• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP N 15 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP N 15 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pe"

Copied!
281
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN

BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP N 15 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Progam Studi Pendidikan Matematika

Disusun Oleh: Rarastika Maedhiyati

041414039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2009

(2)
(3)
(4)

HAL PERSEMBAHAN

ALLAH tak memberi apa yang kita harapkan,

Melainkan Dia memberi apa yang kita butuhkan. . . .

Dengan penuh rasa syukur kupersembahkan

karya kecilku ini kepada:

Allah SWT penuntun hidupku,

Bapak dan Ibuku tercinta,

Dan seseorang yang telah hadir dalam

hidupku dan telah mengajariku arti hidup

(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Rarastika Maedhiyati. 2009. Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Open-Ended Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII di SMP N 15 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kemandirian belajar matematika pada siswa kelas VIII-H di SMP N 15 Yogyakarta, (2) Mengetahui sikap/ respon siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended, (3) Mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dan pandangan guru mengenai hambatan-hambatan dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classrooms action research). Data dalam penelitian ini adalah data kemandirian belajar siswa, data sikap/ respon siswa, data kesulitan siswa, dan data pandangan guru.

Data kemandirian belajar siswa diperoleh melalui observasi, angket/ kuisioner, dan wawancara. Data yang diperoleh melalui observasi dianalisis dengan menghitung jumlah frekuensi siswa untuk masing-masing aspeknya, seperti motivasi, inisiatif, percaya diri, dan tanggung jawab. Data yang diperoleh melalui angket/ kuisioner dianalisis untuk menentukan dan menghitung skor setiap pernyataan masing-masing siswa, kemudian dihitung skor total yang diperoleh masing-masing siswa. Skor total tersebut kemudian dianalisis dengan cara menghitung rerata dan kategori kualitas kemandirian belajar masing-masing siswa. Setelah itu ditentukan kategori kualitas kemandirian belajar seluruh siswa dari kategori kemandirian belajar masing-masing siswa yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga untuk menentukan kategori kualitas kemandirian belajar siswa per aspeknya dengan menghitung rerata dan kategori kualitas kemandirian belajar masing-masing siswa dari kategori kualitas kemandirian belajar siswa sebelumnya. Data yang diperoleh dari wawancara ditranskrip, kemudian dideskripsikan sesuai dengan jawaban siswa. Data yang diperoleh dari ketiga instrumen tersebut kemudian dirangkum dan dilakukan trianggulasi agar data yang diperoleh cukup valid. Data sikap/ respon siswa diperoleh melalui angket/ kuisioner dan wawancara. Data yang diperoleh melalui angket/ kuisioner dianalisis dengan menentukan dan menghitung skor setiap pernyataan masing-masing siswa, kemudian dihitung skor total yang diperoleh masing-masing-masing-masing siswa. Skor total tersebut kemudian dianalisis dengan cara menghitung persentase dan kriteria sikap/ respon masing-masing siswa. Kemudian ditentukan kriteria sikap/ respon seluruh siswa dari kriteria sikap/ respon masing-masing siswa sebelumnya. Data yang diperoleh melalui wawancara ditranskripsikan, kemudian dideskripsikan sesuai dengan jawaban siswa. Data yang diperoleh dari kedua instrumen tersebut kemudian dirangkum dan dilakukan trianggulasi agar data yang diperoleh cukup valid. Sedangkan data kesulitan siswa dan pandangan guru diperoleh melalui wawancara antara peneliti dengan siswa dan guru, kemudian ditranskrip dan dideskripsikan sesuai dengan jawaban dalam wawancara tersebut.

(8)

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut (1) Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa, tetapi tidak pada semua aspek kemandirian belajar yaitu hanya pada aspek motivasi dan percaya diri saja. (2) Siswa memberikan sikap/ respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended. Tanggapan positif yang dimaksud adalah ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang membuat lebih semangat untuk belajar matematika. (3) Kesulitan yang dialami siswa selama mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended adalah dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti yaitu masih ragu-ragu. Sedangkan dalam hal menyelesaikan soal, siswa mengalami kesulitan dalam memahami soalnya, terutama pada awal pertemuan atau pertemuan pertama. Selain itu sebagian siswa juga masih mengalami kesulitan pada waktu menjelaskan ide jawabannya di depan kelas dan mereka juga masih terlihat ragu-ragu dalam menjawabnya. (4) Pandangan guru mengenai hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended antara lain (a) waktu yang dibutuhkan cenderung relatif lebih lama jika dibandingkan dengan menggunakan pendekatan konvensional, (b) siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami dan mengerjakan soal terbuka, (c) Kemampuan matematika siswa yang masih rendah membuat siswa memerlukan banyak bimbingan guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

(9)

ABSTRACT

Rarastika Maedhiyati. 2009. The Implementation of Math Learning through Open-ended Approach to increase students learning Autonomy in Grade 8 of Junior High School 15 Yogyakarta. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta

The objectives of this research are (1) Upgrading the mathematics study of the students in VIII-H class at SMP N 15 Yogyakarta, (2) Knowing the response of the students when they’re participating in mathematics study that using open-ended approach, (3) Knowing the students difficulties and teacher’s objection about the obstacles of implementation of mathematics study using open-ended approach.

The kind of this research is classroom action research. The data sources of this research are the study autonomy of student data, student response data, student difficulties data, and teacher’s objection data.

The study autonomy of student data is obtainable from observation, questionnaire, and interview. Observation data is analyzed by calculating the frequency number of students of each aspect, as motivation, initiative; believe in themselves, and responsibility. The questionnaire data is analyzed to determine and to calculate the score of each student’s statement, then the total score of each students is calculated. The total score is analyzed with calculating method on the average and the quality of the study autonomy each student. After that, we can fix the quality category of the study autonomy of all the students from the category before. The interview data is transcript, then it is describing in order to appropriate with the student’s answer. The data from these three instruments is enclosing in order to get the valid data. The response data is getting from questionnaire and interview. This data is analyzed with determining and calculating the score of each student’s statement, then calculating the total score. The total score is analyzed with calculating the percentage and response criteria of each student. Afterwards, the response criteria of all students are fixing from the criteria before. The interview data is transcribing, then it is describing in order to appropriate with student’s answer. The data from both instruments are enclosing in order to get the valid data. Whereas, student difficulties data and teacher’s objection data are from the interview between the researcher and the teacher also the student, then it is transcribing and describing in order to appropriate with the interview’s answer.

The results of this research are (1) the mathematics studies that using the open-ended approach can increase the study of students, but it is only for motivation and believe in themselves aspect. (2) The students give the positive response toward mathematics studies with using open-ended approach. The positive response is the anxiety of the students when they follow this course that makes them more enthusiasm to learn mathematics. (3) The difficulty of the student when they follow the mathematics studies that using open-ended approach is giving the answer of the question from the researcher hesitantly. In the case of finish the question, the student is difficult to understand the question, especially in

(10)

the early and first meeting. Besides that a half of the students are difficult to give the explanation of the answer in front of the class and they looks doubtful when answering the question. (4) The teacher’s objection about the obstacles in the implementation of mathematics studies with using the open-ended approach are (a) needs the long time if it’s compare with using the conventional approach, (b) the student is still difficult to understand and to do the open-ended exercise, (c) the low mathematics ability of student makes them need the guidance of their teacher in implementation of studies in class.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat dan karunia ALLAH SWT, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan, dorongan, dan

bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Thomas Sugiarto, M.T. selaku dosen pembimbing yang

telah menyediakan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis

dengan penuh kesabaran. Terima kasih atas semua saran, kritik, dan

bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr. St. Suwarsono selaku Kaprodi Pendidikan Matematika dan

dosen penguji yang telah membantu penulis dalam memperlancar

penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Domesia Novi Handayani, S.Pd., M.Sc. selaku dosen Penguji yang

telah memberikan saran dan masukan bagi penulis untuk

penyempurnaan skipsi ini.

