PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN
BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP N 15 YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Progam Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh: Rarastika Maedhiyati
041414039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2009
HAL PERSEMBAHAN
ALLAH tak memberi apa yang kita harapkan,
Melainkan Dia memberi apa yang kita butuhkan. . . .
Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan
karya kecilku ini kepada:
Allah SWT penuntun hidupku,
Bapak dan Ibuku tercinta,
Dan seseorang yang telah hadir dalam
hidupku dan telah mengajariku arti hidup
ABSTRAK
Rarastika Maedhiyati. 2009. Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Open-Ended Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII di SMP N 15 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kemandirian belajar matematika pada siswa kelas VIII-H di SMP N 15 Yogyakarta, (2) Mengetahui sikap/ respon siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended, (3) Mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dan pandangan guru mengenai hambatan-hambatan dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classrooms action research). Data dalam penelitian ini adalah data kemandirian belajar siswa, data sikap/ respon siswa, data kesulitan siswa, dan data pandangan guru.
Data kemandirian belajar siswa diperoleh melalui observasi, angket/ kuisioner, dan wawancara. Data yang diperoleh melalui observasi dianalisis dengan menghitung jumlah frekuensi siswa untuk masing-masing aspeknya, seperti motivasi, inisiatif, percaya diri, dan tanggung jawab. Data yang diperoleh melalui angket/ kuisioner dianalisis untuk menentukan dan menghitung skor setiap pernyataan masing-masing siswa, kemudian dihitung skor total yang diperoleh masing-masing siswa. Skor total tersebut kemudian dianalisis dengan cara menghitung rerata dan kategori kualitas kemandirian belajar masing-masing siswa. Setelah itu ditentukan kategori kualitas kemandirian belajar seluruh siswa dari kategori kemandirian belajar masing-masing siswa yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga untuk menentukan kategori kualitas kemandirian belajar siswa per aspeknya dengan menghitung rerata dan kategori kualitas kemandirian belajar masing-masing siswa dari kategori kualitas kemandirian belajar siswa sebelumnya. Data yang diperoleh dari wawancara ditranskrip, kemudian dideskripsikan sesuai dengan jawaban siswa. Data yang diperoleh dari ketiga instrumen tersebut kemudian dirangkum dan dilakukan trianggulasi agar data yang diperoleh cukup valid. Data sikap/ respon siswa diperoleh melalui angket/ kuisioner dan wawancara. Data yang diperoleh melalui angket/ kuisioner dianalisis dengan menentukan dan menghitung skor setiap pernyataan masing-masing siswa, kemudian dihitung skor total yang diperoleh masing-masing-masing-masing siswa. Skor total tersebut kemudian dianalisis dengan cara menghitung persentase dan kriteria sikap/ respon masing-masing siswa. Kemudian ditentukan kriteria sikap/ respon seluruh siswa dari kriteria sikap/ respon masing-masing siswa sebelumnya. Data yang diperoleh melalui wawancara ditranskripsikan, kemudian dideskripsikan sesuai dengan jawaban siswa. Data yang diperoleh dari kedua instrumen tersebut kemudian dirangkum dan dilakukan trianggulasi agar data yang diperoleh cukup valid. Sedangkan data kesulitan siswa dan pandangan guru diperoleh melalui wawancara antara peneliti dengan siswa dan guru, kemudian ditranskrip dan dideskripsikan sesuai dengan jawaban dalam wawancara tersebut.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut (1) Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa, tetapi tidak pada semua aspek kemandirian belajar yaitu hanya pada aspek motivasi dan percaya diri saja. (2) Siswa memberikan sikap/ respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended. Tanggapan positif yang dimaksud adalah ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang membuat lebih semangat untuk belajar matematika. (3) Kesulitan yang dialami siswa selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended adalah dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti yaitu masih ragu-ragu. Sedangkan dalam hal menyelesaikan soal, siswa mengalami kesulitan dalam memahami soalnya, terutama pada awal pertemuan atau pertemuan pertama. Selain itu sebagian siswa juga masih mengalami kesulitan pada waktu menjelaskan ide jawabannya di depan kelas dan mereka juga masih terlihat ragu-ragu dalam menjawabnya. (4) Pandangan guru mengenai hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended antara lain (a) waktu yang dibutuhkan cenderung relatif lebih lama jika dibandingkan dengan menggunakan pendekatan konvensional, (b) siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan mengerjakan soal terbuka, (c) Kemampuan matematika siswa yang masih rendah membuat siswa memerlukan banyak bimbingan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.
ABSTRACT
Rarastika Maedhiyati. 2009. The Implementation of Math Learning through Open-ended Approach to increase students learning Autonomy in Grade 8 of Junior High School 15 Yogyakarta. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta
The objectives of this research are (1) Upgrading the mathematics study of the students in VIII-H class at SMP N 15 Yogyakarta, (2) Knowing the response of the students when they’re participating in mathematics study that using open-ended approach, (3) Knowing the students difficulties and teacher’s objection about the obstacles of implementation of mathematics study using open-ended approach.
The kind of this research is classroom action research. The data sources of this research are the study autonomy of student data, student response data, student difficulties data, and teacher’s objection data.
The study autonomy of student data is obtainable from observation, questionnaire, and interview. Observation data is analyzed by calculating the frequency number of students of each aspect, as motivation, initiative; believe in themselves, and responsibility. The questionnaire data is analyzed to determine and to calculate the score of each student’s statement, then the total score of each students is calculated. The total score is analyzed with calculating method on the average and the quality of the study autonomy each student. After that, we can fix the quality category of the study autonomy of all the students from the category before. The interview data is transcript, then it is describing in order to appropriate with the student’s answer. The data from these three instruments is enclosing in order to get the valid data. The response data is getting from questionnaire and interview. This data is analyzed with determining and calculating the score of each student’s statement, then calculating the total score. The total score is analyzed with calculating the percentage and response criteria of each student. Afterwards, the response criteria of all students are fixing from the criteria before. The interview data is transcribing, then it is describing in order to appropriate with student’s answer. The data from both instruments are enclosing in order to get the valid data. Whereas, student difficulties data and teacher’s objection data are from the interview between the researcher and the teacher also the student, then it is transcribing and describing in order to appropriate with the interview’s answer.
The results of this research are (1) the mathematics studies that using the open-ended approach can increase the study of students, but it is only for motivation and believe in themselves aspect. (2) The students give the positive response toward mathematics studies with using open-ended approach. The positive response is the anxiety of the students when they follow this course that makes them more enthusiasm to learn mathematics. (3) The difficulty of the student when they follow the mathematics studies that using open-ended approach is giving the answer of the question from the researcher hesitantly. In the case of finish the question, the student is difficult to understand the question, especially in
the early and first meeting. Besides that a half of the students are difficult to give the explanation of the answer in front of the class and they looks doubtful when answering the question. (4) The teacher’s objection about the obstacles in the implementation of mathematics studies with using the open-ended approach are (a) needs the long time if it’s compare with using the conventional approach, (b) the student is still difficult to understand and to do the open-ended exercise, (c) the low mathematics ability of student makes them need the guidance of their teacher in implementation of studies in class.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat dan karunia ALLAH SWT, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan, dorongan, dan
bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Thomas Sugiarto, M.T. selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis
dengan penuh kesabaran. Terima kasih atas semua saran, kritik, dan
bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. St. Suwarsono selaku Kaprodi Pendidikan Matematika dan
dosen penguji yang telah membantu penulis dalam memperlancar
penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Domesia Novi Handayani, S.Pd., M.Sc. selaku dosen Penguji yang
telah memberikan saran dan masukan bagi penulis untuk
penyempurnaan skipsi ini.
