• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

B. Penyajian Data dan Analisis

Selain itu kita ya menguatkan mentalnya, kita intinya nantinya dia bisa. Kalo disini dulu itu tunagrahita ada namanya Gusti itu dulu disini jadi office boy jadi bersih bersih, kemudian diajarkan cara mengantarkan makanan gitu bisa dia jadi kita berikan kepercayaan sehingga dia bisa gitu.”32

Selain itu Bapak Giyanto selaku guru BK juga memaparkan:

“.. kalo anak tunagrahita gimana dia mampu nggak gitu.di tataboga misalnya nah dia mampunya dimana, misalnya dia masih mampunya dalam tahap belum bisa masak secara utuh la ya atau dia bisanya hanya memotong atau apa gitu lah ya, yaitu diajari disitu. Kemandiriannya kan disitu. Trus yang kedua juga di istilahnya di terapinya, terapinya ya kalo anak tunagrahita kan di bina diri itu.bina diri itu ngurus dirinya sendiri ntah itu mandi, sikat gigi, trus bisa makek baju kan gitu. Nah dari situ. Kita kalo anak anak disini ya peran guru itu ya mendampingi supaya anak ini bisa sampai madiri sungguh kan gitu.soalnya nanti kalo ndak di dampingi selalu ya sulit mbk. Gitu”

Dari beberapa penjelasan yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa metode yang dilakukan dalam pengembangan karakter kemandirian siswa tunagrahita di SMPLB BCD Jember adalah metode student centered yang dilakukan dengan proses memberikan pendampingan karena siswa penyandang tunagrahita yang memiliki tingkat percayadiri rendah. Setelah melakukan pendampingan. Guru memberikan kepercayaan kepada siswa penyandang tunagrahita untuk bertangungjawab dalam melakukan sesuatu, agar siswa dapat dapat percaya diri sehingga terbentuknya karakter mandiri.33

Adapun kegiatan yang mendukung pengembangan karakter kemandirian siswa tunagrahita di SMPLB BCD Jember yang dipaparkan oleh Bapak Suparwoto sebagai berikut:

32 Moh Zaenuri Rofi’i, wawancara (27 oktober 2022)

33 Moh Zaenuri Rofi’i, wawancara (27 oktober 2022)

“Kalo ketrampilan untuk anak tunagrahita itu ya. Tuna grahita itukan terbagi menjadi dua, Tuna grahita yang mampu didik dan tuna grahita yang mampu latih. Kalo yang mampu didik itu kan bisa di kembangkan kemampuannya. Jadi sisa sisa kemampuannya itu mereka bisa di ajak dan itupun menyesuaikan kondisi anak.kalok kondisi anak itu sedang capek otomatis dalam pembelajaran itu ndak akan bisa berlanjut, otomatis kan anaknya ada kendala apa, apa males malesan, apa apa ngganggu temannya, atau keluar itu pasti sudah. Karna apa, karna sudah jenuh, kan mesti capek. Kalok anak anak yang mampu latih kan otomatis kan hanya dilatih aja, kayak udin itu kan mampu latih anaknya, untuk nulis aja kan susah, jadi hanya sekedar menebali aja. Nah itukan latian itu, dilatih agar anak itu bisa tau huruf. Oo huruf A itu itu gini, angka satu ini gini gitu. Dan berikutnya kan diberi keterampilan yang nantinya anak tunagrahita hususnya anak yang mampu latih itu kan biar bisa mandiri. Bisa merawat diri, contohnya ya kayak mandi sendiri, gosok gigi, pakk baju itu kan bina diri jugak. Nah dalam pembelajaran binadiri ini pun kadang kadang mengancing baju itu mengalami kesulitan dari otot motorik tangannya mengalami kekakuan atau gimana itu kan kadang kadang mengalami gangguan. Jadi itu, jadi untuk pengembangan masalah keterampilan itu sendiri kita menyesuaikan kondisi anak. Mampunya apa gitu, misalnya kayak ayu itu, ayu itu kan mampu latih to. Ndak bisa di paksa untuk mampu didik nggak bisa karna apa. Huruf H aja masi nebali trus tunjuk lagi tanya ini huruf apa lupa wes. Akhirnya kan harus di beri keterampilan kaya apa merawat diri, apa nyemir sepatu, keterampilannya disana. Ya kaya keterampilan nyemir sepatu itukan untuk anak anak tuna grahita yang sejenis kaya ayu kan masi bisa.”34

