• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Karakter Kemandirian Siswa Penyandang Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengembangan Karakter Kemandirian Siswa Penyandang Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jember"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Neni Nur Aini NIM : D20183008

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS DAKWAH

JANUARI 2023

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Fakultas Dakwah

Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam

Oleh :

Neni Nur Aini NIM : D20183008

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS DAKWAH

JANUARI 2023

(3)
(4)
(5)

iii

Artinya: ”Sebaik baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat untuk manusia lain dan baik akhlaknya”1

1 Yana Adam, Kumpulan Hadist Cantik Pilihan Jilid 2 (Tp: Guepedia, 2022) hlm. 104

(6)

iv

pengasih lagi maha penyayang. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah. Penulis persembahkan skripsi ini kepada:

1. Kepada kedua orangtua saya, yang sangat saya sayangi dan cintai yaitu Ibu Uswati dan Ayah saya Musi Bakri yang tak pernah lelah memberikan dukungan, kasih sayang serta doa-doa yang selalu dipanjatkan setiap waktu demi kecerdasan, kelancaran dan kesuksesan anak-anaknya. Dan terimakasi atas segala kasih sayang, pengorbanan dan kesabarannya dalam membimbing dan mengarahkan kami sampai kejenjang yang lebih tinggi. Semoga Ibu dan Ayah diberikan kesehatan dan limpahan rizki yang barokah.

2. Kepada kakak kandung saya, Ainur Rofiq yang selalu tulus mendoakan saya 3. Kepada keluarga besar Bani Miswan yang telah meemberikan saya doa,

dukungan serta semangat dalam mengerjakan skripsi.

(7)

v

syarat untuk menyelsaikan program sarjana (S1) dapat terselesaikan dengan lancar dan baik. Solawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan terhadap junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan syafaatnya dan dapat membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benerang yakni agama Islam.kesuksesan serta keberhasilan dalam penulisan iini tidak lain dan tidak bukan atas campur tangan dukungan dari berbagai pihak, oleh karenanya penulis menyampaikan banyak terimakasi yang tiada tara kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, S.E., M.M. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kh. Achmad Siddiq Jember.

2. Bapak Prof. Dr. Asror, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Kh. Achmad Siddiq Jember.

3. Bapak Muhammad Ardiansyah selaku ketua prodi Bimbingan dan Konseling Islam Universitas Islam Negeri Kh. Achmad Siddiq Jember.

4. Bapak H. Dr. Abdul Mu’is, S. Ag., M. Si selaku dosen pembimbing tugas akhir skripsi yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan saran hingga skripsi ini selesai.

5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah Universitas Islam Negri Kh. Achmad Siddiq Jember yang telah banyak memberikan ilmu, mendidik dan membimbing selama penulis menempuh pendidikan.

6. Kepada guru ngaji, TK dan sampai saat ini, semoga doa-doa dan ilmu yang diberikan kepada saya bisa menjadi berkah dan menjadi ladang pahala di masa depan. Aamiin..

7. Segenap guru Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jemberyang telah memberikan izin, memberi banyak ilmu serta memberi kemudahan

(8)

vi

membantu ku dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman seperjuangan keluarga Besar BKI 1 angkatan 2018 yang memberikan semangat dalam mengerjakan skripsi.

10. Teman teman relawan kemandirian yang selalu mensuport penuh dalam penyelesaian skripsi ini

11. Teman teman demisioner Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) PT UIN KHAS Jember yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Jember, 04 Januari 2023

Penulis

(9)

vii

Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jember

Kata kunci: Pengembangan Karakter Kemandirian, Siswa, Penyandang Tunagrahita.

Kemandirian bukanlah sebuah karakter yang ada secara tiba-tiba, akan tetapi perlu diajarkan dan dilatih agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak tunagrahita selanjutnya. Anak penyandang tunagrahita yang tidak mendapat intervensi secara terus menerus dari lingkungan termasuk orangtua dan guru akan mengakibatkan anak tidak mandiri dan bergantung pada orang lain. Guna menciptakan kemandirian siswa penyandang tunagrahita di SMPLB BCD Jember dengan melakukan sentuhan khusus dengan melakukan pertemuan bersama wali murid secara intensif.

Peneliti memfokuskan masalah penelitian skripsi ini sebagai berikut : 1) Metode Apa yang digunakan oleh guru SMPLB BCD Jember dalam pengembangan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita?. 2) Bagaimana tantangan yang dihadapi oleh guru Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jember dalam pengembangan karakter kemandirian terhadap siswa penyandang tunagrahita?. Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1) Mendeskripsikan metode yang digunakan oleh guru SMPLB BCD Jember dalam pengembangan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita. 2) Mendeskripsikan tantangan yang dihadapi oleh guru SMPLB BCD Jember dalam pengembangan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita.

Berikut hasil dari penelitian ini: 1) metode yang digunakan oleh guru SMPLB BCD Jember dalam pengembangan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita adalah metode yang berfokus pada siswa (Student center). Model pembelajaran ini berpotensi untuk mendorong siswa untuk lebihaktif, mandiri sesuai kemampuan masing-masing, serta sesuai dengan tingkat perkembangan individu. Hal ini dikarenakan pembelajaran bagi tunagrahita perlu memperhatikan karakteristik dari setiap siswa penyandang tunagrahita sendiri dengan cara melakukan pendampingan secara intensif pada saat pembelajaran seperti pengulangan saat belajar membaca, menulis, cara merawat diri. 2) Tantangan yang dihadapi guru SMPLB BCD Jember dalam pengembangan karakter kemandirian pada siswa penyandang tunagrahita adalah ketelatenan dan kesabaran dalam melakukan pendampingan terhadap anak tunagrahita, dengan secara terus menerus melakukan pengulangan terhadap apa yang sudah di ajarkan, memberikan kepercayaan kepada siswa untuk menyelesaikan tugasnya sendiri, dan memberikan reward saat siswa dapat menyelesaikan tugas. Tantangan tersebut mengacu pada hambatan yang dialami oleh siswa tunagrahita.

(10)

viii

HALAMAN JUDUL ...

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

MOTTO ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Istilah ... 8

F. Sistematika Pembahasan ... 9

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 11

A. Penelitian Terdahulu ... 11

B. Kajian Teori ... 20

1. Pengembangan Karakter ... 20

2. Kemandirian ... 23

(11)

ix

B. Lokasi Penelitian ... 38

C. Subyek Penelitian ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

E. Analisis Data ... 42

F. Keabsahan Data ... 43

G. Tahap-tahap Penelitian ... 44

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 46

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 46

B. Penyajian Data dan Analisis ... 60

C. Pembahasan Temuan ... 69

BAB V PENUTUP ... 73

A. Simpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN ... 79

(12)

x

4.1 Data Siswa SMPLB BCD Jember………... 53 4.2 Sarana dan Prasarana SMPLB BCD Jember...………... 56 4.3 Penerapan Pengembangan Karakter Kemandirian di SMPLB BCD

Jember... 65 4.4 Bentuk-bentuk Kemandirian yang Diterapkan di SMPLB BCD

Jember... 71 4.5 Data Siswa SMPLB BCD Jember Sesuai Faktor yang

Mempengaruhi Kemandirian Menurut Teori Ali dan Ansori... 72 4.6 Data Siswa Sesuai Hambatan yang Dialami Peserta didik

Penyandang Tunagrahita teori Shella Nur Rahmatka... 74

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal.

4.1 Kegiatan Siswa Tunagrahita………... 30

(14)

1 A. Konteks Penelitian

Anak berkebutuhan khusus sering disebut dengan ABK. Anak yang memiliki ciri berbeda dengan anak pada umumnya adalah pengertian dari ABK (anak berkebuthan khusus), artinya ABK ini mengalami kesulitan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal ini orangtua sangat berperan penting terutama dalam hal mengamati tumbuh kembang anak, dikarenakan anak berkebutuhan khusus ini adalah gangguan yang bisa mengancam siapa pun khususnya balita, salah satunya dengan cara mengenali ciri anak berkebutuhan khusus. Hal ini bertujuan agar orang tua dapat mengidentifikasi sedini mungkin, sehingga orangtua mengetahui apa yang harus dilaksanakan dalam mengatasi anak yang teridentifikasi serta dapat memberikan pengasusan sesuai apa yang dibutuhkan anak. Diantara hambatan yang dimiliki oleh ABK (anak berkebutuhan khusus) yaitu: tunanetra (gangguan penglihatan), tunarungu (gangguan pendengaran), tunagrahita (gangguan mental), tunadaksa (gangguan fisik) dan lain sebagainya.

