Kereta itu tidak terlalu besar, hanya cukup untuk menampung 4 orang penumpang. Kuda-kuda yang menarik kereta itu sangat terlatih, walaupun kereta sedang berjalan di atas jalan berlumpur, kedudukannya tetap sangat stabil. Ma XiuZheng dan Shi XiuYun duduk di satu jok, sedangkan Sun XiuQing dan Yie XiuZhu duduk di hadapan mereka.
Kereta itu telah menempuh perjalanan yang panjang, Shi XiuYun tiba-tiba melihat semua orang menatapnya. Ia pura-pura tidak tahu, tapi akhirnya tak tahan untuk tidak mencibirkan bibirnya dan menantang semua orang.
“Mengapa kalian semua menatapku? Apakah sebatang bunga tiba-tiba tumbuh di wajahku?” “Bahkan jika sebatang bunga tumbuh di wajahmu,” Sun XiuQing tertawa dan menjawab, “tentu bunga itu telah dipetik orang.” Matanya besar dan bibirnya tipis, jelas ia adalah seorang gadis yang tak pernah menahan diri bila mengejek seseorang. Ia tidak membiarkan Shi XiuYun menjawab sebelum melanjutkan. “Hal yang aneh adalah, gadis ini selalu mengatakan bahwa bunga apa pun tidak sebaik sayur-sayuran, jadi kenapa tiba-tiba ia mengatakan bunga ini dan bunga itu setiap kali buka mulut?”
Herannya, Shi XiuYun tidak memerah wajahnya, malah ia menjawab dengan santai: “Tidak ada yang aneh, itu karena nama keluarganya Hua, bunga, tentu saja aku akan mengatakan bunga ini dan bunga itu.”
“Dia?” Sun XiuQing tertawa kecil. “Siapa dia?” “Marganya Hua, Hua Man Lou.”
“Bagaimana kau tahu namanya?” “Ia yang memberitahuku.”
“Kenapa aku tak mendengarnya?”
“Kami sedang membicarakan urusan kami, kenapa harus membiarkanmu mendengarnya? Di samping itu, mungkin kau sedang memikirkan Lu Xiao Feng saat itu.”
“Aku sedang memikirkan Lu Xiao Feng?” Sun XiuQing hampir menjerit. “Siapa bilang aku sedang memikirkan dia?”
“Aku,” Shi XiuYun menjawab. “Saat ia sedang duduk di bak mandi itu, kau tak pernah melepaskan pandanganmu darinya. Aku melihatnya, kau tak bisa membantahnya sekarang.” Sun XiuQing tertawa dan melepaskan perasaannya di saat yang bersamaan.
“Percayakah kalian betapa gilanya gadis ini? Semua yang keluar dari mulutnya adalah dusta.” Ia mencaci, dengan sebuah senyuman di wajahnya.
P E N D E K A R E M P A T A L I S / T H E A D V E N T U R E S O F L U X I A O F E N G
“Gadis itu memang agak gila,” Ma XiuZheng menjawab dengan santai. “Tapi matamu memang selalu memandangi Lu Xiao Feng.”
“Terima kasih, Kakak Tertua, karena bersikap adil,” Shi XiuYun tertawa, sambil melambai-lambaikan tangannya.
Mata Sun XiuQing berputar-putar sebelum tiba-tiba ia menarik nafas. “Ia memang adil, tapi seperti ada rasa masam di dalam ucapannya itu.”
“Masam?” Sekarang Ma XiuZheng yang tampak heran. “Masam apa?” “Masam seperti cuka.”
“Jadi menurutmu aku sedang minum cuka, aku cemburu padamu?” Sekarang Ma XiuZheng pun mulai berteriak. {Catatan: dalam istilah China, “chi cu”, atau “minum cuka”, sering digunakan untuk menjelaskan perasaan cemburu yang dirasakan oleh seseorang.} “Aku tidak mengatakannya,” Sun XiuQing menjawab. “Kau sendiri yang barusan mengatakannya.”
Ia berusaha menekan tawanya dan meneruskan, tanpa membiarkan yang lain sempat membalas. “Semua orang mengatakan bahwa Lu Xiao Feng begitu halus dan sopan dan begitu memikat dan begitu ini dan begitu itu. Tapi waktu aku melihatnya hari ini, duduk di bak mandi seperti itu, ia seperti orang tolol atau begitulah, tidak sebanding dengan XiMen ChuiXue.”
“Apa yang kau katakan?” Shi XiuYun berteriak dengan terkejut.
