• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BIOLOGI KONSEP BIODIVERSITAS PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 3 PANGKEP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH BIOLOGI KONSEP BIODIVERSITAS PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 3 PANGKEP"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh:

Hardianti Mursalim NIM 105441109716

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 2020

(2)

iv

(3)

v

(4)

vi

(5)

vii

(6)

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Bukan karena keadaan tetapi Prinsip!

Namun karena keadaan kuatkan Prinsip!

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”

(Q.S Asy-Syarh: 5).

Alhamdulillahirobbil’alamin

Segala puji dan syukur kepada Allah Azza Wa Jalla serta shalawat kepada manusia mulia Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan atas segala dukungan dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, rasa syukur dan terimakasih saya kepada:

1. Allah Allah Azza Wa Jalla atas izin dan karianuMu, maka skripsi ini dapat dibuat dan diselesaikan walaupun masih banyak kekurangan, dan tidak lupa saya ucapkan puji syukur yang tidak terhingga karena meridhoi dan mengabulkan doa saya.

2. Ibu dan Bapak tersayang. Hasmiati dan Mursalim sebagai tanda buktihormat dan terima kasih yang tiada terhingga dan sampai kapanpun tidak dapat terbalaskan oleh anakmu ini.Semoga dengan karya ini, senantisa sang pencipta memberikan pahala yang dilimpahkan kepadamu. Terimakasih telah sabar, memberi motivasi dan selalu mendoakanku.

3. Bapak dan Ibu dosen.Kepada dosen pembimbing, penguji dan pengajar yang selama ini telah memberikan ilmu yang bermanfaat. Terimakasih telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pelajaran yang tidak

(7)

ix

ternilai harganyanya, jasamu akan selalu dikenang. Semoga Allah Azza Wa Jalla senantiasa melimpahkan pahala dan rahmat-Nya.

4. Pihak-pihak yang telah memberikan dukungan. Lembaga Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (LKIM-PENA) wadah yang telah memberikan banyak pelajaran serta pengalaman dalam menyusun karya ini.Terimakasih, semoga tetap menjadi lembaga yang eksis dan membanggakan Universitas.

(8)

x ABSTRAK

Hardianti Mursalim.2020. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas X pada Materi Ekosistem di SMA Negeri 3 Pangkep. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Irmawanty Pembimbing II Dian Safitri, Ketuntasan belanjar materi biodiversitas di SMA Negeri 3 Pangkep masih perlu ditingkatkan. Hal ini diidentifikasi dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan memecahkan masalah pada materi biodiversitas siswa kelas X pada materi biodiversitas di SMA Negeri 3 Pangkep. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dengan menggunakan tehnik tes berupa tes kemampuan pemecahan masalah dan non tes berupa dokumentasi. Instumen penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah berupa tes esai berbasis konteks wacana. Sampel penelitian dipilih secara purposive sampling, yaitu kelas X sebagai kelas obsevasi dengan proporsi siswa kelas X MIPA tiap rombongan belajar.Hasil penelitian membuktikan bahwa mengidentifikasi masalah sebesar 76,0%, merumuskan masalah 52,0%, menemukan altenatif solusi 78,0%, memilih alternatif solusi 70,0%, kelancaran memecahkan masalah 89,0% dan kaulitas hasil pemecahan masalah 85,0%. Hal ini dapat dilihat dari perolehan presentase hasil tes kemampuan memecahan masalah yang berada pada rentang 61-80% dengan kriteria baik. Sedangkan untuk kategori sangat baik terdapat 11 siswa dengan presentase 47,8%, kategori baik terdapat 8 siswa dengan presentase 34,7%, kategori cukup baik 2 siswa dengan presentase 8,7% begitupun dengan kategori kurang baik 2 siswa dengan presentase 8,7% dan 0% untuk kategori sangat kurang baik yaitu 0 siswa.

Kata Kunci:Pemecahan Masalah, Biodiversitas.

(9)

xi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur kepada Allah Azza Wa Jalla serta salawat kepada manusia mulia Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Alhamdulillah atas berkat rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa kelas X di SMA Negeri 3 Pangkep Materi Biodiversitas”.

Tiada daya dan upaya yang penulis lakukan melainkan dengan pertolongan Allah Azza Wa Jalla, melalui pihak yang telah banyak memberikan kontribusi dan motivasi yang sangat berarti bagi diri penulis. Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Ambo Asse., M.Ag. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Irmawanty, S.Si., M.Si. selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Makassar dan dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan yang tidak bosan-bosannya

3. Dian Safitri, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan yang tidak bosan-bosannya.

4. H. Mursalim, S.Pd., M.Pd. selaku guru kepala sekolah SMA Negeri 3 Pangkep yang telah memberikan izin penelitian.

5. Baharia, S.Pd. selaku guru mata pelajaran biologi kelas X yang telah memberikan izin penelitian, pengarahan dan motivasi.

(10)

xii

6. Kedua orang tua, saudara-saudara, keluarga, dan sahabat yang selalu memberikan motivasi semangat pengorbanan dan materi yang luar biasa bagi penulis demi menyelesaikan skripsi ini.

7. Mahasiswa pendidikan biologi terutama teman-teman angkatan 2016, telah banyak memberikan motivasi dan semangat.

8. Lembaga Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Penelitian dan Penalaran (LKIM- PENA), wadah yang telah memberikan banyak pelajaran serta pengalaman dalam menyusun karya ilmiah.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan, sehingga apabila skripsi ini terdapat kesalahan, penulis mengharapakan kritik dan saran untuk menambah pengetahuan kita semua.

(11)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemecahan Masalah ... 5

B. Kemampuan Pemecahan Masalah ... 7

1. Prosedur Pemecahan Masalah ... 8

2. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah ... 10

3. Aspek Kemampuan Pemecahan Masalah ... 11

C. Pembelajaran Berbasis Masalah ... 14

1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ... 15

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 15

D. Kajian Teori Biodiversitas ... 17

1. Tingkat Biodiversitas ... 17

2. Pelestarian Biodiversitas ... 19

3. Manfaat Keanekaragaman Biodiversitas ... 20

(12)

xiv

E. Penelitian Relevan ... 21

F. Profil Sekolah... 24

G. Kerangka Pikir ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

B. Jenis Penelitian... 34

C. Defisi Operasional Variabel ... 34

D. Prosedur Penelitian ... 35

E. Sampel... 37

F. Data dan Sumber Data ... 38

G. Teknik Pengumpulan Data ... 38

H. Instrumen Penelitian ... 38

I. Teknik Analisis Data... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

B. Pembahasan... 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(13)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Daftar Guru PNS ... 25

2.2 Daftar Guru non PNS ... 29

2.3 Pembina Ekstrakulikuler ... 30

2.4 Laboratorium ... 31

3.1 Sampel Kelas X MIPA SMAN 3 Pangkep ... 36

3.2 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah ... 41

3.3 Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah... 38

4.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 48

4.2 Hasil Tes Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah ... 49

(14)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Contoh Keanekaragaman Gen... 15

2.2 Contoh Keanekaragaman Jenis ... 16

2.3 Contoh Keanekaragaman Ekosistem... 16

2.4 Kerangka Pikir ... 27

3.1 Prosedur Penelitian... 31

4.1 Kemampuan Pemecahan Masalah... 40

4.2 Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah ... 43

(15)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Persuratan ... 62

2. Lembar Validasi Instrumen dan Kartu Kontrol Bimbingan Skripsi ... 66

3. Instrumen Penelitian... 74

4. Respon Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa ... 83

5. Analisis Hasil Pemacahan Masalah Siswa ... 114

6. Dokumentasi ... 116

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejauh ini perkembangan kognitif selalu menjadi fokus perhatian dalam pendidikan. Perkembangan kognitif secara umum berdasarkan kecerdasan individu. Hal ini senantiasa memberikan konsekuensi bagi guru untuk memahami dan meningkatkan proses pembelajaran, agar mendukung perkembangan kognitif siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Perkembangan kurikulum dewasa ini mengalami perubahan yang kompleks, dimensi pengetahuan metakognitif menjadi salah satu tambahan capaian kurikulum.

