• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

B. Saran

Berdasarkan pemaparan ksimpulan diatas, peneliti menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak terkait atas penyelesaian skripsi ini. Berikut saran yang akan disampaikan oleh peneliti:

1. Bagi Civitas Academia UIN K. H Achmad Siddiq Jember

Diharapkan civitas academia UIN K. H Achmad Siddiq Jember memberikan dukungan terhadap mahasiswa untuk mengoptimalkan dibidang pendidikan berkebutuhan khusus

2. Bagi Masyarakat

Peneliti berharap Masyarakat dapat menghapus stigma negatif terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) khususnya kepada siswa penyandang tunagrahita dan mampu mengubah cara pandang serta sikap masyarakat terhadap Anak berkebutuhan khusus (ABK).

3. Bagi lembaga Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jember Peneliti berharap agar pihak sekolah mengadakan kerjasama yang baiak dengan orantua dengan mengadakan pertemuan terjadwal dengan dengan orangtua agar proses pengembangan karakter kemandirian siswa dapat berjalan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Agustinofa, Danu Eka. "Memahami Metode Penelitian Kualitatif; Teori Dan Praktik". Yogyakarta: Capulis, 2015.

anathia, soraya. “Kemandirian Anak Tuna Grahita Melalui Pelatihan Keterampilan Di Slb-C Taman Pendidikan Islam Medan.” Universitas Sumatera Utara, 2018.

Anggito, Albi, dan Johan Setiawan. "Merodologi Penelitian Kualitatif".

Sukabumi: Jejak, 2018.

Anggoro, M. toha. "Materi Pokok Metode Penelitian". Jakarta: universitas terbuka, 2008.

Atmaja, Jati Rinakri. "Pendidikan Dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus".

Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2019.

Choiroh, Ummal. “Program Khusus Bina Diri Dalam Meningkatkan Kemandirian Siswa Tunagrahita Di SLBN Patrang KAB. Jember.”

Universitas Jember, 2020.

Depdiknas. "Undang-Undang No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional", 2007.

Desmita. "Psikologi Perkembangan Peserta Didik". Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014.

Jufriyanto. “Peran Pemimpin Perempuan Dalam Birokrasi Kampus IAIN Jember Periode 2019-2023.” Skripsi, IAIN Jember, 2021.

Kementrian Pendidikan dan kebudayaan. "Pedoman Pembelajaran Peserta Didik Tunagrahita Pada Satuan Pendidikan Khusus", 2017.

Khoidaroh. "Metode Kooperatif Inkuiri (Implementasi Metode Kooperatif Inkuiri Dalam Pembelajaran PAI)". Surabaya: Global Aksara press, 2021.

Koesoema, Doni. "Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global". Jakarta: Kompas Gramedia, 2011.

Moleong, Lexi J. "Metodologi Penelitian". Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya, 2004.

Nafingah, Kharidatin. “Perbedaan Kemandirian Siswa Home Schooling SD Khoirul Ummah Dan Siswa Reguler SDN Ketawanggede Malang.” UIN Maulana Malik Ibrahim, 2014.

Nur Rahmatika, Shella, dan Nur Liyana Cipta Absari. “Positif Parenting: Peran Orangtua Dalam Membangun Kemandirian Anak Tunagrahita” Vol 7 No.

2 Agustus 2020.

Penyusun, Tim. "Pedoman Penulisan Karya Ilmiah". Jember: IAIN Jember PRESS, 2020.

Putra, Doni, dan M. Hum. "Belajar Tadabur Ilmu Karakter Pada Lebah, Burung Gagak, Dan Singa". Gupedia, 2020.

Rohmati, Fita. “Bimbingan Kemandirian Berbasis Kebiasaan Bagi Siswa Tunagrahita Di SD SLB Negeri Banjanegara.” IAIN Purwokerto, 2020.

Ni’matuzahroh dan Yuni Nurhamida, Individu Berkebutuhan Khusus dan Pendidikan inklusif ". Malang; UMMPERS, 201).

