• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebab-Sebab Kemunduran Adalet Partis

Pemerintahan Süleyman Demirel (di bawah kepemimpinan presiden Cevdet Sunay) yang secara tidak langsung melegitimasi kekuatan AP, jika diperhatikan hanya efektif hingga tahun 1969. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gejolak politik antara sayap kanan (diwakili oleh Miliyetci Hareket Partisi/Partai Aksi Nasional) dan sayap kiri (diwakili oleh Türkiye Iş çi Partisi/Partai Pekerja Turki) sampai dengan krisis ekonomi pada awal periode tahun 1970. Dampak dari tidak menentunya keadaan negara tersebut mengusik kembali lembaga militer untuk mengembalikan keadaan negara yang lebih baik. Meskipun upaya tersebut (pengambilalihan kekuasaan melalui militer/kudeta) kemudian baru terjadi pada 12 September 1980.

Pemilihan umum tahun 1969 menjadi pertanda buruk bagi AP, di mana ia mengalami penurunan dalam perolehan suaranya. AP mendapatkan 4.229.712 suara dalam pemilihan atau 46,5 persen walaupun tetap mendapatkan kekuatan mayoritas di GNA (Grand National Assembly/Majelis Nasional Agung) yaitu sebanyak 256 kursi.61 Ini merupakan kemenangan AP yang terakhir setelah kemudian pada pemilihan umum berikutnya (tahun 1973 dan tahun 1977) AP tidak dapat mencapai persentase suara lebih dari 50 persen.62 Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan Süleyman Demirel yang terlalu ketat kepada berbagai

61 Lihat, Sayari dan Esmer ed., Politics, Parties and Elections in Turkey, h.190. Lihat juga, Zurcher, Sejarah Modern, h. 334.

62

Peraihan suara AP dalam pemilihan umum menurun drastis pada pemilihan umum yang diadakan tahun-tahun berikutnya. Keadaan ini terjadi salah satu akibatnya adalah kebijakan pemerintahan Süleyman Demirel yang terlalu mengikat bagi kalangan sayap kiri, sehingga mengurangi rasa simpatik bagi kalangan intelektual muda. Pada Pemilihan umum tahun 1973, AP hanya meraih 29,8 persen suara, atau 3.197.897 jumlah suara yang didapat, turun hampir 15 persen dari pemilihan umum 1969. Kemudian pada pemilihan tahun 1977, raihan suara AP hanya naik sedikit dari pemilihan umum sebelumnya yaitu 36,9 persen suara atau 5.468.202 jumlah suara

yang didapat. Lihat, “Justice Part (Turkey)”, artikel diakses pada 8 November 2009 dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Justice_Party_Turkey. Lihat juga, Sayari dan Esmer ed., Politics, Parties and Elections in Turkey, h.190.

media seperti radio dan televisi dengan mengawasi bilamana seringkali mereka bersifat kritis terhadap pemerintahan.63 Sehingga dukungan Süleyman Demirel menjadi lemah bagi kalangan intelektual, keadaan ini pun persis dirasakan oleh Adnan Menderes di DP. Salah satu contoh kebijakan Süleyman Demirel yang dikritik adalah Usaha untuk membersihkan sekolah-sekolah dan universitas- universitas dari guru-guru yang berhaluan sayap kiri.

Adapun penyebab kemunduran AP hingga akhirnya berujung kepada kekalahan -bahkan kemudian terpuruk dan dilarang beraktifitas atau ditutup setelah kudeta milter tahun 1980- dapat dilihat gejala-gejala politik dan ekonomi yang sudah terjadi pada akhir tahun 1960 hingga dekade 1970 (sampai dengan kudeta militer 1980).