4. Segenap Dosen Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Sanata Dharma.
5. Semua Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma.
6. Bapak Drs. Sukirno, SH dan Bapak Tyas Ismullah, SPd selaku Kepala
Selolah dan Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 15 Yogyakarta yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian
di SMP Negeri 15 Yogyakarta.
7. Ibu Agata Sri Sumaryati selaku guru mata pelajaran matematika di
SMP Negeri 15 Yogyakarta yang telah membantu dan membimbing
penulis selama pelaksanaan penelitian.
8. Siswa-siswi SMP Negeri 15 Yogyakarta terutama kelas VIII-H yang
telah membantu selama proses penelitian.
9. Bapak, Ibu serta saudara-saudaraku yang telah memberikan semangat
dan dorongan baik secara material maupun non material.
10.Teman-teman yang telah membantu selama proses pelaksanaan
penelitian, terimakasih atas waktu dan tenaganya.
11.Teman-teman mahasiswa Pendidikan Matematika khususnya angkatan
2004 yang telah menjadi teman seperjuangan dalam menuntut ilmu.
12.Teman-teman kos “Mawar” yang selalu memberikan semangat.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis menerima kritik dan saran karena penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Penjelasan Istilah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
G. Sistematika Penulisan ... 9
1. Pembelajaran Matematika ... 12
2. Pendekatan Open-ended... 15
3. Kemandirian Belajar Matematika ... 21
4. Sikap Siswa ... 31
B. Kerangka Berpikir ... 32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 36
A. Jenis Penelitian ... 36
B. Rancangan Penelitian ... 37
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
D. Data Penelitian ... 41
E. Obyek dan Subyek Penelitian ... 42
F. Teknik Pengumpulan Data ... 43
G. Metode Analisis Data ... 45
H. Instrumen Penelitian ... 56
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 60
BAB IV. PELAKSANAAN PENELITIAN DAN TABULASI DATA ... 62
A. Pelaksanaan Penelitian ... 62
B. Tabulasi Data Penelitian ... 85
1. Kemandirian Belajar Siswa ... 115
2. Sikap/ Respon Siswa ... 137
3. Kesulitan Siswa ... 147
4. Pandangan Guru ... 147
B. Pembahasan ... 148
1. Kemandirian Belajar Siswa... 148
2. Sikap/ Respon Siswa ... 155
3. Kesulitan Siswa ... 157
4. Pandangan Guru ... 159
C. Beberapa Kekurangan Pada Penelitian Ini ... 161
BAB VI. PENUTUP ... 162
A. Kesimpulan ... 162
B. Saran ... 166
DAFTAR PUSTAKA ... 170
LAMPIRAN ... 173
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Trianggulasi Data Kemandirian Belajar Siswa ... 49
Tabel 3.2 Kriteria Kualifikasi Sikap Setiap Siswa ... 52
Tabel 3.3 Kriteria Sikap Siswa Secara Keseluruhan ... 53
Tabel 3.4 Trianggulasi Data Sikap/ Respon Siswa ... 55
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Lembar Observasi Kemandirian Belajar Siswa ... 57
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Lembar Observasi Kendala/ Hambatan Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 57
Tabel 3.7 Kisi-Kisi Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 59
Tabel 3.8 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa ... 59
Tabel 4.1 Hubungan Siklus PTK dengan Pertemuan Tatap Muka ... 62
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran ... 62
Tabel 4.3 Hasil Observasi/ Pengamatan Kemandirian Belajar ... 85
Tabel 4.4 Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 86
Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan S10 dan S13 Mengenai Kemandirian Belajar Siswa ... 88
Tabel 4.6 Hasil Wawancara dengan S21 Mengenai Kemandirian Belajar Siswa ... 91
Tabel 4.7 Hasil Wawancara dengan S30 dan S32 Mengenai Kemandirian Belajar Siswa ... 93
Tabel 4.8 Skor Respon Siswa ... 96
Tabel 4.9 Hasil Wawancara dengan S10 dan S13 Mengenai Sikap/ Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 97
Tabel 4.10 Hasil Wawancara dengan S21 Mengenai Sikap/ Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 99
Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan S30 dan S32 Mengenai Sikap/ Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 101
Tabel 4.12 Hasil Wawancara dengan S10 dan S13 Mengenai Kesulitan Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 103
Tabel 4.13 Hasil Wawancara dengan S21 Mengenai Kesulitan Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan
Pendekatan Open-ended ... 105
Tabel 4.14 Hasil Wawancara dengan S30 dan S32 Mengenai Kesulitan Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 107
Tabel 4.15 Hasil Wawancara Pandangan Guru Mengenai Hambatan- Hambatan yang Dialami pada Waktu Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 109
Tabel 5.1 Analisis Hasil Observasi/ Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa ... 115
Tabel 5.2 Rangkuman Data Kualitas Kemandirian Belajar Siswa ... 117
Tabel 5.3 Analisis Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 117
Tabel 5.4 Rangkuman Data Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 119
Tabel 5.5 Kategori Kemandirian Belajar Siswa Secara Keseluruhan dari Hasil Angket ... 122
Tabel 5.6 Kategori Kemandirian Belajar Siswa Per Aspek ... 122
Tabel 5.7 Rangkuman Hasil Wawancara Kemandirian Belajar Siswa ... 123
Tabel 5.8 Rangkuman Data Kemandirian Belajar Siswa yang Diperoleh Melalui Instrumen Observasi, Angket, dan Wawancara ... 125
Tabel 5.9 Hasil Trianggulasi Data Kemandirian Belajar Siswa ... 130
Tabel 5.10 Rangkuman Data Hasil Trianggulasi Kemandirian Belajar Siswa ... 135
Tabel 5.11 Analisis Data Sikap/ Respon Siswa ... 137
Tabel 5.12 Rangkuman Data Angket/ Kuisioner ... 138
Tabel 5.13 Rangkuman Data Sikap/ Respon Siswa yang Diperoleh Melalui Angket dan Wawancara ... 140
Tabel 5.14 Hasil Trianggulasi Data Sikap/ Respon Siswa ... 142
Tabel 5.15 Rangkuman Data Hasil Trianggulasi Sikap/ Respon Siswa ... 145
Tabel 5.16 Kriteria Sikap/ Respon Siswa ... 156
Tabel 5.17 Persentase Sikap/ Respon Siswa ... 156
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan semua potensi
anak. Seperti apa yang di kutip oleh Muhibbin Syah (1997:33) beberapa pendapat
seperti Poerbakawatja dan Harahap (1981), Poerwanto (1985), dan Winkel (1991)
sama-sama mengartikan pendidikan adalah usaha yang disengaja dalam bentuk
perbuatan, bantuan, dan pimpinan orang dewasa kepada anak-anak agar mencapai
kedewasaan. Sedangkan Y. Marpaung mengatakan bahwa pendidikan merupakan
suatu masalah yang tidak sederhana, tetapi sangat kompleks dan rumit. Adapun
tujuan pendidikan ialah membantu manusia muda mengembangkan segala
kemampuannya atau potensinya agar dapat berubah menjadi manusia yang utuh
dan sempurna. Seperti yang telah disebutkan dalam UU No. 2 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 8 menyebutkan bahwa tujuan
Pendidikan adalah: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab“ ( http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf).