Wijaya Sastra, dkk, "Kampus Merdeka dan Inovasi Pendidikan" (Banten, Desanta Muliavisitama, 2021), 96

Sobri, Mohammad. Kontribusi Kemandirian Dan Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar. Gupedia, 2020.

Solong, Aras, dan Asri Yadi. "Kajian Teori Organisasi Dan Birokrasi Dalam Pelayanan Publik". Yogyakarta: CV Budi Utama, 2021.

Sugiyono. "Metode Penelitian Kualitatif Cetakan Kedua". Bandung: Alfabeta, 2018.

———. "Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D". Bandung:

Alfabeta, 2016.

“Undang-Undang Pasal 31 Ayat 1 ‘Tiap-Tiap Warga Berhak Mendapatkan Pengajaran’. Buku Lampiran IV Pemilihan Umum 1987, Vol. 5. -

wulandari, Astri Dwi. “Study Deskriptif Tentang Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita Di Panti Sosial Bina Netra Amal Muliya Kota Bengkulu.” IAIN Bengkulu, 2021.

LAMPIRAN

Matriks Penelitian

Judul Variabel Sub Variabel Indikator Sumber Data Metode Penelitian Fokus Penelitian Pengembangan

Karakter

Kemandirian Siswa Tuna Grahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa BCD Jember

1. Pengemba ngan Karakter

a. Pengertian Pengembanga n

b. Pengertian Karakter

1. Memiliki rasa yang selalu ingin memperbaiki kebiasaan 2. Memiliki akhlak

yang baik

1. Informan

a. Kepala sekola b. Guru BK c. Guru

pendamping tunsgrahita 2. Dokumentasi 3. Kepustakaan

a. Buku b. Skripsi c. Jurnal

1. Pendekatan

penelitian: Kualitatif 2. Jenis Penelitian : Kualitatif deskriptif 3. Teknik Pengambilan

Sampling:

Purposive sampling 4. Teknik pengambilan

data:

a. Observasi b. wawancara c. Dokumentasi 5. Teknik analisis data:

1. Bagaimana metode yang digunakan oleh guru SMPLB BCD Jember dalam pengembangan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita?

2. Kemandiri an

2. Tuna Grahita

a. Pengertian Kemndirian b. Ciri ciri

kemadirian c. Upaya

pengembangan kemandirian d. Bentuk bentuk

Kemandirian e. Indikator

Kemandirian

a. Pengertian Tuna Grahita b. Jenis Jenis

Tuna Grahita c. Penyebab

terjadinya Tuna Grahita d. Hambatan

yang dialami oleh anak tunagrahita

1. memiliki rasa tanggung jawab independensi 2. kreatif dan

inovatif

1. penampilan fisik yang tidak seimbang 2. tidak dapat

mengurus diri sendiri sesuai usia 3. gerakan sering

tidak terkendali

a. Kondensasi data

b. Penyajian data c. Kesimpulan 6. Keabsahan data:

a. Triangulasi sumber b. Triangulasi

Teknik

2. Bagaimana tantangan yang dihadapi guru SMPLB BCD Jember dalam pengembangan karakter kemandirian siswa Penyandang tunagrahita?

PEDOMAN PENELITIAN

1. Pedoman observasi

No Indikator iya tidak

1. Terdapat kegiatan yang mendukung pengembangan kemandirian siswa

2. Guru mendampingi secara intens dalam pembelajaran siswa

3. Pembiasaan dalam setiap kegiatan 4. Terdapat tantangan dalam pengembangan

kemandirian

2. Pedoman wawancara a. Kepala Sekolah

1) Bagaimana sejarah berdirinya SMPLB BCD Jember?

2) Apa Visi dan Misi SMPLB BCD Jember?

3) Bagaimana kerjasama antara kepala sekolah, guru dan wali murid dalam pengembangan karakter kemandirian siswa tunagrahita?