Pada awal tahun 1970 negara Turki kembali mengalami ketidakstabilan politik yang seakan menjadi bom waktu. Perubahan aspek sosial-ekonomi, seperti akibat krisis ekonomi yang terjadi mempengaruhi tingkat pendidikan rakyat hanya bisa dicapai 20 persen atau sebanyak 200.000 pelajar yang dapat melanjutkan keperguruan tinggi, selebihnya putus sekolah, dan secara tidak langsung mengurangi tenaga kerja professional. Mengantarkan kepada situasi konflik politik yang membahayakan.64 Fragmentasi politik antar sayap kiri maupun kanan berubah menjadi konflik.

Kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintahan AP yaitu strategi penggantian produk impor, merupakan faktor terpenting kepada terjadinya krisis. Titik lemah dari kebijakan ekonomi tersebut adalah industri-industri baru yang banyak bergantung kepada barang impor dalam memenuhi keperluan bahan dan

63

Zurcher, Sejarah Modern, h. 334. 64Ibid., 349

alat produksinya. Akibatnya mekanisme tersebut pun sangat bergantung pada persediaan di luar negeri. Akan tetapi produk-produk Turki di Barat terutama di Eropa mengalami penurunan karena adanya resesi.65 Hal inilah yang mengakibatkan akan berpengaruhnya gejolak sosial dan keamanan yang kemudian melumpuhkan pemerintahan. Sehingga krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1970-an mengakibatkan ketidakstabilan politik dan ekstrimisme politik.66

Akibat krisis ekonomi yang ada, bertambah pula pemuda yang hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali prospek karier,67 maka kelompok ekstrimis sayap kiri maupun kaum fundamentalis sayap kanan dengan mudah merekrut mereka dan melahirkan pergerakan-pergerakan untuk menguasai pengaruh sayap kiri maupun sayap kanan di jalan-jalan. Perlu diketahui bahwa keadaan tersebut di atas sebetulnya lahir akibat ketegangan politik di Turki, yaitu saling memperebutkan pengaruh antara sayap kanan maupun sayap kiri.

Pada faktanya pemberlakuan konstitusi tahun 1961 yang lebih liberal menghasilkan munculnya pergerakan dan partai-partai yang lebih jauh menyimpang dari pusat politik.68 Pertumbuhan partai sayap kiri yang berkembang pesat pada di tahun 1960-an memang tidak hanya terjadi di Turki saja, tetapi juga berkembang di belahan dunia lain.69 Perkumpulan-perkumpulan yang banyak mengadakan perdebatan pun lahir seperti Fikir Külüpleri Federasyonu (Federasi Himpunan Perdebatan) pada pertengahan tahun 1960-an

65

Zurcher, Sejarah Modern, h. 354-355. Lihat juga, Ahmad, Turkey the Quest for Identity, (Oxford: Oneworld, 2003), h. 125.

66 Zurcher, Sejarah Modern, h. xxii. 67

Ibid., h. 349. 68

Ibid., h. xxii. 69Ibid., h. 338.

dari para aktifis mahasiswa Türkiye Iş çi Partisi (Partai Pekerja Turki).70 Di sisi lain, beberapa partai maupun kelompok sayap kanan yang konservatif pun ikut menggoyangpemerintahan Süleyman Demirel yang juga merepresentasikan pemerintahan AP. Sejumlah kelompok pemuda ekstrimis, “Serigala Kelabu”71, dan kaum fundamentalis sayap kanan berperang untuk menguasai jalan-jalan raya dan kampus-kampus. Tahun 1969, seorang professor yang terpilih menjadi ketua Himpunan Kamar Dagang dan Industri, Necmettin Erbakan,72 yang juga sebagai juru bicara para pengusaha kecil mengkritik Süleyman Demirel dan AP, karena tunduk kepada perusahaan besar, khusunya kepada pemilik modal asing.73 Süleyman Demirel tampaknya dikenal sebagai tokoh yang melambangkan pro- Barat, sehingga ia menjadi sasaran kritik bagi kedua poros yaitu kiri extrimis dan kanan religius.74

