• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

1. Kemandirian Belajar Siswa

Berdasarkan tabel 5.10 di atas, dapat dilihat kualitas kemandirian belajar siswa kelas VIII-H selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended tergolong cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dari jawaban siswa pada setiap aspek kemandirian belajarnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dari 10 butir pernyataan yang terdapat pada tabel 5.10, didapat 6 butir pernyataan dengan jawaban positif dan 4 butir pernyataan dengan jawaban negatif. Jika dilihat dari kuantitas jumlah frekuensi siswanya, kualitas kemandirian belajar siswa selama mengikuti pembelajaran pada pada pertemuan pertama dan pertemuan kelima (terakhir) cenderung mengalami peningkatan. Walaupun peningkatannya tidak terjadi pada semua aspek kemandirian belajar, seperti hanya pada aspek motivasi, percaya diri, dan tanggung jawab. Sedangkan pada aspek inisiatif justru mengalami penurunan. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah karena pada pertemuan pertama perwakilan dari semua kelompok bersedia untuk mengemukakan ide/ pendapatnya mengenai jawaban dari permasalahan yang diberikan di depan kelas, sedangkan pada pertemuan kelima (terakhir) hanya ada satu perwakilan kelompok saja yang bersedia mengemukakan ide jawabannya di depan kelas dan menjelaskan kepada teman-temannya. Selain itu sebagian siswa juga tidak bersedia tunjuk tangan ketika menjawab pertanyaan, mereka lebih sering menunggu dirinya untuk ditunjuk terlebih dahulu. Sehingga dengan adanya pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended yang diajarkan selama penelitian tidak menunjukkan peningkatan kualitas kemandirian belajar siswa yang signifikan. Sekalipun terjadi peningkatan, peningkatannya tidak mencakup pada semua aspek kemandirian belajar yaitu hanya terjadi pada aspek motivasi dan percaya diri.

150

Adapun kualitas kemandirian belajar siswa kelas VIII-H selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended

setiap aspeknya dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Aspek Motivasi

Berdasarkan tabel 5.10 di atas, dapat diketahui bahwa aspek motivasi siswa selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended cenderung tinggi. Hal ini terlihat pada semua butir pernyataan aspek motivasi didapat jawaban yang positif, seperti beberapa siswa cenderung mempersiapkan buku dan peralatan tulis lainnya sebelum pelajaran dimulai walaupun tidak selalu. Mereka juga cenderung tidak mengeluh ketika diminta mengerjakan tugas/ PR dan tidak mudah menyerah jika menemui kesulitan (ada soal yang sulit). Seperti pada petikan percakapan berikut yang terjadi pada waktu proses pembelajaran pada sub materi korespondensi satu-satu (pertemuan kelima). Masing-masing siswa diminta untuk memasangakan gambar tujuh keajaiban dunia dengan gambar bendera negaranya masing-masing.

S23 : “Mba, Petra itu ada dimana?” (sambil menunjukkan gambar keajaiban dunia petra dan mencoba dipasangkan pada gambar bendera dua Negara yang belum memiliki pasangan)

P : “Dimana coba?” S23 : “Di Peru ya mba?” P : “Bukan”

S23 : “Oo, berarti di Yordania ya mba?” P : “Ya”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dari percakapan di atas dapat terlihat bahwa mereka tidak mudah menyerah begitu saja ketika mereka menemui kesulitan, misalnya di Negara mana letak keajaiban dunia Petra itu, mereka berusaha menanyakannya baik kepada peneliti maupun observer yang berada di situ. Jika dilihat secara kuantitasnya aspek motivasi siswa kelas VIII-H selama mengikuti pembelajaran matematika ini cenderung mengalami peningkatan jika dibandingkan pada pertemuan pertama dan pertemuan kelima (terakhir). Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah frekuensi siswa yang melakukan kegiatan yang mendukung aspek motivasi pada pertemuan pertama (sebanyak 163) dan pada pertemuan kelima (sebanyak 205) seperti terlihat pada tabel 5.2 di atas.

b. Aspek Inisiatif

Dengan melihat tabel 5.10 di atas, pada aspek inisiatif dapat dilihat dua butir pernyataan dengan jawaban positif dan satu pernyataan dengan jawaban negatif. Selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended beberapa siswa cenderung sudah bersedia untuk mengemukakan ide/ pendapatnya di depan kelas dan jika mereka mampu maka mereka bersedia membantu teman yang mengalami kesulitan dalam memahami materi/ mengerjakan soal. Walaupun sebelum mereka mengemukakan ide/ pendapatnya di depan kelas, mereka harus meminta pendapat atau bertanya kepada teman terlebih dahulu mengenai ide atau pendapatnya itu. Dari sini dapat dilihat bahwa sebenarnya siswa itu mempunyai inisiatif untuk mengemukakan ide/ pendapatnya hanya saja

