• Tidak ada hasil yang ditemukan

16 Perkembangan Kemajuan Agama sesuai dengan Taraf Kemajuan Umat dan Puncak

Dalam dokumen Resume Buku Tauhid (Halaman 50-57)

Kesempur-naan adalah dengan Agama

Waktu agama-agama kuno itu datang umat manusia dalam memahamkan kemaslahatan-kemaslahatan umum dan bahkan dalam memahamkan kepen-tingan khusus pribadi adalah dalam taraf yang lebih menyerupai dengan zaman kanak-kanak yang baru lahir kedunia.Ia tidak dapat merasakan apa-apa kecuali yang dapa-apat dirasakan oleh panca indranya. Sulit bagi otaknya untuk memikirkan makna sesuatu yang jauh dari panca indranya (jama-hannya). Tidak ada rasa santun kepada orang lain, ia lebih mementingkan kepentingannya sendiri. Maka dalam keadaan umat yang demikian pri-mitifnya tidaklah bijaksana untuk mengajaknya naik dengan menggunakan tangga dalil-dalil fikiran yang sulit-sulit.Tetapi merupakan rahmat besar bila agama itu berbicara dengan kaum yang demikian taraf kecerdasannya de-ngan menempatkan diri dalam satu keluarga semua adalah makhluk Allah. Tak ubahnya seperti seorang Ayah berbicara dengan anaknya yang masih kecil. Anak itu tidak diajarkannya melainkan apa yang dapat ditangkapnya dengan panca indranya. Begitulah agama-agama itu datang dengan perin-tah yang tegas dan larangan yang tepat.Dan kemudian mereka diwajibkan berbagai ibadat yang sesuai dengan taraf kesederhanaan mereka.

Zaman berjalan terus, ada bangsa-bangsa yang bangun kemudian jatuh, dan banyak kesedihan dan kesenangan silih berganti hari demi hari, begitulah manusia mengalami peristiwa-peristiwa sejarah. Maka pengalaman pahit getir yang bermacam-macam itu memberikan kesan lebih dalam dari per-asaan panca indranya sendiri dan lebih masuk menghujam kedalam jiwa raganya, sekalipun hal itu pada umumnya tidak lebih tinggi dari perasaan halusnya jiwa kaum wanita dan jiwa kaum remaja maka kemudian suatu agama (Nasrani) datang berbicara penuh santun, berbisik dengan rasa cin-ta kasih, ia menyuruh melembutkan hawa nafsu dan ia berbicara tencin-tang godaan-godaan hati. Begitulah ia mengajarkan manusai supaya berlaku zu-hud yang dapat menjauhkan dari berbagai godaan dunia pada umumnya dan menghadapkan wajah mereka kea lam malakut yang tinggi agama itu menghendaki orang yang punya hak agar jangan menuntut haknya walau dengan cara yang benar sekalipun. Tetapi belum lagi berlaku beberapa ma-sa telah menjadi lemahlah keinginan manusia mendukung ajaran agama itu,

dan tergoreslah dalam prasangka manusia bahwa mematuhi nasihat-nasihat agama itu adalah suatu kemustahilan.

Dalam bidang akidah (kepercayaan) mereka telah terpecah-pecah ke da-lam beberapa golongan (mahzab) dan menimbulkan bermacam-macam bi-dah keagamaan yang tidak-tidak mereka tidak berpegang lagi pada pokok agama yang murni, kecuali kepada apa yang mereka anggap sebagai sendi agama terkokoh dan mereka anggap yang paling kuat, yakni tentang: akal (ratio) untuk berfikir tentang agama mereka, bahkan memikirkan tentang rahasia kejadian alam dan segala fikiran manusia untuk menembus rahasia kejadian makhluk ilahi ini. Mereka berfikir bahwa tidak ada penyesuaian Antara agama dan ilmu pengetahuan dan bahwa agama adalah musuh ilmu pengetahuan. Pandangan yang sangat resat demikian itu telah menimbulk-an pengaruh ymenimbulk-ang smenimbulk-angt buruk kepada alam kebudayamenimbulk-an mmenimbulk-anusia, timbul perang saudara diantara kaum agama, putuslah hubungan keluarga, perda-maian berganti dengan peperangan yang dahsyat. Demikian kadaan umat manusia sampai datang zaman agama islam.

Usia masyarakat telah dewasa dan peristiwa dimasa silam telah memberikan kesadaran baginya. Maka datanglah islam menghadapkan pembicaraannya pada akal dan ia berteriak memanggil faham pengertian manusia yang diser-takan dengan keinsafan dan perasaannya untuk membimbing manusia me-nuju kabahagiaan hidupnya dunia dan akhirat. Menjelaskan kepada mereka bahwa agama Allah pada semua bangsa dan golongan itu sebenarnya adalah satu dan tujuannya untuk memperbaiki keadaan diri dan menyucikan hati mereka adalah satu pula.Dan bahwa Allah tidak memandang wajah/rupa manusia tetapi hatinya.

