farmasi juga berkewajiban memberikan penyuluhan, khususnya dalam rangka membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

BAB VI

Dalam dokumen ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (Halaman 68-76)

Dokumen terkait