Pada saat ini, perkembangan dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK) sudah sangat maju, untuk mengimbangi hal ini maka diperlukan
peningkatan mutu pendidikan. Sekolah juga mempunyai peran yang sangat besar
terhadap hal tersebut, melalui proses pembelajaran matematika di kelas
diharapakan peserta didik dapat mengikuti perkembangan IPTEK di dunia yang
semakin modern. Tidak dapat dipungkiri bahwa matematika memegang peranan
penting pada hal tersebut. Dalam makalahnya, Siti M. Amin (2006) mengatakan
bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada
semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar atau bahkan Taman Kanak-kanak
sampai Sekolah Tinggi. Pemberian mata pelajaran matematika dimaksudkan
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Dengan kemampuan
seperti itu diharapkan peserta didik dapat bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Akan tetapi pada kenyataannya banyak peserta didik yang tidak menyukai
mata pelajaran matematika. Mereka beranggapan bahwa matematika adalah mata
pelajaran yang membosankan dan menakutkan karena matematika identik dengan
bilangan dan rumus-rumus saja. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh
Frans Susilo (2006) dalam majalah BASIS yang berjudul Matematika Humanistik,
bahwa kebanyakan sikap negatif terhadap matematika timbul karena
kesalahpahaman atau pandangan yang keliru mengenai matematika. Salah satunya
adanya anggapan bahwa untuk mempelajari matematika diperlukan bakat
kecerdasannya rendah tidak termotivasi untuk belajar matematika (Abdul Halim
Fathani, www.penulislepas.com). Baik dari pihak pemerintah maupun dari pihak
sekolah mencoba berusaha untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain dengan
adanya perubahan kurikulum, mengembangkan strategi pembelajaran yang baru
seperti Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), Pembelajaran
Kooperatif, Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran dengan menggunakan
Pendekatan Terbuka, Pembelajaran dengan menggunakan bantuan teknologi atau
alat peraga, dan lain-lain.
Menurut Von Gaserfeld (1992) yang dikutip dari makalah Y. Marpaung
(2006) pengetahuan merupakan hasil kegiatan mengkonstruksi, pengetahuan tidak
dapat di transfer begitu saja kepada mereka yang menerimanya. Pengetahuan itu
harus dibangun sendiri secara aktif oleh setiap orang yang mau mengetahuinya.
Seperti halnya dengan matematika sebagai aktivitas manusia, pengetahuan
matematika juga tidak datang dengan sendirinya, melainkan dengan menemukan
sendiri pengetahuan itu secara aktif.
Pada kenyataannya, banyak guru matematika yang masih menggunakan
cara pembelajaran lama yang tidak memperhatikan makna pengetahuan itu
sendiri. Dalam hal ini pengetahuan yang diberikan kepada siswa sudah dalam
bentuk jadi sehingga siswa tidak perlu lagi mengolah pengetahuan itu. Salah satu
pendekatan pembelajaran yang paling sering digunakan oleh guru adalah
pendekatan konvensional. Hal ini juga terlihat ketika peneliti melakukan
observasi pelaksanaan pembelajaran ketika Program Pengalaman Lapangan
pendekatan konvensional. Pendekatan konvensional itu identik dengan
menggunakan metode ceramah atau ekspositori dan metode tanya jawab. Guru
matematika tersebut juga memberikan contoh soal dan latihan soal yang mirip
dengan contoh soal yang telah diberikan. Metode ceramah adalah sebuah metode
mengajar yang menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada
sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Biasanya guru secara
langsung menyampaikan materi mengenai topik (pokok bahasan) tertentu di
tempat tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu (Muhibbin Syah, 1997:203).
Guru berperan aktif dan merupakan satu-satunya sumber belajar, sedangkan siswa
hanya berperan pasif. Sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku sekarang ini, guru
dituntut untuk lebih mengutamakan proses belajar siswa daripada hasil akhir
siswa dimana peran aktif siswa sangatlah utama dan guru hanya berperan sebagai
fasilitator saja.
Berdasarkan pengalaman peneliti pada waktu melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 6 Yogyakarta, pada umumnya
siswa-siswinya masih kurang aktif dan kurang termotivasi untuk mengikuti
pelajaran matematika. Dalam proses pengerjaan soal, hampir semua siswa masih
mengikuti langkah-langkah yang sama persis seperti yang diberikan oleh guru di
depan kelas. Dari sini tampak bahwa inisiatif siswa juga masih sangat kurang,
mereka hanya mengikuti prosedur-prosedur cara pengerjaannya saja tanpa ada
kreatifitas dari siswa. Siswa tidak diberi kebebasan untuk berpikir lebih luas
kemampuannya sendiri. Hal ini juga terlihat ketika peneliti melakukan
pengamatan terhadap pembelajaran matematika di kelas VIII-H SMP N 15
Yogyakarta. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang
bersangkutan diperoleh informasi bahwa pada umumnya kemandirian belajar
siswa di SMP N 15 Yogyakarta masih tergolong rendah. Padahal dengan adanya
perubahan kurikulum seperti sekarang ini siswa dituntut untuk lebih mandiri
dalam belajar tanpa harus merasa tergantung kepada orang lain (guru).
Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang dapat digunakan
untuk membantu siswa agar bisa menemukan konsep sendiri adalah pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan masalah terbuka (open-ended). Pembelajaran open-ended juga bisa menuntun siswa untuk lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan open-ended ini dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajarannya harus membawa siswa menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin juga
banyak jawaban (yang benar) sehingga mengundang potensi intelektual dan
pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. (Erman
Suherman, 2001:113)
Pembelajaran akan berlangsung efektif bila siswa berperan aktif dalam
proses pembelajaran. Selain itu siswa juga harus mempunyai kemandirian belajar
yang tinggi. Adanya kemandirian belajar yang tinggi dapat ditunjukkan dengan
adanya inisiatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan, mampu mengatasi
menyelesaikan tugas-tugasnya, bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan,
berminat terhadap permasalahan yang bervariasi dan sebagainya.
Oleh karena itu, peneliti akan bekerjasama dengan guru matematika yang
bersangkutan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran
matematika dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan open-ended. Dengan pendekatan open-ended ini siswa dapat mengembangkan kegiatan kreatifitasnya dan pola pikir matematisnya (Erman Suherman, 2001:114). Dengan
adanya kegiatan seperti itu diharapkan kemandirian belajar siswa dapat
meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
open-ended dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VIII-H SMP N 15 Yogyakarta?
