• Tidak ada hasil yang ditemukan

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ILMU KESEHATAN MASYARAKAT"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Jilid II ( untuk kelas II )

Cetakan Kedua

Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001

KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI

Departemen Kesehatan RI

Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan

Sumber Daya Manusia Kesehatan

Pusdiknakes

2004

375. 615 1 Ind i

(2)

i ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Jilid II ( untuk kelas II) Cetakan Kedua

Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001

KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI

Tim Penyusun : 1. Didik Sarudji, M.Sc. 2. Syaiful Anwar, S.KM 3. Drs. Imam Suparni, B.Sc. 4. Drs. Sri Marhaendra Datta Tim Pembahas / Editor :

1. H.M. Mustamir Ibnu Hajar 2. Drs. Seno Soetopo, Apt. 3. Drs. Moh. Hikmat, Apt. 4. Susanti Sofas, S.Si., Apt.

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan petunjukNya, buku pegangan untuk siswa Sekolah Menengah Farmasi telah dapat disusun kembali. Penyusunan kembali ini disesuaikan dengan kurikulum baru yakni Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001.

Kami sangat menghargai usaha Tim Penyusun buku pegangan ini yang dikoordinir oleh Sekretariat Bersama Sekolah Menengah

Farmasi Se Indonesia dan telah melibatkan seluruh unsur SMF Se Indonesia.

Kami harapkan buku ini sangat bermanfaat bagi siswa / peserta didik, guru / tenaga pendidik di sekolah dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilannya, selanjutnya dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang farmasi khususnya dan dibidang kesehatan umumnya.

Akhirnya untuk penyempurnaan cetakan selanjutnya kami harapkan adanya saran perbaikan dan kritik dari semua pembaca.

(4)

iii

PENGANTAR DARI SEKBER

Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang farmasi telah diikuti dengan perombakan kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 1987 dengan kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001. Dalam kurikulum baru ini telah diperjelas kompetensi seorang Asisten Apoteker berdampingan dengan peran tenaga farmasi lainnya.

Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat II ini disusun kembali untuk disesuaikan dengan Garis – Garis Besar Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001 disertai dengan harapan akan menjadi buku pegangan yang sangat bermanfaat bagi siswa Sekolah Menengah Farmasi..

Perlu kita sadari bahwa buku ini adalah buku pegangan bagi murid dalam menerima pelajaran, dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga beberapa referensi lainnya sehingga diharapkan para guru dapat memperbaiki kesalahan – kesalahan seperti kesalahan redaksional atau kesalahan cetak. Untuk itu kami sangat mengharapkan masukan – masukan untuk penyempurnaan buku ini.

Kami sangat berterima kasih kepada Tim Penyusun, Tim Pembahas dan Editor yang telah bekerja keras sehingga buku ini dapat terbit pada waktunya.

(5)

DAFTAR ISI

Hal.

Kata Pengantar ii

Pengantar Dari Sekber iii

Daftar Isi iv

BAB I : EPIDEMIOLOGI A. Pengertian

B. Manfaat Epidemiologi C. Riwayat Perjalanan Penyakit D. Rantai Penularan Penyakit

1 2 2 5 BAB II : PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR A. Pendahuluan

B. Pembagian Penyakit Menular

C. Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984 D. Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan

Penyakit menular

E. Penyakit Menular yang Dilaporkan

F. Kegiatan – Kegiatan Dalam Pemberantasan Penyakit Menular

G. Penyebab Penyakit dan Penanggulangannya H. Beberapa Jenis Parasit dan penyakit Yang

Ditimbulkannya 16 17 18 20 21 22 23 31

BAB III : PENGAWASAN OBAT, MAKANAN DAN ALKES

A. Tujuan dan Sasaran B. Masalah Yang Dihadapi

C. Upaya / Kebijakan Yang Dilakukan

39 40 41

(6)

BAB IV : HYGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA (HYPERKES)

A. Pengertian

B. Tujuan dan Usaha Yang Dilakukan

C. Penyakit Akibat Kerja dan Faktor Penyebabnya

43 43 43 BAB V : KEPENDUDUKAN, KIA DAN KB

A. Kependudukan

B. Permasalahan Kependudukan di Indonesia C. Kesehatan Ibu dan Anak

D. Keluarga Berencana

46 57 60 62 BAB VI : STATISTIKA KESEHATAN

A. Pendahuluan B. Kegunaan Statistik C. Jenis Statistik

D. Langkah – Langkah Penyusunan Statistik E. Vital Statistik 70 71 71 73 77 BAB VII : MASYARAKAT

A. Pendahuluan

B. Strata Kemasyarakatan dan Mobilitas Sosial C. Tata Nilai Masyarakat / Pranata Sosial D. Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan

80 81 85 88 BAB VIII : KEBUTUHAN KELOMPOK

A. Kelompok – Kelompok Sosial B. Ciri – Ciri Kelompok Sosial C. Bentuk – Bentuk Kelompok Sosial D. Dinamika Kelompok Sosial

E. Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Individu F. Interaksi Sosial 91 95 96 97 100 101

(7)

BAB I

EPIDEMIOLOGI

A. Pengertian

Epidemiologi berasal dari bahasa latin , epos atau epi yang berarti pada, demos atau demi yang berarti banyak orang dan logos atau logi yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah epidemilogi adalah ilmu yang mempelajari hal yang menimpa orang atau masyarakat. Dalam hubungan dengan penyakit, khususnya penyakit menular, epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari frekuensi dan penyebaran penyakit menular pada sekelompok manusia serta faktor – faktor yang mempengaruhinya.

Dengan adanya pengertian bahwa penyakit menular itu bukan merupakan satu – satunya masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh sekelompok manusia atau masyarakat, dalam pengertian modern epidemiologi saat ini diartikan sebagai ilmu yang mempelajari frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor – faktor yang mempengaruhinya.

Dengan pengertian modern ini maka ruang lingkup epidemiologi menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada masalah penyakit menular saja melainkan meliputi juga penyakit tidak menular serta masalah – masalah kesehatan lainnya. Akan tetapi meskipun demikian , titik berat perhatian epidemiologi tetap ditujukan pada masalah – masalah penyakit, karena berbagai masalah kesehatan diluar penyakit itu hanya mempunyai arti bila ada hubungannya dengan penyakit.

(8)

B. Manfaat Epidemiologi

Dalam rangka penanggulangan masalah kesehatan khususnya penyakit menular, secara umum manfaat epidemiologi adalah : 1. Dapat menerangkan sebab – sebab timbulnya peristiwa

penyakit serta perkembangan alamiahnya.

Sebagai contoh, dari penyelidikan epidemiologis yang dilaksanakan diperoleh kesimpulan bahwa ledakan penyakit DHF terjadi akibat meningkatnya populasi nyamuk Aides aegypti sebagai vektornya, yang terjadi pada setiap permulaan musim hujan.

2. Dapat memberikan data yang diperlukan untuk menyusun rencana – rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.

Contoh, dengan diketahuinya pola penyebaran penyakit DHF seperti tersebut di atas, maka dapat disusun program yang sebaik – baiknya untuk melaksanakan pencegahan dan pemberantasannya.

3. Dapat memberikan data untuk menilai / mengevaluasi kegiatan – kegiatan yang sedang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari penyelidikan epidemiologi dapat dimanfaatkan untuk mengadakan evaluasi apakah kegiatan–kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit itu sudah benar dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

C. Riwayat Perjalanan Penyakit

Ada tiga faktor yang berperan pada setiap kejadian penyakit, yaitu :

1. Manusia sebagai tuan rumah ( host ) 2. Penyebab / hama penyakit ( agent )

3. Lingkungan yang mempengaruhi ( enviroment )

Ketiga faktor itu mempunyai hubungan yang bersifat majemuk dan kompleks, karena ketiga – tiganya mempunyai sifat yang sewaktu –

(9)

waktu dapat berubah dan juga karena hubungan ini bersifat timbal balik.

Dalam gambaran yang sederhana, hubungan antara ketiga faktor tersebut di atas adalah sebagai berikut :

1. Orang berada dalam keadaan sehat, berarti ketiga faktor itu dalam keadaan seimbang.

2. Orang menderita sakit apabila daya tahannya sebagai host menurun.

3. Orang menderita sakit apabila kemampuan hama penyakit meningkat.

4. Orang menderita sakit karena lingkungan berubah ke arah yang merugikan host (negatif).

1

TT HH LL

Sehat : ketiga faktor dalam keadaan seimbang 2 T HH LL

Sakit : daya tahan host menurun 3 TT HHH LL Sakit : kemampuan hama penyakit meningkat 4 TT HH L Sakit : lingkungan berubah menjadi negatif

(10)

Serangan penyakit akan menimbulkan sejumlah gejala pada tubuh host. Dengan mengikuti proses timbul dan naik-turunnya gejala – gejala itu dapat kita peroleh gambaran dari riwayat alamiah perjalan penyakit (natural history of disease), dari penyakit yang bersangkutan.