Dalam Surah An-Nisa’ ayat 9 disebutkan :

اَخ اًفََٰعِض ًةَّيِّرُذ رمِهِفرلَخ رنِم ۟اوُكَرَ ت روَل َنيِذَّلٱ َشرخَيرلَو اًديِدَس ًلًروَ ق ۟اوُلوُقَ يرلَو ََّللَّٱ ۟اوُقَّ تَ يرلَ ف رمِهريَلَع ۟اوُف

Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

(15)

Anak tunagrahita termasuk dalam salah satu hambatan yang dimiliki oleh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang mempunyai hak dalam pendidikan. Pemerintah harus memfasilitasi pendidikan yang berkualitas seluas-luasnya untuk rakyat. Hal ini karena pendidikan adalah hak setiap warga negara Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, menjelaskan sistem pendidikan Nasional pasal 5 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan bermutu. Baik warga negara yang menyandang kelainan fisik, emosional, mental, intlektual maupun sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.2 Artinya semua warga negara baik yang normal maupun berkebutuhan khusus berhak atas pendidikan ini, sebagaimana telah tercantum juga dalam pasal 32 tentang pendidikan luar biasa (pendidikan khusus) adalah pendidikan untuk warga negara penyandang kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran yang dikarenakan memiliki kelemahan fisik, mental, emosional serta sosial.3

Anak tunagrahita dengan ciri-ciri mampu didik merupakan anak penyandang tunagrahita yang dapat mengenyam pendidikan. Anak penyandang tunagrahita yang tidak mampu mengenyam program sekolah reguler seperti anak-anak pada umumnya tetapi masih mempunyai kemampuan yang masih bisa dikembangkan dalam pendidikan luar biasa disebut anak tunagrahita mampu didik. Adapun kemampuan yang masih bisa dikembangkan dari anak penyandang tunagrahita mampu didik meliputi, 1.

membaca, menulis, mengeja dan menghitung; 2. Menyesuaikan diri dan tidak

3 Depdiknas, Undang-undang No. 20 tentang sistem pendidikan nasional, 2007.

(16)

bergantung pada orang lain; 3. Ketrampilan sederhana untuk kepentingan kerja di masa depan, guna menciptakan kemandirian siswa penyandang tunagrahita di SMPLB BCD Jember dengan melakukan sentuhan khusus dengan melakukan pertemuan bersama wali murid secara intensif.

Rendahnya kecerdasan anak tunagrahita mengakibatkan adanya pembatasan terhadap apa yang dapat mereka lakukan, termasuk pembatasan terhadap seberapa baik mereka dapat menjaga diri sendiri. Dalam arti lain, kemandirian anak tunagrahita adalah kesinambungan kemampuan yang aktual dengan potensi yang dimilikinya. sehingga dapat disimpulkan bahwa pencapaian anak normal untuk mandiri tidak bisa sama dengan anak tunagrahita.

Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti laksanakan di lapangan pada saat melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang diadakan oleh kampus Universitas Kiai Haji Achmad Siddiq Jember menunjukkan bahwa karakter kemandirian siswa tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jember tidak semua bisa dikatakan baik. Dapat dilihat dari beberapa siswa penyandang tunagrahita kurang mandiri baik dalam mengurus diri sendiri maupun mandiri dalam belajar. Padahal guru SMPLB BCD Jember sudah melakukan pengajaran bina diri terhadap siswa penyandang tunagrahita. Bina diri merupakan pengajaran yang berkaitan dengan kegiatan sehari hari diantaranya seperti, cara menggosok gigi, cara melipat baju, cara mencuci tangan dan cara memakai baju dengan benar. Pengajaran bina diri ini

(17)

dilakukan tidak lain bertujuan agar anak penyandang tunagrahita tidak bergantung pada orang lain secara terus menerus.

Kemandirian bukanlah karakter yang ada dengan tiba-tiba. Namun harus diajarkan dan dilatih sehigga tidak menghambat perkembangan anak tunagrahita. Anak penyandang tunagrahita tidak mandiri dan bergantung pada orang lain secara terus menerus disebabkan oleh anak tidak mendapat intervensi secara terus menerus dari lingkungan termasuk orangtua dan guru.

Seperti yang dipaparkan oleh bapak Giyanto, S.Pd salah satu guru pendamping siswa penyandang tunagrahita di SMPLB BCD jember yaitu anak tunagrahita memiliki daya ingat yang lemah sehingga guru dan orangtua harus memiliki pemahaman yang sama dalam mengembangkan karakter kemandirian terhadap siswa. Terkadang di sekolah siswa sudah diajarkan bagaimana cara tentang merawat diri secara mandiri tapi sesampainya dirumah orang tua tidak membiarkan anak mengurus dirinya sendiri dengan berbagai macam alasan, seperti tidak tega.

Hal ini dikarenakan oleh banyaknya keluarga yang melayani anaknya dari bangun tidur hingga tidur lagi. Terlebih lagi bagi anak yang di dampingi oleh asisten rumah tangga karena orangtuanya sibuk bekerja dalam kehidupan sehari-harinya. Oleh karenanya tidak sedikit tantangan yang dihadapi oleh guru (ABK) khususnya guru pendamping siswa penyandang tunagrahita dalam pengembangkan karakter kemandirian di SMPLB BCD Jember.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui metode apa yang digunakan dan tantangan apa saja yang di hadapi oleh guru Sekolah

(18)

Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jember dalam pengembangkan karakter kemandirian anak tunagrahita. Dalam penelitian ini peneliti mengangkat tema

“Pengembangan Karakter Kemandirian Siswa Penyandang Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jember”.

B. Fokus Penelitian

Dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, fokus penelitian perlu dibuat secara ringkas, jelas, dan spesifik. Hubungan dengan latar belakang yang telah dijelaskan oleh peneliti untuk memudahkan penelitian ini, memungkinkan peneliti untuk berkonsentrasi pada penelitian berikut ini:

1. Metode Apa yang digunakan oleh guru SMPLB BCD Jember dalam pengembangan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita?

2. Bagaimana tantangan yang dihadapi oleh guru SMPLB BCD Jember dalam pengembangan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti untuk penelitian ini dituangkan secara rinci dalam tujuan penelitian. Oleh karena itu, perlu mengacu pada rumusan masalah.

Tujuan penelitian ini sejalan dengan fokus penelitian yang telah disebutkan sebelumnya.

(19)

1. Mendeskripsikan metode yang digunakan oleh guru SMPLB BCD Jember dalam pengembangan karakter kemandirian terhadap siswa penyandang tunagrahita.

2. Mendeskripsikan tantangan yang dihadapi oleh guru SMPLB BCD Jember dalam pengembangan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita.

D. Manfaat Penelitian

Kontribusi yang peneliti berikan setelah penelitian dilakukan dibahas dalam bagian ini. Manfaat dapat bersifat teoritis maupun praktis. Sebagai contoh, manfaat bagi penulis, instansi, dan masyarakat secara keseluruhan.

Bagian ini membahas kontribusi yang diberikan peneliti setelah dilaksanakannya penelitian. Manfaat bisa berbentuk teoritis dan praktis.

Sebagai contoh, manfaat bagi penulis, instansi, dan Masyarakat secara keseluruhan.4

1. Manfaat Teoritis

Peneliti berharap hasil penelitian ini bisa memberikan kontribusi sebagai pemikiran dalam hal pengembangan pengetahuan, wawasan sehingga menjadi sumber literatur khususnya di dunia akademik dalam mengetahui metode yang digunakan dan tantangan yang dialami oleh guru dalam mengembangkan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita.

4 Tim Penyusun, "Pedoman Penulisan Karya Ilmiah"46.

(20)

2. Manfaat Praktis 1. Bagi Peneliti

a. penelitian ini dapat menambah pengalaman peneliti untuk mengembangkan kemampuan menulis.

b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyelesaikan penelitian selanjutnya.

2. Bagi Civitas Academia UIN K. H Achmad Siddiq Jember

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi baru yang bermanfaat serta menambah khasanah literatur perpustakaan khususnya untuk fakultas dakwah.