“Yang kukatakan adalah bahwa jika aku harus memilih seorang pria, maka aku tentu akan memilih XiMen ChuiXue. Ia seorang laki-laki sejati, lebih baik 10 kali lipat daripada Lu Xiao Feng.”
Shi XiuYun menarik nafas. “Dilihat dari sini, tampaknya kaulah yang gila. Bahkan jika seluruh laki-laki di dunia ini mati, aku tak akan memilih mayat hidup yang angkuh dan sombong itu.” “Kau tidak menyukainya, tapi aku suka. Ini yang disebut ‘kubis dan wortel berkumpul dengan sesamanya’.”
Ma XiuZheng tak mampu menghentikan dirinya untuk tertawa lagi.
“Dari tampang kalian berdua, tampaknya kalian telah memilah-milah kubis dan wortel.”
“Dan yang kami tinggalkan untukmu adalah si wortel besar, Lu Xiao Feng!” Sun XiuQing berkata, sambil berusaha menahan tawanya. Shi XiuYun mengedip-ngedipkan matanya. “Jadi Kakak Ketiga Yie tidak mendapat apa-apa?”
Wajah Yie XiuZhu telah merah padam karena marah. “Maukah kalian lihat diri kalian dulu?” Yie XiuZhu berkata, wajahnya masih merah. “Kalian baru bertemu mereka sekali dan tampaknya kalian telah jadi gila memikirkan mereka, tak mungkin kalian tidak pernah bertemu laki-laki lain dalam hidup kalian sebelumnya kan?”
“Kita tidak pernah bertemu laki-laki seperti mereka sebelumnya,” Sun XiuQing menarik nafas. Ia melirik Yie XiuZhu dari sudut matanya dan meneruskan. “Sejujurnya, tiga orang laki-laki yang kita temui hari ini hebat-hebat semua, bahkan walaupun kau tidak mengakuinya, kau mungkin menyukai mereka bertiga kan?”
“Kau tentu sudah gila.” Yie XiuZhu begitu kesal sehingga wajahnya semakin merah.
“Sun Nomor Dua yang di sana itu memang selalu punya masalah seperti ini, dan itulah sebabnya ia suka mengganggu orang yang jujur,” Shi XiuYun membantunya.
“Dia? Jujur?” Sun XiuQing mencibirkan bibirnya. “Ia tampak jujur di permukaannya saja, tapi dari kita berempat, kujamin ia yang pertama menikah nantinya.”
“Apa… apa yang membuatmu berkata demikian?” Yie XiuZhu bertanya.
“Karena ia tahu bahwa ia tak akan menjadi orang pertama yang menikah,” Shi XiuYun memotong sebelum Sun XiuQing bisa menjawab. “Jangankan laki-laki beralis empat, bahkan laki-laki dengan keberanian empat kali lipat pun tak akan berani menikahinya.”
“Sepertinya itu benar,” Ma XiuZheng setuju. “Siapa saja yang menikahi seorang wanita seperti dirinya tentu akan mati akibat tumor otak karena mendengar ucapannya.”
“Mungkin jika ia menemukan orang tuli maka….” Shi XiuYun menambahkan, berusaha menahan tawanya, dan gagal.
Sun XiuQing telah bangkit sekarang dan berteriak: “Oh, aku faham. Kalian bertiga sedang berkomplot melawanku. Baik, kubiarkan kalian bertiga memiliki tiga laki-laki itu, puas?” “Membiarkan kami memiliki mereka?” Shi XiuYun menjawab. “Apakah ketiga orang itu milikmu atau apa?”
“Gadis ini memang tahu banyak hal,” Ma XiuZheng menarik nafas, “tapi ia tentu tak tahu malu.”
Sun XiuQing menatap mereka sebelum tiba-tiba ia berteriak sekuat-kuatnya: “Aku lapar!” Ma XiuZheng memandangnya dengan heran, seolah-olah ia memang sedang memandang orang gila.
Sun XiuQing tak tahan untuk tidak tertawa sendirian. “Bila aku kesal, aku jadi lapar. Sekarang aku sedang kesal, aku harus menemukan sebuah tempat untuk makan.”
Bila empat orang gadis berkumpul bersama, hampir mustahil bagi mereka untuk tidak membicarakan laki-laki. Persis seperti bila empat orang laki-laki berkumpul, membuat mereka tidak membicarakan perempuan tentu sama saja dengan mustahil. Tapi Lu Xiao Feng dan Hua Man Lou tidak sedang membicarakan perempuan. Mereka sedang membicarakan XiMen ChuiXue.