Riwayat alamiah perjalan penyakit dapat dibedakan atas 4 tahap, yaitu :

1. Tahap infeksi, adalah suatu tahapan dimana hama penyakit (agent) sudah masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) tetapi gejala – gejala penyakit ini belum tampak. Tahap inkubasi yang disebut juga masa tunas, untuk beberapa jenis penyakit, lamanya berbeda – beda. Sebagai contoh, penyakit kolera mempunyai masa tunas beberapa jam sampai lima hari.

2. Tahap penyakit dini, yaitu tahap dimana gejala – gejala penyakit mulai tampak. Disini tuan rumah sudah sakit tetapi sifatnya masih ringan sehingga masih dapat menjalankan aktifitas sehari – hari dan apabila berobat juga cukup dengan berobat jalan.

3. Tahap penyakit lanjut, pada tahap ini penyakit bertambah hebat, sehingga tuan rumah tidak dapat lagi beraktifitas secara normal, dan jika berobat juga sudah memerlukan perawatan. 4. Tahap akhir penyakit, yaitu tahapan dimana perjalanan penyakit

ini dapat berupa 5 macam keadaan, yaitu :

a. Sembuh sempurna, artinya penyakit berakhir dan bentuk maupun fungsi tubuh tuan rumah kembali seperti keadaan sebelum sakit.

b. Sembuh dengan cacat, disini penyakit berakhir tetapi tuan rumah mengalami cacat. Cacat ini dapat berbentuk cacat mikroskopik, cacat fisik, cacat fungsional, cacat mental ataupun cacat sosial.

c. Karier / carrier, berati perjalanan penyakit berhenti, tetapi tubuh tuan rumah tetap mengandung hama penyakit yang

(11)

bersangkutan, yang sewaktu – waktu dapat menimbulkan sakit lagi serta dapat menulari orang – orang yang ada disekitarnya.

d. Kronis, disini perjalanan penyakit tampaknya berhenti tetapi sebetulnya tuan rumah tersebut belum sembuh. Gejala – gejala penyakitnya tidak bertambah berat juga tidak bertambah ringan, disebut juga menahun.

e. Meninggal dunia, perjalanan penyakit terhenti, tetapi keadaan ini merupakan hal yang tidak dikehendaki oleh setiap tindakan kedokteran.

D. Rantai Penularan Penyakit

Bagian terbesar penyakit adalah penyakit infeksi, yaitu penyakit yang disebabkan masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh manusia. Secara garis besar penyakit infeksi dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

1. Penyakit infeksi yang menular 2. Penyakit infeksi yang tidak menular

Penyakit menular adalah penyakit yang secara alamiah dapat berpindah dari seeorang kepada orang lain. Penularan terjadi akibat pindahnya hama penyakit dari satu penderita kepada calon penderita, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Beberapa penyakit juga dapat menular dari hewan kepada manusia, seperti misalnya rabies (dari anjing), anthrax (dari ternak), dan pes (dari tikus). Penyakit yang mempunyai sifat demikian disebut zoonosa.

Penularan suatu penyakit tidak terjadi begitu saja melainkan memerlukan adanya hal –hal atau syarat – syarat tertentu yang biasa disebut sebagai rantai penularan penyakit. Rantai penularan penyakit adalah rangkaian sejumlah faktor yang memungkinkan proses penularan suatu penyakit dapat berlangsung.

(12)

Faktor yang merupakan mata rantai itu ada 6, yaitu : 1. Adanya sumber penularan

2. Adanya hama penyakit 3. Adanya pintu keluar 4. Adanya cara penularan 5. Adanya pintu masuk 6. Adanya kerentanan

1. Sumber Penularan

Sumber penularan atau sumber infeksi adalah tempat dimana hama penyakit hidup dan berkembang biak secara alamiah. Dari sumber infeksi inilah kemudian penyakit itu menular kepada orang lain.

Sumber penularan penyakit dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu :

a. Manusia ( Human Reservoir ) Human reservoir dapat berupa :

1. Orang sakit dengan gejala – gejala yang jelas (kasus klinis)

2. Orang sakit dengan gejala – gejala yang tidak jelas (kasus sub klinis)

3. Karier, yaitu orang yang tidak sakit tetapi tubuhnya mengandung dan mengeluarkan hama penyakit.

Sumber penularan itu mengandung hama penyakit pada berbagai bagian tubuhnya, misalnya dalam darah, paru – paru, hati dan sebagainya. Juga dalam berbagai produk yang dikeluarkannya, misalnya ingus, ludah, dahak (sputum), urine, faeces, nanah , cairan luka dan lain – lain, yang sewaktu – waktu dengan cara tertentu dapat menular kepada orang lain.

(13)

b. Hewan ( Animal Reservoir )

Beberapa jenis hewan dapat menjadi sumber penularan beberapa macam penyakit, seperti misalnya lembu dan biri- biri (penyakit anthrax), anjing (penyakit rabies), tikus (penyakit pes) dan babi (cacing pita).

c. Lain – Lain Sumber Penularan

Sumber penularan lain misalnya tanah dan udara. Di tanah terdapat berbagai bibit penyakit seperti misalnya spora dari basil tetanus (Clostridium tetani), telur dari cacing – cacing (cacing ankylostoma, ascaris dan lain – lain), yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Di uadar bebas berterbangan bermacam – macam mikro organisme yang juga dapat menimbulkan penyakit – penyakit seperti streptococcus, staphylococcus dan lain – lain.

2. Hama Penyakit

Yang dimaksud dengan hama penyakit adalah mikro organisme yang merupakan penyebab penyakit pada tuan rumah. Hama penyakit dapat dibedakan atas 4 golongan sebagai berikut, yaitu a. Golongan hewan

1. Protozoa, contohnya Amoeba dysentri, Trypanosoma gambiense, Plasmodium malariae

2. Cacing – cacing, misalnya Filaria bancrofti, Ancylostoma duodenale, Taenia solium.

3. Serangga, contohnya Saarcoptes scabii penyebab penyakit scabies.

b. Golongan tumbuh – tumbuhan.

1. Bakteri, misalnya bermacam – macam coccus, basil dan spirillium.

2. Jamur, contohnya Ptyriasis versicolor penyebab penyakit panu.

(14)

d. Golongan Rickettsia, misalnya Rickettsia rickettsi penyebab penyakit thypus bercak wabahi.

Hama penyakit ini hidup dalam tubuh tuan rumahnya sebagai parasit. Mereka menimbulkan kerusakan pada sel – sel jaringan tubuh yang ditempatinya, baik secara langsung maupun melalui toksin (racun) yang dihasilkannya.

Disamping yang berisfat patogen sejati (obligat parasit), terdapat juga hama penyakit yang bersifat patogen fakultatif (fakultatif parasit oportunis) seperti misalnya Clostridium tetani dan Staphylococcus aureus. Clostridium tetani yang sporanya banyak terdapat di tanah, debu dan benda – benda yang kotor hanya akan menimbulkan penyakit tetanus apabila secara kebetulan masuk ke dalam luka pada kulit. Staphylococcus aure s yang banyak terdapat di udara bebas, baru akan menimbulkan penyakit (radang) apa bila secara kebetulan sampai pada luka kulit.

3. Pintu Keluar

Pintu keluar adalah jalan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu keluar / dikeluarkan dari tubuh tuan rumah. Beberapa jenis penyakit infeksi memiliki pintu keluar yang berbeda – beda.

Pintu keluar dapat berupa : a. Alat Pernafasan

Yaitu hidung dan mulut, pada waktu penderita bernafas, berbicara, batuk, bersin, mengesang dan atau mendahak. Ini terjadi misalnya pada penyakit TBC paru, influensa dan difteria.

(15)

b. Alat Pencernaan Makanan

Dalam hal ini adalah mulut dan anus pada waktu penderita muntah dan atau berak, misalnya pada penyakit kolera. Pada penyakit dysentri dan thypus perut yang tidak memiliki gejala khas muntah, hama penyakit dikeluarkan hanya melalui anus bersama faeces. Pada penyakit kolera hama penyakit dikeluarkan juga melalui urine penderita.

c. Alat Kencing dan Kelamin

Ini terjadi pada beberapa jenis penyakit kelamin, misalnya gonorhoea, syphilis, AIDS dan lain – lainnya.

d. Luka pada Kulit

Luka pada kulit dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu: 1. Luka akibat terjadinya infeksi dan radang pada kulit

(misalnya luka pada penyakit syphylis).