2. Bagaimanakah sikap/ respon siswa dalam mengikuti pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended?
3. Kesulitan-kesulitan apakah yang dialami oleh siswa selama mengikuti
4. Bagaimanakah pandangan guru mengenai hambatan-hambatan yang
dialami dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan open-ended?
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada penerapan pembelajaran matematika
dengan menggunakan pendekatan open-ended pada materi pembelajaran ”Relasi dan Fungsi” yang meliputi pengertian relasi, fungsi, dan korespondensi satu-satu.
Ruang lingkup penelitian ini juga dibatasi pada siswa kelas VIII-H SMP N 15
Yogyakarta dan dilaksanakan pada semester gasal tahun pembelajaran 2008/2009.
D. Penjelasan Istilah
Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pendekatan open-ended
Pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dari mengenalkan atau menghadapkan siswa pada masalah
atau soal open-ended (soal terbuka). 2. Masalah/ Soal open-ended (soal terbuka)
Soal yang dirancang sedemikian rupa sehingga mempunyai berbagai
macam cara pengerjaannya dan mungkin banyak jawaban (yang
3. Kemandirian Belajar
Kemandirian Belajar adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang
dalam belajar dengan mengandalkan kemampuan yang timbul dari
dalam diri sendiri tanpa ada tekanan dari orang lain yang ditandai
dengan adanya keinginan yang kuat (motivasi), inisiatif, rasa percaya
diri, dan bertanggung jawab. Kemandirian belajar siswa mengandung
arti mampu mencukupi sendiri, mengerjakan sendiri, memecahkan
masalah sendiri, berinisiatif, percaya diri, dan mampu mengambil
keputusan untuk memilih sesuatu yang dimungkinkan akan
mempengaruhi pencapaian prestasi belajarnya.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika pada siswa kelas
VIII-H di SMP N 15 Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran
matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended.
3. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa selama mengikuti
pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
open-ended.
4. Untuk mengetahui pandangan guru mengenai hambatan-hambatan
dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Bagi sekolah
Sebagai gambaran umum bagi guru matematika mengenai alternatif
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang lebih efektif.
2. Bagi penulis
Menambah pengetahuan, wawasan, dan merupakan pengalaman
berharga dalam menerapkan pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan open-ended. 3. Bagi pembaca
Memberikan informasi yang cukup bagi pembaca mengenai
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended dan memberikan masukan kepada rekan peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian sejenis.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan laporan penelitian ini tersusun menjadi beberapa bab yakni:
Bab I merupakan bab pendahuluan, pada bab ini akan dikemukakan latar
belakang permasalahan, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian. Selain itu, pada bab ini juga berisi penjelasan
istilah dan sistematika penulisan.
Bab II ini berisi mengenai landasan teori yang berkaitan dengan peneliltian
pendekatan open-ended, kemandirian belajar seperti pengertian kemandirian, ciri-ciri kemandirian, dan karakteristik kemandirian serta penjelasan mengenai sikap
siswa. Dalam bab ini juga dikemukakan kerangka berpikir peneliti.
Bab III merupakan metodologi penelitian yang menjelaskan tentang jenis,
rancangan, tempat dan waktu, data serta obyek dan subyek penelitian. Teknik
pengumpulan data, metode analisis data, instrumen penelitian, dan prosedur
pelaksanaan penelitian juga dijelaskan dalam bab ini.
Bab IV ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan penelitian dan tabulasi
data penelitian. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari lima kali pertemuan yang
terbagi menjadi dua siklus. Sedangkan tabulasi data penelitian meliputi data
kemandirian belajar siswa yang diperoleh melalui observasi, angket/ kuisioner,
dan wawancara, data sikap/ respon siswa terhadap pembelajaran matematika
dengan pendekatan open-ended yang diperoleh melalui angket/ kuisioner dan wawancara, data kesulitan siswa, dan data pandangan guru mengenai
hambatan-hambatan yang dialami pada waktu pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menggunakan pendekatan open-ended yang diperoleh malalui wawancara.
Bab V berisi tentang analisis data dan pembahasan hasil analisisnya
terutama jawaban yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini.
Antara lain mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan
open-ended apakah dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VIII-H SMP N 15 Yogyakarta, sikap/ respon siswa, kesulitan-kesulitan siswa, dan
pandangan guru mengenai hambatan-hambatan yang dialami dalam melaksanakan
Bab VI merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika
Pengertian pembelajaran (instruction) berbeda dengan pengajaran (teaching). Pembelajaran merupakan kegiatan guru memfasilitasi siswa yang sedang belajar sedangkan pengajaran merupakan kegiatan guru mentransfer
pengetahuan kepada siswa. Adapun karakteristik pembelajaran seperti yang
disebutkan Susento (2007) dalam seminarnya di yayasan Xaverius Palembang
yaitu:
1. berpusat pada siswa
2. mengembangkan kreativitas
3. menyenangkan dan menantang
4. kontekstual
5. menyediakan aneka pengalaman belajar
6. belajar melalui berbuat
Erman Suherman (2001:8) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar
tumbuh dan berkembang secara optimal. Proses pembelajaran yang
dilaksanakan di sekolah melibatkan komponen-komponen yang saling terkait
yang terkandung di dalamnya yaitu guru dan siswa. Seperti apa yang
dikatakan Moh. Uzer Usman (2002:4) pembelajaran merupakan suatu proses
yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif tertentu.
Seorang guru dituntut memiliki kemampuan untuk dapat memilih dan
menggunakan model pembelajaran, strategi pembelajaran, dan metode
pembelajaran secara dinamis dan fleksibel yang disesuaikan dengan materi,
siswa, dan konteks pembelajaran (Karnita,
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/042006/15/99forumguru.htm).
Tujuan pembelajaran matematika dalam buku Standar Kompetensi
Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTS (2003:2) adalah sebagai berikut:
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Utari Sumarno (2004:5)
yaitu pembelajaran matematika memang diarahkan untuk mengembangkan
masalah, penalaran, komunikasi, dan koreksi matematis, kritis, serta sikap
yang terbuka dan objektif.
Dari beberapa pendapat di atas, dalam pembelajaran itu menuntut
siswa agar dapat berpikir kritis dan kreatif, sedangkan guru juga dituntut
mempunyai kecakapan untuk memilih suatu model pembelajaran yang dapat
membawa siswa dalam mengembangkan kemampuannya itu. Seperti yang
telah di ungkapkan Stanic (dalam Romberg, 1992:759) tujuan pembelajaran
matematika di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Selain itu juga meningkatkan kreativitas dan sikap kritis yang dapat dilatih
melalui pembelajaran matematika yang sistematis dan sesuai dengan pola-pola
pembelajarannya.
Pembelajaran matematika menurut Herman Hudojo (2001:135) adalah
pembelajaran tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat
dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Bahasan yang dipelajari itu
tidak begitu saja diberikan guru kepada siswa, melainkan harus melibatkan
peran aktif siswa sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan
berpikirnya dalam mempelajari konsep dan struktur tersebut. Dengan
demikian siswa diharapkan dapat lebih meningkatkan kemandirian belajarnya.
Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika adalah kegiatan guru memfasilitasi siswa dalam mempelajari
bahasan yang terdapat dalam matematika mengenai konsep-konsep dan
konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut sehingga proses belajar dapat
berkembang secara optimal dan tujuan pembelajaran matematika untuk
mengembangkan kemampuan berpikir matematis dan meningkatkan
kreativitas dapat tercapai melalui pembelajaran yang sistematis.
2. Pendekatan Open-ended
Pendekatan (Approach) pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan
bisa beradaptasi dengan siswa (Erman Suherman, 2001:7). Dalam penelitian
ini pendekatan pembelajaran yang akan dikembangkan adalah pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan open-ended. Dilihat dari strategi pembelajarannya, Mumun Syaban mengatakan bahwa pendekatan open-ended pada prinsipnya sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu
pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi
suatu masalah kepada siswa. Pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dari mengenalkan atau menghadapkan siswa pada
masalah atau soal open-ended (soal terbuka) (Syarifah Fadillah, http://fadillahatick.blogspot.com).
Menurut Erman Suherman (2001:113) pembelajaran dengan
pendekatan open-ended biasanya dimulai dengan memeberikan masalah terbuka (open-ended problem) atau masalah tidak lengkap (incomplete
yang benar. Menurut Hancock (1995:496) dan Berenson (1995:183) juga
menyatakan bahwa soal open-ended adalah soal yang memiliki lebih dari satu penyelesaian dan cara penyelesaian yang benar (Mumun Syaban,
http://nrich.maths.org/public/viewer.php?art=index&refpage=
monthindex.php). Sawada (1997:27) mengemukakan bahwa secara umum
terdapat tiga tipe masalah open-ended yang dapat diberikan, yaitu: (Syarifah Fadillah, http://fadillahatick.blogspot.com)
1. tipe pertama, yaitu menemukan hubungan
Masalah open-ended tipe pertama ini diberikan dengan tujuan agar siswa dapat menemukan beberapa aturan atau hubungan matematis.
Contoh tipe masalah open-ended yang pertama ini misalnya tentang materi relasi dan fungsi. Pada materi ini diarahkan agar siswa dapat menemukan
aturan atau hubungan yang ada diantara dua buah himpunan.
2. tipe kedua, yaitu mengklasifikasi
Tipe masalah open-ended yang kedua ini siswa diminta mengklasifikasikan berdasarkan karakteristik yang berbeda dari suatu
objek tertentu untuk memformulasikan beberapa konsep tertentu. Contoh
tipe masalah open-ended yang kedua ini banyak ditemui pada materi geometri, misalnya pada masalah membedakan dan melihat kesamaan
antara bangun datar seperti persegi panjang dan segitiga.
3. tipe ketiga, yaitu pengukuran
open-ended ketiga ini banyak ditemui pada materi-materi pengukuran, seperti menghitung keliling dan luas suatu bangun datar atau bangun
ruang.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba menggunakan masalah open-ended tipe yang pertama yaitu menemukan hubungan. Oleh karena itu peneliti memilih
materi “Relasi dan Fungsi”, dengan tujuan agar siswa dapat menemukan
aturan atau hubungan yang ada pada materi tersebut. Diharapkan siswa juga
dapat mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari
sebelumnya untuk memecahkan masalah.
Tujuan pembelajaran open-ended menurut Nohda (2000) yang dikutip oleh Erman Suherman adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan
kreatif dari siswa dan kemampuan berpikir matematis mereka dalam
memecahkan masalah. Dengan kata lain, adanya pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan open-ended kiranya kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa yang dapat dikembangkan semaksimal mungkin sesuai
dengan setiap kemampuan siswa. Selain itu, dengan pendekatan open-ended juga diharapkan masing-masing siswa memiliki kebebasan dalam
memecahkan masalah menurut kemampuan dan minatnya. Siswa yang
berkemampuan tinggi dan siswa dengan kemampuan yang lebih rendah
sama-sama diberi kesempatan untuk berpikir dengan bebas sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
benar dan sesuai dengan kemampuannya mengelaborasi permasalahan. Inti
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended ialah pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara siswa dan
matematika sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan
melalui berbagai macam metode, cara atau pendekatan yang berbeda.
Kegiatan interaksi antara matematika dan siswa dikatakan terbuka jika
memenuhi tiga aspek yaitu: (Erman Suherman,2001:114)
1. Kegiatan siswa harus terbuka
Kegiatan siswa harus terbuka, artinya kegiatan pembelajaran harus
mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pembelajaran di kelas secara bebas dan sesuai
dengan kehendak mereka.
2. Kegiatan matematik adalah ragam berpikir dan peningkatan level
matematika
Kegiatan matematik adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses
pengabstraksian dari pengalaman-pengalaman nyata atau kehidupan
sehari-hari ke dalam dunia matematika ataupun sebaliknya. Menurut
Freudenthal (dalam Suryanto, www.KumpulBlogger.com) matematika
merupakan aktivitas manusia yang melibatkan pengalaman-pengalaman.
Menyusun atau mengatur pengalaman dengan menggunakan matematika
disebut matematisasi atau mematematikakan. Treffers membedakan
matematisasi menjadi dua macam, yaitu matematisasi pengalaman
matematika atau matematisasi vertikal. Matematisasi horisontal adalah
suatu proses untuk menghasilkan pengetahuan (konsep, prinsip, model)
matematis dari masalah kontekstual sehari-hari. Sedangkan matematisasi
vertikal adalah proses menghasilkan konsep, prinsip, model matematis
baru dari pengetahuan matematika yang sudah diperoleh sebelumnya.
3. Kegiatan siswa dan kegiatan matematik merupakan satu kesatuan
Kegiatan siswa dan kegiatan matematik dapat dikatakan terbuka secara
simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dalam berpikir matematik
siswa terperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan matematik yang
bermanfaat untuk menjawab permasalahan lainnya. Dengan kata lain,
ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan
permasalahan yang diberikan guru maka dengan sendirinya akan
mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematik lain pada
tingkatan berpikir yang lebih tinggi. Guru dapat membelajarkan siswa
melalui kegiatan-kegiatan matematik tingkat tinggi yang sistematis atau
melalui kegiatan-kegiatan matematik yang mendasar untuk melayani siswa
yang kemampuannya masih rendah.
Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended tidak hanya memberikan masalah-masalah terbuka kepada siswa melainkan
dalam proses pembelajarannya juga harus menjamin keterbukaan aktivitas
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jepang, telah ditemukan
beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat problem
open-ended, antara lain yaitu: (Erman Suherman,2001:118) 1. Permasalahan yang disajikan melalui situasi nyata
2. Soal-soal pembuktian dibuat sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu
3. Memberikan contoh yang kongkrit dalam beberapa kategori sehingga
siswa bisa mengelaborasi sifat-sifat dari contoh tersebut untuk menemukan
sifat-sifat yang umum
4. Memberikan beberapa latihan yang serupa agar siswa dapat
mengeneralisasi dari pekerjaannya itu.