4) Bagaimana tindakan sekolah dalam mengembangkan karakter kemandirian siswa tunagrahita?

b. Guru

1) Bagaima pran guru dalam pengembangan karakter kemandirian siswa tunagrahita?

2) Bagaimana metode guru dalam pengembangan karakter kemandirian siswa tunagrahita?

3) Adakah kegiiatan yang berhubungan dengan pengembangan karakter kemandirian siswa tunagrahita?

4) Bagaimana respon siswa dalam mengiuti kegiatan tersebut?

5) Apakah arapan guru terhadap pengembangan karakter kemandirian siswa tunagrahita?

6) Apakah tantangan yang di hadapi guru dalam melakukan pengembangan karakter kemandirian siswa tunagrahita ?

7) Bagaimana kndala yang dihadapi oleh guru dalam penembangan karakter kemandirian siswa tunagahita?

3. Pedoman dokumentasi

a. Sejarah berdirinya SMPLB BCD Kaliwates b. Data siswa SMPLB BCD Kaliwates

c. Foto kegiatan siswa penyandang tunagrahita d. Struktur SMPLB BCD Jember

e. Data Siswa SMPLB BCD Jember f. Sarana prasarana SMPLB BCD Jember

TRANKIP WAWANCARA Nama Informan : Suparwoto S.pd

Tanggal : 19 Oktober 2022

Pukul : 11. 10

Tempat Wawancara : SMPLB BCD YPAC Jember

Pelaku Materi Wawancara

Peneliti “Assalamualaikum pak tok..”

Informan “Waalaikumsalam, eh mbk neni silahkan masuk mbk”

Peneliti “ Hehe nggeh pak, trimakasi”

Informan “gimana gimana?”

Peneliti “Sebelumnya mohon maaf mengganggu waktunya pak. Saya ingin wawancara bapak untuk tugas akhir di kampus”

Informan “Oh ya gapapa monggo”

Peneliti “Nggeh Trimakasi pak. Saya ingin menanyakan tentang sejarah SMPLB YPAC Jember ini, Apakah adanya bersamaan dengan adanya YPAC atau pripun nggeh?”

Informan “Oo ya. Kalok untuk sejarahnya YPAC nanti bisa minta ke pak Vian, semua data ada di situ. Kalok untuk sejarah SMP itu sendiri kan terkait dengan keberadaan asrama, kalok asramanya ada otomatis ada SMPnya, lembaganya juga ada, cumak kan waktu itu masi jadi satu, jadi satu di SD sebelah itu, beberapa tahun kemudian dapat beberapa tahun pisah sendiri sendiri itu.

SD, SMP, SMA sendiri sendiri. Terkait dengan itu akhirnya kan punya wewenang masing masing, sehingga ada sekolah SD, SMP, SMA, jadi setiap jenjang itu ada kepala sekolahnya, nah

kalo dulu itu ingklut jadi satu. Satu kepala sekolah. Jadi enak, untuk administrasinya itu juga enak dan kendala kendala yang ada di sekolah itu juga ndak ada. Karna apa, kalo kita tiga kepala sekolah gini kan satu harus ada koordinator. Memang ada koordinator cumak kan kadang ndak singkron gitu lo, akhirnya kan kesana. Program program pun kan akhirnya ndak bisa jalan tapi kalo satu kepala sekolah kan enak. Satu wadah, satu program sehingga insyaallah akan jalan. Jadi dulu itu gabung jadi satu dengan SD sana jadi ngga ada istilahnya SD, SMP, SMA langsung SLB gitu.”

Peneliti “Mmm nggeh, Trus pak Tema skripsinya Neni kan tentang pengembangan karakter kemandiran khususnya siswa tunagrahita. Visi SMPLB ini kan Terwujudnya anak berkebutuhan khusus yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, terampil dan berprestasi. Nah, kalo untuk kegiatan atau ekstra kurikuler yang menunjang untuk pengembangan karakter kemandirian khususnya siswa tunagrahita apa aja pak?”