2. Luka akibat gigitan binatang (misalnya gigitan nyamuk, kutu atau pinjal).

3. Luka yang dibuat dengan sengaja (misalnya luka bekas suntikan).

Pada luka (ulcus) akibat penyakit syphilis atau penyakit framboesia hama penyakit dikeluarkan bersama cairan luka (exudat). Melalui gigitan nyamuk, kutu dan pinjal dapat terisap keluar hama penyakit yang ada dalam darah penderita, misalnya pada penyakit malaria, typhus bercak pes. Melalui jarum suntik hama beberapa jenis penyakit dapat juga terbawa keluar, seperti misalnya pada penyakit hepatitis infectiosa dan AIDS.

4. Cara – Cara Penularan

Yang dimaksud dengan cara penularan penyakit adalah proses – proses yang dialami oleh hama penyakit tersebut sehingga dapat masuk ke dalam tubuh calon penderita. Masing – masing

(16)

penyakit menular mempunyai cara penularan yang khas, yang satu berbeda dengan yang lain.

Cara – cara penularan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Melalui hubungan orang dengan orang (personal contact) Personal contact dapat dibedakan atas 5 cara, yaitu : (1) Kontak fisik, contohnya penularan penyakit syphilis

melalui hubungan seksual.

(2) Melalui tangan yang terkontaminasi, ini dapat terjadi misalnya pada penyakit kolera, seseorang yang tangannya terkontaminasi dengan produk si penderita, kemudian makan tanpa terlebih dahulu membersihkan tangannya.

(3) Melalui benda – benda yang terkontaminasi .

Benda – benda bekas dipergunakan oleh penderita dapat menjadi sarana penularan , seperti misalnya saputangan, handuk, piring, sendok, gelas dan sebagainya, karena benda – benda tersebut telah terkontaminasi dengan produk dari penderita yang sudah barang tentu penuh dengan hama penyakit. (4) Melalui titik ludah (Droplet Infection)

Ini dapat terjadi misalnya pada penyakit TBC paru dan Influensa. Pada saat penderita bersin, batuk atau berbicara, secara tidak disadari akan disemprotkan butir – butir yang amat halus dariludah dan ingusnya ke udara. Penularan akan terjadi apabila butir – butir ludah atau ingus yang mengandung hama penyakit itu terisap oleh orang lain pada saat bernafas.

(5) Melalui udara (Air Borne Infection)

Butir – butir ludah dan ingus seperti tersebut di atas mempunyai ukuran / diameter bermacam – macama.

(17)

Butir – butir yang sangat halus akan terus melayang – layang di udara, sedangkan butir – butir yang cukup besar akan turun dan mengendap di tanah. Butir – butir yang melayang di udara apabila mengering akan meninggalkan inti yang berisi hama penyakit, yang disebut droplet nuclei, sedangkan butir – butir yang jatuh di tanah apabila mengering akan membentuk debu yang penuh dengan hama penyakit juga. Dengan perantaraan udara / angin baik itu droplet nuclei maupun debu yang terkontaminasi itu akan dapat tersebar sampai jauh, dan akan dapat menimbulkan penularan pada orang banyak melalui pernafasan. b. Melaui Air ( Water Borne Infection )

Air dapat menjadi sarana penularan beberapa macam penyakit, misalnya kolera, typhus, parathyphus, dysentri, radang hati menular,lumpuh kanak – kanak dan penyabit karena cacing. Penularan umumnya terjadi akibat orang mengkonsumsi air yang telah tercemar oleh faeces manusia, tanpa direbus atau diproses terlebih dahulu (faecal-oral infection).

c. Melalui Makanan (Food Borne Infection)

Penyakit – penyakit seperti yang telah disebutkan di atas juga dapat menular dengan perantara makanan. Penularan dapat terjadi karena :

 Makanan telah tercemar dengan hama penyakit akibat diproses oleh orang yang sedang menderita sakit atupun carrier dari penyakit tersebut.

 Makanan tercemar oleh hama penyakit tersebut dengan perantaraan lalat.

 Bahan makanan yang dimakan mentah tidak dicuci terlebih dahulu dengan sempurna sebelum dikonsumsi, padahal sebelumnya telah disiram air sungai / kali dan sebagainya.

(18)

Susu sapi dapat juga menjadi sasaran penularan penyakit – penyakit tersebut, misalnya karena diproses oleh karyawan yang sedang sakit ataupun carrier. Disamping penyakit – penyakit yang telah disebutkan di atas, melalui susu sapi dapat juga ditularkan penyakit dari sapi yang bersangkutan, yaitu penyakit Tuberculosis bovinum dan Brucellosis. Itulah sebabnya maka susu sapi harus terlebih dahulu di pasteurisasi sebelum dikonsumsi.

d. Melalui Serangga (Insect Borne Infection = Arthropod Borne Infection)

Beberapa jenis serangga dapat menjadi vektor beberapa macam penyakit seperti di bawah ini :

Jenis Serangga Nama Penyakit Penyebab Penyakit

Lalat rumah Kolera Vibrio cholerae

Typhus perut Salmonella typhosa Dysentri basili Shigella dysentriae Dysentri amoeba Entamoeba

hystolytica Hepatitis infectiosa Virus Hepatitis

Infectio

Poliomyelitis ant. acuta Virus Poliomyelitis ant. act.

Nyamuk Malaria Plasmodium

malariae sp. Nyamuk Aides aegypti Dengue Haemorrhagic Fever Virus DHF

Demam kuning Virus demam kuning Nyamuk Culex

fatigan

Elephantiasis Cacing Filaria sp. Kutu manusia Relapsing fever Spirochaeta

(19)

e. Melalui Alat – Alat Kedokteran Yang Tidak Steril

Beberapa jenis alat kedokteran misalnya jarum suntik, jarum tranfusi, jarum vaksinasi dan sebagainya dapat juga menjadi perantara penularan beberapa jenis penyakit. Penularan terjadi misalnya karena jarum bekas menyuntik orang lain, tanpa terlenih dahulu disterilkan. Penyakit – penyakit yang dapat menular dengan cara demikian misalnya penyakit hepatitis infectiosa dan AIDS.

Untuk menghindarkan terjadinya penularan penyakit dengan cara demikian, dewasa ini telah banyak digunakan disposable syringe atau disposable needela, yaitu jarum suntik dan pengisapnya yang sekali pakai harus dibuang.

5. Pintu Masuk

Yang dimaksud dengan pintu masuk adalah bagian – bagian badan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu masuk ke dalam tubuh calon penderita. Disebut juga pintu infeksi. Pintu masuk itu umumnya sama dengan pintu keluar, yaitu ;

a. Alat Pernafasan

Yaitu hidung dan mulut, misalnya pada penyakit TBC paru, influensa dan difteria.

b. Alat Pencernaan Makanan

Yaitu mulut, misalnya pada penyakit kolera, dysentri dan thypus perut

c. Alat Kencing dan Kelamin

Misalnya pada penularan penyakit gonorhoea, syphilis dan AIDS

d. Luka pada Kulit

Dapat berupa luka pada gigitan hewan / serangga, misalnya pada penularan penyakit malaria, DHF dan pes.

(20)

Atau luka buatan misalnya bekas suntikan, pada penularan penyakit Hepatitis infectiosa dan AIDS.

6. Kerentanan

Kerentana adalah kesediaan dari tubuh calon tuan rumah untuk menjadi sakit. Tanpa adanya kerentanan maka calon tuan rumah tersebut akanb tetap sehat meskipun mendapat penularan hama penyakit.

Dalam kenyataan hidup sehari – hari meskipun kita dikelilingi dan diserang oleh hama penyakit yang tidak terhitung jumlahnya, kita tidak selalu jatuh sakit. Hal ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan tubuh yang dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu : pertahanan tubuh umum dan pertahanan tubuh khusus yang pembagian selengkapnya adalah sebagai berikut : Pertahanan Tubuh Umum :

1. Pertahanan tingkat pertama : - kulit yang utuh

- mukosa yang utuh - kuku

- rambut - bulu hidung - ekskresi tubuh

2. Pertahanan tingkat kedua : - tonsil

- hati - limpa

- kelenjar lymphe Pertahanan Tubuh Khusus : 1. Yang bersifat seluler :

- antibodi - leukositosis - pagositosis

(21)

2. Yang berifat hormonal :

(a) Bawaan yaitu konstitusi tubuh dan genetik tubuh (b) Didapat :

1. Bersifat aktif

Buatan : immunisasi Alamiah : sembuh dari sakit 2. Bersifat pasif :

Buatan : pemberian serum Alamiah : diperoleh dari ibu

Seseorang yang memiliki sistem pertahanan tubuh sempurna, baik yang umum maupun yang khusus, akan sehat karena tubuhnya mampu mengalahkan semua hama penyakit yang menyerangnya.