Islam menuntut manusia yang muskalaf supaya menjaga jasadnya sebagai-mana ia menuntut supaya manusia itu memelihara batinnya. Begitulah ia memerintahkan supaya menyucikan badan lahir sebagimana ia mewajibkan agar menyucikan batin dan dua perkara itu memang harus disucikan terus-menerus. Dan Islam menjadikan Ikhlas sebagai roh dan bahwa segala amal perbuatan yang diperintahkan itu tidak lain adalah untuk menghiasi diri dengan budi yang mulia.

Islam menyusup ke tengah pergaulan manusia dalam pengajaran-pengajaran yang diberikan selaku pergaulan-pergaulan juru penasihat yang amat pintar memberikan nasihat kepada orang yang telah dewasa. Ia mengajak mere-ka untuk mempergunamere-kan segala kekuatan energy meremere-ka lahir dan batin,

dan dalam hal itulah dengan tidak ragu-ragu dikatakan oleh islam terletak keridhoan ilahi dan arti syukur nikmatNya, dan islam menyatakan bahwa dunia ini adalah kebun untuk perbekalan akhirat dan tidak sampai seo-rang pada kebahagiaan yang akhir kecuali dengan berusaha lebih dahulu dalam perbaikan nasibnya didunia ini. Kepada manusia-manusia yang be-rani mengingkari kebenaran ajaran islam itu, ia menantang mereka dengan ucapan:

Perpecahan adalah suatu pendurhakaan dan keluar dari jalan kebenaran yang telah nyata.Ia tidak berhenti memberikan pengajaran dengan perka-taan dan memberikan nasihat dengan berbagai penerangan, tetapi bahkan dengan memberikan peraturan yang cocok dengan masyarakat pergaulan hidup serta dapat diwujudkan dalam alam peraktek. Oleh sebab itu ia

(Is-lam) mengizinkan orang islam kawin dengan wanita yang menganut agama ahli kitab (yahudi, nasrani) dan memberikan kelapangan untuk memakan makanan yang disediakan mereka serta menasehatkan supaya menghadapi kaum ahli kitab itu dalam suatu pertengkaran dengan cara yang paling baik.

Islam mewajibkan kepada kaum muslimin untuk melindungi kaum kafir zhimmi itu, mereka tidak diwajibkan membayar pajak kecuali sekedarnya saja dari pajak harta kekayaan mereka.Setelah mereka melunaskan jizyah (pajak) itu, Islam melarang memaksa mereka untuk memasuki Agama Is-lam. Dan dalam hal ini Islam membujuk hati kaum Mukminin dengan firmanNya:

Maka tugas mereka hanyalah mengajak orang-orang itu kepada jalan yang baik dengan cara-cara yang lebih terpuji pula.Mereka memang tidak mem-punyai hak dan tidak pula diwajibkan untuk memakai sesuatu jalan keke-rasan guna membawa orang supaya memeluk Islam.Karena nurcahya Islam itu wajar untuk dapat menembus semua hati manusia.Dan ayat diatas itu tidak memaksa kaum muslimin untuk menjalankan suatu kebaikan.Agama

itu didatangkannya untuk menuntun mereka kepada kebaikan dalam segala lapangan. Ibadat islam seperti yang tersebut dalam kitab suci dan sunnah yang sahih, yang sesuai dengan apa yang pantas dengan ketinggian Ilahi dan kesucianNya dari serupa dengan segala sesuatu, lagi cocok dengan akal yang sehat kebaikan yang terdapat dalam ibadat itu. Maka ibadat shalat umpa-manya, adalah terdiri dari ruku, sujud, gerak dan diam. Mengandung doa merendahkan hati, tasbih (mensucikan Ilahi), dan tazhiem (Mengagungkan Allah).

Ibadat puasa maka ia adalah suatu pencegahan yang dapat mengagungkan perintah Allah dalam diri manusia dengan puasa dapat pula diketahui nilai harganya nikmat dikala ia sudah tidak ada pada kita, serta dapat pula di-ketahui besarnya kemurahan Ilahi di waktu memberikan nikmat itu kepada kita