Selain itu ada dua teknik yang dapat dilakukan dalam menyusun suatu
pertanyaan open-ended yaitu:
1. teknik bekerja secara terbalik (working backward)
teknik ini terdiri dari tiga langkah yaitu mengidentifikasi topik,
memikirkan pertanyaan dan menuliskan jawaban lebih dulu, dan membuat
pertanyaan open-ended didasarkan pada jawaban yang telah dibuat. 2. teknik penggunaan pertanyaan standar (adapting a standard question)
teknik ini juga terdiri dari tiga langkah yaitu mengidentifikasi topik,
memikirkan pertanyaan standar, dan membuat pertanyaan open-ended yang baik berdasarkan pertanyaan standar yang telah dibuat (Mumun
Syaban, http://nrich.maths.org/public/viewer.php?art=index&refpage=
Sebelum suatu pertanyaan open-ended disajikan di depan kelas, menurut Erman Suherman ada tiga hal yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Pertanyaan yang diajukan harus mendorong siswa untuk dapat berpikir
dari beberapa sudut pandang
b. Pertanyaan yang diajukan berada dalam wilayah pemikiran siswa, jika
guru memprediksi pertanyaan itu berada di luar pemikiran siswa, maka
pertanyaan itu harus diubah atau diganti.
c. Pertanyaan itu harus mempunyai keterkaitan atau hubungan dengan
konsep-konsep matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memotivasi
siswa untuk lebih berpikir dalam tingkat tinggi
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan open-ended adalah suatu pembelajaran yang diawali dengan pemberian soal terbuka
kepada siswa agar siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan
menggunakan berbagai strategi atau cara yang dimilikinya sehingga dapat
memperoleh jawaban yang diharapkan dan tujuan dari pembelajaran
matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dapat tercapai.
3. Kemandirian Belajar Matematika a. Pengertian Kemandirian
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kemandirian adalah hal
atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada orang lain
(Depdikbud,1989:555). Sedangkan menurut Constance Kamii (2000: 56)
dimana setiap pribadi mempunyai hak untuk membuat keputusan sendiri
tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Kemandirian menurut Sutari Imam Barnadib (1982) meliputi
“perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah,
mempunyai rasa percaya diri dan mampu melakukan sesuatu tanpa
bantuan orang lain”. Hal ini juga didukung dengan pendapat Kartini dan
Dali yang menyatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk
mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri (Warmansaja,
www.abihafiz.wordpress.com/2008/05/24/kemandirian-sebagai-kebutuhan-psikologis-pada-remaja). Kemandirian belajar dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan atau aktivitas belajar dengan mengandalkan
kemampuan diri sendiri tanpa tergantung pada orang lain.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mempunyai
pengertian:
1) Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk
maju demi kebaikan dirinya,
2) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah
yang dihadapi,
3) Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya,
4) Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya
Kemandirian belajar siswa mengandung arti mampu mencukupi
sendiri, mengerjakan sendiri, memecahkan masalah sendiri, berinisiatif,
yang dimungkinkan akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajarnya.
Kemandirian belajar ini berhubungan erat dengan motivasi (dorongan)
yang berasal dari dalam peaerta didik untuk berhasil dalam belajar.
Kemandirian belajar merupakan faktor pencetus keberhasilan dalam
belajar yang berasal dari dalam diri peserta didik. Dengan adanya motivasi
terhadap keberhasilan belajar ini, memungkinkan peserta didik untuk
merasa bertanggungjawab dalam mengelola dirinya sendiri sehingga
peserta didik dapat menganggap bahwa kegiatan belajar bukanlah suatu
kewajiban melainkan suatu kebutuhan dalam hidupnya
(http://www.geocities.com/guruvalah/hasil_belajar_bab2b.pdf).
b. Ciri-ciri Kemandirian
Suardiman (1984:40) mengemukakan ciri-ciri kemandirian yaitu
sebagai berikut:
1) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku, dan bertindak
atas kehendak diri sendiri secara bebas dan tidak bergantung pada
orang lain
2) Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan
3) Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet, tekun untuk
mewujudkan harapannya
4) Mampu berpikir dan bertindak secara kreatif penuh inisiatif dan tidak
5) Mempunyai kecenderungan untuk mencapai kemajuan yaitu untuk
meningkatkan prestasi belajar
6) Mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukannya
tanpa mengharapkan bimbingan dan pengarahan dari orang lain.
Tingkat kemandirian belajar siswa dapat ditentukan berdasarkan
seberapa besar inisiatif dan tanggung jawab siswa untuk berperan aktif
dalam hal perencanaan belajar, pelaksanaan atau proses belajar maupun
evaluasi belajar. Kemandirian juga didukung dengan adanya kualitas
pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi
terhadap pendiriannya, kreatif dalam berpikir dan bertindak serta mampu
mengendalikan dirinya dan memiliki komitmen yang kuat terhadap
berbagai hal (http://www.oness.co.id).
Dilihat dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
terdapat beberapa karakteristik dalam kemandirian belajar antara lain,
mempunyai keinginan yang kuat (motivasi), mempunyai inisiatif, percaya
diri dan bertanggung jawab. Hal ini diperkuat dengan pendapat Atmanta
bahwa kemandirian mampu menjadikan seseorang berpikir secara objektif,
tidak mudah dipengaruhi orang lain, berani mengambil keputusan sendiri,
tumbuh rasa percaya diri, dan tidak tergantung pada orang lain, dengan
demikian kemandirian akan berkembang dengan baik
c. Karakteristik Kemandirian
Beberapa karakteristik atau ciri-ciri dalam kemandirian belajar
antara lain:
1) Keinginan yang kuat (Motivasi)
Terdapat beberapa pendapat yang merumuskan definisi
“motivasi” sesuai dengan kajian yang diperdalamnya (Arief Achmad,
http://www.kesetaraan.net/index.php?option=com_content&task=view
&id=46&Itemid=2), antara lain:
a) Michel J. Jucius (Onong Uchjana Effendy, 1993: 69-70)
menyebutkan motivasi sebagai kegiatan yang memberikan
dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil
suatu tindakan yang dikehendaki.
b) Menurut Dadi Permadi (2000: 72) motivasi adalah suatu dorongan
dari dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu, baik sesuatu yang
positif maupun sesuatu yang negatif.
c) Menurut Ngalim Purwanto (2004: 64-65) motivasi adalah segala
sesuatu yang diperbuat oleh manusia baik yang penting maupun
yang kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak
berbahaya yang mempunyai motif tertentu sebagai dorongan
melakukan tindakan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh individu
selalu ada motivasi yang melatarbelakanginya
d) Nasution (2002: 58), membedakan antara “motif” dan “motivasi”.
melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha yang
dilakukan seseorang untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga
orang itu mau atau ingin melakukannya.
Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang
mendorong perilaku ke arah tujuan
(http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi). Motivasi adalah suatu dorongan
untuk mencapai tujuan tertentu, dorongan itu bisa berbentuk
antusiasme, harapan, dan semangat. Menurut Rollam Handerson,
motivasi ibarat api yang ada di dalam pikiran seseorang yang
terkadang bisa berkobar-kobar tetapi terkadang juga bisa redup,
tergantung dari kondisi mental orang tersebut. Jika seseorang ingin
mencapai kesuksesan, motivasi adalah panas bara api yang harus di
jaga jangan sampai redup, karena redupnya bara api berarti orang itu
telah kehabisan bahan bakar untuk menggerakkan mesin tubuh untuk
mencapai tujuan yang diharapkannya (Rollam Handerson,
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2003/0415/man01.html). Motivasi dapat di klasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
• Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal yang timbul dari dalam
diri pribadi seseorang itu sendiri, misalnya sistem nilai yang
dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek-aspek yang lain yang
• Motivasi ekstrinsik
Motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang,
misalnya kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya imbalan berupa
hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman
(punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi.