“Aku hanya berharap ia belum menemukan DuGu YiHe.” Lu Xiao Feng berkata. “Menurutmu ia bukan tandingan DuGu YiHe?” Hua Man Lou bertanya.
P E N D E K A R E M P A T A L I S / T H E A D V E N T U R E S O F L U X I A O F E N G
“Ilmu pedangnya memang cepat dan mematikan, tidak sedikit pun mengandung rasa iba, persis seperti orangnya sendiri, dia tak akan pernah menyisakan pilihan untuk lawan-lawannya.” Hua Man Lou mengangguk dengan lambat. “Jika seseorang tidak menyisakan pilihan untuk lawannya, itu sama saja dengan tidak menyisakan pilihan untuk dirinya sendiri.” Ia berkata. “Itulah sebabnya, sekali pedangnya terhunus, jika tak berhasil melukai musuh, maka ia telah menyerahkan dirinya sendiri kepada kematian!”
“Tapi ia tidak mati.”
“Itu hanya karena ia belum pernah bertemu musuh seperti DuGu YiHe sampai sekarang.” Lu Xiao Feng berhenti sebentar sebelum meneruskan. “Ilmu pedang DuGu sangat menakutkan, dengan tenaga dalam yang besar, serangan yang membinasakan dan pertahanan yang bahkan lebih menghancurkan lagi, apalagi ditambah dengan kenyataan bahwa pengalaman bertarungnya tidak mungkin bisa ditandingi oleh XiMen ChuiXue. Itulah sebabnya jika XiMen tidak berhasil dalam 30 jurus, tentu dia akan mati oleh pedang DuGu.”
“Dan menurutmu tak ada kesempatan baginya untuk berhasil dalam 30 jurus?”
“Tak seorang pun mampu mencabut nyawa DuGu dalam 30 jurus, hal itu juga berlaku bagi XiMen!” Lu Xiao Feng menarik nafas.
Hua Man Lou terdiam beberapa lama sebelum menarik nafas juga. “Kaulah yang meminta dia untuk terlibat dalam masalah ini.” “Dan itulah sebabnya aku berharap ia belum menemukan DuGu.”
Mereka telah melewati jalan yang tenang dan sepi itu dan berbelok ke sebuah sungai kecil tepat di luar Paviliun Mutiara dan Intan. Di bawah sinar bulan yang terang dan jelas, air berkilauan seperti potongan perak yang bertebaran. Seseorang berdiri di tepi sungai, berpakaian putih seperti salju.
Waktu Lu Xiao Feng melihatnya, ia juga melihat Lu Xiao Feng. “Aku belum mati.” Tiba-tiba ia berkata.
Lu Xiao Feng tertawa.
“Kau memang tidak mirip orang mati.”
“Yang mati adalah DuGu YiHe.” XiMen ChuiXue menjawab. Lu Xiao Feng berhenti tertawa.
“Kau tak bisa membayangkan kenapa?”
Lu Xiao Feng mengakuinya, ia memang tidak bisa.
Tapi sekarang XiMen ChuiXue tertawa kecil, tawa yang sangat aneh dan ganjil. “Aku pun tak bisa membayangkan kenapa.” Ia berkata.
"Oh?"
“Waktu Su ShaoYing menampilkan 21 jurusnya, aku telah melihat 3 lubang kelemahan.” “Jadi kau kira paling tidak kau punya 3 kesempatan untuk membunuh DuGu YiHe?” XiMen ChuiXue mengangguk.
“Biasanya aku hanya butuh satu kesempatan, tapi waktu aku bertarung dengannya, aku tak berhasil mendapatkan satu kesempatan pun.”
“Mengapa?”
“Walaupun ilmunya punya kelemahan, setelah aku mulai menggerakkan pedangku, ia tentu segera menutupi lubang itu. Belum pernah aku bertemu orang yang tahu di mana letak kelemahan ilmunya sendiri, tapi ia tahu.”
“Semua ilmu pedang di dunia ini punya kelemahan, tapi memang tidak banyak orang yang tahu di mana letak kelemahan ilmu pedang mereka sendiri.” Lu Xiao Feng setuju.
“Aku membuat gerakan sebanyak 3 kali, semuanya berhasil ditangkis, maka aku tahu bahwa aku tak akan mampu membunuhnya. Jika kau tak bisa membunuh dengan ilmu pedang yang khusus diciptakan untuk membunuh, maka kaulah yang akan mati.”
