• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

3. Kemandirian Belajar Matematika

8

3. Kemandirian Belajar

Kemandirian Belajar adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang dalam belajar dengan mengandalkan kemampuan yang timbul dari dalam diri sendiri tanpa ada tekanan dari orang lain yang ditandai dengan adanya keinginan yang kuat (motivasi), inisiatif, rasa percaya diri, dan bertanggung jawab. Kemandirian belajar siswa mengandung arti mampu mencukupi sendiri, mengerjakan sendiri, memecahkan masalah sendiri, berinisiatif, percaya diri, dan mampu mengambil keputusan untuk memilih sesuatu yang dimungkinkan akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajarnya.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika pada siswa kelas VIII-H di SMP N 15 Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended.

3. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended.

4. Untuk mengetahui pandangan guru mengenai hambatan-hambatan dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Bagi sekolah

Sebagai gambaran umum bagi guru matematika mengenai alternatif pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang lebih efektif. 2. Bagi penulis

Menambah pengetahuan, wawasan, dan merupakan pengalaman berharga dalam menerapkan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended.

3. Bagi pembaca

Memberikan informasi yang cukup bagi pembaca mengenai pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended dan memberikan masukan kepada rekan peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan penelitian ini tersusun menjadi beberapa bab yakni: Bab I merupakan bab pendahuluan, pada bab ini akan dikemukakan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Selain itu, pada bab ini juga berisi penjelasan istilah dan sistematika penulisan.

Bab II ini berisi mengenai landasan teori yang berkaitan dengan peneliltian dalam skripsi ini. Teori-teori tersebut meliputi pembelajaran matematika,

10

pendekatan open-ended, kemandirian belajar seperti pengertian kemandirian, ciri-ciri kemandirian, dan karakteristik kemandirian serta penjelasan mengenai sikap siswa. Dalam bab ini juga dikemukakan kerangka berpikir peneliti.

Bab III merupakan metodologi penelitian yang menjelaskan tentang jenis, rancangan, tempat dan waktu, data serta obyek dan subyek penelitian. Teknik pengumpulan data, metode analisis data, instrumen penelitian, dan prosedur pelaksanaan penelitian juga dijelaskan dalam bab ini.

Bab IV ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan penelitian dan tabulasi data penelitian. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari lima kali pertemuan yang terbagi menjadi dua siklus. Sedangkan tabulasi data penelitian meliputi data kemandirian belajar siswa yang diperoleh melalui observasi, angket/ kuisioner, dan wawancara, data sikap/ respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended yang diperoleh melalui angket/ kuisioner dan wawancara, data kesulitan siswa, dan data pandangan guru mengenai hambatan-hambatan yang dialami pada waktu pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended yang diperoleh malalui wawancara.

Bab V berisi tentang analisis data dan pembahasan hasil analisisnya terutama jawaban yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Antara lain mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

open-ended apakah dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VIII-H SMP N 15 Yogyakarta, sikap/ respon siswa, kesulitan-kesulitan siswa, dan pandangan guru mengenai hambatan-hambatan yang dialami dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bab VI merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran mengenai hasil penelitian ini.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Matematika

Pengertian pembelajaran (instruction) berbeda dengan pengajaran (teaching). Pembelajaran merupakan kegiatan guru memfasilitasi siswa yang sedang belajar sedangkan pengajaran merupakan kegiatan guru mentransfer pengetahuan kepada siswa. Adapun karakteristik pembelajaran seperti yang disebutkan Susento (2007) dalam seminarnya di yayasan Xaverius Palembang yaitu:

1. berpusat pada siswa

2. mengembangkan kreativitas 3. menyenangkan dan menantang 4. kontekstual

5. menyediakan aneka pengalaman belajar 6. belajar melalui berbuat

Erman Suherman (2001:8) menyatakan bahwa pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah melibatkan komponen-komponen yang saling terkait yang terkandung di dalamnya yaitu guru dan siswa. Seperti apa yang dikatakan Moh. Uzer Usman (2002:4) pembelajaran merupakan suatu proses

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif tertentu.