(22)

BAB II

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

A. Pendahuluan

Wabah atau kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. Kejadian in mempunyai makna sosial atau politik tersendiri, karena peristiwanya sering sangat mendadak, mengenai banyak orang, dan dapat menimbulkan kematian yang tinggi. Pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan dalam menanggulangi wabah atau KLB. Karena itu dibutuhkan satu cara tersendiri dalam catatan dan laporan sehingga keputusan dan tindakan dapat segera diambil.

Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Kejadian luar biasa dalah kejadian kesakitan / kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian, kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.

Kriteria KLB :

Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi criteria sebagai berikut :

1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada / tidak dikenal.

2. Peningkatan kejadian penyakit / kematian terus menerus selama tiga kurun waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya. 3. Peningkatan kejadian penyakit / kematian dua kali atau lebih

(23)

4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata – rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

5. Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata – rata perbulan dari tahun sebelumnya.

6. Beberapa penyakit khu sus, yaitu Cholera, DHF / DSS :

- Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)

- Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

7. Beberapa penyakit yang dialami satu atau lebih penderita, seperti keracunan makanan d+an keracunan pestisida.

B. Pembagian Penyakit Menular

Dilihat dari sifat gejala serta sifat penyebarannya, penyakit menular dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Penyakit yang bersifat kronis endemis 2. Penyakit yang bersifat akut epidemis 1. Penyakit kronis endemis

Adalah penyakit menular yang gejala – gejalanya datang secara pelan – pelan, demikian frekwensinya dalam masyarakat relatif tetap dalam waktu yang lama. Yang termasuk kedalam golongan ini adalah malaria, TBC, kusta, trachoma, dysentri, gonorrhoe, syphilis. Penyakit – penyakit tersebut masih banyak terdapat di kalangan masyarakat Indonesia.

(24)

2. Penyakit akut epidemis

Adalah penyakit menular yang gejala –gejalanya datang secara mendadak dan keras, juga penyebarannya berlangsung dengan cepat, seringkali berupa wabah (epidemi). Beberapa penyakit dari golongan ini termasuk yang disebut penyakit wabah.

C. Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984

Menurut UU No. 6 / 1962 yang diperbaharui dengan UU No.4 / 1984 tentang wabah penyakit menular, yang termasuk penyakit wabah adalah :

1. Penyakit Karantina, yang terdiri dari : a. Pes (Plague)

b. Kolera (Cholera) c. cacar (Smallpox)

d. Demam Kuning (Yellow Fever)

e. Demam Balik – Balik (Relapsing Fever)

f. Typhus Bercak Wabahi (Typhus Exanthematicus Epidemika)

2. Penyakit Non Karantina :

a. Typhus Perut (Typhus Abdominalis) b. Para Typhus A, B dan C

c. Dysentri Basili (Dysenteria Bacillaris) d. Radang Hati Menular (Hepatitis Infectiosa) e. Para Cholera Eltor

f. Diphteria

g. Kejang Tengkuk (Meningitis Cerebrospinalis Epidemica)

(25)

3. Penyakit – Penyakit Lain Yang Ditetapkan Oleh Menteri Kesehatan, seperti Morbili, Varicella, Rabies dan Anthrax. Penyakit Karantina adalah penyakit menular yang sesuai dengan International sanitary Regulation (ISR) dari WHO, yang pencegahan dan pemberantasannya dilaksanakan secara internasional.

Karantina artinya pembatasan kebebasan / penahanan seseorang yang diduga telah mendapat penularan suatu penyakit Karantina selama masa inkubasi dari penyakit karantina yang diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia benar – benar menderita penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasakan, dan bila setelah masa inkubasi tersebut ia tetap sehat, ia akan dibebaskan.

Panjangnya masa inkubasi bagi masing – masing penyakit karantina sesuai ketentuan dari ISR adalah :

 Pes : 6 hari

 Kolera : 5 hari

 Cacar : 14 hari

 Demam Kuning : 6 hari

 Demam Balik – Balik : 8 hari

 Typhus Bercak Wabahi : 14 hari

Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina, ISR juga memuat kententuan – ketentuan yang diwajibkan semua negara yang menjadi anggota WHO untuk : 1. Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit

karantina di negara masing – masing.

2. Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan – tindakan yang dilakukan untuk menolak masuknya dan mencegah keluarnya penyakit – penyakit karantina melalui segala alat perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut, pesawat udara, kereta api, bus dan lain – lain.

(26)

Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, di Indonesia telah dikeluarkan 2 undang – undang yaitu :

1. Undang – Undang RI No. 1 / 1962, tentang karantina laut. 2. Undang – Undang RI. No. 2 / 1962, tentang karantina udara.

Dalam kedua UU tersebut terdapat pasal yang mewajibkan baik nahkoda maupun pilot, untuk melaporkan kepada Kepala Unit Kesehatan yang terdekat dalam waktu secepatnya,apabila mereka mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit karantina di kapal / pesawatnya.

UU wabah (UU NO. 4 / 1984) juga memuat ketentuan yang menyatakan, bahwa barang siapa yang mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit wabah, wajib melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan atau Kepala Unit Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya.

Dari ketentuan yang tercantum dalam undang – undang inilah maka penyakit – penyakit yang termasuk dalam Kelompok Penyakit Wabah itu disebut juga Notifiable Disease ( penyakit yang wajib dilaporkan ).

D. Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan Penyakit Menular

1. Sporadik, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya relatif berubah – ubah menurut perubahan waktu.

2. Endemi, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya relatif tetap dalam waktu yang lama.

3. Epidemi (Wabah), adalah kejadian dimana suatu penyakit menular frekuensinya sangat meningkat sehingga dalam

(27)

waktu yang singkat meliputi suatu wilayah tertentu dan dapat menimbulkan malapetaka.

4. Pandemi, adalah keadaan dimana suatu penyakit menular frekuensinya menunjukkan peningkatan yang amat tinggi, sehingga dalam waktu singkat meliputi banyak negara.

E. Penyakit Menular Yang Dilaporkan

Penyakit – penyakit menular yang dilaporkan adalah penyakit – penyakit yang memerlukan kewaspadaan ketat, yaitu penyakit – penyakit wabah atau yang berpotensi wabah atau yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).

Penyakit – penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut : 1. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting, antara lain

Pes, Cholera dan Tetanus

2. Penyakit potensi wabah / KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau mempunyai mortalitas tinggi, dan penyakit yang telah masuk program eradikasi / eliminasi dan memerlukan tindakan segera. Contohnya DHF, diare, campak, pertusis, rabies dan poliomyelitis.

3. Penyakit – penyakit potensial wabah / KLB lainnya dan beberapa penyakit penting seperti malaria, frambusia, influenza, anthrax, hepatits, typhus abdominalis, meningitis, keracunan, encephalitis dan tetanus.

4. Penyakit – penyakit menular yang tidak berpotensi menimbulkan wabah dan atau KLB, tetapi diprogramkan ditingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui puskesmas,, kabupaten dan seterusnya secara berjenjang sampai ke tingkat pusat. Penyakit – penyakit tersebut

(28)

meliputi cacing, lepra, tuberculosa, syphilis, gonorhoe, filariasis dan AIDS.

F. Kegiatan – Kegiatan Dalam Pemberantasan Penyakit Menular

Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pemberantasan penmyakit menular baik yang termasuk golongan penyakit wabah maupun tidak dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :

1. Kegiatan yang ditujukan untuk pencegahan :

a. Upaya menemukan kasus ( case finding ), baik secara aktif maupun pasif.

b. Melaksanakan imbunisasi untuk penyakit – penyakit menular tertentu.

c. Upaya pemberantasan vector termasuk tikus,

d. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan : pembuangan faeces, sampah danlimbah serta penyediaan air bersih. e. Pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. 2. Kegiatan yang ditujukan untuk penderita ( case holding ) :

a. Isolasi penderita : diangkut dan dirawat ditempat perawatan khusus ( di puskesmas atau rumah sakit ) b. Upaya pengobatan penderita semenjak dini.

c. Desinfeksi atau pemusnahan produk penderita dan barang – barang yang dapat menjadi sarana penularan.

d. Mengambil dan mengirim bahan / sample untuk diperiksa di laboratorium.

e. Penangan khusus terhadap jenazah akibat wabah ( perawatan, pengangkutan dan pemakamannya )

f. Melaksanakan penyelidikan epidemiologis ( asal / sumber infeksi, cara dan luasnya penularan dan sebagainya )

(29)

g. Upaya surveillance, yaitu pengamatan dalam rangka nemenukan mengobati penderita baru, kontak person dan carrier.

h. Upaya karantina jika kasusnya termasuk penyakit karantina.

3. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan

a. Mencatat semua kasus penyakit menular yang terjadi. b. Menyusun dan mengirimkan laporan kepada instansi

atasannya. Dalam kasus penyakit wabah, laporan berbentuk :

(1) Laporan berkala mingguan (2) Laporan berkala bulanan

(3) Laporan khusus apabila ada kejadian luar biasa atau wabah

(4) Laporan khusus apabila ada kematian akibat penyakit wabah

c. Menyajikan hasil kerja yang telah dicapa dalam bentuk grafik untuk memudahkan pemantauan.

