• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah berarti kecakapan menerapkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya ke dalam situasi yang belum dikenal.

Kemampuan memecahkan masalah sangat dibutuhkan oleh siswa. Karena pada dasarnya siswa dituntut untuk berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Hertiavi dkk., 2010: 53).Menurut Makrufi, dkk., (2016:24), kemampuan pemecahan masalah yaitu kemampuan berpikir individu untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan yang paling efektif.

Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan kognitif tingkat tinggi, tahap berpikir pemecahan masalah setelah tahap evaluasi yang menjadi bagian dari tahapan kognitif bloom (Venisari, dkk., 2015: 194). Sedangkan menurut Rahmat, dkk., (2014: 109), kemampuan pemecahan masalah memerlukan suatu keterampilan dan kemampuan khusus yang dimiliki masing-masing peserta didik, yang mungkin akan berbeda antar peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah. Menurut Sulistyowati, dkk., (2012: 50),salah-satu strategi memecahkan masalah yang biasa digunakan adalah pemecahan masalah sistematis (systematic approach to problem solving).

Widodo (2013: 107), menyatakan bahwa masalah dapat terjadi jika seseorang tidak mempunyai aturan tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengatasi kesenjangan antara situasi saat ini dan tujuan yang akan dicapai, untuk mencapai tujuan tersebut, seseorang perlu mengupayakan pemecahan masalah yang melibatkan proses berpikir secara optimal. Menyelesaikan

masalah, seseorang perlu menemukan aturan untuk memecahkan masalah tersebut, jika seseorang telah mampu mengatasi kesenjangan antara situasi saat ini dan tujuan yang akan dicapai (melalui aturan yang diciptakan sendiri), maka orang tersebut sudah dapat dikatakan menyelesaikan masalah.

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin (Afrida dan Handayani, 2018: 33). Siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik, menjadikan siswa terampil menyeleksi informasi yang relevan serta meningkatnya potensi intelektual siswa.

1. Prosedur Memecahkan Masalah

Kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan tipe kegiatan belajar dalam usaha mengembangkan kemampuan berpikir. Dalam memecahkan masalah terdapat empat prosedur yang dilakukan (Suherman, 2003: 99), yaitu:

a. Menganalisa masalah yang dipaparkan, merupakan tahap dimana masalah dipaparkan dan siswa harus bisa mengerti dan memahami substansi masalah tersebut.

b. Merencanakan pemecahannya, pada tahap ini siswa tidak diajak untuk menemukan pemecahan dari masalah yang sudah dipaparkan. Metode dan model pemecahan masalah dari setiap siswa tidak dibatasi, karena guru hanya bertindak sebagai fasilitator, jika pemecahan masalah mulai

tidak relevan, maka guru hanya mengarahkan pemecahan masalah ke arah yang logis dan benar.

c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana, yaitu tahap masalah mulai diselesaikan sesuai dengan metode yang telah dibahas di tahap sebelumnya. Dalam prakteknya penyelesaian masalah mungkin tidak sesuai dengan yang direncanakan, atau pemecahan masalah menemukan jalan buntu. Hal ini sangat wajar mengingat pemecahan masalah merupakan aplikasi dari teori yang terdapat dalam literatur sehingga dalam prakteknya mungkin akan sedikit berbeda, untuk itu tugas guru sebagai fasilitator adalah membimbing siswa dalam menemukan pemecahan masalah, dilandasi dengan literatur dan teori yang ada.

d. Evaluasi, selanjutnya siswa diminta untuk memeriksa hasil yang diperoleh. Hasil yang diperoleh meski tidak sesuai dengan harapan bukan berarti apa yang mereka lakukan tidak mendapat apresiasi, justru guru harus memberikan penghargaan pada para siswa yang telah berusaha memecahkan masalah sesuai kemampuan mereka. Guru hanya mengarahkan siswa tentang apa yang menjadi solusi terbaik bagi masalah yang saat ini sedang dipecahkan bersama.

Djamarah dan Zain (2010: 91), menambahkan prosedur lainnya dalam memecahkan masalah yang terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut:

a. Identifikasi masalah melalui pengamatan gejala benda atau gejala peristiwa yang ada dilingkungan sekitar siswa.

b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

c. Menentukan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh.

d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga benar-benar yakin bahwa jawaban tersebut benar-benar cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai, untuk mengujinya dengan diskusi atau pemberian tugas.

e. Menarik kesimpulan, siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban dan masalah yang dipecahkan.

2. Tingkat Kemampuan Memecahkan Masalah

Kemampuan memecahkan masalah dipandang perlu dimiliki siswa SMA dalam membuat keputusan yang tepat, cermat dan sistematis, logis dan mempertimbangkan berbagai disiplin ilmu. Tingkat kemampuan memecahkan masalah merupakan tahapan atau fase berpikir dan berproses menuju suatu pemecahan masalah. Menurut Djamarah (2010: 81), tingkat kemampuan memecahkan masalah dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Tingkat rendah yaitu, mengingat, mengenal, menjelaskan, membedakan dan menyimpulkan.

b. Tingkat sedang yaitu, menerapkan, menganalisis, mensintesis, menilai dan meramalkan.

c. Tingkat tinggi yaitu, merumuskan masalah, mengkaji nilai, mengajukan hipotesis, mengumpulkan dan mengolah data, memecahkan masalah serta mengambil keputusan.