Seorang guru dituntut memiliki kemampuan untuk dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran, strategi pembelajaran, dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel yang disesuaikan dengan materi, siswa, dan konteks pembelajaran (Karnita,

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/042006/15/99forumguru.htm).

Tujuan pembelajaran matematika dalam buku Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTS (2003:2) adalah sebagai berikut: 1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Utari Sumarno (2004:5) yaitu pembelajaran matematika memang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis yang meliputi pemahaman, pemecahan

14

masalah, penalaran, komunikasi, dan koreksi matematis, kritis, serta sikap yang terbuka dan objektif.

Dari beberapa pendapat di atas, dalam pembelajaran itu menuntut siswa agar dapat berpikir kritis dan kreatif, sedangkan guru juga dituntut mempunyai kecakapan untuk memilih suatu model pembelajaran yang dapat membawa siswa dalam mengembangkan kemampuannya itu. Seperti yang telah di ungkapkan Stanic (dalam Romberg, 1992:759) tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Selain itu juga meningkatkan kreativitas dan sikap kritis yang dapat dilatih melalui pembelajaran matematika yang sistematis dan sesuai dengan pola-pola pembelajarannya.

Pembelajaran matematika menurut Herman Hudojo (2001:135) adalah pembelajaran tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Bahasan yang dipelajari itu tidak begitu saja diberikan guru kepada siswa, melainkan harus melibatkan peran aktif siswa sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam mempelajari konsep dan struktur tersebut. Dengan demikian siswa diharapkan dapat lebih meningkatkan kemandirian belajarnya.

Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah kegiatan guru memfasilitasi siswa dalam mempelajari bahasan yang terdapat dalam matematika mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur dan mampu mencari hubungan-hubungan antara

konsep-PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

konsep dan struktur-struktur tersebut sehingga proses belajar dapat berkembang secara optimal dan tujuan pembelajaran matematika untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis dan meningkatkan kreativitas dapat tercapai melalui pembelajaran yang sistematis.

2. Pendekatan Open-ended

Pendekatan (Approach) pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa (Erman Suherman, 2001:7). Dalam penelitian ini pendekatan pembelajaran yang akan dikembangkan adalah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended. Dilihat dari strategi pembelajarannya, Mumun Syaban mengatakan bahwa pendekatan open-ended

pada prinsipnya sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa. Pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dari mengenalkan atau menghadapkan siswa pada masalah atau soal open-ended (soal terbuka) (Syarifah Fadillah,

http://fadillahatick.blogspot.com).

Menurut Erman Suherman (2001:113) pembelajaran dengan pendekatan open-ended biasanya dimulai dengan memeberikan masalah terbuka (open-ended problem) atau masalah tidak lengkap (incomplete problem) kepada siswa. Problem open-ended adalah problem yang dirancang tidak hanya mempunyai jawaban tunggal melainkan memiliki multijawaban

16

yang benar. Menurut Hancock (1995:496) dan Berenson (1995:183) juga menyatakan bahwa soal open-ended adalah soal yang memiliki lebih dari satu penyelesaian dan cara penyelesaian yang benar (Mumun Syaban,

http://nrich.maths.org/public/viewer.php?art=index&refpage=

monthindex.php). Sawada (1997:27) mengemukakan bahwa secara umum

terdapat tiga tipe masalah open-ended yang dapat diberikan, yaitu: (Syarifah Fadillah, http://fadillahatick.blogspot.com)

1. tipe pertama, yaitu menemukan hubungan

Masalah open-ended tipe pertama ini diberikan dengan tujuan agar siswa dapat menemukan beberapa aturan atau hubungan matematis. Contoh tipe masalah open-ended yang pertama ini misalnya tentang materi relasi dan fungsi. Pada materi ini diarahkan agar siswa dapat menemukan aturan atau hubungan yang ada diantara dua buah himpunan.