Hal serupa juga di jelaskan oleh Bu Nana selaku guru pendamping peserta didik penyandang tunagrahita berat:

“Ya kembali lagi ya mbk kalo anak SLB kan Kembali ke anaknya.

Yang penting dia di bina dirinya kalo tunagrahita bisa ngancingi bajunya sendiri, nyetrika sendiri itu sudah cukup. Nah kaya meriasdiri, sisiran itu nggak semua bisa loh mbk. Itu fokus kita kalo yang berat disitu. Kalo yang ringan palingg nggak iso masaklah. Kalo di rumah mungkin dia manja ya kalo disini paling nggak iso nggoreng lah, masak air lah gitu. Kita nggak target macem macem. Kalo hanya di pelajaran pelajaran kan juga kita nggak ada target kesana. Apa ya.. dari dasarnya misalnya kayak tulisan gitu. Masak kita mau menerangkan kayak anak umum sing gamblang ngunu kan nggak mungkin.kalo anak tunagrahita kan

34 Suparwoto, Wawancara (17 oktober 22)

kayak lebih ke di ulang di ulang gitu. Mangkanya coba njenengan liat film film yang tentang anak anak tunagrahita itu kan selalu misale dia bikin roti ya orangtuanya bikin roti terus roti terus kalok anak tunagrahita kan gitu pengulangan.sama merias diri juga gitu di ulang ulang. Kalo satu hari tok di omongi nek arek normalkan langsung oiya aku bisa, lk arek tunagrahita ndak bisa. Ya intinya kalo tuna grahita itu lebih ke pembiasaan, ntah itu pelajaran, binadiri, kaya hafalan itukan setiap hari diulang ulang. Kemarin kan sudah di terangkan sama bu guru. Lupa bu gitu mesti jawabnya. Karna ya gitu. Kita aja kadang lupa apalagi mereka gitu.

Saya sedini ya yang sudah sepuluh tahun ngajar disini itu mbk, lebih banyak bersyukurnya. Betul itu. Soalnya kita kan punya anak”35

Selain itu Bu Katrin juga menjelaskan tentang kegiatan yang mendukung pengembangan karakter kemandirian siswa tunagrahita di SMPLB BCD Jember:

“Kalok disini itu ya mbak, ada program khusus kan termasuk kayak ndek jadwal pembelajaran jadi setiap minggu itu ada macem macem si. Kalo tunagrahita itu kaya bina diri, jadi kalo bina diri itu kan kaya nyuci baju sendiri yo praktek gitu mbak. Praktek nyuci baju, terus ada yang semir sepatu terus berdandan merias diri.

Kayak kalo anak cewek itu kayak pakek kerudung, pakek bedak terus toilet trening belajar kekamar mandi sendiri, kan jarang yang bisa kaya gitu terutama anak yang C berat. Contohnya itu ya kayak gitu gitu...”36

Hasil dari pemaparan beberapa guru tentang bahwa kegiatan yang dilakukan sekolah dalam pengembangan karakter kemandirian siswa tunagrahita diantaranya yaitu memiliki program khusus setiap minggunya ada toilet training seperti pelajaran tentang bagaimana cara mandi, gosok gigi, cuci baju. Ada juga merias diri seperti bagaimana cara memakai jilbab untuk yang cewek, menyisir rambur, mengancing baju dan memakai bedak. Ada juga tataboga seperti bagaimana cara

35 Aridil Mardiana, Wawancara (20 Oktober 2022)

36 Katriana Yulianti, wawancara(28 oktober 20220

memasak, memotong, dan menyuci piring. Ada juga solat duha berjamaah setiap pagi dan jamaah solat duhur sebelum pulang dan masih banyak lagi kegiatan untuk siswa tuna grahita mampu didik.