Ibadat haji, ibadat haji itu dilakukan sekali seumur hidupnya. Dimana le-nyap perbedaan Antara manusia yang kaya dan yang miskin dan semua sama berkumpul dalam suatu tempat (padang) yang satu, lagi sama-sama terbuka kepala, lagi tidak boleh memakai pakaian yang dijahit, dima-na mereka sama-sama menghadapkan pengabdiannya ke hadirat yang satu Allah tuhan semesta alam.Tasybih (mengidentikan) Tuhan dengan sesuatu. Tanda-tanda kejadian alam itu adalah berjalan menurut aturan yang satu yang tidak bisa ditentukan kecuali oleh ilmu Ilahi yang telah menentukan sejak dari azali (sebelum alam ini tercipta) menurut aturan yang telah di-tetapkanNya yang harus dipatuhi. Adapun nikmat Allah yang merupakan hiburan sebagai suatu kesenangan dan begitu pula penderitaan kehidupan yang dideritanya adalah banyak seperti harta benda, pangkat-kedudukan, kekuasaan, anak-anak, yang kadang-kadang tidak ada sngkut pautnya deng-na amal perbuatan manusia pribadi dalam perjaladeng-naan hidupnya sehari-hari seperti kejujuran dan kecurangannya, atau ketaatan dan kedurhakaannya. Keadaan umat manusia (bangsa-bangsa) memiliki roh (semangat) yang dile-takkan Tuhan dalam segala syariat-syariat Ilahi yang berupa: berfikir sehat, membetulkan pandangan, mengatur hawa nafsu, membatasi segala keingin-an syahwat, memasuki segala persoalkeingin-an dengkeingin-an secara legal dari pintunya, mencari segala sesuatu dengan jalan memenuhi syarat-syarat yang dapat menjamin berhasilnya, memelihara kepercayaan/amanah orang, menyema-rakkan persaudaraan, bekerja sama atas dasar kebaikan, saling nasehat me-nasehati dalam soal baik dan buruk dan lain sebagainya yang menjadi

factor-faktor pokok kejayaan, semangat yang semangat yang seperti itulah yang merupakan sumber kehidupan umat dan cahaya kebahagiaan mereka dalam kehidupan dunia ini sebelum datang akhirat.Hingga bila roh itu bercerai dari umat menjadi lenyaplah kebahagiaan itu dari bekasnya semula serta diikuti pula oleh tidur nyenyak didalam gubuknya yang lama. Di waktu itulah Allah mengganti kehormatan sesuatu kaum dengan kehinaan, jumlah pengikut mereka yang banyak menjadi sedikit, nikmat bahagia berganti de-ngan celaka, kesenade-ngan dede-ngan penderitaan, dan mereka diperintah oleh orang-orang yang dzalim ataupun yang adil, maka hal itu semuanya terjadi sedang mereka masih tenggelam dalam gelombang kelalaian dan kealpaan. Kitab suci Al-Quran mendorong umat manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, mencerdaskan orang awam, menganjurkan supaya menabur kebaikan dan menghentikan kemungkaran, maka ia berfirman:

Maka didahulukan dalam ayat ini menyebutkan amal maruf dan nahyi mung-kar dari menyebutkan iman (percaya) kepada Allah, padahal iman itu ada-lah sendi dimana ditegakkan segala amal-amal kebajikan, dan pokok yang akan menimbulkan bermacam-macam cabang kebaikan, adalah sebagai tan-da penghormatan bagi kewajiban yang demikian itu tan-dan menunjukan tinggi mutunya diantara macam-macam perintah yang fardu, bahkan sebagai pene-gasan, bahwa kewajiban amal maruf dan nahyi mungkar itu adalah penjaga iman dan pengendaliannya. Kemudian islam menentang dengan kerasnya terhadap kaum yang melalaikan kewajiban amal maruf itu, dan begitu pula terhadap penganut-penganut agama yang menghampakannyan maka Allah berfirman:

orang-orang kaya (zakat) menurut kadar yang telah ditetapkan. Dimana or-nag kaya memberikan harta itu kepada orang miskin untuk dapat menutupi hajat kebutuhannya yang ketiadaan, dan sebagai penggembira kesusahan hati orang yang berhutnag, pembebaskan kaum hamba sahaya dari perbu-dakan.Maka dengan begitu dapatlah terhibur hati kaum melarat, lenyaplah keiri hatian dari dada mereka dan sebaliknya hiduplah pada kaum hartaw-an itu rasa cinta kasih pada kaum melarat.Dhartaw-an timbullah rasa shartaw-antun dhartaw-an kasihan dalam jiwa kaum berada. Islam mengunci rapat dua buah pintu ke-jahatan, dan menutup dua buah mata air yang menimbulkan bencana yaitu: kerusakan akal dan harta benda, yakni dengan jalan mengharamkan minum-an keras (khamar, alkohol) permainminum-an judi dminum-an riba tnpa tawar menawar lagi dalam haramnya itu. Bila umur manusia sudah dewasa, berhimpunlah pada dirinya: kebebasan berfikir dan kemerdekaan akal untuk memilkirkan apa yang baik menurut budi yang mulia, keteguhan watak dan apa yang terdapat didalamnya kebangkitan kemauan untuk bekerja serta mendorong kearah jaln berusaha. Siapa yang membaca kitab suci Al-Quran dengan bersungguh-sungguh ia akan mendapatkan disana suatu pembendaharaan yang tidak akan habis dan tidak akan lenyap.

17 Cepatnya Islam Berkembang Tak Ada

Dalam dokumen Resume Buku Tauhid (Halaman 50-57)

Dokumen terkait