Kedua motivasi ini saling terkait membentuk satu sistem motivasi
yang menggerakkan siswa untuk belajar (Arief Achmad,
http://www.kesetaraan.net/index.php?option=com_content&task=view&id=4 6&Itemid=2).
Ciri-ciri motivasi yang ada pada diri setiap orang antara lain:
a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa), tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin,
dan tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya.
c) Menunjukkan minat terhadap berbagai masalah
d) Lebih senang bekerja mandiri
e) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif
f) Dapat mempertahankan pendapatnya
g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya
(Ridwan,
http://ridwan202.wordpress.com/2008/04/23/guru-dan-motivasi).
Berdasarkan uraian di atas, motivasi yang dimiliki siswa
terlihat dari tidak adanya keluhan siswa ketika diminta mengerjakan
tugas atau LKS baik di buku tulis maupun di papan tulis,
memperhatikan proses pembelajaran dengan baik, selalu tekun dan ulet
dalam mengerjakan soal, dan tidak mudah putus asa ketika
menghadapi kesulitan dalam mengerjakan soal.
2) Inisiatif
Pengertian inisiatif adalah kemampuan seseorang dalam
melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah terlebih dahulu dengan
tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan,
menciptakan peluang baru atau menghindari timbulnya masalah
(Ubaydillah,
http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=486). Menurut Jakoep Ezra
dan Jajoek Ezra inisiatif adalah kemampuan seseorang untuk
mengajukan gagasan yang bukan hanya sekedar proses untuk
mendapatkan solusi dan merupakan suatu ekspresi dari
perbuatan-perbuatan yang bersifat proaktif, jadi tidak hanya dipikirkan saja tetapi
juga dilakukan (http://powercharacter.com/page_smart18apr.html).
Seseorang yang mempunyai inisiatif tidak akan berdiam diri ketika
melainkan akan mencoba melakukan ide-ide sendiri tanpa harus keluar
dari peraturan yang ada.
Berdasarkan pengertian di atas, inisiatif yang dimiliki siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran dapat terlihat dari siswa yang
mau mengemukakan pendapat atau idenya dalam kegiatan
pembelajaran misalnya dengan bertanya ketika mengalami kesulitan,
mau menjawab pertanyaan tanpa harus ditunjuk guru terlebih dulu, dan
mau membantu teman yang mengalami kesulitan mengerjakan soal.
3) Percaya Diri
Menurut Jacinta F. Rini kepercayaan diri adalah sikap positif
seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan
penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti
seseorang itu mampu melakukan segala sesuatu seorang diri
(http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=84). Percaya diri
adalah bagian dari alam bawah sadar yang tidak terpengaruh oleh
argumentasi yang rasional dan hanya dapat terpengaruh oleh hal-hal
yang bersifat emosional dan perasaan.
(http://www.sekolahindonesia.com/sidev/NewDetailArtikel.asp?iid_artikel=1
03&cTipe_artikel=3). Sifat percaya diri memang sulit dikatakan secara nyata. Kemungkinan besar seseorang yang percaya diri akan bisa
menerima dirinya sendiri, siap menerima tantangan dalam arti mau
kesalahan selalu ada, tidak merasa takut untuk menyatakan
pendapatnya di depan umum (www.e-SmartScool.com).
Adapun karakteristik atau ciri-ciri individu yang mempunyai rasa
percaya diri antara lain adalah
(http://www.freewebs.com/ezie/Arsip10.htm):
a) Percaya pada kemampuan diri sendiri, hingga tidak membutuhkan
pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain
b) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani
menjadi diri sendiri
c) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang
lain, dan situasi di luar dirinya
d) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap yang konformis demi
diterima oleh orang lain atau kelompok
e) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan tergantung dari usaha diri sendiri) dan tidak mudah
menyerah pada keadaan serta tidak tergantung atau mengharapkan
bantuan orang lain
f) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga
ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi
positif dari dirinya dan situasi yang terjadi.
Dari uraian di atas, sikap percaya diri siswa dapat terlihat dari
siap menerima tugas, kuis, dan ulangan harian yang di berikan oleh
untuk bertanya dan tidak malu-malu mengutarakan pendapatnya di
depan kelas.
4) Tanggung Jawab
Pengertian tanggung jawab adalah suatu kesadaran, kesediaan,
dan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu
pekerjaan, atau tugas dengan sungguh-sungguh.
(http://pepak.sabda.org/pustaka,/0404201). Tanggung Jawab menurut
Darius adalah sesuatu yang harus kita lakukan agar kita menerima
sesuatu yang dinamakan hak. Dengan mempunyai tanggung jawab kita
akan dipercaya oleh orang lain, selalu tepat melaksanakan sesuatu, dan
mendapatkan hak dengan sewajarnya. Tanggung jawab adalah suatu
hal yang sangat penting dalam kehidupan, karena tanggung jawab
menyangkut orang lain dan terlebih diri kita sendiri.
Dari uraian di atas, bentuk-bentuk tanggung jawab yang
dimiliki siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran adalah
selalu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas dan dapat
dengan tepat menyelesaikannya sesuai dengan batas waktu yang
diberikan oleh guru.
4. Sikap Siswa
Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut “attitude” telah didefinisikan oleh beberapa para ahli sosiologi dan psikologi. Menurut Louis
Syaifuddin Azwar (1995:4) menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek tertentu. Sedangkan menurut Secord dan Backman (1964) mendefinisikan sikap
sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi),
dan predisposisi (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan
sekitarnya.
Sikap adalah kesiapan merespon terhadap suatu objek atau situasi yang
sifatnya positif atau negatif secara konsisten. (Abu Ahmadi dkk, 1991:164)
Sikap selalu berkaitan dengan suatu objek atau kondisi tertentu, dan sikap
terhadap objek ini selalu disertai dengan perasaan positif atau negatif
(Slameto, 1995:188).
Dari berbagai uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap
siswa adalah suatu bentuk reaksi atau respon yang dialami siswa terhadap
kondisi atau suatu objek tertentu yang dapat bersifat positif maupun bersifat
negatif.
B. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran matematika, selain penguasaan konsep diperlukan
juga kemampuan dalam menyelesaikan masalah matematika (latihan-latihan soal
yang berkesinambungan). Dalam hal ini kemandirian belajar siswa dalam belajar
pencetus keberhasilan dalam belajar yang berasal dari dalam diri peserta didik.
Karena kemandirian belajar siswa akan membantu mengaktifkan dan
menumbuhkan inisiatif siswa untuk belajar.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
kemandirian belajar siswa. Misalnya melalui pendekatan atau metode
pembelajaran yang mengarah pada kegiatan siswa yang interaktif dan mandiri.