Adapun untuk siswa tuna grahita mampu latih kegiatannya adalah menebalkan huruf dan angka, serta mewarnai gambar yang disediakan oleh sekolah. Segala kegiatan yang ada tetap kembali pada kondisi siswa.

Gambar 4.1 (Kegiatan Siswa Tuna Grahita)

Tabel 4.3

Penerapan pengembangan karakter kemandirian di SMPLB BCD Jember

No Karakter yang ditanamkan Bentuk Penerapan

1. Norma Agama Melaksanakan solat dhuha

berjamaah setiap hari, membaca doa dan surat surat pendek sebelum melaksanakan pembelajaran, melaksanakan sholat duhur berjamaah

2. Hukum Melaksanakan piket sesuai jadwal

yang sudah ditentukan, siswa tidak boleh mencuri, siswa harus mengikuti solat duha dan duhur berjamaah

3. Tata Krama Berjabat tangan ketika datang dan pulang sekolah kepada guru, menutup mulut ketika menguap, mengucap salam ketika masuk dan meninggalkan kelas

4. Budaya Memperingati hari besar (hari

kartini, hari Ibu, Maulid Nabi), ekstra kurikuler kesenian.

Adapun respon siswa tunagrahita saat pelaksanaan praktek pengembangan Karakter kemandirian dijelaskan oleh Pak Zain:

“Ya untuk awal mreka berat ya, tapi ketika itu sudah menjadi kebiasaan, jadi ya sudah menjadi kenbiasaan mereka gitu. Sekolah kan sifatnya membiasakan jadi ketika nanti dia sudah terjun di masyarakat dia sudah menjadi kebiasaan mereka gitu”37

Bu Nana selaku guru pendamping siswa tunagrahita berat juga menjelaskan bahwa:

“Na itu, kalo anak tuna grahita kan tergantung mood ya mbak ya..

Kalo anaknya minta nyanyi ya wes nyanyi gitu seng penting berani.

Trus di ajari secara langsung mungkin kaya pas angop di ajari ditutup ya. Gitu. Itukan termasuk belajaran mbk. Kelihatannya remeh ya..tapi ituk ngefek lo. Jangan terlalu disuru kayak anak umum itu ndak bisa. Trus disini mbk ya kalo pagi itu ada duha, itu kan pembiasaan. Solat itu kan pembiasaan...”38

Hasil pemaparan diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa, respon siswa tunagrahita pada saat melaksanakan kegiatan tergantung pada kondisi hatinya dan tidak bisa di paksa. Namun ketika kegiatan itu dilakukan berulang kali dan menjadi kebiasaan anak penyandang tunagrahita ini akan enjoy melakukannya.

2. Tantangan yang dihadapi oleh guru Sekolah MPLB BCD Jember dalam pengembangan karakter kemandirian siswa penyandang tunagrahita

37 Moh Zaenuri Rofi’i, wawancara (27 oktober 2022)

38 Aridil Mardiana, Wawancara (20 Oktober 2022)

Bu Katrin selaku guru pendamping tunagrahita ringan memaparkan tentang tantangan yang dihadapi ketika melakukan pengembangan karakter kemandirian terhadap siswa penyandang tuna grahita:

“Ee.. Telaten... soalnya mereka kan nggak cuman seklali dua kali diajari langsung bisa. Soale yo ngunu kadang anaknya gak mood kan.gampang berubah gitu moodnya itu. Kadang lek seng seneng yo seneng. Kadang ada yang mau sekolah terus, kadang yo ada yang saampek dua minggu nggak sekolah kan gitu ,mbk”39

Selain itu guru BK (Pak Giyanto) juga memaparkan bahwa:

“... Harus sabar si mbk...anak tuna grahita itu anu maunya sendiri.

Hampir sama dengan anak autis.jadi kalok anak itu sudah nggak mau. Ya sudah jangan di paksa. Bagaimanapun dia nggak akan mau.