Kurikulum 2013 didesain berdasarkan pada budaya dan karakter bangsa, berbasis peradaban, dan berbasis pada kompetensi. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta yang dapat digunakan untuk semua mata pelajaran, termasuk mata pelajaran biologi (Fauzia, 2013: 166).

Biologi sebagai salah satu ilmu sains dalam pembelajarannya, menitikberatkan pada pendekatan keterampilan proses yang diharapkan guru dapat mendorong siswa untuk memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah melalui metode ilmiah, serta meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. Oleh karena itu, dalam pembelajaran biologi harus diaplikasikan suatu pendekatan ilmiah yang menekankan pada proses

(17)

penemuan dan pemberian pengalaman langsung dengan menggunakan metode pembelajaran, untuk proses pendidikan melalui kemampuan pemecahan masalah.Hasil belajar setiap siswa diharapkan menjadi lebih bermakna, serta hasil dari proses pembelajaran tersebut dapat bermanfaat bagi siswa. Agustina dan Novita (2012: 12), menyatakan belajar memecahkan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti.

Menurut Putri, dkk., (2017: 34), kemampuan untuk memecahkan masalah menjadi salah satu fokus yang ingin dicapai oleh guru, sebab melalui kemampuan pemecahan masalah para siswa dapat mengaktualisasikan apa yang mereka dapatkan dari pembelajaran untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan mereka.

Salah satu strategi yang biasa digunakan dalam memecahkan permasalahan adalah pemecahan masalah sistematis. Pemecahan masalah sistematis (systematic approach to problem solving) adalah suatu petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Pemecahan masalah sistematis terdiri atas 4 langkah yang harus ditempuh dalam memecahkan masalah yang disajikan, yaitu analisis soal untuk mengetahui kemampuan siswa memahami masalah, transformasi soal untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membuat rencana penyelesaian, operasi perhitungan untuk mengetahui kemampuan siswa melaksanakan rencana penyelesaian, dan interpretasi soal untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengecek hasil pemecahan masalah (Sulistyowati, dkk., 2012: 50).

(18)

Hasil penelitian Purnamasari dan Sugirman (2015: 3), menunjukkan bahwa siswa tidak mampu memecahkan permasalahan pada soal dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari. Disatu sisi, kemampuan pemecahan masalah penting bagi siswa, tetapi kebanyakan siswa masih kesulitan dalam memecahkan masalah. Terkadang siswa hanya mampu sampai tahapan memahami masalah, tetapi tidak mampu memahami tahapan- tahapan selanjutnya. Sejalan dengan penelitian relevan oleh Yulianti (2017), hasil penelitian menunjukan bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi tidak secara otomatis memiliki aktivitas pemahaman konsep dan aktivitas pemecahan masalah yang tinggi pula.

Siswa yang memiliki tingkat pemahaman yang baik maka memiliki kemampuan memahami konsep secara baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi kelas X MIPA di SMA Negeri 3 Pangkep, diperoleh keterangan bahwa ketuntasan belajar siswa belum sepenuhnya sesuai dengan teori. Hal ini menunjukkan penguasaan materi siswa masih kurang berdasarkan kriteria ketuntasan minimal.Salah satunya materi biodiversitas,memiliki banyak konsep yang harus dipahami dan materi sub materi yang saling berkaitan.Pernyataan tersebut menjadi acuan penulis untuk melakukan penelitian, mengenai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu penulis mengangkat penelitian ini dengan judul“Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Biologi Konsep Biodiversitas Pada Siswa Kelas X Di Sma Negeri 3 Pangkep ”.

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah biologi konsep biodiversitas pada siswa kelas X di SMA Negeri 3 Pangkep?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah biologi konsep biodiversitas pada siswa kelas X di SMA Negeri 3 Pangkep.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Bagi peneliti, dapat mengetahui bagaimana kemampuan memecahkan masalah pada siswa SMA kelas X MIPA dalam menerapkan langkah- langkah pemecahan masalah melalui konteks wacana di SMA Negeri 3 Pangkep.

2. Bagi siswa, dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan dalam pemecahan masalah biologi.

3. Bagi guru, memberikan informasi tentang bagaimana kemampuan pemecahan masalah biologi pada materi biodiversitas sehingga guru dapat memilih dan mendesain model serta metode pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

4. Bagi sekolah, sebagai sumber rujukan kemampuan pemecahan masalah.

5. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai sumber rujukan peneliti yang terkait dengan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

(20)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemecahan Masalah

Sebelum membahas pemecahan masalah terdahulu diuraikan tentang pengertian masalah. Menurut Anggo (2011: 28), masalah merupakan salah satu yang bersifat intelektual, karena untuk dapat memecahkannya diperlukan pelibatan kemampuan intelektual yang dimiliki seseorang. Masalah yang diberikan kepada siswa di sekolah, dimaksudkan untuk melatih siswa mematangkan kemampuan intelektualnya dalam memahami, merencanakan, melakukan, dan memperoleh solusi dari setiap masalah yang dihadapinya.

Widodo (2013: 108), menyatakan bahwa masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Jika seseorang telah mampu mengatasi kesenjangan situasi saat ini dengan tujuan yang akan dicapai maka orang tersebut sudah dapat dikatakan menyelesaikan masalah.

Suatu masalah mungkin menjadi masalah untuk seseorang tapi mungkin tidak untuk orang lain. Oleh karena itu, suatu tugas dianggap suatu masalah, apabila memiliki karakteristik masalah yang tidak dapat segera diselesaikan oleh seseorang. Setiap manusia pasti sering berhadapan dengan masalah, karena masalah dan pemecahan masalah merupakan bagian dari proses pendewasaan yang harus dilalui oleh seseorang (Anggo, 2011: 28).

Pemecahan masalah adalah proses yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Masalah dapat terjadi jika seseorang tidak mempunyai aturan tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengatasi kesenjangan antara

(21)

situasi saat ini dan tujuan yang akan dicapai, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya pemecahan masalah yang melibatkan proses berpikir secara optimal (Widodo, 2013: 107-108). Muchlis (2012: 137), berpendapat bahwa pemecahan masalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak begitu saja dengan mudah dapat dicapai.

Dengan demikian pemecahan masalah merupakan bentuk pembelajaran yang dapat menciptakan ide baru dan menggunakan aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi pemecahan masalah.

Mawaddah dan Anisah (2015: 167), mengatakan bahwa pemecahan masalah adalah proses berpikir individu secara terarah untuk menentukan apa yang harus dilakukan dalam mengatasi suatu masalah. Purnamasari dan Sugiman (2015: 56), setiap individu jika dihadapkan pada suatu masalah, bukan hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi belajar sesuatu yang baru.

Belajar pemecahan masalah pada hakikatnya adalah belajar berpikir (learning to think) atau belajar bernalar (learning to reason), yaitu berpikir atau bernalar

mengaplikasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya untuk memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dijumpai (Ibrahim, dkk.,2017: 16).

Menurut Hertiavi, dkk., (2010: 53), memecahkan suatu masalah merupakan aktivitas dasar bagi manusia karena dalam menjalani kehidupan manusia pasti akan berhadapan dengan masalah. Apabila suatu cara atau strategi gagal untuk menyelesaikan sebuah masalah maka hendaknya dicoba dengan cara yang lain untuk menyelesaikannya.

(22)

7

B. Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah berarti kecakapan menerapkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya ke dalam situasi yang belum dikenal.