G. Penyebab Penyakit dan Penanggulangannya

1. Kolera ( Cholera )

Kolera termasuk kedalam penyakit karantina.

Penyebab : Cholera asiatica oleh Vibrio cholera (= Vibrio comma) sedangkan Paracholera

eltor oleh Vibrio eltor

Masa inkubasi : Beberapa jam sampai 5 hari. Menurut

undang – undang karantina ditetapkan 5 hari.

Cara penularan : Melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bibit penyakit (faecal

(30)

oral infection )

Gejala – gejalanya : Gejala kolera datang secara mendadak, berupa muntah – muntah dan berak – berak (diare) yang sangat sering. Biasanya gejala muntah – muntah datangnya lebih belakangan darai pada diare. Faecesnya cair keputihan dengan sedikit lendir yang mengambang (seperti air cucian beras). Karena muntah dan diare yang amat sering, penderita akan banyak kehilangan cairan dan elektrolit, yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu 12 jam dari penularan penyakitnya. Besarnya angka kematian 5 % - 75 %.

Bekas penderita akan kebal terhadap kolera untuk beberapa tahun. Dari vaksinasi akan diperoleh kekebalan selama kurang lebih 6 bulan.

Faeces penderita masih mengandung bibit penyakit kolera selama 7 – 14 hari setelah sembuh dari sakit. Bekas penderita dapat menjadi carrier yangs angat berbahay bagi orang lain. Kolrea terdapat endemis di India

Kolrea di Indonesia

Penyakit kolera timbul akibat kesehatan lingkungan yang buruk seperti pembuangan faeces, sampah dan limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Karena penyakit ini akan hilang dengan sendirinya apabila hygiene dan sanitasi lingkungan diperbaiki, seperti ayng terjadi di negara – negara yang sudah maju. Usaha pencegahan dengan vaksinasi saja dianggap kurang memenuhi sasaran.

Pencegahan dan pemberantasan :

(a) Menemukan penderita secara dini dan melaporkan secepat – cepatnya .

(b) Isolasi penderita serta desinfeksi dan atau pemusnahan benda – benda yang dapat menjadi sarana penularan.

(31)

(c) Mengobati penderita secara dini sampai sembuh benar. (d) Penyelidikan epidemiologi dilapangan.

(e) Surveillance untuk menemukan penderita baru dan carrier, untuk diobati sampai sembuh.

(f) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan yang meliputi :

- Penyediaan air bersih yang baik

- Perbaikan system pembuangan faeces, sampah dan limbah.

- Pengawasan pembuatan dan peredaran makanan dan minuman,pasar, rumah makan, rumah potong ternak,perusahaan susu dan lain – lain.

- Upaya pemberantasan lalat.

(g) Upaya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. (h) Pemberian vaksin kolera jika dipandang perlu.

2. Malaria

Penyebab : Plasmodium sp. Dikenal ada 4 spesies, yaitu 1. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika

2. Plsamodium vivax, penyebab malaria tertiana

3. Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana

4. Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale

Masa inkubasi : Antara 12 hari sampai dengan 30 hari

Cara penularan : Dengan perantaraan gigitan nyamuk anopheles sp. Betina, dan di Indonesia dikenal ada lebih kurang 93 spesies Anopheles yang merupakan vektor malaria

(32)

dan yang terpenting diantaranya adalah : 1. Di pantai / laut : Anopheles sundaicus 2. Di sawah : Anopheles aconicus

3. Di pegunungan : Anopheles maculates 4. Di hutan : Anopheles leucosphyrus 5. Di rawa – rawa : Anopheles hyrcanus Gejala – gejalanya : Penderita merasa sakit kepala, lesu diikuti

demam tinggi, seringkali disertai mengigau dan menggigil diakhiri dengan berkeringat banyak. Plasmodium dapat pula menyerang otak, yang menyebabkan malaria cerebralis dengan gejala – gejala radang otak yang lainnya.

Malaria di Indonesia :

Masih merupakan penyakit rakyat nomor satu di Indonesia dan tersebar luas diseluruh kepulauan Indonesia. Malaria ini akan menyebabkan :

 Daya tahan tubuh rendah dan mudah diserang penyakit lain

 Daya kerja menurun sehingga produktivitas menurun  Negara banyak kehilangan jam kerja dan dapat

menghambat kepariwisataan. Usaha pencegahan dan pemberantasan :

(a) Manusia sebagai tuan rumah (host), maka pencapaian dan pemberantasannya dengan jalan pendidikan kesehatan dan pengobatan sampai sembuh.

(b) Plasmodium sebagai penyebab penyakit, maka pencegahan dan pemberantasannya dengan menggunakan obat anti malaria seperti Quinine, Nivaquine, Primaquine dan sebagainya.

(c) Anopheles sebagai vector, maka perlu diusahakan pembasmian terhadap bentuk larvanya dengan

(33)

memelihara ikan pemakan jentik dan terhadap nyamuk sebagai bentuk imagonya dengan menggunakan insektisida.

3. Tuberculosis

Penyebab : BasilMycobacterium tuberculosis (yang ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882).

Masa inkubasi : Antara 4 – 6 minggu

Cara penularan : 1. Melalui pernapasan dengan ludah penderota yang dibuang sembarang tempat dan debu yang mengandung basil TBC.

2. Melalui susu sapi yang diminum tanpa dipasteurisasi terlebih dahulu ( untuk TBC bovinum )

Gejala – gejalanya : TBC adalah penyakit kronis. Sering kali dimulai dengan gejala yang ringan seperti badab lesu, suhu badan naik sedikit bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Bila penyakit semakin berat maka penderita akan semakin kurus, pucat, tubuh sangat lemah dan batuk darah.

Kecuali paru – paru, TBC dapat pula menyerang organ – organ badan yang lain seperti otak, usus, tulang, limpa dan alat kandungan. Jika menyerang otak, TBC menimbulkan gejala seperti pada penyakit radang otak lainnya. Pada bayi dan anak – anak dapat menyebabkan infeksi milier (military tuberculosis)

(34)

Pemberantasan penyakit :

Di Indonesia penyakit TBC tersebar tidak hanya di kota – kota saja tetapi juga sudah menyebar hingga ke pedesaan. Umumnya menyerang masyarakat golongan sosial - ekonomi rendah seperti lingkungan perumahan yang berdesakan (over crowded ), lembab, status gizi yang rendah, hidu tidak teratur dan sebagainya.

Basil Mycobacterium tuberculosis yang berjuta – juta banyaknya yang berasal dari ludah dan dahak penbderita mengering, akan bercampur debu dan tersebar kemana – mana seperti di kendaraan umu, bioskop, pasar dan lain - lain, apabila terhirup oleh orang yang sehat akan menambah jumlah penderita penyakit TBC. Di Indonesia penderita TBC masih cukup banyak. Pencegahannya :

(a) Pemberian vaksin BCG bagi bayi dan anak – anak. (b) Pasteurisasi susu sapi sebelum diminum

(c) Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik, istirahat cukup, olah raga cukup dan sebagainya.

(d) Meningkatkan keadaan sosial ekonomi masyarakat sehingga rumah dan lingkungan memenuhi syarat kesehatan.

(e) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, khususnya agar tidak biasa meludah disembarang tempat.

4. Framboesia (patek = puru = jaws)

Penyebab : Troponema partenue (golongan Spirochaeta) Masa inkubasi : Antara 3 minggu sampai 6 bulan

Cara penularan : Melalui kontak langsung dengan penderita atau secara tidak langsung melalui pakaian atau dengan perantaraan lalat.

(35)

Gejala – gejalanya : Pada masa inkubasi penderita merasa lesu, tidak enak badan, demam.

Dalam stadium erupsi (masa awal gejala) timbul rasa nyeri tulang dan sendi terutama di malam hari,resa tak enak dan nyeri di tempat timbulnya erupsi

Bibit penyakit yang telah masuk akan menyebabkan timbulnya luka yang sukar sembuh di tempat masuknya bibit penyakit pada kulit. Kemudian luka akan membentuk ulcus (tukak), bentuk papiloma (tonjolan) atau kombinasi menyerupai buah framboesia.

Luka permukaan disebut induk paru ( babon patek = Yaws = initial lesion ). Setelah 2 bulan kemudian akan timbul tonjolan yang banyak tersebar diseluruh permukaan tubuh terutama di sekitar lubang - lubang badan seperti mulut, hidung, anus, lipatan paha. Suatu ketika tonjolan akan menghilang, tetapi penyakit yang sebenarnya akan tetap berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun.