“Walaupun kau angkuh, paling tidak kau tahu kelemahanmu sendiri.” Lu Xiao Feng menarik nafas. “Itulah sebabnya kau masih hidup!”
“Aku masih hidup karena setelah 30 jurus, jurus-jurusnya tiba-tiba menjadi kacau.”
“Seorang jagoan seperti dia, jika jurus-jurusnya tiba-tiba menjadi kacau, maka hanya ada 2 sebab.”
XiMen ChuiXue menunggu penjelasannya lebih lanjut.
“Jika hati dan pikirannya sedang kacau, tentu jurus-jurus pedangnya juga kacau.” “Hati dan pikirannya tidak sedang kacau.”
“Mungkinkah tenaga dalamnya habis?”
Tanpa tenaga, jurus-jurus pedang pun tentu menjadi kacau.
“Dengan tenaga dalam dan kemampuannya, bagaimana mungkin ia telah kehabisan tenaga dalam setelah bergebrak 30 jurus saja?” Lu Xiao Feng merenung.
“Sudah kubilang, aku pun tak bisa membayangkannya.” Lu Xiao Feng berfikir dalam kebisuan.
“Mungkinkah sebelum bertarung denganmu, orang lain telah memaksanya untuk menggunakan sebagian besar tenaga dalamnya? Mungkinkah seseorang telah bertarung dengannya sebelum kamu?”
“Ia tidak mengatakannya, maka aku tak akan tahu,” XiMen ChuiXue menjawab dengan dingin. “Seandainya aku tahu, tentu aku tak akan memaksanya bertarung.”
“Bila kau memaksa orang lain bertarung, kapan terakhir kalinya kau memberi kesempatan musuhmu untuk bicara?” Lu Xiao Feng berkata sambil tersenyum sedih.
Walaupun tidak ada ekspresi di wajah XiMen ChuiXue, bayang-bayang suram tampak muncul di matanya. “Ia mengatakan sesuatu yang aneh sebelum ia mati.” Ia berkata pelan-pelan, setelah terdiam beberapa lama.
“Apa yang ia katakan?” “Ia bilang ia….”
P E N D E K A R E M P A T A L I S / T H E A D V E N T U R E S O F L U X I A O F E N G
Waktu DuGu YiHe melihat pedang orang lain bernodakan darahnya sendiri, melihat darahnya jatuh setetes demi setetes, tidak ada rasa sakit atau murka atau takut di wajahnya. Sebaliknya, tiba-tiba ia berseru: “Aku faham sekarang, aku faham sekarang….”
“Ia mengatakan ia faham sekarang!”
“Apa yang ia fahami?” Lu Xiao Feng mengerutkan keningnya.
Bayang-bayang suram di mata XiMen ChuiXue tampak bertambah gelap dan ia menarik nafas panjang.
“Mungkin ia faham bahwa hidup ini singkat, seperti embun pagi. Mungkin ia faham bahwa kemasyuran dan kekuasaan yang ia peroleh, pada akhirnya tiada artinya….”
Lu Xiao Feng berfikir dalam-dalam. “Persisnya karena hidup ini singkat, kau tak bisa hidup tanpa mendapat apa-apa,” ia berkata lambat-lambat. “Apa yang sebenarnya ia fahami? Atau apa yang tidak ia fahami? Apa sebenarnya yang ingin ia katakan?”
XiMen ChuiXue menatap cakrawala selama beberapa saat sebelum tiba-tiba mengucapkan sebuah kalimat yang sangat tak terduga. “Aku lapar.”
“Kau lapar?” Lu Xiao Feng memandangnya dengan heran.
“Aku selalu lapar setelah membunuh,” XiMen ChuiXue menjawab dengan dingin. * * * * *
Kedai arak kecil ini seharusnya telah tutup sekarang, apalagi letaknya berada di pinggir sebuah hutan buah murbei yang rimbun dan lebat. Ada beberapa rumah di dalam hutan itu, juga ada beberapa buah rumah di luar hutan, sebagian besar merupakan keluarga-keluarga kecil yang hidup dari memelihara ulat sutera.
Rumah kecil ini letaknya agak dekat ke jalan, maka di depannya mereka membangun sebuah gubuk kecil dengan jendela di keempat sisinya dan menjual arak sederhana dan makanan untuk orang lewat. Waktu Empat Cantik dari E’Mei menemukan tempat itu, pemiliknya baru saja hendak pergi tidur, tapi bagaimana mungkin orang menolak kedatangan empat orang gadis cantik seperti mereka?