4. Segenap Dosen Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Sanata Dharma.

(12)

5. Semua Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma.

6. Bapak Drs. Sukirno, SH dan Bapak Tyas Ismullah, SPd selaku Kepala

Selolah dan Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 15 Yogyakarta yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian

di SMP Negeri 15 Yogyakarta.

7. Ibu Agata Sri Sumaryati selaku guru mata pelajaran matematika di

SMP Negeri 15 Yogyakarta yang telah membantu dan membimbing

penulis selama pelaksanaan penelitian.

8. Siswa-siswi SMP Negeri 15 Yogyakarta terutama kelas VIII-H yang

telah membantu selama proses penelitian.

9. Bapak, Ibu serta saudara-saudaraku yang telah memberikan semangat

dan dorongan baik secara material maupun non material.

10.Teman-teman yang telah membantu selama proses pelaksanaan

penelitian, terimakasih atas waktu dan tenaganya.

11.Teman-teman mahasiswa Pendidikan Matematika khususnya angkatan

2004 yang telah menjadi teman seperjuangan dalam menuntut ilmu.

12.Teman-teman kos “Mawar” yang selalu memberikan semangat.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Penulis menerima kritik dan saran karena penulis menyadari bahwa masih

terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis

(13)

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Penjelasan Istilah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 9

(14)

1. Pembelajaran Matematika ... 12

2. Pendekatan Open-ended... 15

3. Kemandirian Belajar Matematika ... 21

4. Sikap Siswa ... 31

B. Kerangka Berpikir ... 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Rancangan Penelitian ... 37

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

D. Data Penelitian ... 41

E. Obyek dan Subyek Penelitian ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Metode Analisis Data ... 45

H. Instrumen Penelitian ... 56

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 60

BAB IV. PELAKSANAAN PENELITIAN DAN TABULASI DATA ... 62

A. Pelaksanaan Penelitian ... 62

B. Tabulasi Data Penelitian ... 85

(15)

1. Kemandirian Belajar Siswa ... 115

2. Sikap/ Respon Siswa ... 137

3. Kesulitan Siswa ... 147

4. Pandangan Guru ... 147

B. Pembahasan ... 148

1. Kemandirian Belajar Siswa... 148

2. Sikap/ Respon Siswa ... 155

3. Kesulitan Siswa ... 157

4. Pandangan Guru ... 159

C. Beberapa Kekurangan Pada Penelitian Ini ... 161

BAB VI. PENUTUP ... 162

A. Kesimpulan ... 162

B. Saran ... 166

DAFTAR PUSTAKA ... 170

LAMPIRAN ... 173

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Trianggulasi Data Kemandirian Belajar Siswa ... 49

Tabel 3.2 Kriteria Kualifikasi Sikap Setiap Siswa ... 52

Tabel 3.3 Kriteria Sikap Siswa Secara Keseluruhan ... 53

Tabel 3.4 Trianggulasi Data Sikap/ Respon Siswa ... 55

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Lembar Observasi Kemandirian Belajar Siswa ... 57

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Lembar Observasi Kendala/ Hambatan Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 57

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 59

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa ... 59

Tabel 4.1 Hubungan Siklus PTK dengan Pertemuan Tatap Muka ... 62

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran ... 62

Tabel 4.3 Hasil Observasi/ Pengamatan Kemandirian Belajar ... 85

Tabel 4.4 Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 86

Tabel 4.5 Hasil Wawancara dengan S10 dan S13 Mengenai Kemandirian Belajar Siswa ... 88

Tabel 4.6 Hasil Wawancara dengan S21 Mengenai Kemandirian Belajar Siswa ... 91

Tabel 4.7 Hasil Wawancara dengan S30 dan S32 Mengenai Kemandirian Belajar Siswa ... 93

Tabel 4.8 Skor Respon Siswa ... 96

Tabel 4.9 Hasil Wawancara dengan S10 dan S13 Mengenai Sikap/ Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 97

Tabel 4.10 Hasil Wawancara dengan S21 Mengenai Sikap/ Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 99

Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan S30 dan S32 Mengenai Sikap/ Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 101

Tabel 4.12 Hasil Wawancara dengan S10 dan S13 Mengenai Kesulitan Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 103

(17)

Tabel 4.13 Hasil Wawancara dengan S21 Mengenai Kesulitan Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan

Pendekatan Open-ended ... 105

Tabel 4.14 Hasil Wawancara dengan S30 dan S32 Mengenai Kesulitan Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 107

Tabel 4.15 Hasil Wawancara Pandangan Guru Mengenai Hambatan- Hambatan yang Dialami pada Waktu Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Open-ended ... 109

Tabel 5.1 Analisis Hasil Observasi/ Pengamatan Kemandirian Belajar Siswa ... 115

Tabel 5.2 Rangkuman Data Kualitas Kemandirian Belajar Siswa ... 117

Tabel 5.3 Analisis Hasil Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 117

Tabel 5.4 Rangkuman Data Angket Kemandirian Belajar Siswa ... 119

Tabel 5.5 Kategori Kemandirian Belajar Siswa Secara Keseluruhan dari Hasil Angket ... 122

Tabel 5.6 Kategori Kemandirian Belajar Siswa Per Aspek ... 122

Tabel 5.7 Rangkuman Hasil Wawancara Kemandirian Belajar Siswa ... 123

Tabel 5.8 Rangkuman Data Kemandirian Belajar Siswa yang Diperoleh Melalui Instrumen Observasi, Angket, dan Wawancara ... 125

Tabel 5.9 Hasil Trianggulasi Data Kemandirian Belajar Siswa ... 130

Tabel 5.10 Rangkuman Data Hasil Trianggulasi Kemandirian Belajar Siswa ... 135

Tabel 5.11 Analisis Data Sikap/ Respon Siswa ... 137

Tabel 5.12 Rangkuman Data Angket/ Kuisioner ... 138

Tabel 5.13 Rangkuman Data Sikap/ Respon Siswa yang Diperoleh Melalui Angket dan Wawancara ... 140

Tabel 5.14 Hasil Trianggulasi Data Sikap/ Respon Siswa ... 142

Tabel 5.15 Rangkuman Data Hasil Trianggulasi Sikap/ Respon Siswa ... 145

Tabel 5.16 Kriteria Sikap/ Respon Siswa ... 156

Tabel 5.17 Persentase Sikap/ Respon Siswa ... 156

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan semua potensi

anak. Seperti apa yang di kutip oleh Muhibbin Syah (1997:33) beberapa pendapat

seperti Poerbakawatja dan Harahap (1981), Poerwanto (1985), dan Winkel (1991)

sama-sama mengartikan pendidikan adalah usaha yang disengaja dalam bentuk

perbuatan, bantuan, dan pimpinan orang dewasa kepada anak-anak agar mencapai

kedewasaan. Sedangkan Y. Marpaung mengatakan bahwa pendidikan merupakan

suatu masalah yang tidak sederhana, tetapi sangat kompleks dan rumit. Adapun

tujuan pendidikan ialah membantu manusia muda mengembangkan segala

kemampuannya atau potensinya agar dapat berubah menjadi manusia yang utuh

dan sempurna. Seperti yang telah disebutkan dalam UU No. 2 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 8 menyebutkan bahwa tujuan

Pendidikan adalah: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab“ ( http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf).