Salah satu contoh pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah
pendekatan open-ended. Adapun tujuan dari pembelajaran dengan pendekatan
open-ended adalah untuk membantu mengembangkan aktivitas siswa yang kreatif dan kemampuan berpikir matematis siswa dalam memecahkan masalah. Selain itu
juga diharapkan masing-masing siswa memiliki kebebasan dalam memecahkan
masalah menurut kemampuan dan minatnya. Seperti yang dikatakan Syarifah
Fadillah (2008) sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sawada (1997: 24),
ada lima kelebihan yang dapat diperoleh jika pendekatan open-ended digunakan dalam pembelajaran di sekolah yaitu: 1) siswa berpartisipasi lebih aktif dalam
proses pembelajaran dan siswa dapat mengungkapkan ide-ide mereka secara lebih
sering; 2) siswa mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam memanfaatkan
pengetahuan dan ketrampilan matematika mereka secara komprehensif; 3) setiap
siswa dapat menjawab permasalahan dengan cara mereka sendiri, baik siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi maupun siswa yang mempunyai kemampuan
rendah; 4) siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau
penjelasan atas jawaban dari permasalahan yang diberikan; serta 5) siswa
suatu permasalahan dan menerima masukan-masukan dari teman-temannya
(Syarifah Fadillah, http://fadillahatick.blogspot.com). Dari tujuan dan kelebihan
pendekatan open-ended dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat lebih termotivasi dalam belajar, memiliki inisiatif, percaya pada diri sendiri, dan
bertanggung jawab. Dengan kata lain kemandirian belajar siswa diharapkan dapat
meningkat dengan adanya pembelajaran yang menggunakan pendekatan
open-ended. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Drs. Darwing Paduppai, M.Pd. (2005) yaitu “Penerapan pembelajaran open-ended problem dalam pembelajaran kalkulus (Suatu upaya untuk meningkatkan kreativitas dan
kemandirian belajar mahasiswa Prodi Matematika FMIPA UNM Makassar). Hasil
dari penelitian tersebut menyatakan bahwa dengan adanya pembelajaran
open-ended problem dapat meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa (Darwing Paduppai, http://www.geocities.com/darwing007mks).
Selain memiliki keunggulan, pembelajaran dengan pendekatan open-ended juga memiliki kekurangan diantaranya dalam membuat dan menyiapkan masalah
matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan yang mudah, sulitnya
bagi guru untuk mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa,
siswa yang berkemampuan tinggi terkadang merasa ragu dan mencemaskan
jawaban mereka, dan lain-lain. Sehingga dalam pelaksanaannya muncul kendala
atau hambatan yang dialami guru. Seperti penelitian yang dilakukan oleh R.
Poppy Yaniawati (2001) “Pembelajaran dengan pendekatan open-ended dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa” yang menyebutkan
open-ended, yaitu penguasaan materi prasyarat siswa relatif kurang, siswa yang kurang tidak berani mengemukakan pendapat bahkan sama sekali tidak termotivasi untuk
mengemukakan pendapat, pendekatan open-ended memerlukan waktu relatif lebih lama, serta pendekatan open-ended merupakan hal yang baru bagi siswa dan guru (peneliti) sehingga belum terbiasa melakukannya. Selain itu dalam penelitiannya
juga menyimpulkan bahwa secara umum siswa memiliki sikap yang positif
terhadap pembelajaran dengan pendekatan open-ended (Jurnal Matematika atau Pembelajarannya: 2002). Berdasarkan tujuan dan kelebihan-kelebihan pendekatan
open-ended serta adanya penelitian-penelitian yang relevan seperti yang telah diuraikan di atas, penerapan pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika di kelas VIII-H SMP N 15 Yogyakarta, diduga dapat meningkatkan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif dimana data diambil dari keadaan yang
sebenarnya dan apa adanya. Jenis penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) kolaboratif yaitu penelitian yang dilaksanakan bersama antara
peneliti dengan guru matematika yang bersangkutan. Karena pada dasarnya
Penelitian Tindakan Kelas (Classrooms Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan
pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran
(Susilo, 2007: 16). Menurut Ebbutt (1985, dalam Hopkins, 1993) mengemukakan
penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan
pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan
tindakan-tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mereka mengenai
hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Penelitian tindakan kelas mempunyai tujuan
spesifik yaitu untuk memperbaiki keadaan yang selama ini terjadi di suatu
lembaga untuk kemudian diupayakan terjadinya keadaan yang lebih baik
(Suwarsono, 2003:2). Pada penelitian ini, peneliti akan berkolaborasi dengan guru
matemetika kelas VIII-H SMP N 15 Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian belajar siswa melalui pembelajaran matematika yang
menggunakan pendekatan open-ended dengan meminimalkan kendala/ hambatan dari pendekatan open-ended itu sendiri.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis PTK (Penelitian
Tindakan Kelas) yang terbagi menjadi dua siklus. Model PTK yang akan
digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dari model Kemmis yang
dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart pada tahun 1988.
Penelitian ini akan dilaksanakan selama proses pembelajaran mengenai materi
relasi dan fungsi. Secara garis besar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan
melalui prosedur penelitian yang mencakup empat langkah penting, yaitu: ( Prof.
Sukardi, 2003: 212-215)
1. Merencanakan tindakan (planning)
Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan
apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana tindakan harus
memandang atau berorientasi ke depan. Rencana itu harus mengakui bahwa
semua tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksi dan
mempunyai resiko. Oleh karena itu, perencanan yang dikembangkan harus
cukup fleksibel untuk dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tidak dapat
dilihat dan rintangan yang tersembunyi. Rencana yang disusun hendaknya
berdasarkan hasil pengamatan awal yang reflektif. Perencanaan pelaksanaan
pada penelitian ini meliputi:
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai materi
yang diajarkan sesuai dengan pendekatan dan metode yang digunakan.
RPP yang disusun oleh peneliti dengan pertimbangan guru matematika
ini digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas.
b. Menyusun dan menyiapkan instrumen yang akan digunakan untuk
memperoleh data yang dibutuhkan. Lembar observasi mengenai
kemandirian belajar siswa dan lembar observasi mengenai kendala/
hambatan yang muncul pada saat melaksanakan pembelajaran di kelas.
c. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran seperti Lembar Kerja Siswa (LKS), kertas plano, dan sebuah
artikel.
d. Menyusun dan menyiapkan soal kuis untuk siswa. Kuis akan dilaksanakan
pada akhir pertemuan guna mengetahui seberapa besar pemahaman siswa
terhadap materi yang telah dipelajari.
2. Melaksanakan tindakan (acting)
Tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan yang dilakukan secara
sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktik yang cermat dan
bijaksana. Tindakan dalam penelitian tindakan harus hati-hati dan merupakan
kegiatan praktis yang terencana, namun demikian perlu diingat bahwa
tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana. Oleh karena itu,
rencana tindakan yang dibuat harus bersifat fleksibel dan siap diubah sesuai
dengan keadaan yang ada. Tindakan yang baik adalah tindakan yang
mengandung tiga unsur penting, yaitu the improvement of practice, the