• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Penduduk

Dalam dokumen ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (Halaman 55-63)

KEPENDUDUKAN, KESEJAHTERAAN IBU - ANAK & KELUARGA BERENCANA

3. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk suatu wilayah Luas tanah pertanian (km2) Kepadatan Penduduk Agraris = Jumlah petani di suatu wilayah

Luas tanah pertanian (km2)

Pada kepadatan Penduduk Fisiologis dan Agraris yang dijadikan penyebut adalah bagian dari daratan yang berupa tanah pertanian.

3. Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk di suatu daerah di pengaruhi oleh besarnya kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Penduduk akan bertambah jumlahnya kalau ada yang lahir (B) dan ada yang datang (I), dan akan berkurang jumlahnya kalau ada yang mati (D) dan yang meninggalkan daerah tersebut (O), sehingga pada tahun tertentu keadaan penduduk dapat di hitung dengan persamaan di bawah ini :

Pt = Po + B - D + 1 – O

Persamaan di atas di sebut balancing, di mana didapatkan :

B - D = pertumbuhan penduduk alamiah ( natural increase) I - O = migrasi netto

Di Indonesia peranan migrasi terhadap pertumbuhan penduduk dapat di abaikan, karena jumlah penduduk yang berimigrasi dan beremigrasi sangat kecil, sehingga dengan demikian hanya kematian dan kelahiran saja yang berperan penting terhadap pertumbuhan penduduk di Indonesia.

Kecepatan perkembangan penduduk dapat dihambat dengan cara menurunkan besarnya Rasio Fertilitas Total (Total Fertility Rate = TFR), yaitu rata - rata jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita selama masa subur (umur 15 - 49 tahun). Melalui program Keluarga Berencana, Pemerintah Indonesia berusaha menurunkan besarnya TFR sehingga pada suatu saat akan dicapai suatu keadaan yang disebut Penduduk Tanpa Pertumbuhan (PTP).

a. Fertilitas Penduduk

Sebelumnya perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang arti dari fertilitas (fertility) dan fekunditas (fecundity), yang dua - duanya biasanya diterjemahkan dengan “kesuburan”.

Fertilitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang wanita atau kelompok wanita untuk menghasilkan kelahiran hidup, sedangkan fekunditas adalah kemampuan biologis seseorang wanita atau kelompok wanita untuk menghasilkan anak yang lahir hidup.

Jadi fertilitas dihubungkan dengan jumlah kelahiran hidup, sedangkan fekunditas dihubungkan dengan kemampuan

untuk hamil dan melahirkan anak yang hidup. Seorang wanita yang secara biologis subur (fecund) tidak selalu melahirkan anak, misalnya karena tidak menikah ataupun menikah lagi tetapi menggunakan kontrasepsi, sehingga fertilitasnya nol. Ahli demografi hanya mengadakan pengukuran terhadap kelahiran hidup (live birth). Suatu kelahiran disebut lahir hidup apabila pada waktu lahir terdapat tanda - tanda kehidupan, misalnya denyut jantung, bernafas, bergerak, menangis dan sebagainya. Apabila pada waktu lahir tidak ada

tanda - tanda kehidupan disebut dengan mati lahir (still birth), yang dalam demografi tidak dianggap sebagai

suatu peristiwa kelahiran.

Ukuran dari fertititas ada bermacam - macam. Dua diantaranya yang dicontohkan di sini adalah Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate) dan Angka Kelahiran Umum (General Birth Rate), yang rumusnya adalah sebagai berikut :

CBR = B x K

Pm

Dimana : CBR = Crude Birth Rate

B = Jumlah Kelahiran hidup pada tahun tertentu Pm = Jumlah kelahiran pada pertengahan tahun tertentu K = Bilangan Konstanta (1000 0/00 )

GBR = B x K

Pf ( 15 – 49 )

GBR = General Birth Rate

B = Jumlah Kelahiran Hidup pada tahun tertentu

(umur 15 - 49 tahun) pada pertengahan tahun tersebut.

Tinggi rendahnya fertilitas penduduk dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor demografi dan non demografi. Faktor demografi di antaranya struktur umur penduduk, umur kawin pertama, disrupsi perkawinan dan proporsi penduduk wanita yang kawin. Sedangkan faktor non demografi diantaranya tingkat pendidikan, keadaan ekonomi, perbaikan status wanita, urbanisasi dan industrialisasi. Sebagai hasil dari Program Keluarga Berencana, di Indonesia Angka Fertilitas Total (TFR) berangsur - angsur telah dapat diturunkan.

b. Mortalitas Penduduk

Mortalitas penduduk merupakan salah satu variabel demografi yang penting. Tinggi rendahnya tingkat mortalitas penduduk suatu daerah tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan penduduk, tetapi juga nerupakan barometer dari tinggi rendahnya tingkat kesehatan masyarakat daerah tersebut.

Yang dimaksud dengan mati adalah peristiwa hilangnya semua tanda - tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat sesudah kelahiran hidup. Khusus untuk bayi, kematian dapat dibedakan atas dua hal., yaitu :

1. Lahir Mati (still birth), yakni kematian bayi yang cukup masanya (40 minggu) pada waktu keluar rahim tidak ada tanda - tanda kehidupan.

2. Kematian Baru Lahir ( Neo Natal Death), yaitu kematian bayi sebelum berumur satu bulan (28 hari).

3. Kematian lepas baru lahir (post neo natal death), adalah kematian setelah bayi lahir hidup hingga berumur kurang dari satu tahun.