3. Bagi Masyarakat

Peneliti berharap penelitian ini dapat menghapus stigma negatif masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) khususnya kepada siswa penyandang tunagrahita dan mampu mengubah cara pandang serta sikap masyarakat terhadap Anak berkebutuhan khusus (ABK).

4. Bagi lembaga SMPLB BCD Jember

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap penelitian ini menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah dalam menerapkan pengembangan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita.

(21)

E. Definisi Istilah

Penelitian ini berjudul ”Pengembangan Karakter Siswa Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jember”. Guna menghindari terjadinya berbagai pemahaman dalam judul penelitian ini, Peneliti kemudian akan menjelaskan terminologi dan makna yang digunakan di dalamnya:

1. Pengembangan

setiap kegiatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku yang meliputi pengetahuan, kecakapan dan sikap seseorang agar kedepannya lebih baik lagi merupakan pengertianpengertian dari pengembangan.

2. Karakter

Kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti seseorang yang menjadi kepribadian khusus, pendorong dan penggerak serta pembeda dari individu dengan individu lainnya merupakan pengertian dari karakter.

3. Kemandirian

Sikap serta perilaku seseorang untuk mengatur diri sendiri tanpa bergantung pada orang lain untuk menyelesaikan seluruh tugas kehidupannya seperti merawat diri dan belajar adalah pengertian dari kemandirian.

4. Tunagrahita

Tunagrahita yaitu suatu kondisi kecerdasan anak-anak di bawah rata rata dan dibedakan oleh keterbatasan intelegensi serta kecakapan dalam berkomunikasi sosial.

(22)

F. Sistematika Pembahasan

Gambaran jalannya penjabaran skripsi mulai pendahuluan sampai penutup pada bagian ini bersi. Dalam upaya memperoleh gambaran dan pengetahuan yang lebih baik tentang masalah yang diteliti. Selain itu juga mempermudah peneliti untuk menganalisisnya. Adapun urutan sistematika pembahasan,diantaranya :

BAB I berisi penjelasan mengenai konteks penelitian yang menjelaskan asumsi dasar dibalik permasalahan yang akan penulis bahas, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan.

BAB II berisi tentang kajian tinjauan pustaka, yang dibedakan menjadi dua bagian: penelitian terdahulu dan kajian teori. Tolak ukur orisinalitas merupakan arti dari penelitian terdahulu. Sedangkan kajian teori sebagai dasar analisis.

BAB III berisi tentang uraian metodoologi penelitian yang dipilih oleh peneliti untuk mengumpulkan data, yang uraikan dalam tujuh sub-bab.

Hal tersebut yaitu metode dan jenis penelitian, lokasi penelitian, topik penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, serta tahapan penellitian.

BAB IV bab ini di bagi menjadi tiga bagian diantaranya: deskripsi objek penelitian, penyajian dan analisis data, hingga hasil pembahasan.

(23)

BAB V bab terakhir berisi tentang penyajian kesimpulan yang di tarik dari hasil pembahasan bab sebelumnya serta menyertakan saran yang mengacu pada temuan dari penelitian.

(24)

11 A. Penelitian Terdahulu

“Pengembangan Karakter Kemandirian Siswa Tunatrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jember” adalah judul penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Dengan ini, Peneliti akan mendemonstrasikan sejumlah karya ilmiyah yang memiliki tema berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, bertujuan untuk menilai tingkat orisinalitas penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Berikut adalah beberapa contoh karya ilmiyah yang memiliki tema yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan:

1. Astri Dwi Wulandari, dalam skripsinya yang berjudul “Studi Deskriptif Tentang Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita di Panti Sosial Binanetra Amal Mulia Kota Bengkulu”, Tahun 2021.5

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana anak tunagrahita menumbuhkan kemandiriannya dan mengidentifikasi unsur-unsur yang mendorong dan menghambat perkembangan tersebut di panti sosial tunanetra amal mulia di kota Bengkulu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses menjadi mandiri dilakukan melalui tiga tahap, meliputi identifikasi, pembiasaan, dan tanggung jawab pada aspek pembelajaran dan aspek kegiatan sehari-hari, aspek sosial, dan

5 Astri Dwi wulandari, “Study Deskriptif Tentang Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita Di Panti Sosial Bina Netra Amal Muliya Kota Bengkulu” (Bengkulu, IAIN Bengkulu, 2021).

(25)

aspek pembelajaran. Terdapat tahapan sosialisasi, pelatihan dasar, dan pengajaran ibadah pada unsur kegiatan sehari-hari. Tahap terakhir dalam elemen sosial adalah mengenal teman sebaya, mengembangkan sikap patuh aturan, dan terlibat dalam kegiatan masyarakat. Faktor pendukung perkembangan kemandirian pada anak tunagrahita antara lain dukungan orang tua, fasilitas panti asuhan, dan lingkungan yang ada. IQ anak tunagrahita di panti ini yang notabene di bawah rata-rata menjadi penghambat kemampuan mereka untuk membangun kemandirian. Akibatnya, belajar menjadi tantangan bagi mereka.

2. Fita Rohmati, dengan penelitiannya yang berjudul “Bimbingan Kemandirian Berbasis Kebiasaan bagi Siswa Tunagrahita di SD SLB Negeri Banjanegara”, tahun 2020.6

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Reseach), peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Hasil dari penelitian ini adalah bimbingan kemandirian yang diterapkan guru terhadap siswa sesuai dengan teori yang ditemukan oleh Mortensen dan Schmuller, bawasanya bentuk kemandirian artinya kemampuan untuk menemukan nasip, kreatif dan inisiatif yang dibangun untuk mengendalikan tingkah laku dan dapat mengatasi masalah tanpa ada pengaruh dari orang lain.

6 Fita Rohmati, “Bimbingan Kemandirian Berbasis Kebiasaan Bagi Siswa Tunagrahita Di SD SLB Negeri Banjanegara” (Purwokerto, IAIN Purwokerto, 2020).

(26)

3. Penelitian selanjutnya oleh Soraya Anathia dengan penelitiannya yang berjudul “Kemandirian Anak Tunagrahita Melalui Pelatihan Keterampilan di SLB-C Taman Pendidikan Islam Medan”, pada tahun 2018.7

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka.

Hasil penelitian ini adalah anak tunagrahita yang turut serta dalam pelatihan ketrampilan menghasilkan anak anak yang memiliki beberapa ciri kemandirian diantaranya Memiliki kontrol emosi yang baik, percaya diri, bertanggung jawab, dan mampu mengambil keputusan sendiri.

4. Penelitian oleh Shela Nur Rahmatika dan Nurliana Cipta Apsari yang berjudul “Positive Parenting: Peran Orangtua dalam Membangun Kemandirian Anak Tunagrahita”.8

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana orang tua membantu anak tuna grahita menjadi mandiri dan membentuk pengasuhan positif bagi anak tuna grahita. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode studi literatur menggunakan sumber sekunder. Temuan penelitian ini membahas bagaimana orang tua dapat membantu anak tunagrahita menjadi mandiri dengan menunjukkan cinta dan kasih sayang, merawat mereka,

7 soraya anathia, “Kemandirian Anak Tunagrahita Melalui Pelatihan Keterampilan di SLB-C Taman Pendidikan Islam Medan” (Sumatera Utara, Universitas Sumatera Utara, 2018).

8 Shella Nur Rahmatika dan Nur Liyana Cipta Absari, “Positif Parenting: Peran Orangtua Dalam Membangun Kemandirian Anak Tunagrahita” Vol 7 No. 2 Agustus (2020)

(27)

memberikan perlindungan dan pengawasan, serta memberikan pendidikan dan pelatihan. Untuk membantu anak-anak tunagrahita mengembangkan sifat-sifat karakter positif untuk masa depan, orang tua harus menggunakan teknik pengasuhan positif dengan mereka.

Orang tua juga perlu memberi contoh yang baik, terutama dalam hal mengajarkan perilaku yang baik dan aturan hidup. Kerja sama ibu dan ayah dalam hal ini sangat penting.

