• Tidak ada hasil yang ditemukan

13 Kerosulan Muhammad SAW

Dalam dokumen Resume Buku Tauhid (Halaman 43-48)

Dikala itu ada dua Kerajaan besar didunia yaitu Kerajaan Persia di Timur dan Kerajaan Roma di Barat masing-masing bersengketa dan berbunuh-bunuhan satu sama yang lain, mengalirkan darah dikedua penjuru dunia itu, kekuatan menjadi hancur, harta benda binasa dan kezalimanpun menjadi-jadi semakin buas. Adalah suatu kejahatan golongan elite pada segala bang-sa, bahwa hal itu tidak cukup berhenti sampai disitu saja, bahkan lebih dari itu lagi. Mereka peras rakyat dengan menaikkan pajak, dan mereka gencet dengan mengambil bea cukai yang sangat keterlaluan , bahkan memberati beban rakyat lagi dengan aneka warna tuntutan-tuntutan yang bukan-bukan dengan mengambil hasil kerja keringat rakyat itu. Begitulah kekuatan yang ada pada pihak yang memegang kekuasaan dipergunakan untuk merampas apa yang ada pada tangan silemah, orang yang cerdik berfikir bagaimana mengelabui orang yang lengah atau lemah. Hal itu mengakibatkan rakyat pada segala bangsa itu ditimpa oleh bermacam-macam kemelaratan, kehina-an, rendah diri, rasa ketakutan dan berada dalam keadaan goncangan yang terus menerus , ialah karena kehilangan ketentraman rohani dan keamanan harta benda mereka.

Para pemimpin itu telah sesat, baik aqidah kepercayaannya maupun dalam memperturutkan kehendak hawa nafsunya itu. Oleh karena itulah maka pa-ra pa-raja-pa-raja dan papa-ra penguasa itu senantiasa dengan tidak pernah lengah sedikitpun untuk menciptakan tabir asap kebimbangan serta menghidup-hidupkan kebatilan dan tahyul-tahyul khurafat yang berbagai rupa yakni agar hal itu dapat melekat pada akal rakyat banyak itu sehingga pembesar-pembesar itu berani mengataka, bahwa Agama adalah musuh akal, dan musuh segala hasil buah fikiran (ilmu pengetahuan) kecuali apa yang meru-pakan tafsir bagi Kitab Suci belaka. Dan begitulah pembesar-pembesar itu merupakan dewa-dewa yang harus dipuja serta mempunyai kekuasaan yang tidak terbatas.

Begitulah nasib ummat dalam pengetahuannya dan begitulah keadaan peng-hidupan mereka rakyat yang diperbudak lagi dihina , tenggelam dalam la-utan kejahilan yang gelap gulita , kecuali mempunyai sedikit pengetahuan yang klasik dan peraturan-peraturan yang kuno yang membelenggu fikiran dan merintangi bagi kemajuan disamping kurangnya pengetahuan mereka tentang sejarah zaman silam,

Pada waktu zaman Jahilijah, bangsa Arab merupakan kabilah-kabilah (suku-suku) yang terpecah-pecah yang senantiasa hidup dalam persengketaan, dan memperturutkan keinginan hawa nafsu. Dan adalah menjadi kebanggan ba-gi masing-masing kabilah membunuh saudara perempuannya, menumpahk-an darah kepala-kepala kabilah itu, merampas wmenumpahk-anitmenumpahk-anya, merampok harta bendanya , yang semuanya itu dapat menimbulkan huru-hara peperangan diantara sesama mereka. Hal yang seperti itu telah menjadi lumrah dan juga karena disebabkan kesalahan kepercayaan (itihad) yang mereka anut. Pada malam kedua belas Rabiul Awal bertepatan dengan tahun Gajah dan sesuai dengan tanggal 20 April 571 dari kelahiran Al-Masihalaihissalam, dilahirkanlah Muhammad bin Abdullah bin Abdil Muthalib bin Hasyim Al-Queaisyi dikota Makkah. Ia lahir sebagai anak yatim, karena ayahnya telah wafat lebih dahulu sebelum ia dilahirkan, dan tidak meninggalkan harta benda yang banyak kecuali hanya lima ekor unta dan beberapa ekor yang betina, dan seorang budak perempuan dan ada riwayat yang mengatakan jauh lebih sedikit dari itu. Dan pada waktu itu ia berusiaa enam tahun meninggal pula ibunya, maka ia lantas diasuh atas pemeliharaan neneknya Abdul Muthalib. Tetapi setelah dua tahun dibawah asuhan beliau, wafat pulalah neneknya itu, yang langtas ia diasuh kemudian oleh pamannya abu Thalib .Abu Thalib adalah seorang yang berpengaruh lagipun terhormat di-kalangan kaum Quraisy, tetapi ia hidup miskin sehingga ia tidak mempunyai penghasilan yang cukup untuk mengasuh keluarganya. Dan adalah keadaan Nabi SAW dikalangan putra pamannya dan putra kaumnya tak ubahnya juga dengan anak putra bangsanya yang lain yang ditinggalkan oleh kedua orang tua ibu dan bapaknya.