Ada beberapa macam pengukuran kematian penduduk, diantaranya ada tiga yang dianggap penting, yaitu Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate), Angka Kematian Ibu (Maternal Mortality Rate) dan Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate), yang masing - masing ditulis dengan rumus sebagai berikut :

CDR = D x K

Pm

CDR = Crude Birth Rate

D = Jumlah seluruh kematian dalam tahun tertentu Pm = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun

tersebut

K = Bilangan Konstanta (1000 0

/00) MMR = Dm x K

B1

MMR = Maternal Mortality Rate

Dm = Jumlah Kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas pada tahun tertentu

B1 = Jumlah Kelahiran hidup pada tahun tersebut K = Bilangan Konstanta (1000 0/00)

IMR = Do x K B1

IMR = Infant Mortality Rate

Do = Jumlah kelahiran bayi selama satu tahun B1 = Jumlah Kelahiran hidup pada tahun tersebut K = Bilangan Konstanta (1000 0/00)

Tinggi rendahnya CDR merupakan indikator keadaan kesehatan masyarakat pada umumnya. CDR yang tinggi menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat yang buruk. MMR dapat dijadikan ukuran kesejahteraan kaum wanita di samping kualitas pelayanan KIA. Sampai tahun 1992 dilihat dari besarnya MMR, Indonesia masih menempati rangking terburuk diantara negara - negara ASEAN. Pada tahun tersebut Indonesia mempunyai MMR sebesar 400 - 450 setiap 100.000 kelahiran.

Terdapat variasi IMR antara negara - negara sedang berkembang dengan negara - negara maju. Di negara berkembang besarnya IMR dapat mencapai 200 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di negara maju angka tersebut umumnya di bawah 15 per 1000 kelahiran hidup.

IMR merupakan indikator yang sangat peka untuk menilai status kesehatan, sosial ekonomi dan sanitasi lingkungan hidup penduduk suatu daerah / negara. Baik dinegara maju maupun di negara sedang berkembang, terdapat hubungan terbalik antara IMR dengan status kesehatan, sosial-ekonomi dan kesehatan lingkungan hidup.

c. Angka Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup dan suatu umur didefinisikan sebagia rata - rata tahun hidup yang masih dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur tersebut, dalam situasi mortalitas yang berlaku dilingkungan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup waktu lahir misalnya, merupakan rata - rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir. AHH pada suatu umur merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan tingkat sosial-ekonomi secara umum. Angka tersebut besarnya berkisar antara kurang dari 40 tahun pada

negara berkembang sampai lebih dari 70 tahun pada negara maju.

Besarnya AHH waktu lahir di Indonesia adalah 52,41 tahun pada tahun 1980, naik menjadi 55,30 tahun pada tahun 1985, dan diharapkan akan naik lagi menjadi 64,05 tahun pada tahun 2000. Angka kematian bayi untuk kelompok perempuan lebih rendah dari kelompok laki - laki, sehingga AAHH pada waktu lahir bayi perempuan lebih tinggi dari bayi laki - laki.

d. Mobilitas Penduduk

Peranan mobilitas penduduk terhadap laju pertumbuhan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain berbeda - beda. Untuk Indonesia secara keseluruhan tingkat pertumbuhan penduduknya lebih dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat fertilitas dan mortalitas, karena migrasi netto hampir dikatakan nol. Tidak banyak orang Indonesia yang pindah ke luar negri, begitu juga orang - orang luar negri yang pindah ke Indonesia.

Mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non permanen atau mobilitas sirkuler.

Migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas sirkuler ialah gerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan.

Secara garis besar migrasi dapat dibagi dua, yaitu migrasi internal yang disebut juga transmigrasi, dan migrasi internasional yang dapat dibedakan atas migrasi masuk (= imigrasi) dan migrasi keluar (= emigrasi).

Migrasi penduduk terjadi karena adanya beberapa faktor yang dapat dibedakan atas faktor pendorong dan faktor penarik, sebagai berikut :

Faktor pendorong : makin berkurangnya sumber alam, menyempitnya lapangan pekerjaan, adanya tekanan politik ataupun masalah yang menyangkut SARA, adanya masalah budaya dan kepercayaan, karena ada bencana alam

Faktor penarik : tersedianya lapangan pekerjaan, adanya kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang tinggi, adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, lingkungan hidup yang lebih menyenangkan, adanya pusat kegiatan industri, perdagangan, kebudayaan dan hiburan

Di Indonesia migrasi antar pulau (transmigrasi) khususnya dari pulau Jawa ke pulau - pulau lainnya dapat dibedakan atas yang diselenggarakan oleh pemerintah dan transamigrasi spontan (atas kemauan sendiri). Di daerah penerima atau atau daerah tujuan pengaruh demografis akibat transmigrasi itu cukup terasa, karena sebelumnya jumlah penduduk setempat relatif masih sedikit / jarang.

Hingga sekarang, migrasi penduduk yang tetap menimbulkan keprihatinan karena menimbulkan banyak masalah kesehatan dan lain – lain adalah migrasi penduduk dari desa ke kota besar (urbanisasi), seperti misalnya yang terjadi di Jakarta dan kota - kota besar lainnya

Dalam dokumen ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (Halaman 55-63)

Dokumen terkait