Kemudian dilanjutkan dengan timbulnya tonjolan dan gejala lainnya selama 2 atau 3 bulan dan akan menghilang lagi. Masa silih berganti antara latent dan kumat dapat berlangsung selama 5 tahun yang disebut stadium early ( awal ) dan kemudian setelah itu masuk ke stadium late ( lanjut ) dengan gejala - gejala cuma ( jaringan meradang ) dikulit dan tulang, luka - luka besar yang telah sembuh meninggalkan jaringan pacut yang nyata dan luas, radang sendi dan tulang yang terasa nyeri.

Pada stadium late bila mengenai tulang hidung akan menyebabkan hilangnya sekat rongga hidung sehingga hidung akan nampak pesek.

Bila kerusakkan parah akan menyebabkan langit - langit hilang dan hidung tinggal satu lubang yang besar dan disebut Himopharingitis Mutilans.

(36)

Cara pencegahan dan pemberantasannya :

a. Menghindari kontak langsung dengan penderita dan menjaga kebersihan.

b. Pemberantasan dengan jalan penyembuhan semua penderita, pencarian penderita framboesia yang ada di masyarakat.

5. Penyakit Kelamin (veneral diseases)

Pendahuluan

Penyakit kelamin terdapat banyak di negara manapun juga, baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara yang sudah maju disegala pelosok dan lapisan masyarakat.

Penyakit ini harus diberantas menurut garis - garis epidemiologis dan karena berhubungan dengan masalah sosial maka pencegahan dan pemberantasannya harus ada kerja sama antara berbagai instansi seperti pendidikan, kesehatan, sosial, agama dan kepolisian.

Jumlah penderita penyakit kelamin akhir - akhir ini menunjukkan jumlah yang meningkat dan hal ini disebabkan oleh :

a. Kurang pengertian / kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit kelamin ini baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat lainnya.

b. Meningkatkan pergaulan bebas antara pria dan wanita dikalangan muda - mudi khususnya dan masyarakat umumnya yang meninggalkan norma agama dan susila. Penyakit - penyakit kelamin yang perlu diketahui adalah :

(a) Gonorrhoe yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoe (b) Syphillis ( lues ) disebabkan oleh Treponema palidum (c) Ulcus mole disebabkan oleh Hemophilus ducreyl

(d) Lymphogranuloma venerum disebabkan oleh virus Lymphogranuloma venerum

(e) Granula inguinalis disebabkan oleh Donovania granulomatis

(37)

Cara penularan

Penularan melalui kontak langsung dengan penderita ( Hubungan kelamin ) ataupun hubungan tak langsung melalui benda - benda terkontaminasi

Usaha pencegahan dan pemberantasannya

(a) Usaha yang ditujukan pada penderita dengan pengobatan sampai sembuh dan untuk ini perlu mencari adanya panderita dalam masyarakat dan dengan siapa saja ia telah berhubungan intim dan telah menularkannya.

(b) Pengawasan sumber penularan terutama dikalangan WTS,maka perlu dilokalisasi atau kalau dapat penghapusan sama sekali WTS.

(c) Pendidikan dan penerangan kepada masyarakat mengenai bahaya penyakit kelamin ini bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat.

H. Beberapa Jenis parasit dan Penyakit Yang Ditimbulkannya

1. Cacing Gelang ( Ascaris Lumbricoides )

Penderita cacing ascaris banyak ditemukan pada anak - anak yang mempunyai kuku panjang dan kotor.Penularan penyakit ini terjadi melalui mulut.Telur yang seringkali meempel pada jari - jari tangan atau yang sudah menempel pada makanan, terbawa ke dalam perut melalui mulut.sampai di usus dua belas jari, telur ascaris menetap menjadi larva, yang dapat menembus dindingnya kemudian terbawa aliran darah dan akhirnya sampai ke jaringan paru - paru.

Bila hal ini sampai terjadi, maka akan timbul kelainan yang disebut Pneumenitis atau Sindroma Loefler.Kelainan ini ditandai

(38)

oleh batuk - batuk kadang kadang disertai darah, gatal pada kulit yang disebut Eosinofilia artinya,bertambah butir darah eosinofil.

Larva yang ada dalam jaringan paru - paru akan dikeluarkan melalui rongga mulut, dan dari sini larva kembali lagi ke dalam saluran pencernaan makanan.

Di dalam saluran pencernaan, Ascaris akan mengalami pendewasaan dan hidup hingga jangka waktu yang cukup panjang selama itu pula ascaris mencuri makanan yang disediakan untuk tuan rumahnya.

Penderita yang hanya dihuni oleh beberapa ekor ascaris biasanya tidak memperlihatkan keluhan apa - apa. Tetapi jika jumlahnya cukup banyak, penderita akan mengalami berbagai kaluhan antara lain rasa mual, rasa tidak enak pada perut, kadang - kadang timbul rasa mulas

Seekor atau dua ekor ascaris sering keluar dari mulut si penderita bersama - sama dengan muntah, kadang - kadang ascaris juga keluar melalui dubur karena mati disebabkan umurnya sudah lanjut.

Anak yang terlampau banyak dihuni cacing ascaris di dalam perutnya nampak kurus, pucat dan buncit pad perutnya.Kalau jumlahnya cukup banyak, sumbatan pada usus bisa terjadi pada saluran empedu saluran pankreasatau usus buntu.

Petunjuk bahwa seseorang kejangkitan cacing ascaris,kepastiannya harus ditentukan dengan pemeriksaan tinja.

Bila telur cacing ascaris ditemukan di dalam tinja penderita, maka dapatlah dipastikan bahwa dia sedang menderita cacingan dan pengobatan harus diberikan secepatnya.

Pengobatan cacing ascaris cukup sederhana.Obat cacing yang dapat dipergunakan antara lain Pyrantel Pamoat atau Combantrin.Penderita cukup diberi satu kali pengobatan. Jumlah obat disesuaikan dengan berat badan penderita, tap kilogram berat badan dapat diberikan 10mg Combantrin. Pemberian dapat diberikan sebelum anak tidur.

(39)

2. Cacing Kremi ( Enterobius Vermicularis )

Cacing Kremi atau Enterobius Vermicularis biasanya berwarna putih mengkilap,berukuran pendek. Cacing betina mempunyai ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan cacing jantan. Ukuran cacing betina 8 - 13mm,sedangkan yang jantan ukurannya sekitar 2-3mm. Cacing Kremi tidak hanya terdapat di negara - negara yang sedang berkembang, tetapi juga banyak terdapat di negara - negara maju.Penderitanya adalah anak - anak.

Penularan biasanya berlangsung dari jari - jari tangan, masuk ke dalam mulut, lalu turun ke saluran pencernaan \. Sesampainya di usus halus telur menetas menjadi cacing. Sebagian cacing dewasa menetap di usus besar, dan sebagian lagi menetap di usus lain. Pada waktu cacing betina hendak bertelur, maka pindah ke dubur.Gerakan - gerakan cacing di tempat tersebut mengakibatkan rasa geli dan gatal, terutama dirasakan pada malam hari. Rasa gatal ini menyebabkan dorongan si anak untuk menggaruk - garuk duburnya. Sewaktu jari menyentuh kawasan dubur banyak telur yang menempel pada jari tangan tersebut. Jari tangan yang mengandung telur cacing kremi, tanpa di cuci terlebih dahulu di pakai untuk memegang atau memasukkan makanan ke dalam mulut, sehingga terjadilah penularan oleh diri sendiri. Telur juga dapat bersembunyi di belakang kuku jari tangan yang tidak di potong. Bila ada makanan yang tersentuh olah kuku jari tersebut, maka terjadilah penularan dari seseorang penderita ke anak yang sehat melalui makanan itu.

Pencegahan dapat di lakukan dengan tindak kebersihan, kuku yang panjang harus dipotong sependek mungkin, tangan harus di cuci dengan sabun jika hendak makan atau memegang makanan. Dubur dan daerah sekitarnya harus dijaga kebersihannya. Rasa gatal atau geli pada cacing kremi dapat diatasi dengan vaselin putih atau mungkin juga dengan minyak kelapa. Obat yang dapat digunakan untuk memberantas cacing kremi pada saluran pencernaan sama dengan yang digunakan untuk cacing ascaris yaitu Pyrantel Pamoat atau Combantrin.

(40)

3. Cacing Cambuk ( Trichuris Trichina )

Cacing ini kurang di kenal, namun sebenarnya banyak juga terdapat pada orang - orang yang tidak mengikuti kaidah - kaidah kebersihan. Cacing ini mempunyai ukuran panjang sekitar 2-3 cm dengan warna merah muda atau kelabu.

Penularan dapat berlangsung karena telurnya terbawa dari tanah oleh tangan atau makanan yang sudah dipenuhi oleh telur tersebut. Telur cacing ini keluar dari perut manusia bersama tinja, kemudian masuk ke dalam tanah yang lembab.