Maka dibesatkan Muhammad SAW sebaagai manusia sempurna, padahal kaumnya masih mempunyai peradaban yang bersahaja. Ia menjadi orang yang tinggi mutunya tetapi mereka masih jauh dibawah. Ia sebagai manu-sia yang meng-Esakan Allah dan mereka masih menyembah berhala, suka hidup rukun dan kaumnya dala persengketaan. Menurut sunnah bahwa seorang anak yatim yang mempunyai nasib seperti itu, waktunya akan di-bentuk oleh pengaruh apa yang dilihatnya semenjak kecil sampai tuanya. Tetapi keadaan berjalan lain dari kebiasaan yang berlaku, bahkan sejak ke-cilnya Muhammad SAW itu telah merasa benci kepada paham menyembah berhala. Beliau amat cepat sekali suci akidahnya sebagaimana lekasnya ia menganut budi pekerti yang baik. Beliau mempunyai sekadar harta yang

dapat memenuhi kebutuhan beliau (dan sebagai tambahan belanja hidupnya sehari-hari beliau mendapatkannya) dengan jalan membantu Siti Khadijah dalam menjalankan perusahannya, dan apalagi setelah Khadijah meletakkan pilihannya pada beliau sebagai suami junjungannya. Dan adalah keuntung-an ykeuntung-ang didapat beliau berkaat hasil cucur keringatnya menjalkeuntung-ankkeuntung-an peru-sahaan Khadijah itu merupakan suatu kekayaan baginya dan membawanya kepada kedudukan yang tinggi dimata kaumnya.

Keinginan hati kaum familinya itu jauh sekali dari mencari pangkat hendak jadi Raja, tetapi memandang cukup dengan keturunan yang terhormat yang ada pada mereka yang telah dapat membawanya kepada pandangan yang terhormat diantara kaumnya sebangsa. Puncak pelopor tentara Habsyi ma-ju menyerbu lebih dahulu masuk kota sehingga ia melakukan perampokan sebanyak dua ratus ekor unta kepunyaan Abdul Muthalib. Dan kemudia bersama-sama dengan beberapa orang Quraisy , Abdul Muthalib keluar un-tuk menemui Raja Habsyi, yang kemudian memintanya menghadap sambil menanyakan apa maksud kedatangannya. Maka beliau mendesak supaya dikembalikan untanya yang dirampas tentara sebanyak dua ratus ekor itu. Ini sebenarnya adalah puncak toleransi pada hal Abdul Muthalib adalah orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dikalangan kaum Quraisy. Maka dimanakah terletaknya kedudukan yang tinggi itu pada diri Muham-mad SAW padahal dirinya sendiri adalah seorang yang melarat dan kedudu-kannya hanya sederhana saja diantara kaum keluarganya sehingga ia akan membutuhkan jadi Raja atau akan merebut kekuasaan.

Rasul mengajak manusia untuk mengetahui, bahwa dirinya adalah terdi-ri daterdi-ri badan dan roh, dan dengan demikian manusia itu terditerdi-ri daterdi-ri dua alam yang berlain lainan sekalipun keduanya bercampur satu dengan yang lain, dan bahwa manusia itu dituntut semua supaya menghormati kedua badan dan roh itu dan mencukupkan segala apa yang menjadi hak kebu-tuhan keduanya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh kebenaran hikmat ilahi. Beliau (Muhammad SAW) walaupun dalam keadaan miskin dan po-sisi yang lemah tetap terus menerus menantang mereka dengan hujjah yang kuat dan melawan mereka dengan bukti yang nyata , memberikan mere-ka nasihat yang berguna disamping memperingati meremere-ka dengan ancaman yang mengejutkan, membangkitkan perhatian mereka dengan contoh per-bandingan, dan terus menerus mengepung dan menghujani mereka dengan pelajaran-pelajaran yang baik, yang seolah-olah beliau seorang Raja yang