3. Aspek Kemampuan Memecahkan Masalah

Aspek kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah, maka perlu diidentifikasi aspek kemampuan dalam memecahkan masalah. Adapun aspek dalam memecahkan masalah menurut Polya dalam Syaiful (2012: 37) dijabarkan sebagai berikut:

a. Memahami Masalah

Memahami masalah hal yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu, tanpa memahami masalah siswa tidak akan bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Pemahaman terhadap masalah dapat diperoleh dengan banyak membaca, selain itu dalam memahami masalah perlu dilihat inti dari permasalahan yang dipaparkan, apa yang tidak relevan dalam kenyataan dan apa yang seharusnya menjadi kondisi ideal.

b. Merencanakan Penyelesaian

Menyusun penyelesaian masalah perlu diketahui dasar-dasar teori serta konsep yang akan diperlukan bagi masalah tersebut. Hal ini sangat tergantung dengan pengalaman siswa, semakin banyak pengalaman mereka, maka semakin baik pula perencanaan penyelesaian masalah yang mereka susun.

c. Melaksanakan Rencana

Melaksanakan rencana merupakan bagian krusial dalam tahapan pemecahan masalah. Melaksanakan pemecahan masalah perlu

diperhatikan berbagai hal diantaranya (1) kerjakan bagian termudah dari perencanaan (2) perlu kesabaran yang tinggi, karena memecahkan masalah bukan hanya tentang pemikiran, namun juga tentang emosi, perasaan yang tidak tenang akan menghambat proses pemecahan masalah, (3) Jika satu strategi tidak bisa memecahkan masalah, gunakan strategi lain.

d. Memeriksa Proses dan Hasil

Memeriksa kembali hasil pemecahan masalah membuat siswa bisa menilai apakah yang telah mereka kerjakan sudah benar atau masih terdapat kejanggalan pada hasil. Jika terdapat kejanggalan dan hasil yang diperoleh tidak sesuai harapan, maka perlu dicek letak kesalahan pada langkah-langkah yang telah dilalui.

Menurut Wena (2012:52), bahwa untuk seorang pemula kemampuan memecahkan masalah dipandang sebagai kemampuan dalam melakukan rangkaian operasi prosedur atau urutan tindakan secara sistematis.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka aspek kemampuan memecahkan masalah dalam penelitian ini mengacu pada kemampuan siswa dalam menerapkan prosedur penyelesaian masalah, yang meliputi (1) menyadari dan memahami masalah, (2) merencanakan penyelesaian masalah, (3) melaksanakan rencana penyelesaian masalah, dan (4) mengevaluasi hasil penyelesaian masalah.

Berdasarkan teori-teori tentang aspek kemampuan memecahkan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka indikator kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai tolak ukur

kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi biodiversitas adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi Masalah

Indikator ini terkait dengan kemampuan siswa dalam mengenali dan memahami masalah yang terdapat pada suatu kasus atau fenomena biologi sehingga mampu mengidentifikasi pokok-pokok permasalahan.

b. Merumuskan Masalah

Indikator ini terkait dengan kemampuan siswa dalam mengenali dan memahami masalah yang terdapat pada suatu kasus atau fenomena biologi sehingga mampu merumuskan masalah.

c. Menemukan Alternatif Solusi

Indikator ini terkait dengan kemampuan siswa dalam merencanakan kegiatan pemecahan masalah konteks wacana. Hal ini sangat tergantung dengan pengalaman siswa, semakin banyak pengalaman mereka, maka semakin baik pula alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang mereka susun.

d. Memilih Alternatif Solusi

Indikator ini terkait dengan kemampuan siswa dalam merencanakan kegiatan pemecahan masalah konteks wacana. Hal ini sangat tergantung dengan pengalaman siswa, semakin banyak pengalaman mereka, maka semakin baik pula penentuan penyelesaian masalah yang mereka pilih.

e. Kelancarannya memecahkan Masalah

Indikator ini terkait dengan kemampuan siswa dalam melaksanakan rancangan kegiatan pemecahan masalah konteks wacana. Dalam melaksanakan pemecahan masalah perlu diperhatikan berbagai hal diantaranya (1) kerjakan bagian termudah dari perencanaan (2) perlu kesabaran yang tinggi, karena memecahkan masalah bukan hanya tentang pemikiran, namun juga tentang emosi. Perasaan yang tidak tenang akan menghambat proses pemecahan masalah, (3) Jika satu strategi tidak bisa memecahkan masalah, gunakan strategi lain.

f. Kualitas Hasil Pemecahan Masalah

Indikator ini terkait dengan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah konteks wacana, maka memeriksa dan meninjau kembali jawaban masalah yang diperoleh sangatlah perlu, dengan pertimbangan apakah jawaban tersebut sudah sesuai dengan prosedur dan teori-teori pendukung yang digunakan. Selain itu indikator ini juga digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam merefleksikan keberhasilan atau kegagalan siswa dalam menyelesaikan masalah, serta menyimpulkan hasil kegiatan pemecahan masalah.

Dokumen terkait