Bagian saluran pencernaan yang dihuni oleh cacing cambuk adalah usus halus bagian terakhir yang disebut Ileum Terminalis, usus buntu dan usus besar.

Tanda gejala yang ditimbulkan, seringkali tidak jelas kecuali kalau memang penderita peka terhadap cacing tersebut. Gejala dan tanda - tandanya dapat muncul kalau jumlah cacing cambuk cukup banyak. Penderita dapat mengalami diare.

Pada anak - anak dapat timbul benjolan usus keluar melalui dubur. Keadaan ini disebut Prolaps Rekti.

Obat yang dapat diberikan adalah Mebendazol atao Vermox sebanyak 100mg. Selama 3 hari penderita harus menelan dua tablet @ 100mg.

4. Cacing Tambang ( Ankylostoma Duodenale )

Cacing tambang sering masuk ke dalam tubuh para petani atau karyawan perkebunan yang mempunyai kebiasaan bekerja tanpa alas kaki.

Cacing ini berukuran lebih kurang 1 cm, dengan warna merah darah. Bagian cacing tambang ( mulut ) dilengkapi dengan alat cengkeram, sehingga cacing dapat melekat pada selaput lendir saluran pencernaan.

Telur - telur ankylos keluar melalui dubur bersama tinja, kemudian masuk ke dalam tanah. Kalau tanahnya kebetulan

(41)

lembab, telur akan menetas menjadi larva yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia, setelah menembus kulit kaki. Melalui aliran darah, larva melakukan perjalanan ke seluruh tubuh hingga paru - paru.

Pada saat larva masuk paru - paru, penderita bisa mangalami batuk kering, tetapi jarang sekali disertai darah dalam dahaknya. Dari paru - paru larva yang akan naik ke dalam rongga mulut lalu di telan kembali. Jadi cara penularan cacing ini berbeda dari cacing ascaris. Cacing tambang dapat berpindah dari seseorang kepada orang lain melalui pori - pori kaki, tidak mulut.

Dalam rongga usus cacing tambang pada dinding usus dan menghisap darah penderita. Bila junlah cacing cukup banyak, si penderita dapat mengalami anemia ( kurang darah ).

Kekurangan darah dapat mengakibatkan berbagai macam kerugian, antara lain pertumbuhan badan terhalang, kepandaian tidak bisa berkembang kerana penderita sering menderita sakit kepala.

Penyakit cacing tambang dapat diatasi dengan Combantrin. Pada pengobatan cacing ini, penderita di beri 10mg Combantrin per Kg berat badan. Seseorang yang berat bedannya kurang dari 13Kg, dapat diberi tablet Combantrin @ 120mg atau 2,5cc Combantrin cair. Jumlah ini diberikan kepada si penderita sebelum tidur.

Pada umumnya infeksi cacing tambang akan menyebabkan penyakit kekurangan darah sehingga penderita sangat dianjurkan untuk menelan tablet atau cairan yang mengandung zat besi.

5. Cacing Pita ( Taenia Solium dan Taenia Saginata )

Jenis cacing pita cukup banyak, ada yang berasal dari babi, ikan air tawar, ternak lainnya.

Taenia solium banyak terdapat pada binatang ternak, sedangkan Diphilobotrium latum adalah cacing pita yang berasal dari ikan. Tubuh cacing pita ada yang panjang ada yang pendek. Bagian depannya disebut skolek, sedang selbihnya terdiri dari ruas

(42)

- ruas. Ruas terakhir pada waktunya akan dilepaskan dan keluar bersama tinja.Ruas ini dipenuhi oleh telur.

Skolek melekat erat pada dinding usus tuan rumah. Jika suatu ketika ruas - ruas badan cacing yang penuh dengan telur itu terlepas dan dikeluarkan bersama feses penderita, kemudian dimakan oleh binatang, maka dalam perut binatang pemakan tinja tersebut telur - telur akan menetas menjadi larva, kemudian mengikuti peredaran darah dan menetap jaringan, biasanya pada jaringan otot.

Larva dalam jaringan otot akan berkembang menjadi kista yang bertahan hingga waktu yang cukup lama. Kista dapat masuk ke dalam tubuh seseorang karena makan daging binatang yang mengandung kista. Hal ini baru dapat terjadi, bila manusia makan daging yang kurang matang. Kista - kista yang ada di saluran pencernaan menetas menjadi cacing dewasa dan tinggal di tempat tersebut. Selanjutnya cacing akan hidup sebagai parasit di dalan tubuh. Cacing pita menggunakan seluruh permukaan tubuhnya untuk menghisap makanan yang ada di dalam saluran pencernaan tuan rumahnya.

Ada kalanya, yang masuk ke dalam tubuh manusia bukan kistanya, melainkan telur - telurnya. Telur - telur menetas dalam saluran pencernaan memasuki aliran darah. Melalui aliran darah ini larva tersebar ke seluruh tubuh, antara lain di bawah kulit, otot - otot, dan mungkin ada juga yang sampai di otak.

Tanda dan gejala penderita cacing pita tergantung dari keparahannya.Keluhan yang ditimbulkan kadang - kadang hanya ringan - ringan saja. Penderita sering menyadari bahwa dirinya tengah menderita penyakit cacing pita, karena di celana dalamnya terdapat ruas - ruas cacing tersebut. Sekiranya jumlah larva yang terdapat dalam jaringan otak cukup banyak, penderita dapat mengeluh pusing - pusing, timbul kekejangan, bahkan ada yang sampai mengalami kematian.

Pencegahan merupakan cara terbaik untuk menghindari penyakit cacing pita. Tetapi bila penyakit itu sudah diidapnya penderita dapat menghalau cacing - cacing tersebut dengan obat yang bernama Niklisamidium atau Romosan. Obat ini diberikan

(43)

kepada si penderita selagi perut kosong, sebanyak 4 tablet atau sama dengan 2 gram. Tablet harus di kunyah selembut - lembutnya. Perlu diketahui, bahwa obat ini jarang menimbulkan efek sampingan karena tidak di serap oleh saluran cerna.

6. Trichinella Spiralis

Kelainan yang dapat ditimbulkan oleh Trichinella Spiralis di sebut Trichinosis. Berbeda dengan penyakit - penyakit cacing yang diuraikan sebelumnya, penularan hanya dapat terjadi bila seseorang makan daging yang kurang lama di masak. Frekuensi terbesar sering terjadi pada orang yang suka makan daging babi atau masakan babi lainnya. Cacing Trichinella Spiralis hampir tidak pernah terlihat dalam tinja.

Tanda dan gejala yang di timbulkan tergantung pada jumlah larva yang masuk ke dalam perut, kemudian masuk ke dalam aliran darah untuk selanjutnyamenetap dalam jaringan otot, tetapi sebenarnyadapat menjadi parah, bahkan ada yang sampai meninggal dunia.

Orang yang makan daging babi yang masih agak mentah beberapa jam kemudian bisa mengalami diare dan rasa tidak enak pada perutnya. Dalam keadaan yang cukup parah, penderita memperlihatkan tanda dan gejalanya sebagai berikut : Suhu badan naik disertai tubuh menggigil, nyeri pada otot, kelpoak mata membengkok, dan kadang - kadang terjadi pembengkakkan pada tungkai.Kulit penderita sering bewarna biru lebam karena peredaran darah di bawah kulit terganggu. Sedang bagian mata yang barwarna putih kadang - kadang memperlihatkan warna merah akibat pendarahan dalam jaringan mata. Penyakit trichinosis dapat berlangsung 3 - 4 minggu.

Pencegahan penyakit ini adalah dengan menghindari makanan yang terbuat dari daging babi. Obatnya antara lain adalah Thiabendazole.

(44)

7. Filariasis ( Elephantiasis = Penyakit kaki gajah )

Penyebab : Cacing Filaria Malagi dan Filaria Bancrofti Cara penularan : dengan perantaraan nyamuk Culex Fatigans Gejala penyakit :

Cacing Filaria sp hidup di dalam pembuluh - pembuluh dan kelenjar getah bening (jaringan limpa). Karena itu gejala penyakitnya di tandai dengan demam yang datang secara mendadak dan berulang - ulang.

Peradangan dan penyumbatan pada saluran getah bening menyebabkan terjadinya bendungan limfe di sebelah distal (ujung) sehingga terjadi pembengkakkan di scrotum (kantung buah zakar), di tungkai kaki ( menyebabkan “kaki gajah” )

Bendungan dipembuluh limfe dada ( Ductus throsicus ) akan menyebabkan pecahnya saluran limfe di ginjal sehingga urine mengandung limfe ( Chyluria ) dan urine tampak seperti air susu karena mengandung lemak dari limfe.