(19)

Pada saat ini, perkembangan dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK) sudah sangat maju, untuk mengimbangi hal ini maka diperlukan

peningkatan mutu pendidikan. Sekolah juga mempunyai peran yang sangat besar

terhadap hal tersebut, melalui proses pembelajaran matematika di kelas

diharapakan peserta didik dapat mengikuti perkembangan IPTEK di dunia yang

semakin modern. Tidak dapat dipungkiri bahwa matematika memegang peranan

penting pada hal tersebut. Dalam makalahnya, Siti M. Amin (2006) mengatakan

bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada

semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar atau bahkan Taman Kanak-kanak

sampai Sekolah Tinggi. Pemberian mata pelajaran matematika dimaksudkan

untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Dengan kemampuan

seperti itu diharapkan peserta didik dapat bertahan hidup pada keadaan yang

selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Akan tetapi pada kenyataannya banyak peserta didik yang tidak menyukai

mata pelajaran matematika. Mereka beranggapan bahwa matematika adalah mata

pelajaran yang membosankan dan menakutkan karena matematika identik dengan

bilangan dan rumus-rumus saja. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh

Frans Susilo (2006) dalam majalah BASIS yang berjudul Matematika Humanistik,

bahwa kebanyakan sikap negatif terhadap matematika timbul karena

kesalahpahaman atau pandangan yang keliru mengenai matematika. Salah satunya

adanya anggapan bahwa untuk mempelajari matematika diperlukan bakat

(20)

kecerdasannya rendah tidak termotivasi untuk belajar matematika (Abdul Halim

Fathani, www.penulislepas.com). Baik dari pihak pemerintah maupun dari pihak

sekolah mencoba berusaha untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain dengan

adanya perubahan kurikulum, mengembangkan strategi pembelajaran yang baru

seperti Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), Pembelajaran

Kooperatif, Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran dengan menggunakan

Pendekatan Terbuka, Pembelajaran dengan menggunakan bantuan teknologi atau

alat peraga, dan lain-lain.

Menurut Von Gaserfeld (1992) yang dikutip dari makalah Y. Marpaung

(2006) pengetahuan merupakan hasil kegiatan mengkonstruksi, pengetahuan tidak

dapat di transfer begitu saja kepada mereka yang menerimanya. Pengetahuan itu

harus dibangun sendiri secara aktif oleh setiap orang yang mau mengetahuinya.

Seperti halnya dengan matematika sebagai aktivitas manusia, pengetahuan

matematika juga tidak datang dengan sendirinya, melainkan dengan menemukan

sendiri pengetahuan itu secara aktif.

Pada kenyataannya, banyak guru matematika yang masih menggunakan

cara pembelajaran lama yang tidak memperhatikan makna pengetahuan itu

sendiri. Dalam hal ini pengetahuan yang diberikan kepada siswa sudah dalam

bentuk jadi sehingga siswa tidak perlu lagi mengolah pengetahuan itu. Salah satu

pendekatan pembelajaran yang paling sering digunakan oleh guru adalah

pendekatan konvensional. Hal ini juga terlihat ketika peneliti melakukan

observasi pelaksanaan pembelajaran ketika Program Pengalaman Lapangan

(21)

pendekatan konvensional. Pendekatan konvensional itu identik dengan

menggunakan metode ceramah atau ekspositori dan metode tanya jawab. Guru

matematika tersebut juga memberikan contoh soal dan latihan soal yang mirip

dengan contoh soal yang telah diberikan. Metode ceramah adalah sebuah metode

mengajar yang menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada

sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Biasanya guru secara

langsung menyampaikan materi mengenai topik (pokok bahasan) tertentu di

tempat tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu (Muhibbin Syah, 1997:203).

Guru berperan aktif dan merupakan satu-satunya sumber belajar, sedangkan siswa

hanya berperan pasif. Sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku sekarang ini, guru

dituntut untuk lebih mengutamakan proses belajar siswa daripada hasil akhir

siswa dimana peran aktif siswa sangatlah utama dan guru hanya berperan sebagai

fasilitator saja.

Berdasarkan pengalaman peneliti pada waktu melaksanakan Program

Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 6 Yogyakarta, pada umumnya

siswa-siswinya masih kurang aktif dan kurang termotivasi untuk mengikuti

pelajaran matematika. Dalam proses pengerjaan soal, hampir semua siswa masih

mengikuti langkah-langkah yang sama persis seperti yang diberikan oleh guru di

depan kelas. Dari sini tampak bahwa inisiatif siswa juga masih sangat kurang,

mereka hanya mengikuti prosedur-prosedur cara pengerjaannya saja tanpa ada

kreatifitas dari siswa. Siswa tidak diberi kebebasan untuk berpikir lebih luas

(22)

kemampuannya sendiri. Hal ini juga terlihat ketika peneliti melakukan

pengamatan terhadap pembelajaran matematika di kelas VIII-H SMP N 15

Yogyakarta. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang

bersangkutan diperoleh informasi bahwa pada umumnya kemandirian belajar

siswa di SMP N 15 Yogyakarta masih tergolong rendah. Padahal dengan adanya

perubahan kurikulum seperti sekarang ini siswa dituntut untuk lebih mandiri

dalam belajar tanpa harus merasa tergantung kepada orang lain (guru).

Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang dapat digunakan

untuk membantu siswa agar bisa menemukan konsep sendiri adalah pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan masalah terbuka (open-ended). Pembelajaran open-ended juga bisa menuntun siswa untuk lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan open-ended ini dimulai dengan memberikan problem terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajarannya harus membawa siswa menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin juga

banyak jawaban (yang benar) sehingga mengundang potensi intelektual dan

pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. (Erman

Suherman, 2001:113)

Pembelajaran akan berlangsung efektif bila siswa berperan aktif dalam

proses pembelajaran. Selain itu siswa juga harus mempunyai kemandirian belajar

yang tinggi. Adanya kemandirian belajar yang tinggi dapat ditunjukkan dengan

adanya inisiatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan, mampu mengatasi

(23)

menyelesaikan tugas-tugasnya, bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan,

berminat terhadap permasalahan yang bervariasi dan sebagainya.

Oleh karena itu, peneliti akan bekerjasama dengan guru matematika yang

bersangkutan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran

matematika dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan open-ended. Dengan pendekatan open-ended ini siswa dapat mengembangkan kegiatan kreatifitasnya dan pola pikir matematisnya (Erman Suherman, 2001:114). Dengan

adanya kegiatan seperti itu diharapkan kemandirian belajar siswa dapat

meningkat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

open-ended dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VIII-H SMP N 15 Yogyakarta?

2. Bagaimanakah sikap/ respon siswa dalam mengikuti pembelajaran

matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended?

3. Kesulitan-kesulitan apakah yang dialami oleh siswa selama mengikuti

(24)

4. Bagaimanakah pandangan guru mengenai hambatan-hambatan yang

dialami dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan open-ended?

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada penerapan pembelajaran matematika

dengan menggunakan pendekatan open-ended pada materi pembelajaran ”Relasi dan Fungsi” yang meliputi pengertian relasi, fungsi, dan korespondensi satu-satu.

Ruang lingkup penelitian ini juga dibatasi pada siswa kelas VIII-H SMP N 15

Yogyakarta dan dilaksanakan pada semester gasal tahun pembelajaran 2008/2009.