Namun demikian, dari dua penyebab tersebut, satu hal lagi yang sangat mempengaruhi terhadap kemunduran AP adalah problematika internal yang ada di tubuh AP sendiri.75 Dinamika perekonomian Turki yang sedang berlangsung menjadi semakin ironis ketika barisan sayap kanan mulai pecah. Necmettin

70

Ibid., h. 338. 71

Sebuah organisasi pemuda dari partai Milliyetci Harekat Partisi (Partai Aksi Nasional) yang telah mengubah nama dari partai sebelumnya Cumhuriyetci Koylu Millet Partisi (Partai Petani Nasional Republik pada tahun 1969. Serigala Kelabu atau dalam bahasa Turki disebut

“Bozkurtlar”, diambil dari mitologi Turki pra-Islam. Sebagaimana partai induknya, kelompok pemuda ini memposisikan dirinya di sayap kanan. Mereka mulai berkampanye untuk mengintimadasi para mahasiswa sayap kiri, para pelajar, wartawan, pedagang buku dan politikus pada bulan Desember 1968. Mereka mempunyai misi menguasai jalan-jalan (dan kampus-kampus) di wilayah kiri. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern, h. 334.

72

Professor yang juga sebagai anggota dalam Adalet Partisi. Namun kemudian Necmettin Erbakan keluar dari partai tersebut pada tahun 1969 dan terpilih untuk GNA (Grand National Assembly /Majelis Agung Nasional) sebagai anggota independen bagi wilayah Konya. Pada 25 Januari 1970 ia bersama dua orang independen lainnya, membentuk partai sendiri yaitu MNP (Milli Nizam Partisi/ Partai Orde Nasional). Lihat, Zurcher, Sejarah Modern, h. 341. Lihat Juga, Kasaba, the Cambridge History of Turkey, h. xvii.

73 Zurcher, Sejarah Modern, h. 341.

74 “Justice Part (Turkey)”, artikel diakses pada 8 November 2009 dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Justice_Party_Turkey.

Erbakan sebagaimana diketahui mendirikan sebuah partai yaitu MNP (Milli Nizam Partisi/ Partai Orde Nasional) pada tanggal 25 Januari 1970. Lalu disusul oleh Ferruh Bozbeyli,76 ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua MAN, serta AP bersama 40 orang wakil dan senator pada tahun Desember 1970, karena menolak anggaran belanja negara, selanjutnya mendirikan Demokratik Parti.77

Menjelang awal 1971, pemerintahan Süleyman Demirel menjadi lemah akibat ditinggalkan oleh orang-orang partainya. Sementara itu ia pun tak berdaya untuk mencegah serangan ke kampus-kampus dan jalan-jalan dan tampaknya tidak memiliki harapan lagi untuk mendapatkan legislasi (perencanaan/rancangan undang-undang) yang serius bagi reformasi sosial atau finansial yang dikeluarkan majelis.

Pada tanggal 12 Maret 1971 masing-masing Kepala Staf Jendral Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara menyerahkan memorandum kepada Presiden Turki Cevdet Sunay.78 Memorandum tersebut secara tidak langsung adalah ulitimatum dari angkatan bersenjata, yang kemudian disampaikan oleh Presiden Turki di GNA (Grand National Asssembly/Majelis Nasional Agung).

76 Menjadi Ketua GNA (Grand National Assembly/ Majelis Nasional Agung) ia juga seorang dan merupakan anggota penting dari Adalet Partisi. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern, h. 473.

77 Ada 26 orang yang telah keluar dari Adalet Partisi kemudian mendirikan Demokartik Parti (Partai Demokrat) pada tanggal 18 Desember 1970. Para pendirinya termasuk Sadettin Bilgiç, Ferruh Bozbeyli, Nilüfer Gürsoy, (Anak perempuan Mahmud Celâl Bayar yang juga salah

seorang tokoh pendiri Demokrat Parti tahun 1946) Neriman Ağaoğlu, Yüksel and Mutlu

Menderes (anak dari Adnan Menderes). Pada tanggal 23 Desember 1970 Ferruh Bozbeyli terpilih menjadi presiden partai tersebut, dan Bilgiç and Yüksel Menderes, keduanya terpilih sebagai wakil

presiden partai. Lihat, Fulan, “Turkey, a Chronology of Important Political Events, 1683-1980”,

artikel diakses pada 25 Juli 2010 dari: www. . Lihat juga, Zurcher, Sejarah Modern, h. 334 dan 473.