Jadi dia harus pas dengan suasana hatinya, suasananya enjoy itu baru dia mau. Kan satu mereka itu gampang lelah, trus gampang bosenan itu loh jadi meskipun kita memberikan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan itu tetep aja ada steatmen sendiri jadi dia saya rayu gini trus senang gitu? Ya endak. Jadi ya gitu harus menyesuaikan suasana hatinya gitu. Ya tantangannya sebenernya disitu juga gitu lo. Kalo anak B, anak D kan enak bisa dirayu gitu. Tapi kalo anak C ndak mau meskipun alasan saya apapun nggak mau.”40

Hasil pemaparan dari Bu Katrin dan Pak Giyanto di atas dapat disimpulkan bahwa tantantangan yang di hadapi saat melakukan pengembangan karakter kemandirian pada anak tunagrahita adalah ketelatenan dan kesabaran dalam melakukan pendampingan terhadap anak tunagrahita karena pada dasarnya anak tunagrahita memiliki karakteristik yang berbeda dari anak normal pada umumnya.

Adapun harapan guru terhadap karakter kemandirian siswa tunagrahita ini di jelaskan oleh Pak Giyanto selaku guru BK:

“Kalau harapan saya si ya tinggi mbk, sebab sekarang istilahnya tunagrahita itu hanya mampunya ya seperti itu lah ya. Mampunya itu ngga sampe kaya anak normal, dia sendiri sudah bisa mandi, sudak

39 Katriana Yulianti, wawancara(28 oktober 2022)

40 Giyanto, wawancara(28 oktober 2022)

bisa ngurus dirinya sendiri, bisa mencuci bajunya sendiri aja itu sudah hebat gitu. Masak pun itu mungkin ya yang sederhana sederhana lah gitu. Itupun tuna grahita atau C yang ringan, tapi kalo yang C1 ya sulit sekali. Memang harapan saya ya mulai dulu beban mental saya itu ya cuman untuk anak anak tunagrahita. Karna anak anak tunagrahita ini dari pemerintah ini kurang tercakup gitu.

Dibandingkan dengan anak anak tunadaksa, tunawicara kan gitu.

Kalau anak anak yang D banyak mbk. Vokasional kayak gitu banyak mbk. Kayak anak D, dikementrian ada kalo hanya untuk IT untuk ini ada. Ada tempatnya kita tinggal ngirim aja. Anak B juga da yang seperti itu. Tapi kalo untuk anak tunagrahita? Jarang dan belum ada sekali pemerintah pun nyentuh sulit. Kecuali kalo di luar, di luar negri mungkin sudah. Sana punya kenalan itu disana dia pekerja sosial dari sini ee.. ndampingi anak anak tunagrahita yang disana di Jerman kalo ndak salah. Lah itu dia (anak tunagrahita) kerjanya sebagai ngeplong kereta api itu apa tiket kereta api itu kan kalo disini kan orang normal kan. Kalo disana orang tunagrahitaitu. Kerjanya kan hanya itu aja karna kankebiasaannya, sudah diajari ngeplong itu la gitu aja sudah itu di bayar oleh pemerintah kalo kita kan belum ada yang nbormal aja hehehe..”41

Kendala serupa di jelaskan juga oleh Pak Zain Selaku guru pendamping tunagrahita ringan:

“Oo iya. Kalau kita si kepinginnya ya murid yang dari sini itu bekerja semua, tapi ya kendalanya lapangan pekerjaan belum bisa menerima disabilitas khususnya yang intelektual ya karna selama ini yang masi bisa itu disabilitas tuli dan disabilitas daksa gitu. Sebenarnya kalo untuk anak disabilitas ini bisa di pekerjaan pekerjaan yang tidak rumit seperti cuci mobil, office boy gitu gitu”42

Selain hal tersebut Bapak Suparwoto selaku kepala sekolah juga memaparkan bahwa:

“... stakehorder kaya termasuk guru, orangtua, masyarakat sebenernya ada. Cumak dari pihak orangtuanya sendiri kan kadang anu kurang gimana ya. Kurang memahami. Misalnya kan pembelajaran disekolah kan seperti ini, untuk pembelajaran keterampilan itu seperti ini, nah kadang di rumah ndak dilanjutkan . kan kendalanya disana. Jadi antara orangtua dan guru itu kadanmg kadang misskomunikasi. Masalahnya disana kan tujuannya itukan antara orangtua dan guru itukan sejalan. Dengan sejalan itukan enak agar program berjalan dengan lancar. Harapannya kesana.jadi

41 Giyanto, wawancara(28 oktober 2022)

42 Moh Zaenuri Rofi’i, wawancara (27 oktober 2022)

kerjasama antara stikholder walimurid, komite, sudah masuk kesitu ,mbk. Cuman ya gitu ya. Namanya walimurid kan mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kalo sudah anaknya belajar di sekolah.

Misalnya kaya nebeli huruf A nanti itu kadang kalo ada PR dirumah nggak dikerjakan, nggak di tindak lanjuti. Di biarkan wes sinau dewe wes, setangkan orangtua sibuk dengan HP atau kebutuhan sendiri.

Yaitu repotnya.”

Bu Katrine selaku salah satu pendamping tuna grahita juga memaparkan tentang adanya pertemuan antar guru dan wali murid di SMPLB BCD Jember,

“ mm.. Ya ada si mbk. Tapi gimana ya namanya kan orang tua ya.. wong kita lo.. kadang ada orangrang tua yang protektifnya berlebihan itu ke kamarmandi dianterin gurunya aja lo ndak boleh.

Ada yang seperti itu. Jadikan yo opo yo kita kan sebatas guru ya ga bisa ini ya, ya nggak bisa. Ada kemarin itu gini ya siswa downsyndrome berat nggak bisa ngomong ya. Jadi kita ga tau dia mau apa, bedanya mau pipis sama BAB kita ndak tau jadi sampek pipis di celana gitu. Gek orang tuanya gak ngonfirmasi ke guru, harusnya kan sebelumnya atau di kasi..emm kalo disini itukan kalo C yang agak berat itu kan ada perawatnya yang jaga gitu, jadi kan ga sepenuhnya guru mbk. Kalok ini tu full gitu anaknya mau perhatian terus gamau ditinggal gitu lo. Jadi ibuknya itu pasrah gitu lo. Jadi sisini itu kayak penitipan gitu lo. Sampe jam 12,00 itu lo belum di jemput yo yo opo yo gurune enek acara disini pas rapat apa gimana gitu dulu. Kan kasian anaknya. Untungnya ada wali muriid yang ini sama sama nunggu gitu. Gitu itu yo mbalek lagi si peran orangtua jugak berpengaruh banget.”

Bu Katerin menambahkan bahwa,

“Kan percuma kalo di sekolahdiajari cuman dirumah nggak di praktekkan dalam kehidupan sehari hari kan jadi anak e kan gak terbiasa. Jadikan opo yo merekan kan malah nggak mandiri mandiri kan akhirnya kalo di anu terus. Soalnya iya kalok orangtuanya selama ada ya khususnya untuk tunagrahita kalo umpama di tinggal duluan sama orangtuanya yoopo kan kasian.”

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa harapan dari guru sangatlah besar untuk kemandirian siswa tunagrahita mulai dari kemandirian emosional, kemandirian prilaku dan kemandirian nilai.

Namun, ada beberapa faktor penghambat dalam pengembangan

kemandirian siswa penyandang tunagrahita diantaranya fisik atau penampilan yang memiliki kelemahan kematangan motorik yang lambat dan koordinasi gerak yang kurang, intelektual dibawah rata-rata, serta lemahnya sosial dan emosional yang dimiliki oleh siswa penyandang tunagrahita. Selain itu dalam karirnya, siswa penynadang grahita ini masi kurang di perhatikan oleh pemerintah sehingga belum pernah ada pelatihan karir seperti disabilitas lainnya dan bahkan belum ada perusahaan yang bisa mempekerjakan penyandang tunagrahita di indonesia.

Dokumen terkait