2. tipe kedua, yaitu mengklasifikasi

Tipe masalah open-ended yang kedua ini siswa diminta mengklasifikasikan berdasarkan karakteristik yang berbeda dari suatu objek tertentu untuk memformulasikan beberapa konsep tertentu. Contoh tipe masalah open-ended yang kedua ini banyak ditemui pada materi geometri, misalnya pada masalah membedakan dan melihat kesamaan antara bangun datar seperti persegi panjang dan segitiga.

3. tipe ketiga, yaitu pengukuran

Tipe masalah open-ended yang ketiga siswa diminta menentukan ukuran-ukuran numerik dari suatu kejadian tertentu. Contoh tipe masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

open-ended ketiga ini banyak ditemui pada materi-materi pengukuran, seperti menghitung keliling dan luas suatu bangun datar atau bangun ruang.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba menggunakan masalah open-ended tipe yang pertama yaitu menemukan hubungan. Oleh karena itu peneliti memilih materi “Relasi dan Fungsi”, dengan tujuan agar siswa dapat menemukan aturan atau hubungan yang ada pada materi tersebut. Diharapkan siswa juga dapat mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari sebelumnya untuk memecahkan masalah.

Tujuan pembelajaran open-ended menurut Nohda (2000) yang dikutip oleh Erman Suherman adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dari siswa dan kemampuan berpikir matematis mereka dalam memecahkan masalah. Dengan kata lain, adanya pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended kiranya kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa yang dapat dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan setiap kemampuan siswa. Selain itu, dengan pendekatan open-ended

juga diharapkan masing-masing siswa memiliki kebebasan dalam memecahkan masalah menurut kemampuan dan minatnya. Siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa dengan kemampuan yang lebih rendah sama-sama diberi kesempatan untuk berpikir dengan bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Pendekatan open-ended ini menjanjikan suatu kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi berbagai strategi dan cara yang dianggapnya

18

benar dan sesuai dengan kemampuannya mengelaborasi permasalahan. Inti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended ialah pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara siswa dan matematika sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai macam metode, cara atau pendekatan yang berbeda. Kegiatan interaksi antara matematika dan siswa dikatakan terbuka jika memenuhi tiga aspek yaitu: (Erman Suherman,2001:114)

1. Kegiatan siswa harus terbuka

Kegiatan siswa harus terbuka, artinya kegiatan pembelajaran harus mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran di kelas secara bebas dan sesuai dengan kehendak mereka.

2. Kegiatan matematik adalah ragam berpikir dan peningkatan level matematika

Kegiatan matematik adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses pengabstraksian dari pengalaman-pengalaman nyata atau kehidupan sehari-hari ke dalam dunia matematika ataupun sebaliknya. Menurut Freudenthal (dalam Suryanto, www.KumpulBlogger.com) matematika merupakan aktivitas manusia yang melibatkan pengalaman-pengalaman. Menyusun atau mengatur pengalaman dengan menggunakan matematika disebut matematisasi atau mematematikakan. Treffers membedakan matematisasi menjadi dua macam, yaitu matematisasi pengalaman nonmatematika atau matematisasi horisontal dan matematisasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

matematika atau matematisasi vertikal. Matematisasi horisontal adalah suatu proses untuk menghasilkan pengetahuan (konsep, prinsip, model) matematis dari masalah kontekstual sehari-hari. Sedangkan matematisasi vertikal adalah proses menghasilkan konsep, prinsip, model matematis baru dari pengetahuan matematika yang sudah diperoleh sebelumnya. 3. Kegiatan siswa dan kegiatan matematik merupakan satu kesatuan

Kegiatan siswa dan kegiatan matematik dapat dikatakan terbuka secara simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dalam berpikir matematik siswa terperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan matematik yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan lainnya. Dengan kata lain, ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan permasalahan yang diberikan guru maka dengan sendirinya akan mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematik lain pada tingkatan berpikir yang lebih tinggi. Guru dapat membelajarkan siswa melalui kegiatan-kegiatan matematik tingkat tinggi yang sistematis atau melalui kegiatan-kegiatan matematik yang mendasar untuk melayani siswa yang kemampuannya masih rendah.

Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended

tidak hanya memberikan masalah-masalah terbuka kepada siswa melainkan dalam proses pembelajarannya juga harus menjamin keterbukaan aktivitas siswa.

20

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jepang, telah ditemukan beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat problem

open-ended, antara lain yaitu: (Erman Suherman,2001:118) 1. Permasalahan yang disajikan melalui situasi nyata

2. Soal-soal pembuktian dibuat sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu 3. Memberikan contoh yang kongkrit dalam beberapa kategori sehingga

siswa bisa mengelaborasi sifat-sifat dari contoh tersebut untuk menemukan sifat-sifat yang umum

4. Memberikan beberapa latihan yang serupa agar siswa dapat mengeneralisasi dari pekerjaannya itu.

Selain itu ada dua teknik yang dapat dilakukan dalam menyusun suatu pertanyaan open-ended yaitu:

1. teknik bekerja secara terbalik (working backward)

teknik ini terdiri dari tiga langkah yaitu mengidentifikasi topik, memikirkan pertanyaan dan menuliskan jawaban lebih dulu, dan membuat pertanyaan open-ended didasarkan pada jawaban yang telah dibuat.

2. teknik penggunaan pertanyaan standar (adapting a standard question) teknik ini juga terdiri dari tiga langkah yaitu mengidentifikasi topik, memikirkan pertanyaan standar, dan membuat pertanyaan open-ended

yang baik berdasarkan pertanyaan standar yang telah dibuat (Mumun Syaban, http://nrich.maths.org/public/viewer.php?art=index&refpage=

monthindex.php).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sebelum suatu pertanyaan open-ended disajikan di depan kelas, menurut Erman Suherman ada tiga hal yang harus diperhatikan, antara lain:

a. Pertanyaan yang diajukan harus mendorong siswa untuk dapat berpikir dari beberapa sudut pandang

b. Pertanyaan yang diajukan berada dalam wilayah pemikiran siswa, jika guru memprediksi pertanyaan itu berada di luar pemikiran siswa, maka pertanyaan itu harus diubah atau diganti.

c. Pertanyaan itu harus mempunyai keterkaitan atau hubungan dengan konsep-konsep matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memotivasi siswa untuk lebih berpikir dalam tingkat tinggi

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan open-ended

adalah suatu pembelajaran yang diawali dengan pemberian soal terbuka kepada siswa agar siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan berbagai strategi atau cara yang dimilikinya sehingga dapat memperoleh jawaban yang diharapkan dan tujuan dari pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dapat tercapai.

3. Kemandirian Belajar Matematika

a. Pengertian Kemandirian

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada orang lain (Depdikbud,1989:555). Sedangkan menurut Constance Kamii (2000: 56) berpendapat bahwa kemandirian berarti diperintah oleh diri sendiri,

22

dimana setiap pribadi mempunyai hak untuk membuat keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

Kemandirian menurut Sutari Imam Barnadib (1982) meliputi “perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan mampu melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain”. Hal ini juga didukung dengan pendapat Kartini dan Dali yang menyatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri (Warmansaja,

www.abihafiz.wordpress.com/2008/05/24/kemandirian-sebagai-kebutuhan-psikologis-pada-remaja). Kemandirian belajar dapat diartikan

sebagai suatu kegiatan atau aktivitas belajar dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri tanpa tergantung pada orang lain.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mempunyai pengertian:

1) Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya,

2) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi,

3) Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, 4) Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya

Kemandirian belajar siswa mengandung arti mampu mencukupi sendiri, mengerjakan sendiri, memecahkan masalah sendiri, berinisiatif, percaya diri, dan mampu mengambil keputusan untuk memilih sesuatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang dimungkinkan akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajarnya. Kemandirian belajar ini berhubungan erat dengan motivasi (dorongan) yang berasal dari dalam peaerta didik untuk berhasil dalam belajar. Kemandirian belajar merupakan faktor pencetus keberhasilan dalam belajar yang berasal dari dalam diri peserta didik. Dengan adanya motivasi terhadap keberhasilan belajar ini, memungkinkan peserta didik untuk merasa bertanggungjawab dalam mengelola dirinya sendiri sehingga peserta didik dapat menganggap bahwa kegiatan belajar bukanlah suatu kewajiban melainkan suatu kebutuhan dalam hidupnya (http://www.geocities.com/guruvalah/hasil_belajar_bab2b.pdf).