gagah perkasa dalam menjalankan hukum, adil dalam pelaksanaan perintah dan larangannya atau penaka seorang ayah bijaksana dalam mendidik pu-tera puterinya yang sangat mengaharapkan supaya anak-anaknya menjadi orang yang berguna santun kepada mereka dalam waktu kesukaran dan sa-yang dalam waktu benda.

Seorang yang jauh dari sumber mata air ilmu pengetahuan tetapi tampil de-ngan semangat untuk memberi pengertian kepada kaum cendekiawan. Se-orang yang dilahirkan ditengah-tengah kaum yang penuh dengan khurafat, tetapi sanggup membetulkan paham kaum filosof yang keliru. Seorang yang hidup ditengah bangsa yang masih dapat dikatakan primitif yang jauh dari kemajuan , jauh dari kesanggupan untuk memahami rahasiau susunan ke-jadian alam ini yang indah mengagumkan itu tetapi sanggup dan mampu mengatakan dengan pasti, bahwa bagi seluruh alam ini ada suatu ketentuan peraturan yang tetap. Dan ia memberikan khittah (garis)yang menuju ke-pada jalan bahagia, jalan yang pasti tidak akan celaka siapa yang melaluinya dan sebaliknya tidak akan selamat siapa yang meninggalkan jalan itu.

14 Al-Quran

Telah datang kepada kita suatu berita yang mutawatir yang tidak bisa dira-gukan lagi kebenarannya, bahwa Nabi Muhammad SAW dibesarkan sebagai seorang ummi. Dan juga merupakn berita yang mutawatir bagi seluruh bangsa-bangsa di dunia, bahwa beliau datang membawa suatubkiatb suci yang diturunkan kepada belaiu, bahwa kitab suci adalah bAl-Quran yang dituliskan dalam mushaf-mushaf yang terpelihara dalam dada semua orang Islam yang memntingkan untuk menghafalnya sampai dewasa ini. Al-quran adalah kiatb yang mengandung berita bangsa-bangsa yang telah silam yang dapat dijadikan contoh perbandingan bagi umat yang hidup sekarang dan yang akan datang, memuat berita pilihan yang dipastikan kebenarannya, dan sebaliknya menghilangkan yang bathil-bathil serta memilih berita yang berguna untuk dijadikan teladan perbandingan. Al-quran menceritakan hi-kayat para Nabi yang dikehendaki oleh Alloh untuk mengisahkannya kepa-da kita tentang riwayat hidup perjuangan mereka, kepa-dan peristiwa-peristiea yang terjaadi antara mereka dengan ummatnya, dan Alloh membersihkan para Nabi itu dari tuduhan orang-orang yang kemudian menjadi percaya juga kerasulan mereka. Dan Al-quran juga mensyariatkan kepada manusia hukum-hukum yang sangat cocok dengan kemaslahatan kehidupan mereka, hukum yang telah terbukti faidahnya bila dipraktekkan dan dipelihara baik-baik. Hukum yang menegakkan keadilan dan mengatur masyarakat perga-ulan mansusia selama orang berhenti pada batas yang telah ditentukannya. Oleh karena itu, kitab suci Al-quran itu mengungguli segala undang-undang peraturan yang dibuat oleh manusia sebagaimana jelas diakui sendiri oleh para penyelidik perundang-undangan bangsa. Al-quran diturunkan Tuhan pada saat zaman yang telah sepakat ahli riwayat mengatakan dan telah me-rupakan berita yang mutawatir, bahwa zaman itu adalah meme-rupakan pun-cak kemajuan bangsa Arab. Dan zaman itu adalah merupakan ciri yang membedakannya dengan segala kemajuan yang pernah dicapai oleh mereka, yakni karena banyaknya muncul para pujangga (sastrawan) dan pahlawan-pahlawan mimbar yang ahli pidato.

Dalam dokumen Resume Buku Tauhid (Halaman 43-48)

Dokumen terkait