Filariasis di Indonesia :

Filariasis banyak terdapat di Indonesia seperti di pulau Jawa, Sumatera, Timor, dll

Usaha pencegahan dan pemberantasannya :

a. Meniadakan sumber penularan dengan mencari dan mengobati semua penderita.

b. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit Filariasis, misalnya tentang :

 Usaha pencegahan ( tidur memakai kelambu )

 Perlunya mengenal gejala penyakit secara dini dan pengobatan segera.

 Agar setiap anggota masyarakat turut aktif dalam usaha pemberantasan penyakit ini.

c. Memberantas vektor penyakit yaitu nyamuk Culex Fatigans.

(45)

BAB III

PENGAWASAN OBAT, MAKANAN DAN ALKES

Pengawasan obat dan makanan dilaksanakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) dengan tugas pokok melakukan pengawasan obat, makanan, minuman, kosmetik dan alat kesehatan. Pengawasan obat disini termasuk pada pengawasan obat tradisional, narkotika dan bahan berbahaya.

Fungsi Badan POM adalah merumuskan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan serta pemberian perizinan dibidang pengawasan obat dan makanan, melaksanakan pengawasan obat dan makanan serta pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas pokok Badan POM sesuai dengan kebijakan Menteri Kesehatan dan berdasarkan kepada peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Unit pelaksana teknis di daerah tingkat I adalah Balai Besar POM atau Balai Kecil POM yang terdapat di setiap propinsi. Balai Besar POM hanya terdapat kota – kota / propinsi yang besar, misalnya Jakarta, Bandung dan Surabaya, dimana pada daerah tersebutbanyak terdapat industri obat maupun industri makanan / minuman.

A. Tujuan dan Sasaran

Tujuan program pengawasan obat, makanan dan alkes adalah :  tersedianya obat dan alat kesehatan yang terjangkau oleh

masyarakat

 meningkatrnya penggunaan obat tradisional yang bermanfaat

 terlindunginya masyarakat dari penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan yang tidak memenuhi ketentuan

(46)

 terlindunginya masyarakat dari bahaya penyalahgunaan narkotika, zat adiktif dan bahan berbahaya.

Sasaran program pengawasan obat, makanan dan alkes adalah :  pertumbuhan industri farmasi, alat kesehatan, makanan  pengingkatan penggunaan obat generik berlogo

 budidaya tanaman obat tradisional

 penilaian / skrining mutu obat – obat tradisional, kosmetika, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, makanan dan minuman

 pengembangan kesehatan, kemampuan pengujian sumber daya manusia

 pusat pengendalian keracunan (poison centre)

B. Masalah Yang Dihadapi

 Dewasa ini hampir semua kebutuhan obat nasional telah dapat dipenuhi oleh industri farmasi di dalam negeri. Namun demikian harga obat – obatan masih saja mahal, hal ini disebabkan karena sebagian besar bahan baku obat masih diimpor.

 Jumlah produsen maupun produksi obat tradisional cenderung meningkat dan memerlukan bahan baku / simplisia yang lebih banyak, sehingga perlu pembinaan bagi masyarakat sebagai sumber penghasil bahan – bahan obat tradisional / pembinaan bagi budidaya tanaman obat.  Penggunaan pestisida, antibiotika dan hormon dibidang pertanian dan peternakan makin meningkat, menyebabkan timbulnya masalah residu bahan kimia tersebut pada makanan.

 Demikian juga penggunaan bahan tambahan makanan (BTM) juga makin meningkat sejalan dengan makin

(47)

berkembangnya industri makanan dan masih ditemukannya penggunaan bahan – bahan yang dilarang seperti boraks, formalin dan pewarna tekstil untuk makanan.

 Penerapan cara produksi makanan yang baik masih perlu ditingkatkan.

 Dalam hal alat kesehatan yang cenderung makin kompleks dan alat kesehatan impor umumnya menggunakan tekhnologi tinggi, sedangkan sumber daya / kualitas petugas pengawas masih terbatas.

 Meningkatnya produksi dan penggunaan bahan – bahan kimia untuk perbekalan kesehatan rumah tangga.

 Meningkatnya kasus – kasus penyahagunaan obat dan bahan berbahaya di kalangan masyarakat terutama generasi muda saat ini.

C. Upaya / Kebijakan Yang Dilakukan :

1. Meningkatkan produksi obat generik berlogo dan memperluas distribusi serta pengadaan obat essensial generik.

2. Membina indutri farmasi, kosmetik , alat kesehatan, obat tradisional dan makanan untuk dikembangkan ke arah usaha ekspor.

3. Menerapkan cara produksi yang baik.

4. Meningkatkan pengawasan, pengujian, penilaian mutu, keamanan, khasiat / manfaat sediaan farmasi dan makanan.

5. Menyusun standar obat, obat tradisional, kosmetik, alat kesehatan, makanan / minuman kepada produsen dan masyarakat.

(48)

6. Mengembangkan kemampuan laboratorium pengujian, sumber daya manusia dan pengadaan peralatannya. 7. Menanggulangi penyalahgunaan obat, narkotika, zat

aditif dan bahan berbahaya, termasuk disini adalah memberikan hukuman yang berat bagi pengedar narkotik dan bahan berbahaya lainnya.

(49)

BAB IV

HYGIENE PERUSAHAAN

DAN KESEHATAN KERJA (HYPERKES)

A. Pengertian

Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja merupakan bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada masyarakat pekerja, sekitar perusahaan dan umum yang menjadi konsumen hasil produksi.

B. Tujuan dan Usaha Yang Dilakukan

Tujuan hyperkes adalah untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja setinggi - tingginya sehingga dapat meningkatkan produksi.

Usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan diatas antara lain : 1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan

akibat kerja.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja

3. Perawatan dan peningkatan daya produktivitas tenaga manusia

4. Perlindungan masyarakat luas ( konsumen ) dari bahaya yang mungkin ditimbulkan dari hasil produksi perusahaan

C. Penyakit Akibat Kerja dan Faktor Penyebabnya

Adalah penyakit yang ditimbulkan oleh atau didapat pada waktu melakukan pekerjaan, termasuk kecelakaan akibat kerja yang faktor penyebabnya faktor mekanis.

(50)

Faktor penyebab penyakit akibat kerja : 1. Golongan fisik :

a. Suara yang keras dapat menyebabkan tuli

b. Suhu tinggi menyebabkan hyperpyrexia, sedang suhu rendah menyebabkan frosthite

c. Penerangan yang kurang atau terlalu terang menyebabkan pengelihatan terganggu

d. Radiasi sinar X atau radiasi sinar radio aktif menyebabkan penyakit darah, kemandulan, dan sebagainya.

2. Golongan kimiawi :

1. Gas yang bersifat racun seperti CO, H2S, HCN, SO2, dll 2. Uap dari cairan atau benda padat seperti Hg, Pb,

insektisida

3. Larutan atau cairan seperti H2SO4, HCl dan lain - lain 4. Debu - debu seperti silika, kapas, asbes, dan debu logam

berat

3. Golongan penyakit infeksi :

Penyakit anthrax oleh Bacillus anthracis pada penyamak kulit / pengumpul wol dan penyakit lain pada pekerja mikrobiologi 4. Golongan fisiologi :

Sebagai akibat kursi yang kurang cocok atau konstruksi mesin tidak cocok menyebabkan sikap badan sewaktu bekerja tidak baik.

5. Golongan mental / psychologi :

Disebabkan hubungan kerja yang kurang baik antara pekerja dengan pimpinan, sesama pekerja atau karena pekerjaan kurang sesuai.

Referensi

Dokumen terkait

Penyampaian materi sistem pernapasan manusia menggunakan metode Blended learning dengan bantuan video conference dan google classroom dalam penelitian ini memiliki

Pelaksanaan tindakan pada penelitian ini hanya satu kali pertemuan atau dua jam mata pelajaran. Sebelum pembelajaran dimulai guru memberi penghargaan kepada kelompok

Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi topografi bedah dan patogenesis apendiks, memahami dan mengerti diagnosis dan pengelolaan apendisitis

Dari 3 responden yang kesemuanya adalah wanita menyatakan tidak setuju ponsel Sony Ericson Ericsson mempunyai fungsi multimedia yang lengkap dan menarik.1 responden dari

Penggunaan metode tanya jawab dalam membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik termasuk dalam kategori tidak muncul, memusatkan perhatian pada masalah

Bahwa benar Serka Nur Ashadi (Saksi-ll) setelah menerima kedatangan Serda Farid Bayu Wardana (Saksi-lll) dan membaca surat perintah mutasi yang diterima dari

Kampus hijau yang sudah terbentuk akan menjadi pusat kegiatan dan pemberdayaan pemangku kepentingan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan (Tempo,

Pada bagian akan dibahas masalah untuk menunjukkan eksistensi orbit periodik dari sistem dinamik tak linear yang memuat parameter dengan menggunakan