5. Puji Astutik dalam penelitiannya yang berjudul “Dukungan Orangtua Dalam Meningkatkan Kemandirian Anak Tunagrahita Sedang di Sekolah Dasar SLB C Ruhui Rahayu Samarinda”.9

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa dukungan orangtua merupakan interaksi yang dikembangkan oleh orangtua dengan ciri perawaratan, persetujuan dan berbagai perasaan positif orangtua terhadap anak. Anak akan merasa nyaman berkat dukungan orangtua dan kehadiran orangtua menegaskan dalam benak anak bahwa dirinya diterima serta merasa diakui sebagai individu.

9 Puji Astutik, “Dukungan Orangtua Dalam Meningkatkan Kemandirian Anak Tuna Grahita Sedang di Sekolah Dasar SLB C Ruhui Rahayu Samarinda” Vol.6 No. 1, 2018.

(28)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Studi Deskriptif

Tentang

Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita di Panti Sosial Binanetra Amal

Mulia Kota

Bengkulu

a. Membahas tentang kemandirian anak tunagrahita b. Penelitian

menggunakan teknik penelitian kualitatif

1) Studi ini menggunakan objek panti sosial . Sedangkan saya

menggunakan objek SMPLB BCD YPAC Kaliwates (Jember) 2. Bimbingan

Kemandirian

Berbasis Kebiasaan

bagi Siswa

Tunagrahita di SD

SLB Negeri

Banjanegara

a. Membahas tentang kemandirian anak

tunagrahita b. Penelitian

menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif

1) Studi ini berfokus pada pembiasaan bagi siswa tunagrahita dalam

menumbuhkan kemandirian.

Sedangkan Penelitian saya berfokus pada pengembangan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita.

3. Kemandirian Anak Tunagrahita

Melalui Pelatihan Keterampilan di SLB-C Taman Pendidikan Islam Medan

a. Menggunakan metode

penelitian kualitatif b. Sama sama

membahas tentang kemandirian anak

tunagrahita

1) Studi ini berfokus pada Pelatihan ketrampilan dalam

menumbuhkan kemandirian siswa tunagrahita.

Sedangkan Penelitian saya berfokus pada pengembangan

(29)

karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita.

4. Positive Parenting:

Peran Orangtua dalam Membangun Kemandirian Anak Tunagrahita

a. Sama-sama membahas tentang kemandiran anak

tunagrahita

1) Penelitian ini menggunkan metode kepustakaan, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan peneliti menggunakan metode kualitatif.

2) Penelitian ini berfokus pada peran orang tua dalam membangun kemandirian.

Sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan peneliti lebih umum, yaitu pengembangan karakter kemandirian terhadap anak penyandang tunagrahita.

5. Dukungan

Orangtua Dalam Meningkatkan Kemandirian Anak Tunagrahita Sedang di Sekolah Dasar SLB C Ruhui Rahayu Samarinda

a. Sama-sama menggunkan metode penelitian kualitatif b. Sama sama

membahas tentang kemandirian anak

tunagrahita.

1) Pada

penelitian ini peneliti meliti dukungan orangtua dalam

meningkatkan kemandirian siswa tunagrahita, sedangkan

(30)

penelitian yang akan dilakukan meneliti pengembangan karakter kemandirian anak

tunagrahita.

Penelitian ini lebih fokus dalam mengetahui metode apa yang digunakan dan tantangan apa yang dihadapi dalam pengembangan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita di SMPLB BCD Jember.

Sesuai dengan informasi dan obserfasi yang dilakukan oleh peneliti, dimana anak tunagrahita memiliki daya ingat yang lemah sehingga guru dan orangtua harus memiliki pemahaman yang sama dalam mengembangkan karakter kemandirian terhadap siswa. Terkadang di sekolah siswa sudah diajarkan bagaimana cara tentang merawat diri secara mandiri tapi sesampainya dirumah orang tua tidak membiarkan anak mengurus dirinya sendiri dengan berbagai macam alasan, seperti tidak tega.

Hal ini dikarenakan oleh banyaknya keluarga yang melayani anaknya dari bangun tidur hingga tidur lagi. Terlebih lagi bagi anak yang di dampingi oleh asisten rumah tangga karena orangtuanya sibuk bekerja dalam kehidupan sehari-harinya. Oleh karenanya tidak sedikit tantangan yang dihadapi oleh guru (ABK) khususnya guru pendamping siswa penyandang tunagrahita dalam pengembangkan karakter kemandirian di SMPLB BCD Jember.

(31)

B. Kajian Teori

1. Pengembangan karakter a. Pengertian Pengembangan

Pengembangan yaitu memperbaiki pekerjaan yang sedang maupun akan dilaksanakan dengan memberikan informasi tentang keterampilan dalam mengelola emosi, prilaku, keterampilan yang dapat mempengaruhi dan menambah kecakapan.10 Dapat diartikan juga bahwa setiap kegiatan yang bertujuan untuk mengubah prilaku yang terdiri dari pengetahuan, kecakapan, serta sikap merupakan pengetan dari pengembangan.

b. Pengertian Karakter

Istilah karakter secara umum sering di kenal sebagai watak atau akhlak, tabiat yang memberikan penjabaran yang menjurus pada unsur faktor psikososial yang berhubungan dengan lingkungan dan pendidikan. Arti karakter dalam kamus psikologi merupakan kepribadian yang ditinjau dari titik tolak etis atau moral. Karakter juga bermakna sifat dan watak yang memiliki beberapa arti lain diantaranya yaitu, (a) suatu kualitas atau sifat yang terus menerus dan kekal yang dijadikan sebagai ciri untuk mengidentifikasi kepribadian seseorang, objek maupun suatu kejadian. (b) Pembaruan dari sifat-sifat individual dalam bentuk

10Aras Solong dan Asri Yadi, "Kajian Teori Organisasi dan Birokrasi dalam Pelayanan Publik" (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2021), 129.

(32)

sutu kesatuan. (c) Kepribadian seseorang dapat dipertimbangkan dari titik pandang etis dan moral.

Kata karakter berasal dari bahsa Yunani yaitu charassein, yang artinya mengukir. Ukiran memiliki sifat utama yaitu melekat kuat pada benda yang di ukir. Dapat pahami bahwa menghilangkan ukiran sama dengan menghilangkan benda yang diukir karena ukiran melekat pada bendanya. Sedangkan secara etimologis karakter berarti mengukir (verb) dan sifat sifat kebajikan (noun).

Secara konseptual, karakter merupakan usaha yang dilakukan secara terus menerus yang dilakukan oleh individu dengan berbagai cara untuk mengukir, mengembangkan atau melembagakan sifat sifat kebajikan pada dirinya ataupun orang lain.

Pengertian karakter menurut beberapa tokoh, diantaranya sebagai berikut:11

1) Doni Kusuma

Kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti seseorang yang sudah menjadi kepribadian khusus, pendorong dan penggerak serta pembeda antar individu merupakan pengertian dari karakter. Mendorong dimaksudkan dengan bagaimana cara guru dalam memberikan pelajaran serta motivasi dalam penerapannya. Sedangkan kata menggerakkan

11 Doni Putra dan M. Hum, "Belajar tadabur ilmu karakter pada lebah, burung gagak, dan singa" (Gupedia, 2020), 44.

(33)

artiya bagaimana cara guru untuk mengajak siswa dalam penerapan apa yang sudah di ajarkan.

2) Kartini Kartono dan Dali Gulo

Cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas setiap individu, yang berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan serta kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan serta perbuatan yang berdasarkan norma norma agama, hukum, tatakrama, budaya serta adat istiadat merupakan pengertian karakter.

Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. ciri, karakteristik, atau sifat khas dari seorang individu yang bersumber dari didikan- didikan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga dan bawaan dari lahir adalah pengertian dari kepribadian.