Informan “Kalo ketrampilan untuk anak tunagrahita itu ya. Tuna grahita itukan terbagi menjadi dua, Tuna grahita yang mampu didik dan tuna grahita yang mampu latih. Kalo yang mampu didik itu kan bisa di kembangkan kemampuannya. Jadi sisa sisa kemampuannya itu mereka bisa di ajak dan itupun menyesuaikan kondisi anak.kalok kondisi anak itu sedang capek otomatis dalam pembelajaran itu ndak akan bisa berlanjut, otomatis kan anaknya ada kendala apa, apa males malesan, apa apa ngganggu temannya, atau keluar itu pasti sudah. Karna apa, karna sudah jenuh, kan mesti capek. Kalok anak anak yang mampu latih kan otomatis kan hanya dilatih aja, kayak udin itu kan mampu latih anaknya, untuk nulis aja kan susah, jadi hanya sekedar menebali

aja. Nah itukan latian itu, dilatih agar anak itu bisa tau huruf. Oo huruf A itu itu gini, angka satu ini gini gitu. Dan berikutnya kan diberi keterampilan yang nantinya anak tunagrahita hususnya anak yang mampu latih itu kan biar bisa mandiri. Bisa merawat diri, contohnya ya kayak mandi sendiri, gosok gigi, pakk baju itu kan bina diri jugak. Nah dalam pembelajaran binadiri ini pun kadang kadang mengancing baju itu mengalami kesulitan dari otot motorik tangannya mengalami kekakuan atau gimana itu kan kadang kadang mengalami gangguan. Jadi itu, jadi untuk pengembangan masalah keterampilan itu sendiri kita menyesuaikan kondisi anak. Mampunya apa gitu, misalnya kayak ayu itu, ayu itu kan mampu latih to. Ndak bisa di paksa untuk mampu didik nggak bisa karna apa. Huruf H aja masi nebali trus tunjuk lagi tanya ini huruf apa lupa wes. Akhirnya kan harus di beri keterampilan kaya apa merawat diri, apa nyemir sepatu, keterampilannya disana. Ya kaya keterampilan nyemir sepatu itukan untuk anak anak tuna grahita yang sejenis kaya ayu kan masi bisa.”

Peneliti “Oo nggeh, berati lebih utama agar anak ini bisa melakukan kayak kebersihan dirinya gitu nggeh”

Informan “ Iya lebih utama kesana, cumak ya ga hanya di kebersihan dirinya saja karna kan istilahnya dirumah juga dibiasakan seperti itu kan. Aa.. paling ndak anak itu bisa mandiri. Mandiri dalam artian itu tidak merepotkan orang lain kayak orangtua, kakak, adek atau pun lingkungan sekitar. Jadi harapannya kesana dengan keterampilan binadiri itu.”

Peneliti “Mm nggeh nggeh... ee.. ada nggal si pak kerjasama antara kepala sekolah, guru dan orangtua dalam mengembangkan karakter kemandirian anak tunagrahita?”

Informan “Kalo sebenarnya kalo dari stakehorder kaya termasuk guru, orangtua, masyarakat sebenernya ada. Cumak dari pihak orangtuanya sendiri kan kadang anu kurang gimana ya. Kurang memahami. Misalnya kan pembelajaran disekolah kan seperti ini, untuk pembelajaran keterampilan itu seperti ini, nah kadang di rumah ndak dilanjutkan . kan kendalanya disana. Jadi antara orangtua dan guru itu kadanmg kadang misskomunikasi.

Masalahnya disana kan tujuannya itukan antara orangtua dan guru itukan sejalan. Dengan sejalan itukan enak agar program berjalan dengan lancar. Harapannya kesana.jadi kerjasama antara stikholder walimurid, komite, sudah masuk kesitu ,mbk. Cuman ya gitu ya. Namanya walimurid kan mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kalo sudah anaknya belajar di sekolah. Misalnya kaya nebeli huruf A nanti itu kadang kalo ada PR dirumah nggak dikerjakan, nggak di tindak lanjuti. Di biarkan wes sinau dewe wes, setangkan orangtua sibuk dengan HP atau kebutuhan sendiri. Yaitu repotnya.”