b. Ciri-ciri Kemandirian

Suardiman (1984:40) mengemukakan ciri-ciri kemandirian yaitu sebagai berikut:

1) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku, dan bertindak atas kehendak diri sendiri secara bebas dan tidak bergantung pada orang lain

2) Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan

3) Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet, tekun untuk mewujudkan harapannya

4) Mampu berpikir dan bertindak secara kreatif penuh inisiatif dan tidak sekedar mengikuti

24

5) Mempunyai kecenderungan untuk mencapai kemajuan yaitu untuk meningkatkan prestasi belajar

6) Mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukannya tanpa mengharapkan bimbingan dan pengarahan dari orang lain.

Tingkat kemandirian belajar siswa dapat ditentukan berdasarkan seberapa besar inisiatif dan tanggung jawab siswa untuk berperan aktif dalam hal perencanaan belajar, pelaksanaan atau proses belajar maupun evaluasi belajar. Kemandirian juga didukung dengan adanya kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berpikir dan bertindak serta mampu mengendalikan dirinya dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal (http://www.oness.co.id).

Dilihat dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa terdapat beberapa karakteristik dalam kemandirian belajar antara lain, mempunyai keinginan yang kuat (motivasi), mempunyai inisiatif, percaya diri dan bertanggung jawab. Hal ini diperkuat dengan pendapat Atmanta bahwa kemandirian mampu menjadikan seseorang berpikir secara objektif, tidak mudah dipengaruhi orang lain, berani mengambil keputusan sendiri, tumbuh rasa percaya diri, dan tidak tergantung pada orang lain, dengan demikian kemandirian akan berkembang dengan baik

(http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/20/muda/2376409.htm).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Karakteristik Kemandirian

Beberapa karakteristik atau ciri-ciri dalam kemandirian belajar antara lain:

1) Keinginan yang kuat (Motivasi)

Terdapat beberapa pendapat yang merumuskan definisi “motivasi” sesuai dengan kajian yang diperdalamnya (Arief Achmad,

http://www.kesetaraan.net/index.php?option=com_content&task=view &id=46&Itemid=2), antara lain:

a) Michel J. Jucius (Onong Uchjana Effendy, 1993: 69-70) menyebutkan motivasi sebagai kegiatan yang memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki.

b) Menurut Dadi Permadi (2000: 72) motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu, baik sesuatu yang positif maupun sesuatu yang negatif.

c) Menurut Ngalim Purwanto (2004: 64-65) motivasi adalah segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia baik yang penting maupun yang kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya yang mempunyai motif tertentu sebagai dorongan melakukan tindakan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh individu selalu ada motivasi yang melatarbelakanginya

d) Nasution (2002: 58), membedakan antara “motif” dan “motivasi”. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk

26

melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya.

Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang

mendorong perilaku ke arah tujuan (http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi). Motivasi adalah suatu dorongan

untuk mencapai tujuan tertentu, dorongan itu bisa berbentuk antusiasme, harapan, dan semangat. Menurut Rollam Handerson, motivasi ibarat api yang ada di dalam pikiran seseorang yang terkadang bisa berkobar-kobar tetapi terkadang juga bisa redup, tergantung dari kondisi mental orang tersebut. Jika seseorang ingin mencapai kesuksesan, motivasi adalah panas bara api yang harus di jaga jangan sampai redup, karena redupnya bara api berarti orang itu telah kehabisan bahan bakar untuk menggerakkan mesin tubuh untuk mencapai tujuan yang diharapkannya (Rollam Handerson,

http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2003/0415/man01.html).

Motivasi dapat di klasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:

• Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, misalnya sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek-aspek yang lain yang

Dokumen terkait