D. Penjelasan Istilah

Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan open-ended

Pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dari mengenalkan atau menghadapkan siswa pada masalah

atau soal open-ended (soal terbuka). 2. Masalah/ Soal open-ended (soal terbuka)

Soal yang dirancang sedemikian rupa sehingga mempunyai berbagai

macam cara pengerjaannya dan mungkin banyak jawaban (yang

(25)

3. Kemandirian Belajar

Kemandirian Belajar adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang

dalam belajar dengan mengandalkan kemampuan yang timbul dari

dalam diri sendiri tanpa ada tekanan dari orang lain yang ditandai

dengan adanya keinginan yang kuat (motivasi), inisiatif, rasa percaya

diri, dan bertanggung jawab. Kemandirian belajar siswa mengandung

arti mampu mencukupi sendiri, mengerjakan sendiri, memecahkan

masalah sendiri, berinisiatif, percaya diri, dan mampu mengambil

keputusan untuk memilih sesuatu yang dimungkinkan akan

mempengaruhi pencapaian prestasi belajarnya.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika pada siswa kelas

VIII-H di SMP N 15 Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran

matematika dengan menggunakan pendekatan open-ended.

3. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan siswa selama mengikuti

pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

open-ended.

4. Untuk mengetahui pandangan guru mengenai hambatan-hambatan

dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan

(26)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi sekolah

Sebagai gambaran umum bagi guru matematika mengenai alternatif

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang lebih efektif.

2. Bagi penulis

Menambah pengetahuan, wawasan, dan merupakan pengalaman

berharga dalam menerapkan pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan open-ended. 3. Bagi pembaca

Memberikan informasi yang cukup bagi pembaca mengenai

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended dan memberikan masukan kepada rekan peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian sejenis.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan penelitian ini tersusun menjadi beberapa bab yakni:

Bab I merupakan bab pendahuluan, pada bab ini akan dikemukakan latar

belakang permasalahan, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian. Selain itu, pada bab ini juga berisi penjelasan

istilah dan sistematika penulisan.

Bab II ini berisi mengenai landasan teori yang berkaitan dengan peneliltian

(27)

pendekatan open-ended, kemandirian belajar seperti pengertian kemandirian, ciri-ciri kemandirian, dan karakteristik kemandirian serta penjelasan mengenai sikap

siswa. Dalam bab ini juga dikemukakan kerangka berpikir peneliti.

Bab III merupakan metodologi penelitian yang menjelaskan tentang jenis,

rancangan, tempat dan waktu, data serta obyek dan subyek penelitian. Teknik

pengumpulan data, metode analisis data, instrumen penelitian, dan prosedur

pelaksanaan penelitian juga dijelaskan dalam bab ini.

Bab IV ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan penelitian dan tabulasi

data penelitian. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari lima kali pertemuan yang

terbagi menjadi dua siklus. Sedangkan tabulasi data penelitian meliputi data

kemandirian belajar siswa yang diperoleh melalui observasi, angket/ kuisioner,

dan wawancara, data sikap/ respon siswa terhadap pembelajaran matematika

dengan pendekatan open-ended yang diperoleh melalui angket/ kuisioner dan wawancara, data kesulitan siswa, dan data pandangan guru mengenai

hambatan-hambatan yang dialami pada waktu pelaksanaan pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan open-ended yang diperoleh malalui wawancara.

Bab V berisi tentang analisis data dan pembahasan hasil analisisnya

terutama jawaban yang berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini.

Antara lain mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

open-ended apakah dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VIII-H SMP N 15 Yogyakarta, sikap/ respon siswa, kesulitan-kesulitan siswa, dan

pandangan guru mengenai hambatan-hambatan yang dialami dalam melaksanakan

(28)

Bab VI merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran

(29)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Matematika

Pengertian pembelajaran (instruction) berbeda dengan pengajaran (teaching). Pembelajaran merupakan kegiatan guru memfasilitasi siswa yang sedang belajar sedangkan pengajaran merupakan kegiatan guru mentransfer

pengetahuan kepada siswa. Adapun karakteristik pembelajaran seperti yang

disebutkan Susento (2007) dalam seminarnya di yayasan Xaverius Palembang

yaitu:

1. berpusat pada siswa

2. mengembangkan kreativitas

3. menyenangkan dan menantang

4. kontekstual

5. menyediakan aneka pengalaman belajar

6. belajar melalui berbuat

Erman Suherman (2001:8) menyatakan bahwa pembelajaran adalah

upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar

tumbuh dan berkembang secara optimal. Proses pembelajaran yang

dilaksanakan di sekolah melibatkan komponen-komponen yang saling terkait

yang terkandung di dalamnya yaitu guru dan siswa. Seperti apa yang

dikatakan Moh. Uzer Usman (2002:4) pembelajaran merupakan suatu proses

(30)

yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan

timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif tertentu.

Seorang guru dituntut memiliki kemampuan untuk dapat memilih dan

menggunakan model pembelajaran, strategi pembelajaran, dan metode

pembelajaran secara dinamis dan fleksibel yang disesuaikan dengan materi,

siswa, dan konteks pembelajaran (Karnita,

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/042006/15/99forumguru.htm).

Tujuan pembelajaran matematika dalam buku Standar Kompetensi

Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTS (2003:2) adalah sebagai berikut:

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan, konsisten, dan inkonsistensi

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,

catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.

Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Utari Sumarno (2004:5)

yaitu pembelajaran matematika memang diarahkan untuk mengembangkan

(31)

masalah, penalaran, komunikasi, dan koreksi matematis, kritis, serta sikap

yang terbuka dan objektif.

Dari beberapa pendapat di atas, dalam pembelajaran itu menuntut

siswa agar dapat berpikir kritis dan kreatif, sedangkan guru juga dituntut

mempunyai kecakapan untuk memilih suatu model pembelajaran yang dapat

membawa siswa dalam mengembangkan kemampuannya itu. Seperti yang

telah di ungkapkan Stanic (dalam Romberg, 1992:759) tujuan pembelajaran

matematika di sekolah adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

Selain itu juga meningkatkan kreativitas dan sikap kritis yang dapat dilatih

melalui pembelajaran matematika yang sistematis dan sesuai dengan pola-pola

pembelajarannya.

Pembelajaran matematika menurut Herman Hudojo (2001:135) adalah

pembelajaran tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat

dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara

konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Bahasan yang dipelajari itu

tidak begitu saja diberikan guru kepada siswa, melainkan harus melibatkan

peran aktif siswa sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan

berpikirnya dalam mempelajari konsep dan struktur tersebut. Dengan

demikian siswa diharapkan dapat lebih meningkatkan kemandirian belajarnya.

Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah kegiatan guru memfasilitasi siswa dalam mempelajari

bahasan yang terdapat dalam matematika mengenai konsep-konsep dan

(32)

konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut sehingga proses belajar dapat

berkembang secara optimal dan tujuan pembelajaran matematika untuk

mengembangkan kemampuan berpikir matematis dan meningkatkan

kreativitas dapat tercapai melalui pembelajaran yang sistematis.

2. Pendekatan Open-ended

Pendekatan (Approach) pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan

bisa beradaptasi dengan siswa (Erman Suherman, 2001:7). Dalam penelitian

ini pendekatan pembelajaran yang akan dikembangkan adalah pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan open-ended. Dilihat dari strategi pembelajarannya, Mumun Syaban mengatakan bahwa pendekatan open-ended pada prinsipnya sama dengan pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu

pendekatan pembelajaran yang dalam prosesnya dimulai dengan memberi

suatu masalah kepada siswa. Pendekatan open-ended adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dari mengenalkan atau menghadapkan siswa pada

masalah atau soal open-ended (soal terbuka) (Syarifah Fadillah, http://fadillahatick.blogspot.com).

