• Tidak ada hasil yang ditemukan

10 Kemungkinan Waktu

Dalam dokumen Resume Buku Tauhid (Halaman 35-38)

Wahyu adalah masdar yang berarti berita, baik berita itu disampaikan se-cara tertulis atau lisan, pendeknya berita yang anda sampaikan kepada ora-nglain sehingga oraora-nglain tersebut mengetahuinya. Para ahli telah mendefi-nisikan menurut istilah Syara (agama) , bahwa wahyu ialah pemberitahuan Allah kepada Nabi diantara Nabi-NabiNya tentang hukum syara dan yang seperti itu. Tetapi dapat juga didefinisikan bahwa wahyu adalah pengeta-huan yang didapat seseorang pada dirinya sendiri dengan keyakinan penuh , bahwa pengetahuan itu datang dari Allah baik dengan sesuatu peranta-raan suara ataupun tidak, Yang pertama itu adalah dengan perantaperanta-raan suara yang dapat didengarkan dengan telinga atau tanpa suara sama sekali. Bedanya dengan ilham ialah, bahwa ilham adalah perasaan (wijdan) yang meyakinkan hati, dan yang mendorongnya untuk mengikuti tanpa diketa-hui darimana datangnya. Dan ilham itu hampir serupa dengan perasaan lapar, haus , duka dan suka. Bilamana datang kepada mereka suatu per-soalan yang membicarakan tentang Kenabian dan soal-soal Agama, serta rohani mereka menaruh minat yang besar ke arah itu. Mereka berupaya untuk mengalihkan pandangan ke arah yang lain, dan dengan cara menyo-lok berpaling dari pembocaraan itu sambil meletakkan anak-anak jari pada telinganya karena khawatir akan berpengaruhnya dalil-dalil itu pada fikiran mereka sehingga akidah kepercayaan akan menyelinap kedalam rongga hati mereka, kepercayaan yang diiringi oleh Syari[at Agama. Akibatnya mereka terhalang sendiri untuk dapat merasakan kelezatan yang pernah mereka ra-sakan dan apa yang mereka ingini untuk merara-sakannya. Orang-orang yang seperti itu adalah sedang menderita penyakit rohani dan jiwa (Psychosoma-tik) yang InsyaAllah dapat disembuhkan dengan ilmu pengetahuan. Ten-tang wujud arwah-arwah yang tinggi, yakni para malaikat yang dimuliak-an Tuham ddimuliak-an lahirnya arwah-arwah ydimuliak-ang demikidimuliak-an pada diri ordimuliak-ang ydimuliak-ang mempunyai martabat yang tinggi itu, maka hal itu bukanlah suatu hal yang mustahil, yakni setelah kita mengenal diri kita sendiri dan terutama setelah ilmu pengetahuan klasik maupun ilmu-ilmu pengetahuan modern membe-ritahukan kepada kita tentang adanya suatu wujud dialam ini. Maka oleh sebab itu siapakah yang merasa keberatan, bahwa sementara wujud yang halus itu (malaikat) memncarkan sebagian ilmu Ilahi, dan bahwa rohani pa-ra Nabilah yang mendapat kehormatan menerimanya. Adapun opa-rang yang

berjiwa besar dan akal yang tinggi yang terdiri dari para cendikiawan ter-kemuka , yakni orang-orang yang tidak begitu jauh beda martabat mereka dengan para Nabi (yang dalam pengetahuan modern dapat disebut orang-orang yang mempunyai kesadaran jagat raya). Segala bukti kebenaran ilmu pengetahuan tentang yang gaib seperti yang mereka terangkan ialah lahir-nya budi pekerti yang baik pada diri mereka, selamat sejahteralahir-nya segala perbuatan mereka dari apa yang menyalagi syariat para Nabi mereka, kesu-cian fitrah mereka dari apa yang ditentang oleh akal yang sehat atau tidak disukai oleh perasaan yang sejahtera. Dan mereka berjuang mempertahank-an kebenarmempertahank-an ymempertahank-ang menjelma pada sepak terjmempertahank-ang mereka sebagai suruhmempertahank-an hatinya yang bersinar-sinar untuk menyeru orang-orang yang berada dise-kitar mereka kepada apa yang dapat membawa kebaikan bagi umum dan disamping itu dapat menyenangkan hati orang-orang terkemuka (khawash). Dalil yang menjadi bukti atas Kerasulan seorang Nabi dan benarnya ia me-nyampaikan perintah TuhanNya telah sekali bagi orang yang dapat hadir menyaksikannya sendiri yang melihat keadaan gerak-herik Nabi itu dari de-kat serta melihat apa yang didatangkan Allah kepadanya berupa ayat-ayat Suci. Hal itu jelas dan sudah barang tentu tidak memerlukan keteranga lagi sebagaimana telah diterangkan sebelumnya ketika berbicara tentang Kerasulan. Adapun bagi orang yang tidak menyaksikan sendiri zaman Ke-rasulan itu (yang tidak sezaman dengan Nabi), maka yang menjadi dalilnya adalah berita mutawatir sebagaimana yang telah diterangkan dalam ilmu yang lain (mustalah hadits, pen) ialah suatu riwayat (berita) yang disak-sikan sendiri oleh orang banyak. Diantara para Nabi terdapat berita-berita yang mencakupi syarat-syarat mutawatir bagi pemberitaan yang disampaik-an ordisampaik-ang dari hal mereka, seperti Nabi Ibrahim Musa ddisampaik-an Isa. Ddisampaik-an didisampaik-antara berita yang disampaikan itu ialah bahwa mereka tidaklah termasuk orang yang lebih berkuasa diantara kaumnya, bukan pula orang yang lebih banyak hartanya dan tidak seorangpun pembantu tertentu yang menolong mereka untuk mengajarkan ilmu yang mereka dawahkan . Pendeknya mereka bu-kanlah orang-orang yang bercacat pribadinya, yang menimbulkan rasa jjik dalam hati dan yang tidak sedap dipandang mata. Kebaikan ummat mereka terletak dalam mengikut ajaran-ajaran yang mereka bahwa yang menjadik-an mereka berada dalam ajarmenjadik-an-ajarmenjadik-an Nabi itu. Sebaliknya mereka akmenjadik-an kembali menjadi lemah dan celaka bila berpaling daripadanya dan karena mempercampur adukkan barang bidah kedalam ajaran itu. Dalil yang

me-reka kemukakan untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa tidaklah pantas menurut akal untuk mengatakan, bahwa mereka itu dusta dalam menyampa-ikan berita yang datang dari Allah, begitu pula tentang pengakuan mereka bahwa segala apa yang telah mereka sampaikan kepada ummat manusia itu adalah wahyu dari Tuhan. Disamping itu, bahwa orang yang tidak mem-percayai apa yang diucapkan oleh Nabi itu, kata-katanya tidak mempunyai pengaruh sama sekali pada akal, karena yang batil itu tidak ada hak untuk tetap, kecuali karena adanya kelalaian. Maka karenanya tidak mungkinlah mengatakan, bahwa asas Agama itu adalah dusta dan tiangnya adalah tipu muslihat belaka.

Dalam dokumen Resume Buku Tauhid (Halaman 35-38)

Dokumen terkait