2. Kemandirian

Usaha untuk melepaskan diri dari orang lain termasuk orangtua dengan tujuan untuk menemukan diri melalui proses mencari identitas ego agar berkembang kearah individualis yang baik serta mampu berdiri sendiri disebut dengan kemandirian. Umumnya karakter kemandirian ini di bedakan degan adanya kemampuan menentukan nasib diri sendiri, mampu berinisiatif dan kreatif, bertanggung jawab, serta menyelesaikan masalah tanpa melibatkan

(34)

orang lain.12 Namun bukan berarti anak bisa melaksanakan segala aktivitasnya sebagai mana orang dewasa, melainkan anak diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap orangtua maupun orang lain yang ada disekitarnya.

a. Ciri Ciri Kemandirian

Menurut Nasirudin kemandirian itu memiliki ciri-ciri yang ditandai dengan adanya perilaku seperti:13

Melaksanakan tugas tugasnya secara mandiri, ditunjukkan dengan melakukan kegiatan atas kemauannya sendiri dan tidak bergantung dengan orang lain

1) Aktif dan semangat, ditunjukkan dengan bagaimana cara yang digunakan untuk mewujudkan keinginannya

2) Inisiatif, mempunyai kemamuan berpikir dan bertindak secara kreatif

3) Bertanggung jawab, menyelesaikan tugas dengan baik serta penuh pertimbangan dalam melakukan tindakan

4) Mempunyai kontrol diri yang kuat, artinya dapat mengendalikan tindakan dalam menyelesaikan masalah.

12 Desmita, "Psikologi Perkembangan Peserta Didik" (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 185.

13 Kharidatin Nafingah, “Perbedaan Kemandirian Siswa Home Schooling SD Khoirul Ummah Dan Siswa Regule SDN Ketawanggede Malang” (Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim, 2014), 30.

(35)

b. Upaya Pengembangan Kemandirian

1) Mengembangkan proses belajar yang demokratis, yang memungkinkan anak merasa dihargai

2) Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dalam berbagai kegiatan sekolah 3) Memberikan kebebabasan untuk anak untuk mengeksplorasi

lingkungan agar mendorong rasa ingin tahu mereka

4) Penerimaan positif tanpa syarat kelebihandan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan anak yang lain.

5) Menjalin hubungan yang harmonis dengan anak.

c. Bentuk-bentuk Kemandirian

Kemandirian yaitu hal yang paling penting dalam masa perkembangan anak yang harus di perhatikan oleh orangtua. saat anak masi tergantung pada orang lain sedangkan teman sebayanya sudah bisa mandiri, hal ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri dan mudah dipengaruhi orang lain.

Menurut mahmud ada tiga tipe kemandirian diantaranya kemandirian emosional, kemandirian prilaku dan kemandirian nilai.14

14 Mohammad Sobri, "Kontribusi Kemandirian Dan Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar" (Gupedia, 2020), 8.

(36)

1) Kemandirian emosional

Kemampuan individu untuk tidak bergantung kepada dukungan emosional orang lain, khususnya kepada orangtua dapat dirtikan kemandirian emosional. Dalam kemandirian emosional ini individu mampu mengembangkan kasih sayang kepada orangtua, perasaan hormat kepada orang yang lebih tua, serta menumbuhkan ikatan emosional terhadap lawan jenis.

Mampu mengontrol emosi dan mampu membedakan mana yang baik atau buruk bagi dirinya adalah individu yang sudah mencapai kemandirian emosional. Begitu pula dengan belajar, individu mampu menumbuhkan motivasi diri untuk belajar.

2) Kemandirian Prilaku

Kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan adalah kemandirian prilaku. Seiring dengan berjalannya waktu kemampuan remaja dalam mengambil keputusan akan terus meningkat. Dalam perkembangan ini individu membutuhkan sarana kognitif yang penting yaitu memandang lebih jauh kedepan terhadap suatu persoalan; mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi atas keputusan yang telah di ambil; mampu menghargai nasehat dan saran dari pihak lain.

(37)

3) Kemandirian Nilai

Kemandirian nilai pada individu adalah kemampuan untuk mengartikan seperangkat prinsip tentang benar dan salah, serta penting dan tidak pentingnya sesuatu.

Kemandirian nilai ini terjadi melalui proses internalisasi yang pada dasarnya tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan lebih sulit dicapai dari pada dua tipe kemandirian sebelumnya.

d. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Kemandirian yang ada pada diri individu tidak serta merta ada, melainkan melalui proses panjang yang harus dilalui sejak usia dini. Secara umum kemandirian di pengaruhi oleh dua faktor diantaranya, faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen yaitu segala pengaruh yang berasal dari dalam diri individu diantaranya seperti pengaruh keturunan dan keadaan fisik sejak lahir. Bekal mendasar untuk perkembangan dan pertumbuhan adalah segala sesuatu yang dibawa ke dunia sejak lahir. Sedangkan faktor eksogen adalah dampak yang berasal dari luar individu seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan daerah setempat.

(38)

Menurut Ali dan Asrori ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian diantaranya sebagai berikut,15

1) Gen atau Keturunan

Orangtua yang memiliki sifat kemandirian yang tinggi biasanya menurunkan sifat kemandiriannya kepada anaknya.

Namun faktor ini masih diperdepatka karna beberapa tokoh berpendapat bahwa bukan sifat kemandirian orangtuanya yang di turunkan melainkan bagaimana cara orangtua dalam mendidik anaknya lah yang akan diterapkanoleh sang anak.

2) Pola Asuh Orangtua

Pendidikan dilingkungan keluarga yang diberikan oleh orangtua merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam membangun kemandirian anak. Pola asuh orangtua yang diberikan secara otoriter dapat berpengaruh pada rendahnya kemandirian seorang anak, sedangkan pola asuh yang diberikan secara demokratis biasanya dapat meningkatkan kemandirian anak sebagaimana yang dijelaskan oleh Santrock. Dalam pemberian pola asuh yang demokrasi orangtua berperan sebagai pengasuh yang bersifat membimbing, dialogis, memberikan alasan ketika memberikan aturan-aturan tertentu pada anak, karena terlalu

15 Mohammad Sobri, "Kontribusi Kemandirian Dan Kedisiplinan Terhadap Hasil Belaja", 11.

(39)

sering melarang anak untuk melakukan banyak hal tanpa alasan yang jelas dapat menghambat perkembangan kemandirian anak.

3) Sistem Pendidikan di sekolah

Terdapat banyak unsur yang dapat mempengaruhi dan melengkapi dalam sistem pendidikan sekolah. Hal ini dikarenakan saat di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan guru-guru dan teman sebaya yang memiliki latar belakang dan etnis yang berbeda. Kehidupan sekolah dapat berpengaruh besar terhadap perkembangan identitas siswa, keyakinan terhadap diri sendiri, interaksi sosial, serta pemahaman tentang hal baik dan buruk. Untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan setiap sekolah memiliki strategi tersendiri. Proses pendidikan yang yang tidak mengembangkan sistem demokrasi akan menghambat perkembangan individu. Selain itu, pendidikan yang menekankan pemberian sanksi akan menghambat perkembangan kemandirian individu.

4) Sistem Kehidupan di Masyarakat

Masyarakat yaitu sekumpulan individu yang ada pada daerah tertentu yang memiliki norma dan nilai-nilai sosial sebagai dasar interaksi antar individu dan membentuk sistem sosial. Sistem masyarakat yang mengharuskan pada hirarki dan struktur sosial akan menciptakan suasana yang kurang baik

(40)

sehingga dapat menghambat perkembangan kemandirian individu dan begitupun sebaliknya.

e. Indikator Kemandirian

Maslow berpendapat bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki sifat kemandirian apabila seorang individu memiliki sikap dan prilaku yang dapat mengambil keputusan sendiri, mengatur diri sendiri, berinisiatif serta bisa bertanggung jawab atas segala sesuatu. Sedangkan menurut Sanan dan Yamin, indikator yang dimiliki anak yang mandiri sebagai berikut,

(a) Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

(b) Memiliki motivasi intrinsik (dorongan yang berasal dalam diri individu untuk melakukan sesuatu)

(c) Kreatif dan inovatif

(d) Bertanggunjawab atau menerima konsekuensi atas tindakan yang sudah dilakukan

(e) Tidak bergantung pada orang lain.

3. Tunagrahita

a. Pengertian Tunagrahita

Tunagrahita adalah anak yang kemampuan intelektualnya di bawah rata-rata. Anak-anak yang memiliki kekurangan fisik, keilmuan, mental, emosi, sikap dan tingkah laku pada dasarnya adalah pengertian dari anak-anak tunagrahita, sehingga dapat disimpulkan bahwa anak-anak

(41)

tunagrahita bukanlah anak-anak yang mengidap suatu penyakit.