Di dalam kedai arak kecil itu hanya ada tiga buah meja, tapi meja-meja itu sangat bersih dan rapi. Makanan-makanan kecil yang tersedia untuk dinikmati bersama arak juga sederhana tapi menyegarkan dan arak yang rasanya ringan adalah jenis yang disukai gadis-gadis itu, maka mereka pun merasa senang berada di tempat itu.
Bila gadis-gadis sedang bersuka cita, mereka selalu makin banyak bicara. Mereka sedang menggosip ke kiri dan ke kanan, tertawa, persis seperti segerombolan ayam betina yang sedang bahagia.
“Orang yang bermarga Hua itu,” Sun XiuQing tiba-tiba berkata, “tampaknya ia mempunyai sedikit aksen daerah selatan sungai besar, mungkinkah ia berasal dari keluarga Hua?”
“Keluarga Hua yang mana?” Shi XiuYun bertanya.
“Keluarga Hua dari selatan sungai besar itu. Menurut kabar angin, kau bisa berkuda dengan kecepatan penuh selama seharian penuh dan masih tetap berada di atas tanah milik mereka.” “Aku juga tahu keluarga itu,” Ma XiuZheng memotong. “Tapi kurasa Hua Man Lou bukan berasal dari keluarga itu.”
“Kenapa tidak?” Sun XiuQing bertanya.
“Kudengar keluarga itu hidupnya sangat bermewah-mewahan, dan sangat teliti dengan apa yang mereka minum, makan, dan pakai, bahkan pegawai mereka kelihatan seperti jutawan yang sedang jalan-jalan keliling kota. Tapi Hua Man Lou tampaknya orang yang sangat sederhana. Bukan hanya itu, aku pun belum pernah mendengar salah seorang anggota keluarga itu ada yang buta.”
Shi XiuYun segera mendengus. “Memangnya kenapa kalau buta? Walaupun buta, tapi ia bisa melihat jauh lebih banyak daripada kita berempat disatukan.”
Ma XiuZheng tak tahu kalau ia akan menyahut demikian, maka ia merubah nada bicaranya sedikit dan tersenyum. “Ilmu kungfunya memang sangat baik, aku pun tidak mengira kalau ia mampu menangkap pedangmu di antara jari-jarinya seperti itu.”
“Itu mungkin karena gadis kecil ini telah terpikat olehnya.” Sun XiuQing bergurau.
Shi XiuYun meliriknya dengan marah. “Jika kau ingin merasakannya, kau bisa mencobanya lain kali jika kau mau. Aku bukan membangga-banggakan dirinya, tapi tidak banyak orang di dunia ini yang bisa menandingi jurusnya itu.”
“Bagaimana dengan XiMen ChuiXue? Apakah jurusnya jelek?”
Shi XiuYun tidak menjawab, karena ia mau tak mau harus mengakui bahwa jurus XiMen ChuiXue memang menakutkan.
“Kudengar bukan hanya ilmu pedang XiMen ChuiXue tiada bandingnya, keluarganya juga kaya, kemewahan dan kekayaan Gedung Seribu Plum tidaklah di bawah keluarga Hua.” Ma XiuZheng memotong.
Mata Sun XiuQing bersinar-sinar. “Aku menyukainya, bukan karena kekayaan atau keluarganya, bahkan jika ia adalah seorang fakir miskin yang tak punya uang, aku tetap akan menyukainya.”
“Dari kepala hingga ke ujung kaki, aku benar-benar tak bisa melihat ada yang menarik pada dirinya.” Shi XiuYun berkata.
“Kenapa harus dapat melihat daya tariknya? Selama aku….”
Ia tiba-tiba berhenti bicara, wajahnya memerah seperti darah, merah hingga ke telinganya. Karena pada saat itu juga seorang laki-laki berjalan masuk, berpakaian putih seperti salju, siapa lagi kalau bukan XiMen ChuiXue.
P E N D E K A R E M P A T A L I S / T H E A D V E N T U R E S O F L U X I A O F E N G
Shi XiuYun juga tak bisa mengatakan apa-apa lagi, keempat gadis penggosip itu tiba-tiba berhenti semuanya. Bukan hanya melihat XiMen Chui Xue, tapi mereka juga melihat Hua Man Lou dan Lu Xiao Feng. Dengan sepasang mata yang menusuk seperti pisau belati, XiMen ChuiXue menatap mereka. Tiba-tiba ia berjalan menghampiri mereka.
