• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

2. Kemandirian

Usaha untuk melepaskan diri dari orang lain termasuk orangtua dengan tujuan untuk menemukan diri melalui proses mencari identitas ego agar berkembang kearah individualis yang baik serta mampu berdiri sendiri disebut dengan kemandirian. Umumnya karakter kemandirian ini di bedakan degan adanya kemampuan menentukan nasib diri sendiri, mampu berinisiatif dan kreatif, bertanggung jawab, serta menyelesaikan masalah tanpa melibatkan

orang lain.12 Namun bukan berarti anak bisa melaksanakan segala aktivitasnya sebagai mana orang dewasa, melainkan anak diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap orangtua maupun orang lain yang ada disekitarnya.

a. Ciri Ciri Kemandirian

Menurut Nasirudin kemandirian itu memiliki ciri-ciri yang ditandai dengan adanya perilaku seperti:13

Melaksanakan tugas tugasnya secara mandiri, ditunjukkan dengan melakukan kegiatan atas kemauannya sendiri dan tidak bergantung dengan orang lain

1) Aktif dan semangat, ditunjukkan dengan bagaimana cara yang digunakan untuk mewujudkan keinginannya

2) Inisiatif, mempunyai kemamuan berpikir dan bertindak secara kreatif

3) Bertanggung jawab, menyelesaikan tugas dengan baik serta penuh pertimbangan dalam melakukan tindakan

4) Mempunyai kontrol diri yang kuat, artinya dapat mengendalikan tindakan dalam menyelesaikan masalah.

12 Desmita, "Psikologi Perkembangan Peserta Didik" (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 185.

13 Kharidatin Nafingah, “Perbedaan Kemandirian Siswa Home Schooling SD Khoirul Ummah Dan Siswa Regule SDN Ketawanggede Malang” (Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim, 2014), 30.

b. Upaya Pengembangan Kemandirian

1) Mengembangkan proses belajar yang demokratis, yang memungkinkan anak merasa dihargai

2) Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dalam berbagai kegiatan sekolah 3) Memberikan kebebabasan untuk anak untuk mengeksplorasi

lingkungan agar mendorong rasa ingin tahu mereka

4) Penerimaan positif tanpa syarat kelebihandan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan anak yang lain.

5) Menjalin hubungan yang harmonis dengan anak.

c. Bentuk-bentuk Kemandirian

Kemandirian yaitu hal yang paling penting dalam masa perkembangan anak yang harus di perhatikan oleh orangtua. saat anak masi tergantung pada orang lain sedangkan teman sebayanya sudah bisa mandiri, hal ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri dan mudah dipengaruhi orang lain.

Menurut mahmud ada tiga tipe kemandirian diantaranya kemandirian emosional, kemandirian prilaku dan kemandirian nilai.14

14 Mohammad Sobri, "Kontribusi Kemandirian Dan Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar" (Gupedia, 2020), 8.

1) Kemandirian emosional

Kemampuan individu untuk tidak bergantung kepada dukungan emosional orang lain, khususnya kepada orangtua dapat dirtikan kemandirian emosional. Dalam kemandirian emosional ini individu mampu mengembangkan kasih sayang kepada orangtua, perasaan hormat kepada orang yang lebih tua, serta menumbuhkan ikatan emosional terhadap lawan jenis.

Mampu mengontrol emosi dan mampu membedakan mana yang baik atau buruk bagi dirinya adalah individu yang sudah mencapai kemandirian emosional. Begitu pula dengan belajar, individu mampu menumbuhkan motivasi diri untuk belajar.

2) Kemandirian Prilaku

Kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan adalah kemandirian prilaku. Seiring dengan berjalannya waktu kemampuan remaja dalam mengambil keputusan akan terus meningkat. Dalam perkembangan ini individu membutuhkan sarana kognitif yang penting yaitu memandang lebih jauh kedepan terhadap suatu persoalan; mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi atas keputusan yang telah di ambil; mampu menghargai nasehat dan saran dari pihak lain.

3) Kemandirian Nilai

Kemandirian nilai pada individu adalah kemampuan untuk mengartikan seperangkat prinsip tentang benar dan salah, serta penting dan tidak pentingnya sesuatu.

Kemandirian nilai ini terjadi melalui proses internalisasi yang pada dasarnya tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan lebih sulit dicapai dari pada dua tipe kemandirian sebelumnya.

d. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Kemandirian yang ada pada diri individu tidak serta merta ada, melainkan melalui proses panjang yang harus dilalui sejak usia dini. Secara umum kemandirian di pengaruhi oleh dua faktor diantaranya, faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen yaitu segala pengaruh yang berasal dari dalam diri individu diantaranya seperti pengaruh keturunan dan keadaan fisik sejak lahir. Bekal mendasar untuk perkembangan dan pertumbuhan adalah segala sesuatu yang dibawa ke dunia sejak lahir. Sedangkan faktor eksogen adalah dampak yang berasal dari luar individu seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan daerah setempat.