Menurut Erman Suherman (2001:113) pembelajaran dengan

pendekatan open-ended biasanya dimulai dengan memeberikan masalah terbuka (open-ended problem) atau masalah tidak lengkap (incomplete

(33)

yang benar. Menurut Hancock (1995:496) dan Berenson (1995:183) juga

menyatakan bahwa soal open-ended adalah soal yang memiliki lebih dari satu penyelesaian dan cara penyelesaian yang benar (Mumun Syaban,

http://nrich.maths.org/public/viewer.php?art=index&refpage=

monthindex.php). Sawada (1997:27) mengemukakan bahwa secara umum

terdapat tiga tipe masalah open-ended yang dapat diberikan, yaitu: (Syarifah Fadillah, http://fadillahatick.blogspot.com)

1. tipe pertama, yaitu menemukan hubungan

Masalah open-ended tipe pertama ini diberikan dengan tujuan agar siswa dapat menemukan beberapa aturan atau hubungan matematis.

Contoh tipe masalah open-ended yang pertama ini misalnya tentang materi relasi dan fungsi. Pada materi ini diarahkan agar siswa dapat menemukan

aturan atau hubungan yang ada diantara dua buah himpunan.

2. tipe kedua, yaitu mengklasifikasi

Tipe masalah open-ended yang kedua ini siswa diminta mengklasifikasikan berdasarkan karakteristik yang berbeda dari suatu

objek tertentu untuk memformulasikan beberapa konsep tertentu. Contoh

tipe masalah open-ended yang kedua ini banyak ditemui pada materi geometri, misalnya pada masalah membedakan dan melihat kesamaan

antara bangun datar seperti persegi panjang dan segitiga.

3. tipe ketiga, yaitu pengukuran

(34)

open-ended ketiga ini banyak ditemui pada materi-materi pengukuran, seperti menghitung keliling dan luas suatu bangun datar atau bangun

ruang.

Dalam penelitian ini peneliti mencoba menggunakan masalah open-ended tipe yang pertama yaitu menemukan hubungan. Oleh karena itu peneliti memilih

materi “Relasi dan Fungsi”, dengan tujuan agar siswa dapat menemukan

aturan atau hubungan yang ada pada materi tersebut. Diharapkan siswa juga

dapat mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari

sebelumnya untuk memecahkan masalah.

Tujuan pembelajaran open-ended menurut Nohda (2000) yang dikutip oleh Erman Suherman adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan

kreatif dari siswa dan kemampuan berpikir matematis mereka dalam

memecahkan masalah. Dengan kata lain, adanya pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan open-ended kiranya kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa yang dapat dikembangkan semaksimal mungkin sesuai

dengan setiap kemampuan siswa. Selain itu, dengan pendekatan open-ended juga diharapkan masing-masing siswa memiliki kebebasan dalam

memecahkan masalah menurut kemampuan dan minatnya. Siswa yang

berkemampuan tinggi dan siswa dengan kemampuan yang lebih rendah

sama-sama diberi kesempatan untuk berpikir dengan bebas sesuai dengan minat dan

kemampuannya.

(35)

benar dan sesuai dengan kemampuannya mengelaborasi permasalahan. Inti

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended ialah pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara siswa dan

matematika sehingga mengundang siswa untuk menjawab permasalahan

melalui berbagai macam metode, cara atau pendekatan yang berbeda.

Kegiatan interaksi antara matematika dan siswa dikatakan terbuka jika

memenuhi tiga aspek yaitu: (Erman Suherman,2001:114)

1. Kegiatan siswa harus terbuka

Kegiatan siswa harus terbuka, artinya kegiatan pembelajaran harus

mengakomodasi kesempatan siswa untuk melakukan segala sesuatu yang

berhubungan dengan pembelajaran di kelas secara bebas dan sesuai

dengan kehendak mereka.

2. Kegiatan matematik adalah ragam berpikir dan peningkatan level

matematika

Kegiatan matematik adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses

pengabstraksian dari pengalaman-pengalaman nyata atau kehidupan

sehari-hari ke dalam dunia matematika ataupun sebaliknya. Menurut

Freudenthal (dalam Suryanto, www.KumpulBlogger.com) matematika

merupakan aktivitas manusia yang melibatkan pengalaman-pengalaman.

Menyusun atau mengatur pengalaman dengan menggunakan matematika

disebut matematisasi atau mematematikakan. Treffers membedakan

matematisasi menjadi dua macam, yaitu matematisasi pengalaman

(36)

matematika atau matematisasi vertikal. Matematisasi horisontal adalah

suatu proses untuk menghasilkan pengetahuan (konsep, prinsip, model)

matematis dari masalah kontekstual sehari-hari. Sedangkan matematisasi

vertikal adalah proses menghasilkan konsep, prinsip, model matematis

baru dari pengetahuan matematika yang sudah diperoleh sebelumnya.

3. Kegiatan siswa dan kegiatan matematik merupakan satu kesatuan

Kegiatan siswa dan kegiatan matematik dapat dikatakan terbuka secara

simultan dalam pembelajaran, jika kebutuhan dalam berpikir matematik

siswa terperhatikan guru melalui kegiatan-kegiatan matematik yang

bermanfaat untuk menjawab permasalahan lainnya. Dengan kata lain,

ketika siswa melakukan kegiatan matematika untuk memecahkan

permasalahan yang diberikan guru maka dengan sendirinya akan

mendorong potensi mereka untuk melakukan kegiatan matematik lain pada

tingkatan berpikir yang lebih tinggi. Guru dapat membelajarkan siswa

melalui kegiatan-kegiatan matematik tingkat tinggi yang sistematis atau

melalui kegiatan-kegiatan matematik yang mendasar untuk melayani siswa

yang kemampuannya masih rendah.

Dengan demikian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended tidak hanya memberikan masalah-masalah terbuka kepada siswa melainkan

dalam proses pembelajarannya juga harus menjamin keterbukaan aktivitas

(37)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jepang, telah ditemukan

beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat problem

open-ended, antara lain yaitu: (Erman Suherman,2001:118) 1. Permasalahan yang disajikan melalui situasi nyata

2. Soal-soal pembuktian dibuat sedemikian rupa sehingga siswa dapat

menemukan hubungan dan sifat-sifat dari variabel dalam persoalan itu

3. Memberikan contoh yang kongkrit dalam beberapa kategori sehingga

siswa bisa mengelaborasi sifat-sifat dari contoh tersebut untuk menemukan

sifat-sifat yang umum

4. Memberikan beberapa latihan yang serupa agar siswa dapat

mengeneralisasi dari pekerjaannya itu.

Selain itu ada dua teknik yang dapat dilakukan dalam menyusun suatu

pertanyaan open-ended yaitu:

1. teknik bekerja secara terbalik (working backward)

teknik ini terdiri dari tiga langkah yaitu mengidentifikasi topik,

memikirkan pertanyaan dan menuliskan jawaban lebih dulu, dan membuat

pertanyaan open-ended didasarkan pada jawaban yang telah dibuat. 2. teknik penggunaan pertanyaan standar (adapting a standard question)

teknik ini juga terdiri dari tiga langkah yaitu mengidentifikasi topik,

memikirkan pertanyaan standar, dan membuat pertanyaan open-ended yang baik berdasarkan pertanyaan standar yang telah dibuat (Mumun

Syaban, http://nrich.maths.org/public/viewer.php?art=index&refpage=

(38)

Sebelum suatu pertanyaan open-ended disajikan di depan kelas, menurut Erman Suherman ada tiga hal yang harus diperhatikan, antara lain:

a. Pertanyaan yang diajukan harus mendorong siswa untuk dapat berpikir

dari beberapa sudut pandang

b. Pertanyaan yang diajukan berada dalam wilayah pemikiran siswa, jika

guru memprediksi pertanyaan itu berada di luar pemikiran siswa, maka

pertanyaan itu harus diubah atau diganti.

c. Pertanyaan itu harus mempunyai keterkaitan atau hubungan dengan

konsep-konsep matematika yang lebih tinggi sehingga dapat memotivasi

siswa untuk lebih berpikir dalam tingkat tinggi

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan open-ended adalah suatu pembelajaran yang diawali dengan pemberian soal terbuka

kepada siswa agar siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan

menggunakan berbagai strategi atau cara yang dimilikinya sehingga dapat

memperoleh jawaban yang diharapkan dan tujuan dari pembelajaran

matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa dapat tercapai.