78 Cevdet Sunay ialah Presiden ke-5 Republik Turki, menggantikan Cemal Gürsel akibat meninggal sakit pada tahun 1966. Ia pun menjadi presiden pada tanggal 28 Maret 1966 hingga ke pemilihan umum 1973. Pernah menjadi kepala staf jendral setelah kudeta militer tahun 1960 sampai dengan tahun 1966. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern, h. 495.

Ultimatum tersebut menuntut pembentukan segera sebuah pemerintahan yang kuat dan handal yang akan mampu mengakhiri anarki yang ada, dan melaksanakan reformasi dengan semangat/sesuai Kemalis. Jika tuntutan itu tidak dipenuhi, angkatan bersenjata akan melaksanakan tugas konstitusionalnya dan akan mengambil alih kekuasaan.79 Dengan keadaan tersebut, Süleyman Demirel pun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai perdana menteri, sehingga pemerintahan AP pun berakhir.80 Meskipun begitu Süleyman Demirel tetap memperingatkan partainya untuk tetap tengan dan bersikap waspada.

Pada tanggal 19 Maret 1971, Professor Nihat Erim81 ditunjuk menjadi perdana menteri oleh presiden Cevdet Sunay, dari partai CHP, lalu membentuk kabinet barunya pada tanggal 26 Maret 1971.

Bila diperhatikan upaya intervensi militer hanya sebatas melalui memorandum militer yang merupakan ultimatum bagi pemerintahan Süleyman Demirel. Langkah bijak militer ini dikarenakan angkatan bersenjata tidak mau mengambil alih kekuasaan karena mereka tahu bahwa kerusakan yang bakal terjadi oleh tindakan seperti itu.82 Selain itu, mereka hampir tidak bisa campur tangan dalam membuat memorandum-memorandum dan ultimatum-ultimatum untuk menjaga agar politikus tetap rukun tanpa kehilangan kredibilitas mereka, yang dengan demikian peluang para politikus secara gradual meningkat.83 Walaupun demikian, intervensi militer tetap terjadi pada periode berikutnya, berbagai hal yang di antaranya adalah masalah undang-undang, kemelut ekonomi,

79 Zurcher,

Sejarah Modern, h. 342.

80

Ibid., h. 342.

81 Mengajar di Universitas Ankara, sebagai professor sejak tahun 1942, seorang CHP (Cumhuriyet Halk Partisi/Partai Rakyat Republik) atau “Republikan” yang konservatif. Pernah bertugas di majelis konstitusional tahun 1960. Lihat, Zurcher, Sejarah Modern, h. 478.

82

Zurcher, Sejarah Modern, h. 345. 83Ibid., h. 345-346.

dan sistem politik yang tampaknya betul-betul mengalami jalan buntu. Sehingga pada akhirnya para kepala staf jenderal perlahan-lahan tidak lagi mempercayai terhadap kemampuan politisi untuk mengurus negara secara efisien, yang membuat mereka kembali melakukan kudeta militer pada 12 September 1980.84 Angkatan bersenjata mengumumkan bahwa kekuasaan politik telah diambil alih dan kabinet pun dibubarkan. Militer melakukan upaya pemutusan hubungan secara radikal dengan masa lalu, hal ini dilakukan demi menyelematkan demokrasi dan membersihkan sistem politik terdahulu. Dengan demikian maka tidak ada tempat bagi para mantan politikus, kebijakan ini di implementasikan melalui keputusan bahwa partai-partai lama, secara resmi ditutup tanggal 16 Oktober 1980.85