A. Kajian Teori
3. Kemandirian Belajar Siswa
tanpa bantuan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.Indikator kemandirian belajar siswa yang digunakan adalah mempunyai inisiatif dan motivasi belajar; memandang kesulitan sebagai tantangan; memilih, menerapkan strategi belajar; memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar; memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan; dan konsep diri/kemampuan diri.
4. Soal matematika yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah program linear. Program linear merupakan merupakan suatu metode menyelesaikan nilai optimum dari beberapa pertidaksamaan linear. Beberapa pertidaksamaan linear disebut dengan fungsi kendala, sedangkan untuk mencari nilai optimumnya akan digunakan fugsi tujuan. Fungsi tujuan hanya memiliki entri dari koordinat titik kritis pada daerah penyelesaian.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Peneliti berharap penelitian ini nantinya bermanfaat dalam memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan khususnya mengenai kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti lain
Dapat digunakan sebagai bahan dalam mengembangkan inovasi proses belajar dan usaha perbaikan proses pembelajaran serta menambah pengetahuan atau wawasan dalam memahami peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar siswa.
b. Bagi siswa
Dapat memberikan pengalaman lansung mengenai adanya kebebasan dalam berkomunikasi matematis secara aktif,
menyenangkan, efektif, dan efisien melalui kegiatan yang sesuai kondisi yang ada.
c. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi atau masukan tentang metode pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengajar.
d. Bagi sekolah
Penelittian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan dan pengembangan proses pembelajaran di sekolah guna meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar siswa.
G. Sistematika Penulisan 1. Bagian Awal
Bagian awal skripsi beberapa halaman yang terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan dosen pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan, halaman motto, lembar pernyataan keaslian karya, lembar pernyataan persetujuan publikasi, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, manfaat penelitian, sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini teori-teori yang melandasi penelitian, yaitu analisis, kemampuan komunikasi matematis, kemandirian belajar siswa, materi program linear, penelitian yang relevan, kerangka berpikir.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat aspek-aspek metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian, bentuk data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan prosedur pelaksanaan peneltian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat deskripsi pelaksanaan penelitian, analisis data, pembahasan dan keterbatasan penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dari penelitian dan saran-saran yang relevan dengan skripsi.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir skripsi memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Analisis
Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2021) adalah penyelidikan terhadap peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
Menurut Pangestu dalam Effiksi (2020), analisis adalah suatu penyelidikan atau pemeriksaan untuk mencari informasi lebih mendalam dalam suatu peristiwa agar informasi tersebut tampak lebih jelas. Sedangkan menurut Jannah (2018), analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu objek yang memerlukan kecakapan yang kompleks untuk mengetahui permasalahan dari objek tersebut.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis adalah kajian yang dilaksanakan guna meneliti sesuatu lebih mendalam. Dalam penelitian ini analisis yang dimaksudkan adalah penyelidikan kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar siswa.
Analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk bermacam-macam keperluan dari peneliti. Biasanya digunakan untuk menyelesaikkan krisis atau juga
konflik, atau hanya digunakan sebagai arsip saja. Dalam penelitian ini penelitian ingin mengetahui bagaimana kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar siswa pada materi program linear.
Cara peneliti untuk menganalisis kemampuan komunikasi matematis dan kemandirian belajar siswa adalah dengan memberikan tes, angket dan wawancara terhadap siswa kelas XI MIA SMA Negeri 1 Seberuang. Tes yang diberikan untuk melihat kemampuan komunikasi matematis siswa dan angket untuk melihat kemandirian belajar siswa, sedangkan wawancara diberikan kepada beberapa siswa saja.
2. Kemampuan Komunikasi Matematis
a) Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis
Dalam Lestari dan Yudha (2015), kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan menyampaikan gagasan/ide matematis, baik lisan maupun tertulis serta kemampuan memahami dan menerima gagasan/ide matematis orang lain secara cermat, analitis, kritis, dan evaluatif untuk menerjemahkan pemahamannya. Menurut Hendriana, Sumarmo, dan Rohaeti (2013) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis meliputi kemampuan:
1) Menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahawa, simbol, ide, atau model matematika.
2) Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan.
3) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
4) Membaca dengan pemahaman suatu representasi matematika tertulis.
5) Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri. Berpikir matematika rendah atau tingkat tinggi begantung pada kekompleksan komunikasi yang terlibat.
Menurut Baroody (Umar, 2012) menyatakan bahwa ada dua alasan pentingnya komunikasi pada pembelajaran matematika yaitu (1) matematika sebagai bahasa (mathematics as language) bahwa matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk menemukan pola, atau menyelesaikan masalah namun matematika juga merupakan alat dalam mengkomunikasikan berbagai gagasan/ide secara jelas, tepat dan singkat; dan (2) pembelajaran matematika sebagai aktivitas sosial (mathematics learning as social activity); bahwa komunikasi antar siswa dan komunikasi guru dengan siswa merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran matematika, interaksi antar siswa dan komunikasi guru dengan siswa merupakan bagian penting dalam membina potensial siswa dalam bermatematika.