Peneliti “Oo nggeh... saya juga pernah denger kalo ada orangtua yang lebih menuntut kesekolahnya gitu pak”

Informan “ Ya ada gitu itu mbk. Padal molai awal masuk itu sudah saya sampaikan. Bu anak samean itu gini gini gini. Jadi terkait dengan pembelajaran disekolah. Kalo kita banyak menuntut dengan kondisi yang seperti ini, takutnya anaknya ndak mampu. Nah ini nanti kan beban sama anaknya sendiri. Kalo orangtua seperti itu banyak sebenernya mbk dan itu nggak hanya di SLB aja, di sekolah umum juga banyak menuntut. Kadangkan dari orangtua sendiri kan nggak paham dengan kondisi anaknya seperti apa.

Tapi kalo anak tunagrahita ringan mampu latih itu kan sebenarnya kalo sudah disekolah diajari ini ini ndak bisa kan

sebenarekan kita hanya butuh sosialisasi aja, tau namany, cara bergaul, punya etika sesama temen. Itu aja kan sudah gimana ya sudah mencukupilah untuk kita hidup bersosialisasi dimasyarakat itu. Intinya kan hidup di masyarakat kan itu. Itu tujuannya kesana”

Peneliti “ Nggeh nggeh. Cukup itu si pak yang ingin saya tanyakan.

Terimaksi dan Mohon maaf mengganggu waktunya.

Assalamualaikum .”

Informan.. “Oo iya sama sama.. Wassalamualaikum”

Nama Informan : Aridil Mardiana Nafi’ah S.pd Tanggal : 10 Oktober 2022

Pukul : 10.45

Tempat Wawancara : SMPLB BCD YPAC Jember

Pelaku Materi Wawancara

Peneliti “Assalamualaikum bu”

Informan “Ooh Mbk neni, Waalaikumsalam mbk.. Monggo Masuk”

Peneliti “Hehe nggeh, Trimakasi bu. Jadi gini bu, saya ingin wawaancara terkait tugas akhir di kampus. Tentang

Pengembangan Karakter Kemandirian siswa tunagrahita yang ada di sini”

Informan “ Oo iya silahkan”

Peneliti “Izin saya rekam nggeh bu..hehe”

Informan ‘Di Rekam? Ooh iya iya boleh”

Peneliti “Bu Nana disini wali kelas bu?

Informan “Kalo disini bukan kelas mbk, soalnyadisini itu anu diambil misal udin kelas tiga ya. Mm gimana ya, disini itu diambil yang ketunaannya. Kaya Cnya sama gitu. Kalo yang Cnya Ringan banget itu di Pak Zain, kalo kaya hasbi yang agak berat disini,tapi kalo ada bu katrin saya bagian yang agak berat kalo yang berat di bu katrin. Sebenarnya kelasnya nggak sama ada yang kelas dua ada yang kelas satu cuman kita nggak lebih kesitu. Kita lebih ke yang sama tingkatan Cnya.

Soalnya kasian kalo yang bisa di campur sama yang nggak bisa itu kasian. Dulu aisyah itu kan bisa, nah tak taruk di pak zain tap wali kelas tetep saya, kan disana ada farhan dulu.

Kan hampire sama mbk. Cuman dia diam gitu. Kalo di SLB gitu memang apalagi kita disini. Tap sebenernya idealnya si satu murid satu guru cuman karna kurang jadi ya gitu. Kalo di umum kan IQnya rata rata sama ya.. kalo Slb? Gimana? Kan ndk sama. Kaya satunya bisa baca yang satunya ndak bisa satunya bisa menebalkan. Harusnya RPPnya satu anak satutapi kan nggak mungkin habis buaat bikin modul nanti.

hehehe”

Peneliti “hehe nggeh. Trus buk kegiatan yang mndukung kemandirian siswa itu disini apa bu yang bersifdat mengembangkan karakter kemandiriannya?”