Menurut Ali dan Asrori ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian diantaranya sebagai berikut,15

1) Gen atau Keturunan

Orangtua yang memiliki sifat kemandirian yang tinggi biasanya menurunkan sifat kemandiriannya kepada anaknya.

Namun faktor ini masih diperdepatka karna beberapa tokoh berpendapat bahwa bukan sifat kemandirian orangtuanya yang di turunkan melainkan bagaimana cara orangtua dalam mendidik anaknya lah yang akan diterapkanoleh sang anak.

2) Pola Asuh Orangtua

Pendidikan dilingkungan keluarga yang diberikan oleh orangtua merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam membangun kemandirian anak. Pola asuh orangtua yang diberikan secara otoriter dapat berpengaruh pada rendahnya kemandirian seorang anak, sedangkan pola asuh yang diberikan secara demokratis biasanya dapat meningkatkan kemandirian anak sebagaimana yang dijelaskan oleh Santrock. Dalam pemberian pola asuh yang demokrasi orangtua berperan sebagai pengasuh yang bersifat membimbing, dialogis, memberikan alasan ketika memberikan aturan-aturan tertentu pada anak, karena terlalu

15 Mohammad Sobri, "Kontribusi Kemandirian Dan Kedisiplinan Terhadap Hasil Belaja", 11.

sering melarang anak untuk melakukan banyak hal tanpa alasan yang jelas dapat menghambat perkembangan kemandirian anak.

3) Sistem Pendidikan di sekolah

Terdapat banyak unsur yang dapat mempengaruhi dan melengkapi dalam sistem pendidikan sekolah. Hal ini dikarenakan saat di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan guru-guru dan teman sebaya yang memiliki latar belakang dan etnis yang berbeda. Kehidupan sekolah dapat berpengaruh besar terhadap perkembangan identitas siswa, keyakinan terhadap diri sendiri, interaksi sosial, serta pemahaman tentang hal baik dan buruk. Untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan setiap sekolah memiliki strategi tersendiri. Proses pendidikan yang yang tidak mengembangkan sistem demokrasi akan menghambat perkembangan individu. Selain itu, pendidikan yang menekankan pemberian sanksi akan menghambat perkembangan kemandirian individu.

4) Sistem Kehidupan di Masyarakat

Masyarakat yaitu sekumpulan individu yang ada pada daerah tertentu yang memiliki norma dan nilai-nilai sosial sebagai dasar interaksi antar individu dan membentuk sistem sosial. Sistem masyarakat yang mengharuskan pada hirarki dan struktur sosial akan menciptakan suasana yang kurang baik

sehingga dapat menghambat perkembangan kemandirian individu dan begitupun sebaliknya.

e. Indikator Kemandirian

Maslow berpendapat bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki sifat kemandirian apabila seorang individu memiliki sikap dan prilaku yang dapat mengambil keputusan sendiri, mengatur diri sendiri, berinisiatif serta bisa bertanggung jawab atas segala sesuatu. Sedangkan menurut Sanan dan Yamin, indikator yang dimiliki anak yang mandiri sebagai berikut,

(a) Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(b) Memiliki motivasi intrinsik (dorongan yang berasal dalam diri individu untuk melakukan sesuatu)

(c) Kreatif dan inovatif

(d) Bertanggunjawab atau menerima konsekuensi atas tindakan yang sudah dilakukan

(e) Tidak bergantung pada orang lain.

3. Tunagrahita

a. Pengertian Tunagrahita

Tunagrahita adalah anak yang kemampuan intelektualnya di bawah rata-rata. Anak-anak yang memiliki kekurangan fisik, keilmuan, mental, emosi, sikap dan tingkah laku pada dasarnya adalah pengertian dari anak-anak tunagrahita, sehingga dapat disimpulkan bahwa anak-anak

tunagrahita bukanlah anak-anak yang mengidap suatu penyakit.

