• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemampuan Ekonomi Daerah

Dalam dokumen Ranwal RPJMD Kab. Bandung Barat 2018-2023 (Halaman 62-68)

BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2

1 RSUD Cikalong

2.4 Aspek Daya Saing Daerah

2.4.1 Kemampuan Ekonomi Daerah

Ekonomi daerah difokuskan untuk mengembangkan sektor pertanian (agrowisata) dan wisata alam (RPJPD Kabupaten Bandung Barat). Keduanya dikembangkan dengan memperhatikan kondisi yang menggambarkan kapasitas ekonomi daerah saat ini.

Struktur ekonomi Bandung Barat sudah mulai banyak bertumpu pada sektor-sektor ekonomi sekunder. Hal ini menujukkan bahwa sebagai wilayah Kabupaten Bandung Barat mulai bertransformasi menjadi kawasan perkotaan. Sektor sekunder ini terutama mencakup industri pengolahan dan konstruksi. Sementara itu sektor tersier mencakup sektor perdagangan dan jasa. Sedangkan sektor primer adalah sektor ekstraksi seperti pertanian dan pertambangan.

Gambar 2-14 Struktur Perekonomian Kabupaten Bandung Barat, 2016

Sumber: Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2017

Perekonomian Bandung Barat didominasi oleh sektor industri pengolahan. Kontribusi lebih dari 4% terhadap PDRB disumbangkan oleh 6 (enam) sektor, yaitu industri pengolahan, perdagangan, reparasi mobil dan motor, pertanian, kehutanan dan perikanan, transportasi dan pergudangan, akomodasi dan makan

40% 14% 13% 5% 5% 4% 19% Industri Pengolahan

Perdagangan, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Pertanian, kehutanan, perikanan

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Jasa Pendidikan

Lainnya

Primer Sekunder Tersier

14%

48%

51 minum serta sektor jasa pendidikan. Keenam sektor tersebut berkontribusi total 81%. Sedangkan sisanya, 19% merupakan kontribusi dari 11 sektor yang ada di PDRB Kabupaten Bandung Barat (BPS, 2017).

Jika diperhatikan lebih jauh, ekonomi daerah setempat juga sudah bergeser menuju ke perekonomian sekunder dan bahkan tersier, dimana keduanya adalah ciri ekonomi perkotaan. Sektor primer, seperti pertanian, kehutanan dan pertambangan saat ini hanya berkontribusi sebesar 14% terhadap PDRB Kabupaten Bandung Barat (BPS, 2017).

Laju pertumbuhan ekonomi di Bandung Barat dapat dihitung dari perkembangan PDRB dari tahun ke tahun. Sama dengan tren yang terjadi secara nasional, pertumbuhan ekonomi Bandung Barat terus meningkat dari tahun ke tahun. Grafis bawah ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bandung Barat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat.

Gambar 2-15 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bandung Barat dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tahun 2015-2016 (Persen)

Sumber : Data Makro Ekonomi, 2017

Jika kemudian ditinjau dari tingkat pertumbuhannya di bawah ini, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, serta jasa-jasa seperti pendidikan, kesehatan, asuransi dan lainnya merupakan sektor-sektor yang rata-rata

52 pertumbuhannya tinggi. Sedangkan sektor industri pengolahan tumbuh dengan angka rata-rata sedang, dan bahkan sektor pertanian termasuk ke dalam sektor dengan rata-rata pertumbuhan rendah. Tingkat pertumbuhan beberapa sektor tersebut kembali memperlihatkan bahwa ekonomi Bandung Barat sedang bertransformasi menuju ke sektor-sektor sekunder dan tersier.

Gambar 2-16 Rerata Pertumbuhan Sektor Ekonomi Bandung Barat, 2013-2016

Sumber : Bappelitbangda, 2017

Dengan melakukan analisis lanjutan, seperti analisis tipologi klassen dan analisis LQ pada data ekonomi Bandung Barat dari 2012 hingga 2015, terlihat bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang semula merupakan sektor yang maju dan tumbuh pesat, ternyata pada tahun 2015 tergolong pada kelompok sektor yang maju dan tertekan. Adapun sektor pertambangan dan penggalian yang semula termasuk dalam sektor yang berkembang cepat bergeser menjadi sektor yang tertinggal.

Sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Bandung Barat kemudian dapat digolongkan menjadi 4 (empat), yaitu : (1) sektor yang unggul dan memiliki potensi untuk dikembangkan, (2) sektor yang unggul namun sulit untuk dikembangkan, (3) sektor yang memiliki potensi untuk dikembangkan walaupun

53 belum begitu unggul, dan (4) sektor yang sama sekali tidak memiliki potensi untuk dikembangkan.