3. Kemandirian Belajar Matematika a. Pengertian Kemandirian

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kemandirian adalah hal

atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada orang lain

(Depdikbud,1989:555). Sedangkan menurut Constance Kamii (2000: 56)

(39)

dimana setiap pribadi mempunyai hak untuk membuat keputusan sendiri

tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

Kemandirian menurut Sutari Imam Barnadib (1982) meliputi

“perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah,

mempunyai rasa percaya diri dan mampu melakukan sesuatu tanpa

bantuan orang lain”. Hal ini juga didukung dengan pendapat Kartini dan

Dali yang menyatakan bahwa kemandirian adalah hasrat untuk

mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri (Warmansaja,

www.abihafiz.wordpress.com/2008/05/24/kemandirian-sebagai-kebutuhan-psikologis-pada-remaja). Kemandirian belajar dapat diartikan

sebagai suatu kegiatan atau aktivitas belajar dengan mengandalkan

kemampuan diri sendiri tanpa tergantung pada orang lain.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mempunyai

pengertian:

1) Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk

maju demi kebaikan dirinya,

2) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah

yang dihadapi,

3) Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya,

4) Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya

Kemandirian belajar siswa mengandung arti mampu mencukupi

sendiri, mengerjakan sendiri, memecahkan masalah sendiri, berinisiatif,

(40)

yang dimungkinkan akan mempengaruhi pencapaian prestasi belajarnya.

Kemandirian belajar ini berhubungan erat dengan motivasi (dorongan)

yang berasal dari dalam peaerta didik untuk berhasil dalam belajar.

Kemandirian belajar merupakan faktor pencetus keberhasilan dalam

belajar yang berasal dari dalam diri peserta didik. Dengan adanya motivasi

terhadap keberhasilan belajar ini, memungkinkan peserta didik untuk

merasa bertanggungjawab dalam mengelola dirinya sendiri sehingga

peserta didik dapat menganggap bahwa kegiatan belajar bukanlah suatu

kewajiban melainkan suatu kebutuhan dalam hidupnya

(http://www.geocities.com/guruvalah/hasil_belajar_bab2b.pdf).

b. Ciri-ciri Kemandirian

Suardiman (1984:40) mengemukakan ciri-ciri kemandirian yaitu

sebagai berikut:

1) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku, dan bertindak

atas kehendak diri sendiri secara bebas dan tidak bergantung pada

orang lain

2) Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan

3) Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet, tekun untuk

mewujudkan harapannya

4) Mampu berpikir dan bertindak secara kreatif penuh inisiatif dan tidak

(41)

5) Mempunyai kecenderungan untuk mencapai kemajuan yaitu untuk

meningkatkan prestasi belajar

6) Mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukannya

tanpa mengharapkan bimbingan dan pengarahan dari orang lain.

Tingkat kemandirian belajar siswa dapat ditentukan berdasarkan

seberapa besar inisiatif dan tanggung jawab siswa untuk berperan aktif

dalam hal perencanaan belajar, pelaksanaan atau proses belajar maupun

evaluasi belajar. Kemandirian juga didukung dengan adanya kualitas

pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi

terhadap pendiriannya, kreatif dalam berpikir dan bertindak serta mampu

mengendalikan dirinya dan memiliki komitmen yang kuat terhadap

berbagai hal (http://www.oness.co.id).

Dilihat dari uraian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

terdapat beberapa karakteristik dalam kemandirian belajar antara lain,

mempunyai keinginan yang kuat (motivasi), mempunyai inisiatif, percaya

diri dan bertanggung jawab. Hal ini diperkuat dengan pendapat Atmanta

bahwa kemandirian mampu menjadikan seseorang berpikir secara objektif,

tidak mudah dipengaruhi orang lain, berani mengambil keputusan sendiri,

tumbuh rasa percaya diri, dan tidak tergantung pada orang lain, dengan

demikian kemandirian akan berkembang dengan baik

(42)

c. Karakteristik Kemandirian

Beberapa karakteristik atau ciri-ciri dalam kemandirian belajar

antara lain:

1) Keinginan yang kuat (Motivasi)

Terdapat beberapa pendapat yang merumuskan definisi

“motivasi” sesuai dengan kajian yang diperdalamnya (Arief Achmad,

http://www.kesetaraan.net/index.php?option=com_content&task=view

&id=46&Itemid=2), antara lain:

a) Michel J. Jucius (Onong Uchjana Effendy, 1993: 69-70)

menyebutkan motivasi sebagai kegiatan yang memberikan

dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil

suatu tindakan yang dikehendaki.

b) Menurut Dadi Permadi (2000: 72) motivasi adalah suatu dorongan

dari dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu, baik sesuatu yang

positif maupun sesuatu yang negatif.

c) Menurut Ngalim Purwanto (2004: 64-65) motivasi adalah segala

sesuatu yang diperbuat oleh manusia baik yang penting maupun

yang kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak

berbahaya yang mempunyai motif tertentu sebagai dorongan

melakukan tindakan. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh individu

selalu ada motivasi yang melatarbelakanginya

d) Nasution (2002: 58), membedakan antara “motif” dan “motivasi”.

(43)

melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha yang

dilakukan seseorang untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga

orang itu mau atau ingin melakukannya.

Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang

mendorong perilaku ke arah tujuan

(http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi). Motivasi adalah suatu dorongan

untuk mencapai tujuan tertentu, dorongan itu bisa berbentuk

antusiasme, harapan, dan semangat. Menurut Rollam Handerson,

motivasi ibarat api yang ada di dalam pikiran seseorang yang

terkadang bisa berkobar-kobar tetapi terkadang juga bisa redup,

tergantung dari kondisi mental orang tersebut. Jika seseorang ingin

mencapai kesuksesan, motivasi adalah panas bara api yang harus di

jaga jangan sampai redup, karena redupnya bara api berarti orang itu

telah kehabisan bahan bakar untuk menggerakkan mesin tubuh untuk

mencapai tujuan yang diharapkannya (Rollam Handerson,

http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2003/0415/man01.html). Motivasi dapat di klasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:

• Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi internal yang timbul dari dalam

diri pribadi seseorang itu sendiri, misalnya sistem nilai yang

dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek-aspek yang lain yang

(44)

• Motivasi ekstrinsik

Motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang,

misalnya kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya imbalan berupa

hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman

(punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi.

Kedua motivasi ini saling terkait membentuk satu sistem motivasi

yang menggerakkan siswa untuk belajar (Arief Achmad,

http://www.kesetaraan.net/index.php?option=com_content&task=view&id=4 6&Itemid=2).

Ciri-ciri motivasi yang ada pada diri setiap orang antara lain:

a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam

waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa), tidak

memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin,

dan tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya.

c) Menunjukkan minat terhadap berbagai masalah

d) Lebih senang bekerja mandiri

e) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, hal-hal yang bersifat

mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif

f) Dapat mempertahankan pendapatnya

g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya

(45)

(Ridwan,

http://ridwan202.wordpress.com/2008/04/23/guru-dan-motivasi).