Informan “Ya kembali lagi ya mbk kalo anak SLB kan Kembali ke anaknya. Yang penting dia di bina dirinya kalo tunagrahita bisa ngancingi bajunya sendiri, nyetrika sendiri itu sudah cukup. Nah kaya meriasdiri, sisiran itu nggak semua bisa loh mbk. Itu fokus kita kalo yang berat disitu. Kalo yang ringan

palingg nggak iso masaklah. Kalo di rumah mungkin dia manja ya kalo disini paling nggak iso nggoreng lah, masak air lah gitu. Kita nggak target macem macem. Kalo hanya di pelajaran pelajaran kan juga kita nggak ada target kesana.

Apa ya.. dari dasarnya misalnya kayak tulisan gitu. Masak kita mau menerangkan kayak anak umum sing gamblang ngunu kan nggak mungkin.kalo anak tunagrahita kan kayak lebih ke di ulang di ulang gitu. Mangkanya coba njenengan liat film film yang tentang anak anak tunagrahita itu kan selalu misale dia bikin roti ya orangtuanya bikin roti terus roti terus kalok anak tunagrahita kan gitu pengulangan.sama merias diri juga gitu di ulang ulang. Kalo satu hari tok di omongi nek arek normalkan langsung oiya aku bisa, lk arek tunagrahita ndak bisa. Ya intinya kalo tuna grahita itu lebih ke pembiasaan, ntah itu pelajaran, binadiri, kaya hafalan itukan setiap hari diulang ulang. Kemarin kan sudah di terangkan sama bu guru. Lupa bu gitu mesti jawabnya. Karna ya gitu. Kita aja kadang lupa apalagi mereka gitu. Saya sedini ya yang sudah sepuluh tahun ngajar disini itu mbk, lebih banyak bersyukurnya. Betul itu. Soalnya kita kan punya anak

Peneliti “nggeh bu, trus untuk respon siswa kalo di ajak berkegiatan munkin seperti bina diri atau hal lain yang berkaitan dengan kemandirian itu gimana bu?”

Informan “Na itu, kalo anak tuna grahita kan tergantung mood ya mbak ya. Sebenarnya kalo merdeka belajar itukan sebenarnya anu, apa, tergantung gurunya sebenere. Kalo anaknya minta nyanyi ya wes nyanyi gitu seng penting berani. Nanti itu di masukkan. Trus di ajari secara langsung mungkin kaya pas

angop di ajari ditutup ya. Gitu. Itukan termasuk belajaran mbk. Kelihatannya remeh ya..tapi ituk ngefek lo. Dulu saya awal awal juga sempet ngeluh lo. Kok gak iso iso se ark iki , di ajari nge ga iso, ngene gak iso itu bikin gurune stres dewe.tapi lama lama ngerti selahe. Jangan terlalu disuru kayak anak umum itu ndak bisa. Trus disini mbk ya kalo pagi itu ada duha, itu kan pembiasaan. Solat itu kan pembiasaan, karna kalo di rumah itukan orangtuanya macem macem. Dan masi banyak lo anak anak itu yang ngga disekolahkan, di rumah cuman nonton tv kan kasian. Paling nggak kan disini sosialisasinya, trus dia PD gitu. Tapi banyak orang gengsi si masuk di SLB”

Peneliti “trus harapan dengan adanya kegiatan yang di ulang ulang itu apa bu, kalo dari bu nana sendiri?”

Informan “ Ya yang jelas kalo kita paling nggak anaknya bisa mandi sendiri dan tidak terlalu bergantung sama orang lain gitu mbk.

Ya kita nggak muluk muluk si untuk targetnya. Karna anak nggak selamanya sama orang tua. Kalo pelajaran si kita nggak terlalu ini si ,mbk. Soalnya anak bisa mbedakan a sama b aja uda bagus kalo anak Cyang berat. Kalo untuk anak

tunarunguwicara sama tunadaksa bedalagi ya hehehe”

Peneliti “Mm.. nggeh... itu aja si bu yang mau saya tanyakan..

terimakasih waktunya, mohon maaf mengganggu bu.