Kemampuan memecahkan masalah sangat dibutuhkan oleh siswa. Karena pada dasarnya siswa dituntut untuk berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar- benar bermakna (Hertiavi dkk., 2010: 53).Menurut Makrufi, dkk., (2016:24), kemampuan pemecahan masalah yaitu kemampuan berpikir individu untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta-fakta, analisis informasi, menyusun alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan yang paling efektif.

Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan kognitif tingkat tinggi, tahap berpikir pemecahan masalah setelah tahap evaluasi yang menjadi bagian dari tahapan kognitif bloom (Venisari, dkk., 2015: 194). Sedangkan menurut Rahmat, dkk., (2014: 109), kemampuan pemecahan masalah memerlukan suatu keterampilan dan kemampuan khusus yang dimiliki masing- masing peserta didik, yang mungkin akan berbeda antar peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah. Menurut Sulistyowati, dkk., (2012: 50),salah- satu strategi memecahkan masalah yang biasa digunakan adalah pemecahan masalah sistematis (systematic approach to problem solving).

Widodo (2013: 107), menyatakan bahwa masalah dapat terjadi jika seseorang tidak mempunyai aturan tertentu yang dapat dipergunakan untuk mengatasi kesenjangan antara situasi saat ini dan tujuan yang akan dicapai, untuk mencapai tujuan tersebut, seseorang perlu mengupayakan pemecahan masalah yang melibatkan proses berpikir secara optimal. Menyelesaikan

(23)

masalah, seseorang perlu menemukan aturan untuk memecahkan masalah tersebut, jika seseorang telah mampu mengatasi kesenjangan antara situasi saat ini dan tujuan yang akan dicapai (melalui aturan yang diciptakan sendiri), maka orang tersebut sudah dapat dikatakan menyelesaikan masalah.

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin (Afrida dan Handayani, 2018: 33). Siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik, menjadikan siswa terampil menyeleksi informasi yang relevan serta meningkatnya potensi intelektual siswa.

1. Prosedur Memecahkan Masalah

Kegiatan belajar memecahkan masalah merupakan tipe kegiatan belajar dalam usaha mengembangkan kemampuan berpikir. Dalam memecahkan masalah terdapat empat prosedur yang dilakukan (Suherman, 2003: 99), yaitu:

a. Menganalisa masalah yang dipaparkan, merupakan tahap dimana masalah dipaparkan dan siswa harus bisa mengerti dan memahami substansi masalah tersebut.

b. Merencanakan pemecahannya, pada tahap ini siswa tidak diajak untuk menemukan pemecahan dari masalah yang sudah dipaparkan. Metode dan model pemecahan masalah dari setiap siswa tidak dibatasi, karena guru hanya bertindak sebagai fasilitator, jika pemecahan masalah mulai

(24)

tidak relevan, maka guru hanya mengarahkan pemecahan masalah ke arah yang logis dan benar.

c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana, yaitu tahap masalah mulai diselesaikan sesuai dengan metode yang telah dibahas di tahap sebelumnya. Dalam prakteknya penyelesaian masalah mungkin tidak sesuai dengan yang direncanakan, atau pemecahan masalah menemukan jalan buntu. Hal ini sangat wajar mengingat pemecahan masalah merupakan aplikasi dari teori yang terdapat dalam literatur sehingga dalam prakteknya mungkin akan sedikit berbeda, untuk itu tugas guru sebagai fasilitator adalah membimbing siswa dalam menemukan pemecahan masalah, dilandasi dengan literatur dan teori yang ada.

d. Evaluasi, selanjutnya siswa diminta untuk memeriksa hasil yang diperoleh. Hasil yang diperoleh meski tidak sesuai dengan harapan bukan berarti apa yang mereka lakukan tidak mendapat apresiasi, justru guru harus memberikan penghargaan pada para siswa yang telah berusaha memecahkan masalah sesuai kemampuan mereka. Guru hanya mengarahkan siswa tentang apa yang menjadi solusi terbaik bagi masalah yang saat ini sedang dipecahkan bersama.

Djamarah dan Zain (2010: 91), menambahkan prosedur lainnya dalam memecahkan masalah yang terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut:

a. Identifikasi masalah melalui pengamatan gejala benda atau gejala peristiwa yang ada dilingkungan sekitar siswa.

(25)

b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

c. Menentukan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh.

d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut, dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga benar-benar yakin bahwa jawaban tersebut benar-benar cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai, untuk mengujinya dengan diskusi atau pemberian tugas.

e. Menarik kesimpulan, siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban dan masalah yang dipecahkan.

2. Tingkat Kemampuan Memecahkan Masalah

Kemampuan memecahkan masalah dipandang perlu dimiliki siswa SMA dalam membuat keputusan yang tepat, cermat dan sistematis, logis dan mempertimbangkan berbagai disiplin ilmu. Tingkat kemampuan memecahkan masalah merupakan tahapan atau fase berpikir dan berproses menuju suatu pemecahan masalah. Menurut Djamarah (2010: 81), tingkat kemampuan memecahkan masalah dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Tingkat rendah yaitu, mengingat, mengenal, menjelaskan, membedakan dan menyimpulkan.

b. Tingkat sedang yaitu, menerapkan, menganalisis, mensintesis, menilai dan meramalkan.

(26)

c. Tingkat tinggi yaitu, merumuskan masalah, mengkaji nilai, mengajukan hipotesis, mengumpulkan dan mengolah data, memecahkan masalah serta mengambil keputusan.

3. Aspek Kemampuan Memecahkan Masalah

Aspek kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah, maka perlu diidentifikasi aspek kemampuan dalam memecahkan masalah. Adapun aspek dalam memecahkan masalah menurut Polya dalam Syaiful (2012: 37) dijabarkan sebagai berikut:

a. Memahami Masalah

Memahami masalah hal yang perlu dilaksanakan terlebih dahulu, tanpa memahami masalah siswa tidak akan bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Pemahaman terhadap masalah dapat diperoleh dengan banyak membaca, selain itu dalam memahami masalah perlu dilihat inti dari permasalahan yang dipaparkan, apa yang tidak relevan dalam kenyataan dan apa yang seharusnya menjadi kondisi ideal.

b. Merencanakan Penyelesaian

Menyusun penyelesaian masalah perlu diketahui dasar-dasar teori serta konsep yang akan diperlukan bagi masalah tersebut. Hal ini sangat tergantung dengan pengalaman siswa, semakin banyak pengalaman mereka, maka semakin baik pula perencanaan penyelesaian masalah yang mereka susun.

c. Melaksanakan Rencana

Melaksanakan rencana merupakan bagian krusial dalam tahapan pemecahan masalah. Melaksanakan pemecahan masalah perlu

(27)

diperhatikan berbagai hal diantaranya (1) kerjakan bagian termudah dari perencanaan (2) perlu kesabaran yang tinggi, karena memecahkan masalah bukan hanya tentang pemikiran, namun juga tentang emosi, perasaan yang tidak tenang akan menghambat proses pemecahan masalah, (3) Jika satu strategi tidak bisa memecahkan masalah, gunakan strategi lain.

d. Memeriksa Proses dan Hasil

Memeriksa kembali hasil pemecahan masalah membuat siswa bisa menilai apakah yang telah mereka kerjakan sudah benar atau masih terdapat kejanggalan pada hasil. Jika terdapat kejanggalan dan hasil yang diperoleh tidak sesuai harapan, maka perlu dicek letak kesalahan pada langkah-langkah yang telah dilalui.

Menurut Wena (2012:52), bahwa untuk seorang pemula kemampuan memecahkan masalah dipandang sebagai kemampuan dalam melakukan rangkaian operasi prosedur atau urutan tindakan secara sistematis.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka aspek kemampuan memecahkan masalah dalam penelitian ini mengacu pada kemampuan siswa dalam menerapkan prosedur penyelesaian masalah, yang meliputi (1) menyadari dan memahami masalah, (2) merencanakan penyelesaian masalah, (3) melaksanakan rencana penyelesaian masalah, dan (4) mengevaluasi hasil penyelesaian masalah.