Inilah alasan mengapa anak-anak tunagrahita belajar dan berpikir lebih lambat daripada anak-anak lain.16

Anak dengan tunagrahita cenderung berprilaku kekanak kanakan, memiliki perilaku adaptif yang lemah serta keterbatasan dalam intelegensi praktis seperti, lemah dalam mengelola aktifitas sehari hari serta lemah dalam bertingkah laku secara tepat dalam berbagai kondisi sosial, hal ini disebabkan oleh rendahnya intelegensi sosial yang dimiliki oleh anak penyandang tunagrahita.

b. Jenis-jenis Tunagrahita

Klasifikasi tunagrahita berdasarkan berat dan ringannya kelainannya, diantaranya sebagai berikut:17

1) Tunagrahita Ringan

Anak dengan penyandang tunagrahita ringan mampu studi menulis, membaca serta menghitung. Anak penyandang tunagrahita ringan dapat memperoleh hasil yang baik apabila menerima bimbingan dan pendidikan yang baik pula. Secara fisik anak penyandang tunagrahita tampak seperti anak

16 Shella Nur Rahmatika dan Nur Liyana Cipta Absari, “Positif Parenting:

Peran Orangtua Dalam Membangun Kemandirian Anak Tunagrahita” Vol 7 No. 2 Agustus (2020): 330.

17 Ummal Choiroh, “Program Khusus Bina Diri Dalam Meningkatkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Di Slbn Patrang Kab. Jember” (Jember, Universitas Jember, 2020), 25.

(42)

normal pada umumnya, sehingga hampir tidak bisa dalam membedakan antara anak tunagrahita dengan anak normal.

2) Tunagrahita Sedang

Anak dengan penyandang tunatgrahita sedang, sulit bahkan tidak mampu belajar, diantaranya yaitu menulis, membaca bahkan berhitung. Akan tetapi, anak tunagrahita jenis ini mampu dalam hal melindungi diri dari mara bahaya, misalnya, berjalan di jalan raya dan berlindung dari hujan.

Meski demikian, anak dengan penyadang tunagrahita sedang ini masi membutuhkan pengawasan terus menerus dalam kehidupan sehari-hari.

3) Tunagrahita Berat

Anak dengan penyandang tunagrahita berat membutuhkan tumpuan perawatan secara keseluruhan dalam segala hal, diantaranya mulai dari makan, mandi, minum hingga berpakaian. Selain itu anak penyandang tuna grahita jenis ini juga memerlukan perlindungan dari berbagai macam mara bahaya.

c. Penyebab Tunagrahita

Tunagrahita disebabkan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu diantaranya sebagai berikut,18

18 Ummal Choiroh, “Program Khusus Bina Diri Dalam Meningkatkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Di Slbn Patrang Kab. Jember” , 27.

(43)

1) Faktor genetik atau keturunan

Terdapat dua faktor dalam faktor geneti yaitu diantaranya: kelainan kromosom, yang mana kromosom dinyatakan gagal dalam memisahkan diri sehingga menyebabkan kromosom berlebih kelainan pada gen yang terjadi saat imunisasi terkadang tidak terdeteksi dari luar tetapi tetap ada pada level genotipe di salah satu sel.

2) Gangguan metabolisme dan gizi

Salah satu faktor tepenting pada perkembangan seseorang khususnya dalam perkembangan sel-sel otak adalah metabolisme dan gizi. terjadinya gangguan fisik serta mental individu diakibatkan oleh adanya kegagalan metabolisme serta kegagalan pemenuhan gizi.

3) Infeksi dan keracunan

Terjangkitnya penyakit selama janin masi berada di dalam kandungan diakibatkan oleh terjadinya infeksi dan keracunan ini.

4) Trauma dan zat radio aktif

Adanya tekanan dengan otak bayi selama persalinan ataupun terpapar radiasi zat radio aktif pada waktu hamil bisa memicu terjadinya ketunagrahitaan pada anak. Trauma yang terjadi selama persalinan pada umumnya diseabkan oleh

(44)

kondisi persalinan yang lemah sehingga memerlukan alat bantuan

d. Hambatan yang dialami oleh peserta didik dengan penyandang tunagrahita

Dalam buku Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan ciri-ciri dan hambatan yang di miliki siswa tunagrahita diantaranya adalah19 :

1) Fisik atau penampilan meliputi Mirip peserta didik pada umumnya, Kematangan motorik lambat, Koordinasi gerak kurang.

2) Intelektual

(a) Siswa tunagrahita ringan IQ 50 hingga 70, kemampuan belajarnya maksimal sejajar dengan siswa normal pada umumnya usia 12 tahun

(b) Siswa tuna grahita sedang dengan IQ 30 hingga 50, kemampuan belajarnya maksimal sejajar dengan siswa normal pada umumnya usia 7 hingga 8 tahun

(c) Siswa tuna grahita berat dengan IQ kurang dari 30 kemampuan belajarnya maksimal sejajar dengan anak normal usia 3 tahun sampai 4 tahun

19 Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, "Pedoman pembelajaran peserta didik tunagrahita pada satuan pendidikan khusus", 2017, 5–6.

(45)

(d) Susah mempertimbangkan hal yang berkaitan dengan akademik.

3) Sosial dan emosional (a) Kurang konsentrasi (b) Kurang dinamis

(c) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain (d) Lemah dalam pertimbangan atau kontrol diri (e) individualis

(f) Bergaul dengan anak yang lebih besar (g) Mudah terpengaruh

(h) Mudah dimengerti

Adapula kesulitan yang dialami siswa tunagrahita menurut Ni’matuzahroh dalam bukunya yang berjudul individu berkebutuhan khusus, diantaranya:

1) Masalah kepribadian

Pengelolaan emosi pada anak tunagrahita mengalami gangguan. Hal ini menyebabkan rendahnya kemampuan intelektual yang dimiliki oleh anak penyandang tunagrahita.

2) Masalah penyesuaian diri

Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam beradaptasi, hal ini menyebabkan anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dan menyesuaikan diri secara sosial.

(46)

3) Masalah belajar

Anak tunagrahita memiliki fungsi kognitif yang buruk menyebabkan mereka kesusahan dalam mempelajari materi abstrak. Anak penyandang tunagrahita belum bisa melakukan penalaran dan hanya melakukan sesuai perintah, sehingga dalam hal ini di perlukan pemahaman seorang guru untuk menerapkan teknik belajar dan mengigat secara sederhana dan kongkrit sehingga anak dapat menyerap pembelajaran dengan baik seperti mngajarkan secara berulang-ulang pembelajaran yang telah diterima. Dan yang lebih penting lagi adalah mengajarkan siswa keterampilan hidup yang umum dan keterampilan yang sekiranya berpengaruh pada karirnya selah lulus nanti.20

4) Gangguan bicara dan bahasa

Setiap orang memiliki potensi untuk menjadi cerdas yang bernilai strategis berperan dalam peningkatan penguasaan bahasa serta keterambilan berbahasa lisan. Selain dipengaruhi oleh faktor luar seperti halnya pelatihan, pendidikan serta rangsangan pendidikan dalam proses pembelajaran perlu memakai kalimat tunggal sederhana yang memfasilitasi untuk penyerapan belajar.

20 Ni’matuzahroh dan Yuni Nurhamida, Individu Berkebutuhan Khusus dan Pendidikan inklusif (Malang; UMMPERS, 2016), 41

(47)

e. Metode Pembelajaran Siswa Tunagrahita

Pengembangan dasar yang dimiliki oleh siswa berkebutuhan khusus memerlukan pendampingan secara intensif dalam proses pembelajaran. Adapun metode pembelajaran menurut sastra wijaya yang dijelaskan dalam bukunya kampus merdeka dan inovasi pendidikan, diantaranya sebagai berikut21

1) Metode pembelajaran yang berfokus pada guru (Teacher Centered)

Metode pembelajaran ini memberikan penjelasan satu araht karena bertujuan untuk agar tenaga pendidik atau gurumengajar dengan metode pembelajaran yang tepat dan yang disampaikan adalah materi pengetahuan untuk siswa.

Sehingga guru lebih banyak melakukan proses blajar-mengajar dalam bentuk ceramah. Tugas siswa hanya mendengar, mengamati dan memahami serta membuat catatan materi yang di perlukan.