Tabel 2-18 Gambaran Sektor Ekonomi Kabupaten Bandung Barat Tahun 2016

Lapangan Usaha Hasil

Analisis LQ

Hasil Analisis Klassen

Kesimpulan

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Basis Tertekan unggul namun sulit untuk dikembangkan

B Pertambangan dan Penggalian Non-Basis Tertinggal -

C Industri Pengolahan Non-Basis Berkembang Berpotensi dikembangkan walaupun belum begitu unggul D Pengadaan Listrik dan Gas Basis Maju Unggul dan berpotensi

dikembangkan E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

Non-Basis Tertinggal -

F Konstruksi Non-Basis Berkembang Berpotensi dikembangkan walaupun belum begitu unggul G Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Non-Basis Berkembang Berpotensi dikembangkan walaupun belum begitu unggul H Transportasi dan Pergudangan Basis Tertekan unggul namun sulit untuk

dikembangkan I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum

Basis Tertekan unggul namun sulit untuk dikembangkan

J Informasi dan Komunikasi Non-Basis Tertinggal -

K Jasa Keuangan dan Asuransi Non-Basis Berkembang Berpotensi dikembangkan walaupun belum begitu unggul L Real Estat Basis Tertekan unggul namun sulit untuk

dikembangkan

M,N Jasa Perusahaan Basis Maju Unggul dan berpotensi dikembangkan

O Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Basis Tertekan unggul namun sulit untuk dikembangkan

P Jasa Pendidikan Basis Tertekan unggul namun sulit untuk dikembangkan

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Non-Basis Tertinggal - R,S,T,U Jasa lainnya Non-Basis Tertinggal -

Sumber: Hasil Analisis, 2016

Sektor ekonomi di Kabupaten Bandung Barat yang berpotensi untuk dikembangkan termasuk dalam kelompok sektor sekunder dan tersier.

Sektor-54 sektor ini meliputi industri pengolahan; pengadaan listrik dan gas; konstruksi; perdagangan besar; jasa keuangan; dan jasa perusahan. Rencana pengembangan berbagai kawasan industri terpadu di Kabupaten Bandung Barat membuat sektor industri pengolahan merupakan sektor yang berkembang secara pesat, meskipun bukan merupakan sektor yang memiliki keunggulan komparatif atau sektor basis.

Adapun sektor potensial lainnya merupakan sektor perdagangan dan jasa yang terkait dengan pengembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Bandung Barat. Sektor pengadaan listrik dan gas serta jasa perusahaan misalnya yang terkait erat dengan semakin berkembangnya sektor industri pengolahan di Kabupaten Bandung Barat. Contoh lain adalah sektor jasa keuangan, serta sektor perdagangan besar yang memang berkembang mengikuti perkembangan sektor industri.

Pengembangan kawasan industri dalam skala besar yang terpadu di Kabupaten Bandung Barat seperti di Padalarang, Batujajar, Ngamprah, dan Cipeundeuy serta pengembangan industri kecil di Kecamatan Padalarang, Cililin, Sindangkerta, Rongga, dan lainnya akan sangat bergantung pada ketersediaan air. Selain ini itu pengembangan sektor industri juga memerlukan dukungan kapasitas pengelolaan sampah dan limbah hasil industri yang memadai. Oleh sebab itu maka sektor-sektor yang terkait dengan penyediaan air, pengolahan sampah, limbah dan daur ulang harus lebih dikembangkan. Namun demikian sektor yang terkait dengan penyediaan listrik, gas, konstruksi, sarana perdagangan besar, dan jasa keuangan sudah cukup maju untuk mendukung pengembangan sektor industri tersebut.

Adapun sektor primer atau sektor yang masih mengandalkan sumber daya alam di Kabupaten Bandung Barat berada dalam kondisi tertekan, akibat semakin terbatasnya sumber daya alam dan sumber daya lahan. Tekanan pembangunan yang berakibat pada alih fungsi lahan membuat sektor ini tertekan untuk dikembangkan lebih lanjut.

Kemampuan ekonomi daerah juga dapat ditunjukkan dengan daya beli masyarakat. pola/perilaku pengeluaran rumah tangga menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor selain tingkat pendapatan, seperti banyaknya anggota rumah tangga, selera konsumen, harga

55 barang, tingkat pendidikan masyarakat, dan kondisi lingkungan tempat tinggal juga mempengaruhi kecenderungan perilaku suatu rumah tangga dalam membelanjakan pendapatannya. Pola pengeluaran suatu rumah tangga menggambarkan behavior (perilaku) suatu rumah tangga dalam menentukan pilihan-pilihan kebutuhan (utility) yang harus didahulukan, sehingga sangat mungkin terjadi pergeseran pola pengeluaran.

Hasil Survei IPM Kabupaten Bandung Barat tahun 2011 hingga tahun 2017 menunjukkan bahwa indeks daya beli masyarakat Kabupaten Bandung Barat semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Gambar 2-17 Indeks Daya Beli Masyarakat Kabupaten Bandung Barat, 2011-2017

Sumber: Data Makro Sosial Kab. Bandung Barat, 2017

Kemudian terkait kemampuan dan daya saing daerah, hal yang tak boleh dilupakan adalah pergerakan ekonomi desa. Sehingga, pembahasan selanjutnya yaitu terkait BUMDes di Kabupaten Bandung Barat. Kabupaten Bandung Barat memiliki 165 BUMDes yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Adapun rincian dari aktivitas BUMDes tersebut adalah sebagai berikut:

2014 2015 2016 2017

Indeks Daya Beli 65,07 66,16 67,38 69,09 63 64 65 66 67 68 69 70 In d e ks Tahun

56 Tabel 2-19 Jenis Aktivitas BUMDES

Aktivitas BUMDES Jumlah

Pelayanan UMUM 97 Unit Penyewaan Barang 62 Unit

Perantara 7 Unit

Bisnis Produksi/Berdagang 88 Unit Bisnis Keuangan 36 Unit Usaha Bersama 4 Unit

Sumber: Data BUMDES Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, 2017

Dalam dokumen Ranwal RPJMD Kab. Bandung Barat 2018-2023 (Halaman 62-68)