Berdasarkan teori-teori tentang aspek kemampuan memecahkan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka indikator kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai tolak ukur

(28)

kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi biodiversitas adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi Masalah

Indikator ini terkait dengan kemampuan siswa dalam mengenali dan memahami masalah yang terdapat pada suatu kasus atau fenomena biologi sehingga mampu mengidentifikasi pokok-pokok permasalahan.

b. Merumuskan Masalah

Indikator ini terkait dengan kemampuan siswa dalam mengenali dan memahami masalah yang terdapat pada suatu kasus atau fenomena biologi sehingga mampu merumuskan masalah.

c. Menemukan Alternatif Solusi

Indikator ini terkait dengan kemampuan siswa dalam merencanakan kegiatan pemecahan masalah konteks wacana. Hal ini sangat tergantung dengan pengalaman siswa, semakin banyak pengalaman mereka, maka semakin baik pula alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang mereka susun.

d. Memilih Alternatif Solusi

Indikator ini terkait dengan kemampuan siswa dalam merencanakan kegiatan pemecahan masalah konteks wacana. Hal ini sangat tergantung dengan pengalaman siswa, semakin banyak pengalaman mereka, maka semakin baik pula penentuan penyelesaian masalah yang mereka pilih.

e. Kelancarannya memecahkan Masalah

(29)

Indikator ini terkait dengan kemampuan siswa dalam melaksanakan rancangan kegiatan pemecahan masalah konteks wacana. Dalam melaksanakan pemecahan masalah perlu diperhatikan berbagai hal diantaranya (1) kerjakan bagian termudah dari perencanaan (2) perlu kesabaran yang tinggi, karena memecahkan masalah bukan hanya tentang pemikiran, namun juga tentang emosi. Perasaan yang tidak tenang akan menghambat proses pemecahan masalah, (3) Jika satu strategi tidak bisa memecahkan masalah, gunakan strategi lain.

f. Kualitas Hasil Pemecahan Masalah

Indikator ini terkait dengan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah konteks wacana, maka memeriksa dan meninjau kembali jawaban masalah yang diperoleh sangatlah perlu, dengan pertimbangan apakah jawaban tersebut sudah sesuai dengan prosedur dan teori-teori pendukung yang digunakan. Selain itu indikator ini juga digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam merefleksikan keberhasilan atau kegagalan siswa dalam menyelesaikan masalah, serta menyimpulkan hasil kegiatan pemecahan masalah.

C. Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran berbasis masalah memiliki ciri khusus yang berbeda dengan model-model pembelajaran yang ada. Banyak model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu mempermudah penguasaan siswa terhadap masalah yang dipelajari dan mengatur siswa agar terjadi proses kerja sama dalam belajar. Namun dalam pembelajaran berbasis masalah tidak sekedar bagaimana siswa mudah dalam belajar, tetapi lebih jauh dari itu

(30)

bagaimana siswa mengalami persoalan nyata tahu solusi yang tepat, serta dapat menerapkan solusi tersebut untuk memecahkan masalah (Sutirman, 2013).

1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah

Amir (2009) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah memiliki karakteristik:

a. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran b. Masalah yang digunakan menjadi masalah nyata

c. Masalah yang dihadapi memerlukan tinjauan dari berbagai sudut pandang

d. Masalah menarik bagi siswa yang mendapatkan pengalaman belajar baru e. Mengutamakan belajar mandiri

f. Memanfaatkan sumber yang bervariasi

g. Bersifat kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah

Problem based learning sebagai salah satu model pembelajaran

memiliki berbagai kelebihan. Namun demikian juga tidak lepas dari adanya kelemahan yang perlu menjadi pertimbangan dalam menerapkannya.

a. Kelebihan

1) Pemecahan Masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

2) Pemecahan Masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

(31)

3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

6) Pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

9) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

10) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal terakhir.

(32)

b. Kekurangan

1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari dapat dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

D. Kajian Teori Biodiversitas 1. Tingkat Biodiversitas

Biodiversitas atau keanekaragaman hayati, yang merupakan serapan langsung dari kata biodiversity. Keanekaragaman hayati terbentuk karena adanya keseragaman atau kesamaan dan keberagaman atau perbedaan sifat atau ciri makhluk hidup. Keanekaragaman dapat dilihat antara lain dari perbedaan bentuk, ukuran, warna, jumlah, dan faktor fisiologis (Irmaningtyas, 2016: 23).

a. Keanekaragaman Gen

Gen atau plasma nutfah adalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan yang terdapat di dalam lokus kromosom. Setiap benang- benang pembawa sifat keturunan yang terdapat di dalam inti sel. Setiap individu memiliki banyak gen, bila terjadi perkawinan atau persilangan antar individu yang karakternya berbeda akan menghasilkan keturunan yang semakin banyak variasinya. Contoh keanekaragaman tingkat gen

(33)

ini adalah tanaman Bunga mawar putih dengan bunga mawar merah yang memiliki perbedaan, yaitu perbedaan segi warna bunga (Irmaningtyas, 2016: 26).

Gambar 2.1 Contoh Keanekaragaman Gen (Sumber: (Irmaningtyas, 2016) b. Keanekaragaman Jenis

Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya yang menghasilkan keturunan yang subur untuk melanjutkan generasinya. Keanekaragaman jenis menunjukan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup antar jenis.Contoh keanekaragaman jenis yang mudah untuk dipahami adalah tingkat spesies yang ditemukan pada keluarga kucing-kucingan atau Famili apidae(Irmaningtyas, 2016: 31).

Gambar 2.2 Contoh Keanekaragaman Jenis (Sumber: Irmaningtyas, 2016)

(34)

c. Keanekaragaman Ekosistem

Ekosistem berarti suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup atau komponen biotik dan lingkunganya komponen abiotik. Secara garis besar terdapat dua ekosistem utama yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan(Irmaningtyas, 2016: 39).

Gambar 2.3 Contoh Keanekaragaman Ekosistem (Sumber: Furqaani, dkk., 2017)

2. Pelestarian Biodiversitas

Menurut Irmaningtyas (2016: 47),banyak kegiatan yang dapat kita lakukan untuk menjaga dan memelihara keanekaragaman hayati.

Contohnya, ikut berpartisipasi ketika ada kegiatan penghijauan.

Penghijauan dapat dilakukan dengan mudah, seperti menanam pohon di ruang terbuka disekitar rumah. Pemerintah juga telah mengeluarkan undang-undang tentang usaha perlindungan dan pengawetan alam atau konservasi untuk sumber daya hayati yang jumlahnya semakin menyusut.

Perlindungan alam itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi perlindungan alam umum dan perlindungan alam khusus. Perlindungan alam umum berguna untuk menjaga alam sebagai suatu kesatuan flora, fauna dan tanahnya. Perlindungan alam umum terbagi menjadi perlindungan alam ketat, adanya perlindungan alam terbimbing.

(35)

Perlindungan alam ketat adalah perlindungan alam yang tidak memperbolehkan campur tangan manusia dalam usaha perlindungannya, misal di taman nasional ujung kulon. Sementara itu perlindungan alam terbimbing adalah perlindungan alam dibawah bimbingan para ahli, misalnya kebun raya dan taman nasional.

Pencemaran lingkungan hidup, perusakan hutan indonesia, kerusakan lingkungan hidup lebih lanjut, secara otomatis akan menurunkan jumlah keanekaragaman sumber daya hayati. Pada akhirnya akan berdampak negatif terhadap keberlanjutan manusia. Dengan meningkatkan deforestasi, meningkatkan jumlah hewan punah, maka manusia akan kehilangan manfaat mereka.

Metode konservasi sumber daya alam yang tepat serta strategi pembangunan berkelanjutan mencoba memahami konsep ini sebagai pendekatan integral guna melestarikan keragaman sumber daya hayati.