2) Metode pembelajaran yang berfokus pada peserta didik (Student Centered)

Perlu dipahami bahwa siswa merupakan tujuan pertama adanya kebijakan. Hal ini dikarenakan semua masalah yang terjadi dalam lingkup pendidikan termasuk kebijakan maupun proses tidak bisa keluar dari upaya pemberdayaan dan

21 Sastra Wijaya, dkk, Kampus Merdeka dan Inovasi Pendidikan (Banten, Desanta Muliavisitama, 2021), 96

(48)

keberpihakan terhadap peserta didik. Sehingga perlu disesuaaikan dengan kondisi dan situasi siswa. Model pembelajaran ini berpotensi untuk mendorong siswa untuk lebihaktif, mandiri sesuai kemampuan masing-masing, serta sesuai dengan tingkat perkembangan individu.

(49)

38

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Menurut metode ilmiah, usaha penelitian ini didasarkan pada unsur-unsur ilmu pengetahuan yang rasional, empiris, dan sistematis.22

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode pendekatan kualitatif deskriptif merupakan pendekatan yang peneliti gunanakan pada penelitian ini. Bogdan dan Taylor berpendapat bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur untuk melakukan analisis yang menghasilkan data deskriptif seperti kata kata lisan ataupun tulisan dari setiap individu serta perilaku yang dapat dipahami.23

B. Lokasi Penelitian

Tempat yang dipilih peneliti untuk mendapatkan data yang di perlukan merupakan lokasi penelitian. Nasution berpendapat bahwa lokasi penelitian merupakan lokasi sosial yang berhubungan dengan tiga unsur

22 Jufriyanto, “Peran Pemimpin Perempuan Dalam Birokrasi Kampus IAIN Jember Periode 2019-2023” (Skripsi, Jember, IAIN Jember, 2021), 29.

23 Lexi J Moleong, "Metodologi Penelitian" (Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya, 2004), 4.

(50)

diantaranya yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang akan di observasi.

SMPLB BCD Jember sebagai lokasi penelitian merupakan lokasi yang peneliti pilih untuk melaksanakan penelitian ini. Alasan peneliti memilih lokasi penelitan ini, ialah ada beberapa hal yang membuat peneliti tertarik dalam melakukan penelitian ini yaitu diantaranya tentang bagaimana siswa tunagrahita dalam merawat dan membersihkan diri, serta belajar dengan mandiri melihat beberapa tantangan yang dialami guru dalam pengembangan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita.

C. Subyek Penelitian

Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam proses pengumpulan subyek atau sampel dalam penelitian ini. Selain itu teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan pertimbangan tertentu.24 Siswa penyandang tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jember adalah subyek dalam penelitian ini. Adapun kriteria subyek yang ditentukan peneliti dalam penelitian ini yaitu: a) Siswa penyandang tunagrahita di SMPLB BCD Jember, b) Siswa aktif SMPLB BCD Jember.

Namun dalam penelitian ini siswa hanya dijadikan sebagai bahan observasi, sehingga subjek yang dipilih oleh penulis merupakan seseorang yang berhubungan langsung dengan siswa penyandang tunagrahita di SMPLB BCD Jember diantaranya, kepala sekolah SMPLB BCD Jember, guru pendamping siswa tunagrahita SMPLB BCD Jember, guru BK

24 Sugiyono, "Metode Penelitian Kualitatif Cetakan Kedua" (Bandung: Alfabeta, 2018), 3.

(51)

(Bimbingan Konseling) SMPLB BCD Jember sebagai sumber data, dan akan dilakukan obervasi serta wawancara dengan mereka.

D. Teknik Pengumpulan Data

Wawancara, observasi dan dokumentasi merupakan teknik yang digunakan penelti untuk memperoleh data dalam penelitian ini. Adapun uraiannya sebagai berikut:

1. Wawancara

Esterberg berpendapat bahwa diskusi yang terdiri dari dua orang yang saling bertukar informasi serta ide dalam bentuk tanya jawab untuk mengembangkan makna-makna dalam masalah tertentu merupakan wawancara.25 Peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur dalam penelitian ini. Kategori wawancara mendalam, yang berusaha memperoleh data secara lebih terbuka termasuk dalam wawancara ini.

Data yang ingin peneliti dapat dari proses wawancara diantaranya yaitu:

a) Mengetahui metode apa yang digunakan guru dalam pengembangan karakter kemandirian siswa tunagrahita

b) Mengetahui tantangan apa saja yang hadapi oleh guru dalam pengembangan karakter kemandirian siswa tunagrahita.

25 Sugiyono,“Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D", 114.

(52)

2. Observasi

Proses kompleks yang terdiri atas berbagai proses fisiologis dan psikologis merupakan pengertian dari observasi menurut pandangan Sutrisno Hadi. Yang paling penting dari keduanya yaitu proses pengamatan dan ingatan. Observasi sebagai teknik perolehan data memiliki ciri khusus, yaitu pengamatan tidak terbatas pada orang saja namun juga mencakup objek-objek alam lainnya. Teknik ini bisa digunakan jika penelitian berhubungan dengan perilaku manusia, proses kerja, fenomena alam dan jumlah responden tidak terlalu banyak. Observasi bertujuan untuk memperoleh data secara langsung dari subjek dari aspek-aspek yang diamati. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan pedoman observasi, agar memudahkan dalam melakukan observasi dan pencatatan peneliti.

3. Dokumentasi

Salah satu metode yang paling penting dalam sebuah penelitian adalah dokumentasi. Gambar, tulisan atau karya karya seseorang merupakan contoh dari bentuk dokumentasi.26 Dokumentasi ini berisi tentang kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan kemandirian siswa tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jember.

26 Khoidaroh, "Metode Kooperatif Inkuiri (Implementasi Metode Kooperatif Inkuiri Dalam Pembelajaran PAI", (Surabaya: Global Aksara press, 2021), 9.

(53)

E. Analisis Data

Sugiyono berpendapat bahwa sebuah proses mencari serta menyusun dengan cara sistematis data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara, catatan lapangan serta dokumentasi merupakan pengertian dari analisis data.27 Dengan memilah yang terpenting, yang akan dipelajari hingga membuat kesimpulan, hal ini bertujuan agar mudah dipahami diri sendiri ataupun orang lain.

Penelitian ini memakai analisis data model miles dan huberman.

kondensasi data, Penyajian data dan penarikan kesimpulan merupakan tiga proses yang digunakan peneliti untuk menganalisis data yang diperoleh, diantaranya yaitu:28

1. Kondensasi data

Langkah awal dalam pengelolaan data, yang meliputi pemilihan, pemusatan, penyederhanaan serta pengabstraksian data dari hasil catatan lapangan, wawancara, transkrip, serta dokmen lain agar data lebih kuat yaitu pengertian kondensasi data.

2. Penyajian data

Langkah kedua mengolah data setelah data kondensasi yang disajikan dalam bentuk naratif yaitu penyajian data. Hal ini bertujuan untuk membantu peneliti memahami fenomena yang terjadi sehingga peneliti dapat menentukan apa yang akan di ambil selanjutnya.

27 Albi Anggito dan Johan Setiawan, "Merodologi Penelitian Kualitatif " (Sukabumi:

Jejak, 2018), 236.

28Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D", 124.

(54)

3. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi

Mengungkap temuan baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya merupakan tujuan dari penarikan kesimpulan. Kesimpulan masi bersifat meragukan atau bersifat sementara jika data data yang di berikan tanpa didukung oleh bukti yang kuat. Begitupun sebaliknya, jika kesimpulan di dukung oleh bukti yang kuat serta konsisten, maka kesimpulan di anggap kredibel.

F. Keabsahan Data

Dalam pengkajian keabsahan data yang di peroleh dari penelitian ini, peneliti memakai teknik triangulasi. Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu merupakan arti dari triangulasi.29 Peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik dalam penelitian ini. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Menguji kredibilitas data dilakukan menggunakan cara pengecekan data yang dihasilkan dari berbagai sumber disebut dengan triangulasi sumber.

2. Triangulasi Teknik

Menguji kredibilitas data yang dilaksanakan dengan cara mengecek data yang dihasilkan dari satu sumber tetapi menggunakan teknik yang berbeda dimaksud dengan triangulasi teknik.

29 Danu Eka Agustinofa, "Memahami Metode Penelitian Kualitatif; Teori Dan Prakti"

(Yogyakarta: Capulis, 2015), 46.

(55)

Membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi dan dokumentasi yang di peroleh saat dilakukannya penelitian.