Berdasarkan uraian di atas, motivasi yang dimiliki siswa

terlihat dari tidak adanya keluhan siswa ketika diminta mengerjakan

tugas atau LKS baik di buku tulis maupun di papan tulis,

memperhatikan proses pembelajaran dengan baik, selalu tekun dan ulet

dalam mengerjakan soal, dan tidak mudah putus asa ketika

menghadapi kesulitan dalam mengerjakan soal.

2) Inisiatif

Pengertian inisiatif adalah kemampuan seseorang dalam

melakukan sesuatu tanpa menunggu perintah terlebih dahulu dengan

tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil pekerjaan,

menciptakan peluang baru atau menghindari timbulnya masalah

(Ubaydillah,

http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=486). Menurut Jakoep Ezra

dan Jajoek Ezra inisiatif adalah kemampuan seseorang untuk

mengajukan gagasan yang bukan hanya sekedar proses untuk

mendapatkan solusi dan merupakan suatu ekspresi dari

perbuatan-perbuatan yang bersifat proaktif, jadi tidak hanya dipikirkan saja tetapi

juga dilakukan (http://powercharacter.com/page_smart18apr.html).

Seseorang yang mempunyai inisiatif tidak akan berdiam diri ketika

(46)

melainkan akan mencoba melakukan ide-ide sendiri tanpa harus keluar

dari peraturan yang ada.

Berdasarkan pengertian di atas, inisiatif yang dimiliki siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran dapat terlihat dari siswa yang

mau mengemukakan pendapat atau idenya dalam kegiatan

pembelajaran misalnya dengan bertanya ketika mengalami kesulitan,

mau menjawab pertanyaan tanpa harus ditunjuk guru terlebih dulu, dan

mau membantu teman yang mengalami kesulitan mengerjakan soal.

3) Percaya Diri

Menurut Jacinta F. Rini kepercayaan diri adalah sikap positif

seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan

penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap

lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti

seseorang itu mampu melakukan segala sesuatu seorang diri

(http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=84). Percaya diri

adalah bagian dari alam bawah sadar yang tidak terpengaruh oleh

argumentasi yang rasional dan hanya dapat terpengaruh oleh hal-hal

yang bersifat emosional dan perasaan.

(http://www.sekolahindonesia.com/sidev/NewDetailArtikel.asp?iid_artikel=1

03&cTipe_artikel=3). Sifat percaya diri memang sulit dikatakan secara nyata. Kemungkinan besar seseorang yang percaya diri akan bisa

menerima dirinya sendiri, siap menerima tantangan dalam arti mau

(47)

kesalahan selalu ada, tidak merasa takut untuk menyatakan

pendapatnya di depan umum (www.e-SmartScool.com).

Adapun karakteristik atau ciri-ciri individu yang mempunyai rasa

percaya diri antara lain adalah

(http://www.freewebs.com/ezie/Arsip10.htm):

a) Percaya pada kemampuan diri sendiri, hingga tidak membutuhkan

pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain

b) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain, berani

menjadi diri sendiri

c) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang

lain, dan situasi di luar dirinya

d) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap yang konformis demi

diterima oleh orang lain atau kelompok

e) Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan tergantung dari usaha diri sendiri) dan tidak mudah

menyerah pada keadaan serta tidak tergantung atau mengharapkan

bantuan orang lain

f) Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga

ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi

positif dari dirinya dan situasi yang terjadi.

Dari uraian di atas, sikap percaya diri siswa dapat terlihat dari

siap menerima tugas, kuis, dan ulangan harian yang di berikan oleh

(48)

untuk bertanya dan tidak malu-malu mengutarakan pendapatnya di

depan kelas.

4) Tanggung Jawab

Pengertian tanggung jawab adalah suatu kesadaran, kesediaan,

dan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu

pekerjaan, atau tugas dengan sungguh-sungguh.

(http://pepak.sabda.org/pustaka,/0404201). Tanggung Jawab menurut

Darius adalah sesuatu yang harus kita lakukan agar kita menerima

sesuatu yang dinamakan hak. Dengan mempunyai tanggung jawab kita

akan dipercaya oleh orang lain, selalu tepat melaksanakan sesuatu, dan

mendapatkan hak dengan sewajarnya. Tanggung jawab adalah suatu

hal yang sangat penting dalam kehidupan, karena tanggung jawab

menyangkut orang lain dan terlebih diri kita sendiri.

Dari uraian di atas, bentuk-bentuk tanggung jawab yang

dimiliki siswa pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran adalah

selalu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas dan dapat

dengan tepat menyelesaikannya sesuai dengan batas waktu yang

diberikan oleh guru.

4. Sikap Siswa

Istilah sikap yang dalam bahasa Inggris disebut “attitude” telah didefinisikan oleh beberapa para ahli sosiologi dan psikologi. Menurut Louis

(49)

Syaifuddin Azwar (1995:4) menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk

evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah

perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek tertentu. Sedangkan menurut Secord dan Backman (1964) mendefinisikan sikap

sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi),

dan predisposisi (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan

sekitarnya.

Sikap adalah kesiapan merespon terhadap suatu objek atau situasi yang

sifatnya positif atau negatif secara konsisten. (Abu Ahmadi dkk, 1991:164)

Sikap selalu berkaitan dengan suatu objek atau kondisi tertentu, dan sikap

terhadap objek ini selalu disertai dengan perasaan positif atau negatif

(Slameto, 1995:188).

Dari berbagai uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap

siswa adalah suatu bentuk reaksi atau respon yang dialami siswa terhadap

kondisi atau suatu objek tertentu yang dapat bersifat positif maupun bersifat

negatif.

B. Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran matematika, selain penguasaan konsep diperlukan

juga kemampuan dalam menyelesaikan masalah matematika (latihan-latihan soal

yang berkesinambungan). Dalam hal ini kemandirian belajar siswa dalam belajar

(50)

pencetus keberhasilan dalam belajar yang berasal dari dalam diri peserta didik.

Karena kemandirian belajar siswa akan membantu mengaktifkan dan

menumbuhkan inisiatif siswa untuk belajar.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan

kemandirian belajar siswa. Misalnya melalui pendekatan atau metode

pembelajaran yang mengarah pada kegiatan siswa yang interaktif dan mandiri.

Salah satu contoh pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah

pendekatan open-ended. Adapun tujuan dari pembelajaran dengan pendekatan

open-ended adalah untuk membantu mengembangkan aktivitas siswa yang kreatif dan kemampuan berpikir matematis siswa dalam memecahkan masalah. Selain itu

juga diharapkan masing-masing siswa memiliki kebebasan dalam memecahkan

masalah menurut kemampuan dan minatnya. Seperti yang dikatakan Syarifah

Fadillah (2008) sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Sawada (1997: 24),

ada lima kelebihan yang dapat diperoleh jika pendekatan open-ended digunakan dalam pembelajaran di sekolah yaitu: 1) siswa berpartisipasi lebih aktif dalam

proses pembelajaran dan siswa dapat mengungkapkan ide-ide mereka secara lebih

sering; 2) siswa mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam memanfaatkan

pengetahuan dan ketrampilan matematika mereka secara komprehensif; 3) setiap

siswa dapat menjawab permasalahan dengan cara mereka sendiri, baik siswa yang

mempunyai kemampuan tinggi maupun siswa yang mempunyai kemampuan

rendah; 4) siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau

penjelasan atas jawaban dari permasalahan yang diberikan; serta 5) siswa

(51)

suatu permasalahan dan menerima masukan-masukan dari teman-temannya

(Syarifah Fadillah, http://fadillahatick.blogspot.com). Dari tujuan dan kelebihan

pendekatan open-ended dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat lebih termotivasi dalam belajar, memiliki inisiatif, percaya pada diri sendiri, dan

bertanggung jawab. Dengan kata lain kemandirian belajar siswa diharapkan dapat

meningkat dengan adanya pembelajaran yang menggunakan pendekatan

open-ended. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Drs. Darwing Paduppai, M.Pd. (2005) yaitu “Penerapan pembelajaran open-ended problem dalam pembelajaran kalkulus (Suatu upaya untuk meningkatkan kreativitas dan

kemandirian belajar mahasiswa Prodi Matematika FMIPA UNM Makassar). Hasil

dari penelitian tersebut menyatakan bahwa dengan adanya pembelajaran

open-ended problem dapat meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa (Darwing Paduppai, http://www.geocities.com/darwing007mks).