Dalam beberapa cara atau bentuk, hampir seluruh budaya memiliki akar dan hubungan erat dengan keragaman hayati. Bahkan, dapat dikatakan sejarah peradaban manusia adalah sejarah pemanfaatan keragaman sumber daya hayati itu sendiri. Bahkan, dapat dikatakan sejarah peradaban manusia adalah sejarah pemanfaatan keragaman sumber daya hayati itu sendiri.

Karena itu, penurunan jumlah sumber daya alam tersebut akan meningkatan resiko, ancaman terhadap hidup manusia.

3. Manfaat Keanekaragaman Biodiversitas

Keanekaragaman biodiversitas dalam kehidupan sehari-hari oleh manusia dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, diantaranya kebutuhan

(36)

sandang, pangan, papan dan obat-obatan. Pemanfaatan untuk kebutuhan, pangan atau sebagai bahan makanan, contohnya sebagai sayuran, buah- buahan dan daging. Adapun untuk kebutuhan sandang sebagai bahan pakaian, contohnya kapas bulu hewan, dan kulit hewan. Pemanfaatan untuk pemenuhan kebutuhan papan atau tempat tinggal, contohnya kayu jati dan meranti, selain dari pemanfaatan hal tersebut juga dimanfaatkan untuk obat-obatan dan kosmetik (Irmaningtyas, 2016: 58).

4. Tantangan Biodiversitas

Tantangan Biodiversitas adalah tantangan yang sangat besar bagi umat manusia karena adanya perubahan iklim dan kepunahan spesies, sehingga konservasi sangat mutlak untuk diperlukan. Adapun konservasi hutan tropis menjadikan salah satu kawasan urban mampu menyebabkan penurunan signifikan dari beberapa jumlah hayati atau spesies di dalamnya.

Saat ini manusia dapat meningkatkan konsumsi dalam keanekaragaman yang berakibat menurunkan hayati, namun perubahan iklim juga menyebabkan perubahan yang sangat baik untuk perkembangan ekosistem flora yang pada habitatnya pada hutan tropis.

E. Penelitian Relevan

1. Yulianti (2017), yang meneliti tentang analisis pemahaman konsep dan pemecahan masalah biologi berdasarkan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung. Hasil penelitian menunjukan bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi tidak secara otomatis memiliki aktivitas pemahaman konsep dan aktivitas pemecahan masalah yang tinggi juga dengan persentase

(37)

pemahaman konsep yang tinggi 87% sedangkan untuk pemecahan masalah tinggi 86%, persentase pemahaman konsep sedang 67,75% sedangkan untuk pemecahan masalah sedang 76%, persentase untuk pemahaman konsep rendah adalah 55,36% sedangkan untuk pemecahan masalah rendah 56%.

2. Makrufi, dkk., (2016), meneliti tentang analisis kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi fluida dinamis. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah siswa kelas XI IPA 2 serta XI IPA 3 SMA Negeri 9 Malang pada materi fluida dinamis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa yaitu kemampuan mengorganisasi informasi dari situasi masalah baik secara simbolik maupun visual sebesar 30%, memilih konsep dan prinsip fisika yang tepat dari masalah yang diberikan sebesar 33%, mengarahkan pada pendekatan fisika yang diambil dalam kondisi khusus pada masalah yang diberikan sebesar 7%,penggunaan prosedur matematis yang tepat sebesar 26%, mengarahkan pada perkembangan solusi yang logis, koheren, fokus pada tujuan, dan konsisten sebesar 0%.

3. Hidayat dan Sariningsih (2018), meneliti tentang kemampuan pemecahan masalah matematis dan adversity quotient siswa SMP melalui pembelajaran open ended. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan

pemecahan masalah matematika dan adversity quotient dalam menyelesaikan soal cerita mengenai keliling dan luas bangun datar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP pada materi keliling dan luas persegi panjang dengan pembelajaran open ended mencapai ketuntasan belajar; (2) siswa

(38)

AQ quitters dalam memecahkan masalah mampu memahami masalah dengan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dan menjelaskan masalah dengan kalimat sendiri; (3) siswa AQ campers dalam memecahkan masalah mampu melaksanakan tiga tahapan Polya yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan dan melaksanakan rencana;

(4) siswa AQ climbers dalam memecahkan masalah mampu melaksanakan keempat tahap Polya yaitu mampu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, menyelesaikan masalah melalui strategi pemecahan masalah, serta memeriksa kembali hasil dan proses dan menyimpulkan hasil penyelesaian.

4. Akbar, dkk. (2018), meneliti tentang analisis kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematik siswa kelas XI SMA Putra Juang dalam materi peluang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang kesulitan siswa dalam proses pemecahan masalah serta untuk mengetahui tingkat kategori disposisi matematik pada tiap butir pernyataan. Berdasarkan analisis, kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal pemecahan masalah matematik materi peluang dihasilkan dalam proses pencapaian dan kualifikasi dalam memahami masalah 48,75% (rendah), merencanakan penyelesaian 40% (rendah), menyelesaikan masalah 7,5%

(sangat rendah), melakukan pengecekan 0% (sangat rendah). Metode penelitian menggunakan analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui sejauh mana pencapaian indikator dari kemampuan pemecahan masalah serta mengetahui tingkat kategori disposisi matematik pada tiap butir pernyataan. Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan bahwa

(39)

pencapaian indikator dari kemampuan pemecahan masalah belum tercapai sepenuhnya serta kemampuan disposisi siswa yang tergolong rendah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah ada sebelumnya adalah pada mata pelajaran dan pokok bahasan, peneliti ingin menganalisis kemampuan pemecahan masalah kelas X Siswa SMAN 3 Pangkep Pelajaran biologi pokok bahasan biodiversitas.

F. Profil Sekolah

SMA Negeri 3Pangkep terletak di Kecamatan Bungoro sekitar 2 km sebelah utara Ibu Kota Kab. Pangkep yakni kecamatan Pangkajene.

Kecamatan Bungoro letaknya sangat strategis karena berada pada posisi di tengah-tengah diantara semua kecamatan. Kecamatan Bungoro memiliki luas wilayah ± 1900 m2 dengan jumlah penduduk ± 30.000 jiwa.

Dalam bidang pendidikan di Kecamatan Bungoro sudah terdapat sekolah dari berbagai tingkatan mulai TK, SD hingga SMA dan SMK.Namun Mutu pendidikan pada umumnya masih perlu ditingkatkan. Hal ini didukung oleh sumber daya alam yang melimpah dengan potensi utama perikanan dan pertanian, perkebunan dan pertambangan.

1. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMA NEGERI 3 PANGKEP Status Sekolah : Status Negeri

NSS : 301009010303

NPSN : 40300676

Kepala sekolah : H. Mursalim, S.Pd., MPd

Alamat Sekolah : Jl. Andi Mappe No. 1, Kelurahan

(40)

Samalewa, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan.