G. Tahap-Tahap Penelitian

Bagian ini berisi tentang penjelasan strategi peneliti untuk melaksanakan penelitian. Tahapan penelitian kualitatif biasanya dibedakan menjadi tiga kategori, diantaranya sebagai berikut:

1. Pra Lapangan (Tahap Persiapan)

a) Menyusun perencanaan penelitian seperti: judul penelitian, latar belakang penelitian, fokus penelitian dan tujuan penelitian

b) memilih lapangan c) Pengurusan tentang izin

d) Mengeksplorasi dan menilai situasi lapangan yang di pilih e) Menentukan informan

f) Mempersiapkan instrumen penelitian

g) Mempersiapkan diri secara fisik, psikis dan mental.

2. Tahap pelaksanaan

a) Peneliti memahami situasi lapangan dan memasuki lapangan b) Peneliti terlibat pada kegiatan dan penghimpunan data.

3. Tahap analisis data (Setelah Penelitian)

Peneliti menyusun laporan dari data yang diperoleh, selanjutnya data di analisis dan ditarik kesimpulan dalam bentuk karya tulis ilmiah

(56)

dalam bentuk laporan penelitian yang mana penulisannya mengacu pada ketentuan penulisan karya ilmiah yang ada.

(57)

46 A. Gambaran Obyek Penelitian

SMPLB-BCD Jember merupakan objek penelitian ini. Untuk lebih memahami gambaran obyek penelitian dan daerah pemeriksaan, berikut gambaran objek penelitian:30

1. Profil SLB-BCD Ypac Jember

No. Pokok Sekolah Nasional (NPSN) : 20523947 Nomor Ijin Sekolah (NIS) : 282850

Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 834052401004 No. Ijin Operasional : 19.14/169/II/I/2020

Alamat Sekolah : Jl. Imam Bonjol 42

Kaliwates Jember Kelurahan Kaliwates Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember

No. Telpon/Fax : (0331) 488649

Telpon HP : 082139307881

Email : smplbbcdypacjember@gmail.com

Status Sekolah : Swasta

Status Gedung Sekolah : Milik yayasan Status Kepemilikan Tanah : Milik yayasan

30 Hasil dolumentasi peneliti di SMPLB BCD Jember, November 2022

(58)

Nilai Akreditasi Sekolah : B Skor : 83

Luas Tanah : 3000 m2 (SDLB, SMPLB,

SMALB)

Nama Yayasan (Bagi Swasta) : Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC)

Jumlah Rombel : 6 rombel

2. Sejarah SMPLB-BCD Jember

SMPLB YPAC Jember sebelum beralih status ialah SLB YPAC Kaliwates Jember. Kepala sekolah (Bapak Suparwoto, S.Pd) memaparkan pada peneliti:

“Oo ya. Kalok untuk sejarah SMP itu sendiri kan terkait dengan keberadaan asrama, kalok asramanya ada otomatis ada SMPnya, lembaganya juga ada, cumak kan waktu itu masi jadi satu, jadi satu di SD sebelah itu, beberapa tahun kemudian dapat beberapa tahun pisah sendiri sendiri itu. SD, SMP, SMA sendiri sendiri. Terkait dengan itu akhirnya kan punya wewenang masing masing, sehingga ada sekolah SD, SMP, SMA, jadi setiap jenjang itu ada kepala sekolahnya, nah kalo dulu itu ingklut jadi satu. Satu kepala sekolah. Jadi enak, untuk administrasinya itu juga enak dan kendala kendala yang ada di sekolah itu juga ndak ada. Karna apa, kalo kita tiga kepala sekolah gini kan satu harus ada koordinator. Memang ada koordinator cumak kan kadang ndak singkron gitu lo, akhirnya kan kesana. Program program pun kan akhirnya ndak bisa jalan

(59)

tapi kalo satu kepala sekolah kan enak. Satu wadah, satu program sehingga insyaallah akan jalan. Jadi dulu itu gabung jadi satu dengan SD sana jadi ngga ada istilahnya SD, SMP, SMA langsung SLB gitu.”31

SLB B,C,D YPAC Kaliwates Jember lokasinya bermula di karesidenan Besuki di Bondowoso. Karena belum berjalan sebagaimana mestinya (vakum) hal ini tidak berlangsung lama, Sehingga di pindahkan ke jember pada tahun 1957. Dalam rangka untuk memperkenalkan ke masyarakat Jember diadakan penayangan film Remember Me di alun-alun Jember, disaksikan oleh pejabat senior Jember, tokoh masyarakat, serta masyarakat umum.

Dengan penayangan tersebut, masyarakat Jember tergugah, dalam arti lain merasa berkewajiban untuk memperhatikan anak-anak berkebutuhan khusus, khususnya pemerintah daerah. pada tanggal 31 Desember 1958, atas dasar prakasa pemerintah tingkat II Kabupaten Jember yaitu bapak R. Soedjarwo, dilaksanakan rapat dan dibentuknya pengurus YPAC Kaliwates Jember. Bapak R. Soedjarwo sendiri yang memimpin rapat. Bertempat di jalan Mangun Sarkoyo Jember tepatnya di gedung PMI Jember. Saat itu perlengkapan sudah lengkap, seperti: asrama, alat kesehatan, kendaraan roda empat, serta kegiatanya sudah berjalan lancar.

31 Suparwoto, Wawancara (17 oktober 22)

(60)

Pihak yayasan mengembalikan anak-anak yang mengalami perkembangan positif kepada orang tuanya. Hal ini dikarenakan YPAC belum memiliki staf khusus sebagai tenaga pendidik Luar Biasa.

Kegiatan berjalan selama 7 tahun (1958-1965) di YPAC Kliwates.

Namun, pada tahun 1966- 1979 tidak berkegiatan, dan kembali aktif pada saat kedatangan Bapak Tamzun, Bapak Fanani, Ibu Ambariyah dan Ibu Mubarakah lulusan dari sekolah guru pendidikan luar biasa Negeri Surabaya (1979) yang diamanahkan untuk bertugas di Jember.

Dibuatlah program kerja dalam pelaksanaanya, diantaranya:

a. Bekerja sama dalam pendataan pasien penderita polio dan CP ( central palsyj) dengan pihak dr. Soebandi FICS (ahli bedah) RSU Dr. Soebandi Jember untuk. Terutama anak usia sekolah.

b. Mengadakan penerangan kepada penderita cacat di ruang fisiotherapy RSU. Dr. Soebandi tentang:

1) Dr. Soebandi menyampaikan pentingnya latihan fisik, dan 2) Bapak Tamzun menyampaikan pentingnya latihan fisik demi

masa depan anak, dan usaha ini pun berhasil.

Pada langkah pertama latihan fisik dan pelatihan akan laksanakan dua kali kali seminggu. diantaanya hari selasa dan kamis dimulai pukul 09.00 sampai 13.00 WIB. Edukasi berlangsung dengan memakai sistem kelompok bergilir yang dilaksanakan di ruang fisiotherapy RSU Dr. Soebandi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini didasarkan pada empat permasalahan, yaitu: (1) Bagaimana program model kantin kejujuran di SMPN 7 Kota Bandung bagi pengembangan karakter jujur

Alhamdulillah, dengan ridho Allah SWT penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “ Pendidikan Karakter Religius Dan Kemandirian Pada Anak Berkebutuhan

Berdasarkan definisi istilah tersebut di atas maka yang dimaksud dengan judul penelitian strategi pengembangan budaya religius untuk membentuk karakter peserta didik adalah

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BOGA BAGI SISWA TUNAGRAHITA JENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SKh NEGERI 01 PEMBINA PANDEGLANG BANTEN

Penelitian ini dibingkai dalam topik besar implementasi metode tematik pada anak tunagrahita yang secara khusus melihat praktek pendidikan di sekolah menengah pertama

Dari hasil penelitian tahun pertama penelitian hibah bersaing yang berjudul pengembangan matiklopedia berbasis pendidikan karakter di Sekolah Menengah Pertama menunjukkan bahwa

Walaupun rasa ini sudah merupkan fitrah (naluri insani) akan tetapi perlu adanya pembiasaan. Menurut Muhammad Yahya bahwa adapun nilai karakter yang terkait erat dengan

Kata Kunci: Pengembangan, Modul, Siswa Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul teks tanggapan dengan menggunakan teknik 5W+1H Kelas IX Sekolah Menengah Pertama Pelita