Selain memiliki keunggulan, pembelajaran dengan pendekatan open-ended juga memiliki kekurangan diantaranya dalam membuat dan menyiapkan masalah

matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan yang mudah, sulitnya

bagi guru untuk mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa,

siswa yang berkemampuan tinggi terkadang merasa ragu dan mencemaskan

jawaban mereka, dan lain-lain. Sehingga dalam pelaksanaannya muncul kendala

atau hambatan yang dialami guru. Seperti penelitian yang dilakukan oleh R.

Poppy Yaniawati (2001) “Pembelajaran dengan pendekatan open-ended dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi matematik siswa” yang menyebutkan

(52)

open-ended, yaitu penguasaan materi prasyarat siswa relatif kurang, siswa yang kurang tidak berani mengemukakan pendapat bahkan sama sekali tidak termotivasi untuk

mengemukakan pendapat, pendekatan open-ended memerlukan waktu relatif lebih lama, serta pendekatan open-ended merupakan hal yang baru bagi siswa dan guru (peneliti) sehingga belum terbiasa melakukannya. Selain itu dalam penelitiannya

juga menyimpulkan bahwa secara umum siswa memiliki sikap yang positif

terhadap pembelajaran dengan pendekatan open-ended (Jurnal Matematika atau Pembelajarannya: 2002). Berdasarkan tujuan dan kelebihan-kelebihan pendekatan

open-ended serta adanya penelitian-penelitian yang relevan seperti yang telah diuraikan di atas, penerapan pendekatan open-ended dalam pembelajaran matematika di kelas VIII-H SMP N 15 Yogyakarta, diduga dapat meningkatkan

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dimana data diambil dari keadaan yang

sebenarnya dan apa adanya. Jenis penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) kolaboratif yaitu penelitian yang dilaksanakan bersama antara

peneliti dengan guru matematika yang bersangkutan. Karena pada dasarnya

Penelitian Tindakan Kelas (Classrooms Action Research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan

pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran

(Susilo, 2007: 16). Menurut Ebbutt (1985, dalam Hopkins, 1993) mengemukakan

penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan

pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan

tindakan-tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mereka mengenai

hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Penelitian tindakan kelas mempunyai tujuan

spesifik yaitu untuk memperbaiki keadaan yang selama ini terjadi di suatu

lembaga untuk kemudian diupayakan terjadinya keadaan yang lebih baik

(Suwarsono, 2003:2). Pada penelitian ini, peneliti akan berkolaborasi dengan guru

matemetika kelas VIII-H SMP N 15 Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan kemandirian belajar siswa melalui pembelajaran matematika yang

menggunakan pendekatan open-ended dengan meminimalkan kendala/ hambatan dari pendekatan open-ended itu sendiri.

(54)

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis PTK (Penelitian

Tindakan Kelas) yang terbagi menjadi dua siklus. Model PTK yang akan

digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dari model Kemmis yang

dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart pada tahun 1988.

Penelitian ini akan dilaksanakan selama proses pembelajaran mengenai materi

relasi dan fungsi. Secara garis besar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan

melalui prosedur penelitian yang mencakup empat langkah penting, yaitu: ( Prof.

Sukardi, 2003: 212-215)

1. Merencanakan tindakan (planning)

Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan

apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana tindakan harus

memandang atau berorientasi ke depan. Rencana itu harus mengakui bahwa

semua tindakan sosial pada kondisi tertentu tidak dapat diprediksi dan

mempunyai resiko. Oleh karena itu, perencanan yang dikembangkan harus

cukup fleksibel untuk dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tidak dapat

dilihat dan rintangan yang tersembunyi. Rencana yang disusun hendaknya

berdasarkan hasil pengamatan awal yang reflektif. Perencanaan pelaksanaan

pada penelitian ini meliputi:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengenai materi

yang diajarkan sesuai dengan pendekatan dan metode yang digunakan.

RPP yang disusun oleh peneliti dengan pertimbangan guru matematika

(55)

ini digunakan sebagai pedoman peneliti dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas.

b. Menyusun dan menyiapkan instrumen yang akan digunakan untuk

memperoleh data yang dibutuhkan. Lembar observasi mengenai

kemandirian belajar siswa dan lembar observasi mengenai kendala/

hambatan yang muncul pada saat melaksanakan pembelajaran di kelas.

c. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran seperti Lembar Kerja Siswa (LKS), kertas plano, dan sebuah

artikel.

d. Menyusun dan menyiapkan soal kuis untuk siswa. Kuis akan dilaksanakan

pada akhir pertemuan guna mengetahui seberapa besar pemahaman siswa

terhadap materi yang telah dipelajari.

2. Melaksanakan tindakan (acting)

Tindakan yang dimaksud disini adalah tindakan yang dilakukan secara

sadar dan terkendali yang merupakan variasi praktik yang cermat dan

bijaksana. Tindakan dalam penelitian tindakan harus hati-hati dan merupakan

kegiatan praktis yang terencana, namun demikian perlu diingat bahwa

tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana. Oleh karena itu,

rencana tindakan yang dibuat harus bersifat fleksibel dan siap diubah sesuai

dengan keadaan yang ada. Tindakan yang baik adalah tindakan yang

mengandung tiga unsur penting, yaitu the improvement of practice, the

Gambar

Tabel 3.1 Trianggulasi Data Kemandirian Belajar Siswa
Tabel 3.2 Kriteria Kualifikasi Sikap Setiap Siswa
Tabel 3.3 Kriteria Sikap Siswa Secara Keseluruhan
Tabel 3.4 Trianggulasi Data Sikap/ Respon Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap keberatan setelah berakhirnya masa sanggah tidak dapat di terima dan dianggap sebagai aduan;. Demikian Kami sampaikan atas perhatiannya di ucapkan

(3) Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kelompok ternak sapi “Lembu Aji” di Dusun Pondok Kulon, Kecamatan

Hasil penerlitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kineja Bank Devisa dengan Bank Non Devisa, sama seperti

• Sepak cungkil adalah sepakan atau menyepak bola dengan menggunakan jari kaki.. • Sepak cungkil digunakan untuk mengambil dan menyelamatkan bola yang jauh

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data 

106.750.000,- (Seratus Enam Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) pada Dinas Kehutanan Kabupaten Blora Tahun Anggaran 2011, maka diumumkan penyedia

(2) Bentuk kesalahan afiks yang sering muncul pada penggunaan bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia oleh etnik Arab di Kelurahan Semanggi Surakarta meliputi:

Djamil Padang pada 4 orang pasien yang menderita PJK dan mempunyai riwayat kolesterol tinggi, 2 orang diantaranya pernah mencoba senam jantung, namun tidak menunjukkan hasil