Telepon : (0410) 22128

Kode Pos : 90651

2. Kualifikasi Guru

a. Data nama-nama guru SMA Negeri 3 Pangkajene yang terdiri dari PNS dan NONPNS dapat dilihat pada tabel di bawah:

Tabel 2.1 Daftar guru PNS

No Nama/NIP Pangkat/Gol Jabatan

1 Drs. H. Nurdin Abu, M.Si 19620426 199003 1 006

Pembina Utama Muda, IV/c

Kepala sekolah 2 Dra. Hj. Sitti Hasnah

19561231 198603 2 040

Pembina Utama Muda, IV/c

Guru

3 Drs. H. M. Nur

19591231 198603 1 230

Pembina Tk.I, IV/b Guru

4 Drs. M. Subur

19571110 198503 1 230

Pembina Tk.I, IV/b Guru

5 Drs. H. Tajuddin

19610613 198601 1 005

Pembina Tk.I, IV/b Guru

6 Dra. Hasnah Mustafa 19561018 198603 2 003

Pembina Tk.I, IV/b Guru

7 Dra. Hj. Najmah Indar 1950212 198603 2 003

Pembina Tk.I, IV/b Guru

(41)

8 Dra. Rosemary Bethania

19640301 198803 2 015 Pembina Tk.I, IV/b

Guru

9 Hj. Mariana, S.Pd 19620719 198512 2 002

Pembina Tk.I, IV/b Guru

10 Andi Sumarni, S.Pd 19630428 198601 2 003

Pembina Tk.I, IV/b Guru

11 Dra. Hadija

19641231 198903 2 098

Pembina Tk.I, IV/b Guru

12 Suardi Daming, S.Pd 19681224 199003 1 007

Pembina Tk.I, IV/b Guru

13 Baharia, S.Pd

19690118 199301 1 003

Pembina Tk.I, IV/b Guru

14 Bahariah, S.Pd

19650929 199203 2 014

Pembina Tk.I, IV/b Guru

15 Drs. H. Saehe

19600312 198603 1 029

Pembina, IV/a Guru

16 H. Hasan, S.Pd., M.Pd 19690501 199512 1 005

Pembina, IV/a Guru

17 Hj. Andi Hadijah, S.Pd 19661231 199003 2 067

Pembina, IV/a Guru

18 Jalil Ramli, S.Pd

19720929 199903 2 067

Pembina, IV/a Guru

19 Suhartati, S.Pd

19690407 199301 003

Pembina, IV/a Guru

(42)

20 Dewi Artati, S.Pi

19680410 200502 2 003

Penata Tk.I III/d Guru

21 Nasrullah Muh. Nur, S.Pd.

19801010 200502 1 007

Penata Tk.I III/d Guru

22 Yuli Nur, S.Pd

19800330 200502 2 003

Penata Tk.I III/d Guru

23 Hudaya, S.Pd

19751123 200604 2 025

Penata Tk.I III/d

Guru 24 Jumriah, S.Pd

19750418 200502 2 005

Penata Tk.I III/d Guru

25 Yunne S. Tompoliu, S.Pd 19760122 200701 2 006

Penata III/c Guru

26 Hj. Asma Gala, S.Pd 19700702 200701 2 020

Penata III/c Guru

27 Faridah Ningsih, S.Pd 19750405 200701 2 015

Penata III/c Guru

28 Kasmawati, S.Pd., MH 19770309 200801 2 010

Penata III/c Guru

29 Hj. Nursyuhada, S.Pd 19750328 200701 2 013

Penata III/c Guru

30 Thamrin, S.Pd

19800724 200801 1 008

Penata III/c Guru

31 Nur Rahman Aksad, S.Pd., M.Si

Penata III/c Guru

(43)

19800712 200801 1 009 32 Hj. Irma Agustina, S.Pd 19750830 200801 2 006

Penata III/c Guru

33 Nurhaedah, S.Pd

19751015 200803 2 001

Penata III/c Guru

34 Sri Darmawati, S.Pd., M.Pd

19701102 201001 2 003

Penata III/c Guru

35 Sri wahyuni, S.Pd 19870506 201001 2 026

Penata III/c Guru

36 Aswin, S.Pd

19820505 200902 1 004

Penata Muda, Tk.I III/b Guru

37 Nur Indrayani, S.Pd 19870130 201001 2 018

Penata Muda, Tk.I III/b Guru

38 Jumriah, S.Pd

19800705 201001 2 030

Penata Muda, Tk.I III/b Guru

39 Haeriah, S.Pd

19830223 201001 2 030

Penata Muda, Tk.I III/b Guru

40 Abd. Samad, S.Pd 19730713 201101 1 001

Penata Muda, Tk.I III/b Guru

41 Andi Anwar Mannan, S.Pd

19850618 201101 1 003

Penata Muda, Tk.I III/b Guru

(44)

Tabel 2.2 Daftar guru NON PNS

No Nama Pangkat/Gol

1 Syahruddin, S.Pd. Guru Tidak Tetap

2 Hj. Nurbaya, S.Pd. Guru Tidak Tetap

3 Yuniarti, S.Pd. Guru Tidak Tetap

4 Surya Dewan, S.Pd. Guru Tidak Tetap

5 Afridayanti, S.Pd. Guru Tidak Tetap

6 Andriyani, S.Pd. Guru Tidak Tetap

7 Satria Mulia Kenzari, S.Sos Guru Tidak Tetap

8 Muh. Taqwa, S.Pd. Guru Tidak Tetap

9 Muh. Yusuf, S.Pd Guru Tidak Tetap

10 Ramlah, S.Pd Guru Tidak Tetap

11 Meti Mukarramah, S.Pd Guru Tidak Tetap 12 Husain Mustafa, S.Th.i Guru Tidak Tetap

13 Sajerah, S.Pd Guru Tidak Tetap

14 Dewi Susanti, S.Pd Guru Tidak Tetap

15 Wirda, S.Pd Guru Tidak Tetap

16 Bohari, Y, S.Pd Guru Tidak Tetap

17 Hernawati, S.Pd Guru Tidak Tetap

18 Adrianisah, S.Pd Guru Tidak Tetap

19 Ahmad, S.Pd Guru Tidak Tetap

20 Nurhidayah, S.Pd Guru Tidak Tetap

21 Megawati, S.Pd Guru Tidak Tetap

(45)

22 Herlina M, S.Pd Guru Tidak Tetap

23 Ervina Ridwan, S.Pd Guru Tidak Tetap

24 Ahmad Yani, S.Pd Guru Tidak Tetap

25 Irmayani, S.Pd Guru Tidak Tetap

26 Nur megawati Ahmad Ridwan, S.Pd

Guru Tidak Tetap

27 Hj. Husaini, S.Pd Guru Tidak Tetap

28 Trisnawati, S.Pd Guru Tidak Tetap

29 Hikma, S.Pd Guru Tidak Tetap

30 Hendra Husman Saputra Ranneng, S.Pdi

Guru Tidak Tetap

31 M. Rusli, S.Pd Guru Tidak Tetap

Tabel 2.3 Pembina Ekstrakurikuler

No. Nama/ NIP Pangkat/

Gol.Ruang Tugas

1 Hj. Salna

19631215198603200

Penata Muda Tk.I,III/b

Kepala Tata Usaha 2 Haris Nonci

196902031989121003

Penata Muda Tk.I,III/b

Bag.Kesiswaan

3 St. Masniati

196112311987032077

Penata Muda Tk.I,III/b

Bag.

Kepegawaian &

Perlengkapan 4 Usman

196206201986021008

Pengatur Muda Tk.I, II

Bag. Kesiswaan

(46)

5 Hamka

196406032007011016

Pengatur Muda Tk.I, II/b

Bag. Persuratan dan Inventaris 6 Hawaida, S.Sos

197009301992032007

Penata Muda Tk.I,III/b

Bag. Persuratan

1) Jumlah Guru:

SMA Negeri 3 Pangkajene pada bulan Agustus 2017 mempunyai jumlah guru sebanyak 78 orang, 4 diantaranya kepala sekolah dan wakil kepala sekolah,41 guru tetap dan 31 guru honorer,1 kepala Lab IPA, 1 kepala Lab komputer dan termasuk para guru pembina unit kegiatan siswa(UKS)

2) Laboratorium:

Laboratorium yang ada di SMA Negeri 1 Bungoro terdiri dari 2 laboratorium dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Laboratorium

No. Nama / NIP Pangkat/

Gol.Ruang Tugas 1 SUHARTATI, S.Pd

19690407 199301 2 003

Pembina /IV/a Kepala Lab.IPA 2 THAMRIN , S.Pd

19800724 200801 1 008

Penata Muda Tk.I / III.b

Kepala Lab.

Komputer

SMA Negeri 3 Pangkajene memiliki dua ruangan laboratorium diantaranya laboratorium IPA dan laboratorium Komputer.