Fungsi komunikasi matematis menurut Baroody dalam (Paridjo, 2018) mengatakan bahwa pembelajaran harus dapat membantu siswa mengkomunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu representasi, mendengar, membaca, diskusi, dan menulis.
(1) Representasi adalah bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu masalah atau ide. Translasi suatu diagram atau strategi fisik ke dalam simbol atau kata-kata.
(2) Mendengar merupakan aspek penting dalam komunikasi.
Seseorang tidak akan memahami suatu informasi dengan baik apabila tidak mendengarkan informasi.
(3) Membaca matematika memiliki peran sentral dalam pembelajaran matematika. Kegiatan membaca mendorong siswa belajar bermakna secara aktif.
(4) Diskusi akan mentransfer informasi antar komunikan, antar anggota kelompok diskusi tersebut. Diskusi merupakan lanjutan dari membaca dan mendengar.
(5) Melalui aktivitas menulis, siswa dapat mengungkap atau merefleksikan pikirannya lewat tulisan. Dengan menulis siswa secara aktif membangun hubungan antara yang ia pelajari dengan apa yang sudah diketahui.
b) Peran Komunikasi Matematis
Komunikasi sangat berperan penting dalam matematika dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari sebab komunikasi merupakan sarana dalam pembelajaran matematika, dengan berbicara, mendengarkan, dan menulis tentang apa yang dilakukan adalah salah satu metode dalam mengutarakan hasil pembelajaran matematika. Keterampilan membagikan ide serta inspirasi dalam mengaplikasikan metode pembelajaran dengan cara mensharingkan dan mencoba mencari penyelesaian sekreatif mungkin dari hasil yang telag dipaparkan adalah bukti bahwa komunikasi matematika juga sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Berdiskusi dengan menulis dan mengira-ngira juga sangat membantu dalam komunikasi matematika, karena dengan menulis dan mengira kita dapat membayangkan hal yang abstrak sehingga dapat kita mengaplikasikan dengan tulisan yang membuat matematika menjadi jelas dan mudah terselesaikan.
Peran komunikasi dalam pembelajaran matematika adalah 1) Membantu siswa dalam meransang cara berpikir kritis
siswa dan meningkatkan kemampuan siswa dala melihat berbagai keterkaitan materi matematika.
2) Alat pengukur perkembangan dan mereflesikan pemahaman matematika siswa.
3) Siswa dapat mengorganisasikan dan mengkonsolidasikan pemikiran matematika mereka.
4) Komunikasi antar siswa dalam peombelajaran matematika berperan dalam mengkonstrusikan pengetahuan matematika, mengembangkan pemecahan masalah, meningkatkan penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri, serta meningkatkan keterampilan sosial siswa.
c) Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis
Indikator kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika menurut National Council of Teacher Mathematics (Paridjo, 2018) adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika atau menyusun model matematika suatu peristiwa.
2) Kemampuan mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri.
3) Kemampuan melukiskan atau merepresentasikan benda nyata, gambar, dan diagram dalam bentuk ide atau simbol matematika.
3. Kemandirian Belajar Siswa
Kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung orang lain menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI, 2021). Schunk dan Zimmerman (Hendriana, Roheti & Sumarmo, 2017) mendefinisikan kemandirian belajar sebagai proses belajar yang terjadi karena pengaruh dari pemikiran, perasaan, strategi, dan perilaku sendiri yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Asyari dan Nonong (2018), kemandirian belajar merupakan suatu proses mengaktifkan dan mempertahankan pikiran, tindakan dan emosi kita untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dari uraian di atas mengenai pengertian kemandirian belajar maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah suatu proses belajar yang terjadi karena pengaruh dari pikiran, perasaan, strategi, dan perilaku sendiri dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Kemandirian belajar menurut Sugandi (2013) merupakan suatu sikap yang memiliki karakteristik berinisiatif belajar, mendiagnosa kebutuhan belajar, menetapkan tujuan belajar, memonitor, mengatur dan mengontrol kinerja atau belajar, memandang kesulitan sebagai tantangan, mencari dan memanfaatkan sumber belajar yang relevan, memilih dan menerapakan strategi belajar, mengevaluasi proses dan hasil belajar, serta konsep diri.
Adapun indikator kemandirian belajar siswa yang akan peneliti lakukan antara lain sebagai berikut:
1) Mempunyai inisiatif dan motivasi belajar;
2) Memandang kesulitan sebagai tantangan;
3) Memilih, menerapkan strategi belajar;
4) Memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar;
5) Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan;
6) Konsep diri/kemampuan diri.