Inilah alasan mengapa anak-anak tunagrahita belajar dan berpikir lebih lambat daripada anak-anak lain.16

Anak dengan tunagrahita cenderung berprilaku kekanak kanakan, memiliki perilaku adaptif yang lemah serta keterbatasan dalam intelegensi praktis seperti, lemah dalam mengelola aktifitas sehari hari serta lemah dalam bertingkah laku secara tepat dalam berbagai kondisi sosial, hal ini disebabkan oleh rendahnya intelegensi sosial yang dimiliki oleh anak penyandang tunagrahita.

b. Jenis-jenis Tunagrahita

Klasifikasi tunagrahita berdasarkan berat dan ringannya kelainannya, diantaranya sebagai berikut:17

1) Tunagrahita Ringan

Anak dengan penyandang tunagrahita ringan mampu studi menulis, membaca serta menghitung. Anak penyandang tunagrahita ringan dapat memperoleh hasil yang baik apabila menerima bimbingan dan pendidikan yang baik pula. Secara fisik anak penyandang tunagrahita tampak seperti anak

16 Shella Nur Rahmatika dan Nur Liyana Cipta Absari, “Positif Parenting:

Peran Orangtua Dalam Membangun Kemandirian Anak Tunagrahita” Vol 7 No. 2 Agustus (2020): 330.

17 Ummal Choiroh, “Program Khusus Bina Diri Dalam Meningkatkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Di Slbn Patrang Kab. Jember” (Jember, Universitas Jember, 2020), 25.

normal pada umumnya, sehingga hampir tidak bisa dalam membedakan antara anak tunagrahita dengan anak normal.

2) Tunagrahita Sedang

Anak dengan penyandang tunatgrahita sedang, sulit bahkan tidak mampu belajar, diantaranya yaitu menulis, membaca bahkan berhitung. Akan tetapi, anak tunagrahita jenis ini mampu dalam hal melindungi diri dari mara bahaya, misalnya, berjalan di jalan raya dan berlindung dari hujan.

Meski demikian, anak dengan penyadang tunagrahita sedang ini masi membutuhkan pengawasan terus menerus dalam kehidupan sehari-hari.

3) Tunagrahita Berat

Anak dengan penyandang tunagrahita berat membutuhkan tumpuan perawatan secara keseluruhan dalam segala hal, diantaranya mulai dari makan, mandi, minum hingga berpakaian. Selain itu anak penyandang tuna grahita jenis ini juga memerlukan perlindungan dari berbagai macam mara bahaya.

c. Penyebab Tunagrahita

Tunagrahita disebabkan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu diantaranya sebagai berikut,18

18 Ummal Choiroh, “Program Khusus Bina Diri Dalam Meningkatkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Di Slbn Patrang Kab. Jember” , 27.

1) Faktor genetik atau keturunan

Terdapat dua faktor dalam faktor geneti yaitu diantaranya: kelainan kromosom, yang mana kromosom dinyatakan gagal dalam memisahkan diri sehingga menyebabkan kromosom berlebih kelainan pada gen yang terjadi saat imunisasi terkadang tidak terdeteksi dari luar tetapi tetap ada pada level genotipe di salah satu sel.

2) Gangguan metabolisme dan gizi

Salah satu faktor tepenting pada perkembangan seseorang khususnya dalam perkembangan sel-sel otak adalah metabolisme dan gizi. terjadinya gangguan fisik serta mental individu diakibatkan oleh adanya kegagalan metabolisme serta kegagalan pemenuhan gizi.

3) Infeksi dan keracunan

Terjangkitnya penyakit selama janin masi berada di dalam kandungan diakibatkan oleh terjadinya infeksi dan keracunan ini.

4) Trauma dan zat radio aktif

Adanya tekanan dengan otak bayi selama persalinan ataupun terpapar radiasi zat radio aktif pada waktu hamil bisa memicu terjadinya ketunagrahitaan pada anak. Trauma yang terjadi selama persalinan pada umumnya diseabkan oleh

kondisi persalinan yang lemah sehingga memerlukan alat bantuan

d. Hambatan yang dialami oleh peserta didik dengan penyandang tunagrahita

Dalam buku Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan ciri-ciri dan hambatan yang di miliki siswa tunagrahita diantaranya adalah19 :

1) Fisik atau penampilan meliputi Mirip peserta didik pada umumnya, Kematangan motorik lambat, Koordinasi gerak kurang.

2) Intelektual

(a) Siswa tunagrahita ringan IQ 50 hingga 70, kemampuan belajarnya maksimal sejajar dengan siswa normal pada umumnya usia 12 tahun

(b) Siswa tuna grahita sedang dengan IQ 30 hingga 50, kemampuan belajarnya maksimal sejajar dengan siswa normal pada umumnya usia 7 hingga 8 tahun

(c) Siswa tuna grahita berat dengan IQ kurang dari 30 kemampuan belajarnya maksimal sejajar dengan anak normal usia 3 tahun sampai 4 tahun

19 Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, "Pedoman pembelajaran peserta didik tunagrahita pada satuan pendidikan khusus", 2017, 5–6.