152

mereka masih kurang percaya diri untuk mengemukakannya di depan kelas. Kemungkinan penyebabnya mereka belum terbiasa untuk turut berperan aktif dalam proses pembelajaran, karena metode pembelajaran yang selama ini mereka dapat hanya menuntut pada hasil pembelajaran tanpa memperhatikan peran aktif siswa. Guru matematika yang bersangkutan memang terbiasa menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran di kelas dan hanya kadang-kadang saja menggunakan metode diskusi kelompok, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu untuk menyelesaikan materi. Terkadang mereka juga masih tergantung pada guru, misalnya ketika guru memberikan soal dan meminta siswa untuk menjawab soal tersebut mereka belum berinisiatif untuk langsung menjawabnya, tetapi mereka cenderung menunggu sampai guru menunjuknya terlebih dahulu. Secara kuantitas aspek inisiatif ini cenderung mengalami penurunan bila dibandingkan pada pertemuan pertama dan pertemuan kelima (terakhir) seperti terlihat pada tabel 5.2 di atas. Hal ini juga didukung dengan perolehan skor pada pengisian angket/ kuisioner seperti tampak pada tabel 5.6. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa kualitas kemandirian belajar siswa pada aspek inisiatif tergolong rendah, yaitu mencapai 100%. Hal ini berarti bahwa siswa yang masuk dalam kategori kualitas kemandirian belajar “rendah” itu mempunyai inisiatif yang rendah pula. Apalagi jika dibandingkan dengan aspek kemandirian yang lain seperti motivasi, percaya diri, dan tanggung jawab.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Aspek Percaya Diri

Dengan melihat tabel 5.10 di atas, dapat diketahui bahwa pada aspek percaya diri ini tergolong cukup tinggi. Dari dua butir pernyataan yang ada pada tabel 5.10, satu butir pernyataan dengan jawaban positif dan satu butir pernyataan dengan jawaban negatif. Ketika siswa mengerjakan soal kuis/ ulangan harian sebagian besar siswa terkadang mencontek pekerjaan teman. Kemungkinan penyebabnya adalah mereka tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan atau mereka merasa tidak yakin dengan jawaban mereka sendiri. Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi jika mereka mempunyai rasa kepercayaan diri yang tinggi dan mempunyai keyakinan bahwa sebenarnya mereka itu mampu. Di sisi lain, beberapa siswa sudah bersedia tunjuk tangan untuk bertanya mengenai materi maupun soal yang belum jelas kepada guru atau dengan kata lain jika mereka mengalami kesulitan dalam memahami materi atau mengerjakan soal, mereka sudah mempunyai keberanian untuk bertanya. Jika dilihat secara kuantitas, aspek percaya diri ini cenderung mengalami peningkatan. Jumlah frekuensi siswa yang melakukan kegiatan yang mendukung aspek percaya diri pada pertemuan kelima (terakhir) lebih banyak jika dibandingkan dengan pertemuan pertama. Dengan melihat tabel 5.2 di atas, tampak bahwa jumlah frekuensi siswa pada aspek percaya diri pertemuan pertama adalah 28, sedangkan pada pertemuan kelima (terakhir) adalah 57. Kenaikan yang terjadi karena siswa tidak mencontek ketika mengerjakan soal kuis/ ulangan dan siswa bersedia tunjuk tangan untuk bertanya mengenai materi/

154

soal yang masih belum jelas. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada pertemuan pertama siswa baru pertama kali mengenal peneliti sehingga siswa masih merasa malu untuk bertanya. Peningkatan ini juga didukung oleh perolehan skor (persentase) kualitas kemandirian belajar pada siswa yang termasuk dalam kategori “tinggi” yaitu mempunyai rasa percaya diri yang tinggi pula hingga mencapai 100%, hal ini dapat dilihat pada tabel 5.6 di atas.

d. Aspek Tanggung Jawab

Berdasarkan tabel 5.10 di atas, dapat terlihat bahwa rasa tanggung jawab siswa selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended termasuk sedang. Hal ini tampak dari jawaban siswa yang cenderung “terkadang” baik dalam keseriusan mengerjakan tugas maupun dalam mengumpulkan tugas/ PR yang tidak tepat waktu. Biasanya siswa merasa tugas/ PR yang diberikan terlalu sulit atau terlalu banyak sehingga membuat mereka tidak tepat waktu dalam mengumpulkannya (dari hasil wawancara). Jika dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian siswa memang ada yang terlihat tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas, seperti pada saat diskusi kelompok ada anggota kelompok yang terlihat pasif jika dibandingkan dengan anggota kelompok yang lain. Secara kuantitas aspek tanggung jawab ini justru mengalami peningkatan jika dibandingkan pada pertemuan pertama dan pertemuan kelima (terakhir). Hal ini kemungkinan dikarenakan pada pertemuan terakhir peneliti memberikan kuis sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pada pertemuan pertama tidak sehingga jumlah frekuensi siswa yang mengumpulkan tugas dengan tepat waktu menjadi lebih banyak.

Pada tabel 5.10 di atas, jawaban siswa yang diperoleh dari rangkuman ketiga instrumen yaitu lembar observasi, angket/ kuisioner, dan wawancara ada jawaban siswa yang sangat berbeda antara ketiga instrumen tersebut. Dalam hal ini peneliti lebih mengutamakan jawaban siswa dari hasil wawancara, karena pada saat wawancara peneliti bertatap muka secara langsung dengan siswa sehingga kecil kemungkinan adanya faktor-faktor yang tidak mendukung. Sedangkan pada lembar observasi hanya terbatas pada pengamatan yang dilakukan oleh observer saja dan pada pengisian angket/ kuisioner bisa saja siswa hanya asal menjawab atau salah dalam membaca pernyataan baik itu pernyataan positif maupun pernyataan negatif.

Dokumen terkait