Penggunaan laboratorium ini sudah berjalan dengan baik meskipun ada beberapa guru yang masih belum memanfaatkannya dengan baik.

3. Unit Kegiatan Siswa

SMA Negeri 3 Pangkajene memiliki beberapa unit kegiatan siswa. Unit kegiatan siswa ini digunakan sebagai tempat bagi para

(47)

siswa-siswi untuk menyalurkan minat dan bakatnya. Beberapa unit kegiatan siswa yang ada di SMA Negeri 3 Pangkajene antara lain : a. Organisasi intra sekolah (OSIS)

b. PRAMUKA

c. Karya Ilmiah Remaja (KIR) d. Palang Merah Remaja (PMR) G. Kerangka Pikir

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa tidak mampu memecahkan permasalahan pada soal dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari. Disatu sisi, kemampuan pemecahan masalah penting bagi siswa, tetapi kebanyakan siswa masih kesulitan dalam memecahkan masalah.Kemampuan dalam memecahkan masalah menjadi hal yang sangat penting sehingga perlunya untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah siswa.

Mata pelajaran biologi bertujuan untuk menumbuhkan pemikiran ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori biologi serta menerapkannya dalam menyelesaikan masalah di kehidupan sehari-hari.Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan berpikir individu untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan data-data, analisis informasi, dan memilih pemecahan yang paling efektif. Melalui indikator pemecahan masalah, dapat dilakukan langkah pemecahan masalah pada penelitian ini yaitu mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, menemukan alternatif solusi, memilih alternatif solusi, kelancarannya memecahkan masalah dan kualitas hasil pemecahan masalah.

(48)

Gambar 2.4 Kerangka Pikir Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa kelas X pada SMA Negeri 3 Pangkep.

Pembelajaran Biologi materi Biodiversitas

Kemampuan Pemecahan Masalah

Menganalisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah:

Mengidentifikasi Masalah Merumuskan Masalah;

Menemukan Altenatif Solusi;

Memilih Altenatif Solusi;

Kelancarannya memecahkan Masalah Kualitas Hasil Pemecahan Masalah.

(49)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Pangkep. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September tahun ajaran 2020-2021.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Peneliti menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan tujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan kualitas kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi biodiversitas. Kemampuan pemecahan masalah siswa dianalisis berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah yang dijadikan sebagai tolak ukur kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi biodiversitas.

C. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran biologi materi biodiversitas, langkah-langkah variabel bebas tersebut merupakan kegiatan inti rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru mata pelajaran biologi kelas X di SMA Negeri 3 Pangkep.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah biologi merupakan suatu proses untuk memperoleh solusi permasalahan dengan enam tahap yaitu kemampuan mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah,

(50)

menemukan alternatif solusi, memilih alternatif solusi, kelancarannya memecahkan masalah dan kualitas hasil pemecahan masalah.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol dalam penelitian adalah tiap individu siswa yang masing-masing dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan dalam keluarga, masyarakat maupun lingkungan sekolah.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah studi kasus (case study), sebab penelitian ini akan mengkaji atau menganalisis kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X MIPA di SMA Negeri 3 Pangkep pada materi biodiversitas.

1. Tahapan Observasi

Observasi dilakukan di SMA Negeri 3 Pangkep pada siswa kelas X.

2. Tahap Persiapan

a. Mengajukan syarat permohonan izin kepada kepala sekolah SMA Negeri 3 Pangkep.

b. Berkoordinasi dengan guru bidang studi Pendidikan Biologi kelas X.

c. Pembuatan instrumen yang berupa soal tes kemampuan pemecahan masalah dalam bentuk esai yang selanjutnya akan divalidasi ahli dan validasi empirik.

3. Tahap Pelaksanaan, yang termasuk dalam kegiatan ini adalah melaksanakan sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya, melaksanakan tes kemampuan pemecahan masalah dan non tes berupa dokumentasi pada kelas-kelas sampel.

(51)

4. Tahap analisis data dan pembahasan dimana pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X MIPA di SMA Negeri 3 Pangkep.

5. Tahap penarikan kesimpulan, dilakukan berdasarkan hasil analisis data yang telah dilaksanakan.

Tahapan Prosedur penelitian yang akan mengkaji atau menganalisis kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X MIPA di SMA Negeri 3 Pangkep pada materi biodiversitas, dapat dilihat secara ringkas dalam gambar 3.1.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Observasi

Persiapan

Koordinasi dengan Guru Mata Pelajaran Penentuan Lokasi

Penelitian Perizinan Penelitian

Pembuatan Instrumen dan Validasi Pelaksanaan

Tes Dokumentasi

Hasil Penelitian

Tahap Analisis dan Pembahasan Kesimpulan

(52)

E. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA SMA Negeri 3 Pangkep. Dari jumlah keseluruhan sampel tersebut, menurut Arikunto (2010:

134) jika jumlah sampel kurang dari 100, sampel diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, apabila jumlah responden lebih dari 100 maka pengambilan sampel 10%-15% atau 20%-25%. Berdasarkan pendapat tersebut, maka pengambilan proporsi sampel tersebut 15% dengan alasan:

1. Kemampuan peneliti ditinjau dari waktu ke masa pandemi,

2. Sempitnya ruang gerak peneliti, dalam hal ini menyangkut banyaknya jumlah data sampel.

Adapun jumlah dan proporsi sampel dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.1 Sampel kelas X MIPA SMAN 3 Pangkep

Nama Kelas Total Proporsi Sampel yang digunakan

X MIPA 1 31 5

X MIPA 2 30 5

X MIPA 3 32 5

X MIPA 4 31 4

X MIPA 5 30 4

Jumlah siswa kelas X

MIPA SMAN 3 Pangkep 156 23

(53)

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sugiyono (2017: 85) menyatakan Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data secara acak dengan

pertimbangan tertentu.Pertimbangan sampel dalam penelitian ini didasarkan atas tingkat keaktifan dan variatif siswa, dengan proporsi sampel sebanyak 4-5 orang.

F. Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data primer, karena data yang diperoleh bersumber dari siswa. Sumber data yang diperoleh melalui pemberian soal tes kemampuan pemecahan masalah dalam bentuk esai berbasis konteks wacana.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah teknik tes dan non tes:

1. Teknik tes yang diberikan kepada siswa adalah tes untuk kerja siswa, yang ditujukan untuk menentukan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi biodiversitas dalam bentuk esai berbasis konteks wacana.

2. Teknik non tes berupa dokumentasi, dokumentasi bertujuan menelusuri dan menemukan informasi tentang kemampuan pemecahan masalah siswa.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2017: 102).Instrumen dalam penelitian yaitu instrumen tes dan instrumen non tes yang selengkapnya

(54)

dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 47. Berikut terkait instrumen tes dan instrumen non tes :

1. Instrumen tes berupa soal tes kemampuan pemecahan masalah,pada materi biodiversitas dalam bentuk esai berbasis konteks wacana. Berdasarkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan pemecahan masalah siswa.Adapun Indikator kemampuan pemecahan masalah yaitu:Merumuskan masalah;Merancang kegiatan pemecahan masalah;Melaksanakan kegiatan pemecahan masalah;Mengevaluasi hasil kegiatan pemecahan masalah 2. Instrumen non tes berupa dokumentasi, dokumentasi bertujuan menelusuri

dan menemukan informasi tentang kemampuan pemecahan masalah siswa.

Berdasarkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, maka instrumen penelitian yang digunakan adalah dokumentasi.

I. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh dan dikumpulkan melalui hasil pemberian soal tes kemampuan pemecahan masalah dan dokumentasi. Dalam analisis data, akan diketahui berapa banyak siswa yang mencapai indikator mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah, menemukan alternatif solusi, memilih alternatif solusi, kelancarannya memecahkan masalah dan kualitas hasil pemecahan masalahnya.Analisis hasil pemecahan masalah siswa dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 85. Sebelum analisis data dilakukan, maka terlebih dahulu dilakukan analisis instrumen yaitu validasi ahli dan validasi empirik.