(d) Susah mempertimbangkan hal yang berkaitan dengan akademik.

3) Sosial dan emosional (a) Kurang konsentrasi (b) Kurang dinamis

(c) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain (d) Lemah dalam pertimbangan atau kontrol diri (e) individualis

(f) Bergaul dengan anak yang lebih besar (g) Mudah terpengaruh

(h) Mudah dimengerti

Adapula kesulitan yang dialami siswa tunagrahita menurut Ni’matuzahroh dalam bukunya yang berjudul individu berkebutuhan khusus, diantaranya:

1) Masalah kepribadian

Pengelolaan emosi pada anak tunagrahita mengalami gangguan. Hal ini menyebabkan rendahnya kemampuan intelektual yang dimiliki oleh anak penyandang tunagrahita.

2) Masalah penyesuaian diri

Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam beradaptasi, hal ini menyebabkan anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dan menyesuaikan diri secara sosial.

3) Masalah belajar

Anak tunagrahita memiliki fungsi kognitif yang buruk menyebabkan mereka kesusahan dalam mempelajari materi abstrak. Anak penyandang tunagrahita belum bisa melakukan penalaran dan hanya melakukan sesuai perintah, sehingga dalam hal ini di perlukan pemahaman seorang guru untuk menerapkan teknik belajar dan mengigat secara sederhana dan kongkrit sehingga anak dapat menyerap pembelajaran dengan baik seperti mngajarkan secara berulang-ulang pembelajaran yang telah diterima. Dan yang lebih penting lagi adalah mengajarkan siswa keterampilan hidup yang umum dan keterampilan yang sekiranya berpengaruh pada karirnya selah lulus nanti.20

4) Gangguan bicara dan bahasa

Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi cerdas yang bernilai strategis berperan dalam peningkatan penguasaan bahasa serta keterambilan berbahasa lisan. Selain dipengaruhi oleh faktor luar seperti halnya pelatihan, pendidikan serta rangsangan pendidikan dalam proses pembelajaran perlu memakai kalimat tunggal sederhana yang memfasilitasi untuk penyerapan belajar.

20 Ni’matuzahroh dan Yuni Nurhamida, Individu Berkebutuhan Khusus dan Pendidikan inklusif (Malang; UMMPERS, 2016), 41

e. Metode Pembelajaran Siswa Tunagrahita

Pengembangan dasar yang dimiliki oleh siswa berkebutuhan khusus memerlukan pendampingan secara intensif dalam proses pembelajaran. Adapun metode pembelajaran menurut sastra wijaya yang dijelaskan dalam bukunya kampus merdeka dan inovasi pendidikan, diantaranya sebagai berikut21

1) Metode pembelajaran yang berfokus pada guru (Teacher Centered)

Metode pembelajaran ini memberikan penjelasan satu araht karena bertujuan untuk agar tenaga pendidik atau gurumengajar dengan metode pembelajaran yang tepat dan yang disampaikan adalah materi pengetahuan untuk siswa.

Sehingga guru lebih banyak melakukan proses blajar-mengajar dalam bentuk ceramah. Tugas siswa hanya mendengar, mengamati dan memahami serta membuat catatan materi yang di perlukan.

2) Metode pembelajaran yang berfokus pada peserta didik (Student Centered)

Perlu dipahami bahwa siswa merupakan tujuan pertama adanya kebijakan. Hal ini dikarenakan semua masalah yang terjadi dalam lingkup pendidikan termasuk kebijakan maupun proses tidak bisa keluar dari upaya pemberdayaan dan

21 Sastra Wijaya, dkk, Kampus Merdeka dan Inovasi Pendidikan (Banten, Desanta Muliavisitama, 2021), 96

keberpihakan terhadap peserta didik. Sehingga perlu disesuaaikan dengan kondisi dan situasi siswa. Model pembelajaran ini berpotensi untuk mendorong siswa untuk lebihaktif, mandiri sesuai kemampuan masing-masing, serta sesuai dengan tingkat perkembangan individu.

38

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Menurut metode ilmiah, usaha penelitian ini didasarkan pada unsur-unsur ilmu pengetahuan yang rasional, empiris, dan sistematis.22

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode pendekatan kualitatif deskriptif merupakan pendekatan yang peneliti gunanakan pada penelitian ini. Bogdan dan Taylor berpendapat bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur untuk melakukan analisis yang menghasilkan data deskriptif seperti kata kata lisan ataupun tulisan dari setiap individu serta perilaku yang dapat dipahami.23

Dokumen terkait