Assalamualaikum”

Informan “Oalah ya nggak papa mbk, nggeh sami sami waalaikumsalam”

Nama Informan : Moh. Zainuri Rofi’i S.pd Tanggal : 27 Oktober 2022

Pukul : 09.45

Tempat Wawancara : SMPLB BCD YPAC Jember

Pelaku Materi Wawancara

Peneliti “ Assalamualaikum..”

Informan “Waalaikumsalam.. mbk Neni yang chat saya tadi ya? Monggo nonggo”

Peneliti “Iya pak hehe.. Terimakasi. Sebelumnya Mohon maaf mengganggu waktunya pak.”

Informan “ Oo ya ndak papa.”

Peneliti “mm menurut pak zain peran guru terhadap pengembangan karakter kemandirian khususnya siswa tunagrahita itu gimana pak?”

Informan “yang jelas kan kalo tunagrahita itu kan, bagaimana dia bisa mandirikan jadi lebih di tekankan pada ADLnya, bagaimana dia bisa mandi sendiri, terus kemudian bisa pakek baju sendiri.

Aa kalo memang dia bisa di optimalkan ya terkait dengan vokasinya ya mungkin pekerjaan pekerjaan yang sifatnya sederhana, misalnya kayak ofice boy itukan sederhana kan, kaya nyapu dan ngantarkan minuman kan sifatnya tidak, tidak perlu hal yang rumit.karna mereka ya keterbatasan intelektualnya kan gitu.

Peneliti “Oo iya, trus pak ada nggak si strategi khusus yang dilakukan oleh guru khususnya pak Zain sebagai guru SLB khususnya untuk siswa tunagrahita ini?”

Informan “ Ya kalok yang di tmpat saya itu, mereka terutama kalo untuk tunagrahita itu mereka Pdnya kurang ya.kemudian ke dua dsia selalu minta di bantu jadi sekali kali kita harus kasi kepercayaan untuk dia brtanggunjawab, kaya coba ini kerjakan ketika dia bisa mengerjakan maka kita kasi reward gitu. Itu mungkin bisa membuat dia PD. Contohnya kemaren dia nari di RRI. Pertama tampil dia grogi ya, tapi karna kemarin ini sudah yang ketiga ya dan diantara teman temannya dia dianggap paling gede jadi ya PD. Selain itu kita ya menguatkan mentalnya, kita intinya nantinya dia bisa. Kalo disini dulu itu tunagrahita ada namanya Gusti itu dulu disini jadi office boy jadi bersih bersih, kemudian diajarkan cara mengantarkan makanan gitu bisa dia jadi kita berikan kepercayaan sehingga dia bisa gitu.”

Peneliti “Oo nggeh.. ee..ada gasi pak kegiatan disinini itu yang memfasilitasi dia untuk pengembangan karakter kemandirian?

Informan “Ya mungkin ini ya kita kan ada piket kelas, trus kemudian kita berikan tanggungjawab misalnya dia..ee.. pendidikan karakter ya? Disini ada solat duha dan duhur kita lakukan jamaah.”

Peneliti “mm nggeh nggeh.. trus ada target nggaksi kaya mungkin nanti anaknya harapannya bisa apa gitu?”

Informan “Yang jelas gini ya.. yang jelas bagaimana nanti setelah dia lulus sekolah dia bisa mandiri, terus dia apa yaa... dia bisa melakukan apa yang bisa dilakukan dirumah. Misal dia bisa bantu orangtua. Kaya orangtuanya jualan, bantu di jualan orangtuanya itu sudah bagus ya. Trus mungkin kita sering libatkan di pelatihan pelatihan ketrampilan kaya jahit apa gitu.

Mungkin dia ini ya.. tapi minimal ada yang masuk gitu,

Dokumen terkait