(55)

1. Validasi Ahli

Uji validasi diperoleh dari pengujian terhadap kesesuaian materi, konstruksi, dan Bahasa. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Soal tes kemampuan pemecahan masalah dalam bentuk uraian yang telah dibuat dikonsultasikan pada ahli kemudian dievaluasi dan direvisi.

2. Validasi Empirik

Uji validitas empirik adalah uji validitas di lapangan soal yang telah dinyatakan valid oleh ahli, selanjutnya akan di uji ke lapangan dengan memberikan tes kemampuan pemecahan masalah kepada siswa yang sebelumnya telah mendapatkan materi tersebut. Pemberian soal tes ke lapangan bertujuan untuk mengetahui kevalidan soal yang dikembangkan berdasarkan data empiris. Setelah dilakukan uji, kemudian dilakukan analisis terhadap lembar jawaban peserta didik untuk mengukur validitas dari instrumen.

3. Analisis Deskriptif

Adapun tahapan analisis deskriptif yaitu sebagai berikut:

a. Mengoreksi hasil pekerjaan siswa. Pada tahap ini peneliti mengoreksi hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan indikator tahapan pemecahan masalah berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah.Kemampuan pemecahan masalah siswa diperoleh berdasarkan nilai tes. Penilaian tes mengacu pada pedoman penskoran.

Berikut kriteria pemberian skor untuk setiap indikator kemampuan pemecahan masalah:

(56)

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah No. Aspek Penilaian Skor Deskripsi

1 Mengidentifikasi Masalah

4

Siswa dapat menuliskan dua atau lebih masalah relevan dengan wacana, dan benar bercirikan masalah.

3

Siswa dapat menuliskan satu masalah relevan dengan wacana, dan benar bercirikan masalah.

2

Siswa dapat menuliskan satu masalah relevan dengan wacana, dan tidak bercirikan masalah.

1

Siswa tidak dapat menuliskan satupun masalah relevan dengan wacana.

2

Merumuskan Masalah

4

Siswa dapat membuat rumusan masalah dalam bentuk kalimat tanya yang baku, menunjukkan satu atau lebih variabel, dan relevan dengan masalahnya.

3 Siswa dapat membuat rumusan masalah dalam bentuk kalimat tanya

(57)

namun kurang baku, menunjukan satu atau lebih variabel, dan relevan dengan masalahnya.

2

Siswa dapat membuat rumusan masalah dalam bentuk kalimat namun kurang baku, tidak menunjukkan satu atau lebih variabel, dan relevan dengan masalahnya.

1

Siswa tidak dapat membuat rumusan masalah dalam bentuk kalimat atau kalimat tanya yang baku, tidak menunjukkan satu atau lebih variabel, dan tidak relevan dengan masalahnya.

3

Menemukan Alternatif Solusi

4

Siswa dapat menuliskan dua atau lebih alternatif solusi atau cara pemecahan masalah dan relevan dengan setiap masalah yang akan dipecahkan.

3 Siswa dapat menuliskan satu

alternatif solusi atau cara pemecahan

(58)

masalah dan relevan dengan masalah yang akan dipecahkan

2

Siswa dapat menuliskan satu

alternatif solusi atau cara pemecahan masalah namun tidak relevan

dengan masalah yang akan dipecahkan.

1

Siswa tidak dapat menuliskan satupun alternatif solusi atau cara pemecahan masalah.

4

Memilih Alternatif Solusi

4

Siswa dapat memilih atau menentukan satu dari alternatif solusi,yang terbaik, dengan alasan yang rasional.

3

Siswa dapat memilih dan menentukan satu dari alternatif solusi, yang terbaik,namun tidak dengan alasan yang rasional.

2

Siswa dapat memilih atau menentukan satu dari alternatif solusi,tidak memilih yang terbaik dan tidak dengan alasan yang

(59)

rasional.

1

Siswa tidak dapat memilih atau menentukan satupun dari alternatif solusi,tidak memilih yang terbaik, dengan alasan yang rasional maupun tidak rasional.

5

Kelancarannya memecahkan Masalah

4

Siswa dapat menyelesaikan pemecahan masalah tanpa kecurangan, dalam selang waktu yang disediakan dan dengan alasan yang rasional.

3

Siswa dapat menyelesaikan pemecahan masalah tanpa kecurangan, dalam selang waktu yang disediakan dan dengan alasan yang tidak rasional.

2

Siswa dapat menyelesaikan pemecahan masalah tanpa kecurangan, namun dengan

tambahan waktu dan dengan alasan yang rasional atau tidak rasional.

1 Siswa tidak dapat menyelesaikan

(60)

pemecahan masalah.

6

Kualitas Hasil Pemecahan Masalah

4

Apabila hasil pemecahan tepat, rasional,dan dapat dibenarkan sesuai konteks wacana.

3

Apabila hasil pemecahannya rasional,kurang tepat, tetapi dapat dibenarkan sesuai konteks wacana.

2

Apabila rasional, tetapi tidak tepat dan sulit dibenarkan sesuai konteks wacana.

1

Apabila hasil pemecahannya tidak tepat,tidak rasional, dan tidak dapat dibenarkan sesuai konteks wacana.

(sumber: olahan Penulis, 2020) Adapun cara perhitungan nilai akhir adalah sebagai berikut:

N =

× 100 Dimana :

N : nilai kemampuan pemecahan masalah siswa per butir soal

b. Mengelompokkan siswa berdasarkan kategori yang ada pada setiap indikator.

(61)

Tabel 3.3 kategori kemampuan pemecahan

Rentang Kualitatif Kategori

81% - 100% Sangat baik

61% - 80% Baik

41% - 60% Cukup baik

21% - 40% Kurang baik

0% - 20% Sangat tidak baik

(sumber: Riduwan, 2011) c. Penarikan kesimpulan. Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dan memverifikasi data yang menjadi jawaban dari rumusan masalah dan merupakan tujuan dari penelitian, dengan menganalisis jawaban siswa kelas X SMA Negeri 3 Pangkep, maka peneliti dapat menarik kesimpulan.

Gambar

Gambar 2.1 Contoh Keanekaragaman Gen  (Sumber: (Irmaningtyas, 2016)  b.  Keanekaragaman Jenis
Gambar 2.3 Contoh Keanekaragaman Ekosistem  (Sumber: Furqaani, dkk., 2017)
Tabel 2.1 Daftar guru PNS
Tabel 2.2 Daftar guru NON PNS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari uji aktivitas menggunakan uji ANOVA formula 3 dengan dengan perbandinga 3:1 yang terdiri dari ekstrak etanol seledri 7,5 % dan daun teh hijau 2,5 %, memiliki

Normalitas Perubahan Warna Serbuk Daun Jati Muda Saat Pelarutan dan Setelah Didiamkan 9 jam. Tests

Dari hasil penelitian, sanitasi menggunakan EAW selama 5 menit dan 10 menit memberikan kualitas sensori yang lebih baik sampai pada hari kelima masa penyimpanan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan terhadap bursting test elbow dalam metode virtual dengan Metode Elemen Hingga menggunakan software ANSYS Workbench dan

Penelitian sebelumnya mengenai katalis berbasis pengemban β -zeolit untuk konversi sitronelal telah banyak dilaporkan, antara lain adalah Ni/Zr-beta (Nie et

Adapun tujuan khususnya yaitu (1) Mengidentifikasi karakteristik ibu, pengasuh TPA dan anak, (2) Mengidentifikasi aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu (pada hari

Manfaat bagi guru yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi guru pendidikan jasmani terhadap penerapan pendekatan bermain yang diberikan yang sesuai untuk peningkatan