“Bukan hanya aku membunuh Su ShaoYing,” ia berkata dengan dingin, “tapi aku juga telah membunuh DuGu YiHe.”
Warna wajah keempat gadis itu pun berubah, terutama wajah Sun XiuQing, yang menjadi pucat seperti kertas, tanpa sedikit pun kelihatan darahnya. Di dalam hati seorang gadis, kebencian sangat mudah digantikan dengan perasaan cinta. Di samping itu, Su ShaoYing juga agak terlalu angkuh, maka biarpun seharusnya keempat saudara wanita seperguruannya ini bertarung untuknya, tetapi mereka tidak terlalu menyukai dirinya, sehingga selama ini selalu ogah-ogahan untuk membalaskan dendamnya. Tapi pembunuhan guru mereka tentulah persoalan yang sangat berbeda.
“Apa… apa yang kau katakan?” Sun XiuQing terpaksa bertanya lagi. “Aku membunuh DuGu YiHe.”
Shi XiuYun tiba-tiba melompat bangkit dari kursinya dan mulai berteriak. “Kakakku yang kedua sangat menyukaimu, bagaimana… bagaimana… bagaimana mungkin kau melakukan sesuatu seperti itu!”
Tak seorang pun menduga kalau ia akan bicara sesuatu seperti itu, bahkan XiMen ChuiXue pun tampak tercengang. Wajah Sun XiuQing berganti-ganti warna dari merah ke hijau dan sebaliknya. Tiba-tiba, sambil mengkertakkan giginya, kedua pedang di dalam lengan bajunya melesat keluar, kilauan pedang tampak berkilat-kilat saat meluncur pesat ke arah dada XiMen ChuiXue.
Tapi XiMen ChuiXue tidak merespon, ia malah mengibaskan lengan bajunya dan tubuhnya pun melesat mundur sejauh 2 atau 3 meter.
“Aku akan membunuhmu!” Sun XiuQing memekik, matanya telah merah dipenuhi air mata. Sambil memutar-mutar pedangnya, rahang dikertakkan, ia melesat ke arah XiMen ChuiXue. Gerakan senjatanya berdasarkan pada kecepatan dan perubahan yang tiba-tiba, kilauan pedangnya membutakan mata lawan seperti tetesan air yang berasal dari sebuah percikan besar ketika ia, dalam sekejap mata, menyerang sebanyak 7 kali.
Pedang saudara-saudaranya pun telah dihunus. “Ini adalah persoalan di antara kami dan XiMen ChuiXue, orang lain lebih baik tidak ikut campur.” Shi XiuYun berseru dengan keras. Ucapannya itu jelas ditujukan pada Hua Man Lou.
Kenyataannya, Hua Man Lou memang tidak bisa ikut campur walaupun ia ingin. Tapi bagaimana mungkin ia hanya berdiri di sana dan membiarkan empat orang gadis yang tak bersalah ini mati di bawah pedang XiMen ChuiXue?
Tepat pada saat itu, sebuah suara “bang” yang keras terdengar saat XiMen ChuiXue tiba-tiba mengulurkan tangannya dan menangkap pergelangan tangan kiri Sun XiuQing, lalu memukulkan pedang di tangan kiri gadis itu ke pedang yang berada di tangan kanannya. Waktu kedua pedang itu berbenturan, gadis itu merasakan pergelangan tangannya menjadi linu sebentar. Sebelum ia sadar, kedua pedangnya tiba-tiba telah berada di tangan XiMen ChuiXue. “Mundur, atau aku pun akan menghunus pedangku!” XiMen ChuiXue berkata dengan dingin. Suaranya dingin, tapi matanya tidak, itulah sebabnya Sun XiuQing masih hidup. Ia tetaplah manusia, tetap seorang laki-laki, bagaimana mungkin ia tega membunuh seorang gadis cantik yang menyukainya?
Wajah Sun XiuQing semakin pucat dan matanya bersimbah air mata. “Sudah kukatakan aku akan membunuhmu. Jika aku tak mampu membunuhmu, maka… maka aku akan mati di hadapanmu!” Ia berkata, masih mengkertakkan rahangnya.
“Mati itu tidak ada artinya. Jika kau ingin balas dendam, pulanglah dan bawa semua anggota 108 gedung Paviliun Baju Hijau.” XiMen ChuiXue mendengus dengan dingin.
Sun XiuQing tampak terkejut dan bingung. “Apa yang kau katakan?” Ia berujar.