• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian arsip kertas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

3. Kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian arsip kertas

Didalam pelaksanaan kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia mengalami beberapa kendala. Kebijakan tertulis mengenai pelestarian enkapsulasi belum dimiliki oleh Arsip Nasional Republik Indonesia. Selain itu bahan untuk melakukan proses restorasi arsip seperti tisu jepang untuk laminasi masih sangat bergantung kepada Negara Jepang sampai saat ini.

Jadi pada tahun 2002 bagian Restorasi Arsip Nasional Republik Indonesia mendapatkan hibah dari Jepang yaitu astralon dari jepang, tisu Jepang, double tape merek pollar dari Jepang, serta mesin leaf casting dan mesin-mesin restorasi lainnya oleh Negara Jepang. Seperti dikatakan oleh informan Kadir, bahwa:

“Saya harus konfirmasi dulu ya kami tahun 2002 kami mendapatkan

seperangkat perbaikan restorasi dari mulai mesin penambal leaf casting dan peralatan yang lain-lain sehingga ketika itu kami tahun 2002 itu mendapatkan plastik polyester/ astralon dari jepang, itu kata beliau yang dari Jepang katanya fungsinya untuk enkapsulasi. Nah ketika itu memang ada alatnya nah menurut beliau itu bagus nah namun karna disini karna faktor biaya dan anggaran, ya kalau kami ketergantungan dengan bahan yang dari Jepang mau gak mau kalau kami tetap menggunakan itu kami harus beli dulu kesana dong.”127

Dari pernyataan tersebut bahwa, Arsip Nasional RI mengenai bahan dan alat untuk restorasi masih sangat ketergantungan dengan Negara Jepang sampai saat ini. khususnya untuk tisu Jepang masih harus membeli dari Negara Jepang. Karna di Indonesia tidak ada tisu Jepang yang kualitasnya sebagus dari Negara Jepang. Sedangkan untuk plastik astralon, polyester dan double tape

127

sebenarnya ada dari Negara Jepang yang lebih bagusan dari pada plastik astralon polyester dan double tape yang ada di Indonesia.

Kendala yang terjadi didalam pengerjaan paska enkapsulasi adalah ketika sebelum menempelkan double tape ke plastik polyester harus menyediakan plastik minyak yang ditempelkan pada double tape, setelah itu dipotong menggunakan penggaris dan cutter. Plastik minyak berfungsi membantu

double tape agar tidak terbuka dulu double tape nya sebelum ditempelkan pada

plastik polyester, dan juga berfungsi untuk alat membantu saat membuat

double tape agar menjadi bentuk yang sangat kecil dan pas untuk menjadi

bingkai perekat pada plastik polyester enkapsulasi. Jika tidak menggunakan plastik minyak dan langsung memakai double tape saja, maka ukuran double

tape nya terlalu besar untuk membuat sebuah perekat bingkai. Dan jika tidak

menggunakan plastik minyak maka menjadi tidak rapi dalam penempelan

double tape nya pada plastik polyesternya karena terlalu besar ukuran double tape nya. Seperti dikatakan oleh informan Madris, sebagai berikut:

“kendalanya adalah biasanya misalnya kita menggunakan double tape pada enkapsulasi, kita harus cari kertas minyak. Kertas minyak membantu untuk menempelkan dalam bagian bingkai arsip ketika kita melakukan enkapsulasi. Tetapi kalau kita tidak menggunakan kertas minyak tersebut kita akan kesulitan, karena rata-rata double tapenya itu ukurannya terlalu besar, walaupun kita pilih di gramedia ukuran terkecil pun masih terlalu besar. Jadi kita harus mencari kertas minyak, atau paling tidak kita harus mencari kertas stiker yang kuning itu, jadi putihnya kita buang kuningnya kita pakai, itu kendalanya.”128

Dari fisik arsip juga menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian arsip kertas dengan metode enkapsulasi di Arsip Nasional Republik Indonesia, ketika menemukan arsip kertas yang sangat rapuh Arsiparis harus

128

benar-benar mengerjakannya dengan sangat hati-hati. Kalau tidak hati-hati arsip kertas yang rapuh tersebut bisa hancur dan rusak fisiknya sehingga kehilangan isi informasinya. Karena di Restorasi ANRI selain menyelamatkan fisiknya juga harus menyelamatkan isi dokumennya. Seperti dalam wawancara dengan informan Kadir, bahwa:

“Ketika kita menemukan fisik arsip yang sangat rapuh, kita harus betul-betul ekstra hati-hati karena disini prinsipnya adalah memperbaiki arsip statis yang sudah renta yang sudah kuno, sudah hampir rusak rapuh. Nah tujuannya kan ketika yang semula tidak bisa dibaca, artinya bukan kita memberi kejelasan, tapi bisa dibaca kembali. Dan dikemudian hari harapan kita bisa awet secara fisik maupun informasinya bisa diteliti oleh anak cucu kita. Itu termasuk kendalanya.”129

Selain kendala bahan, kendala faktor biaya anggaran dan kendala paska proses enkapsulasi, Sumber Daya Manusia atau (SDM) juga dialami dan dirasakan oleh bagian bidang Restorasi arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia. SDM dibagian Restorasi masih terlalu sedikit dibandingkan dengan arsip yang harus direstorasi sangat banyak jumlahnya tetapi SDM nya hanya ada 9 (Sembilan) orang saja. Seperti halnya dikatakan oleh informan Kadir, bahwa:

“Menurut saya kendala Sumber Daya Manusia (SDM), kalau restorasi arsip itu kan umumnya banyak ya itu, personil atau SDM di Restorasi kurang banyak ya disini. Jadi SDM nya kurang karena idealnya kan itu harus banyak itu SDMnya.”130

Selain Sumber Daya Manusia yang masih sedikit dibagian Restorasi arsip ANRI, ada beberapa SDM yang melakukan pekerjaan restorasi tidak dengan langkah-langkah aturan yang ada didalam Protap maupun SOP. Seperti yang dikatakan oleh informan Kadir:

129wawancara dengan Bapak Kadir pada tanggal 30 November 2016 pukul 09.33 WIB 130

“Pastinya pekerjaan apapun pasti ada kendalanya, jadi begini dibidang restorasi kan tidak semua pekerjaannya bagus dan rapi, jadi saya dan pak Madris, dll beda hasilnya. Katakanlah seseorang yang maunya kerjanya sembrono, tidak sesuai dengan aturan main yang ada, katakanlah protap maupun SOP yang ada. Karena akibatnya untuk kalau yang tidak sesuai prosedur, 1 (satu) tahun, 2 (dua) tahun secara kasat mata tidak kelihatan. Tapi 10 (sepuluh) sampai 15 (lima belas) kemudian sampai 50 (lima puluh) tahun akan kelihatan yang sesuai prosedur dengan yang mohon maaf ya abal-abal yang tidak menggunakan sistem yang ada, begitu.”131

Dari pernyataan tersebut bahwa, tidak semua Arsiparis pelaksana Restorasi arsip di Arsip Nasional Republik Indonesia melakukan pelestarian arsip dengan mengikuti langkah-langkah aturan yang ada di Protap maupun di SOP yang ada. Terkadang Arsiparis pelaksana restorasi tersebut melakukan pelestarian arsip dengan cara kerja singkat mereka sendiri, tidak teliti, dan tidak rapi. Agar ingin cepat selesai mengerjakan pelestarian arsip kertas, Arsiparis pelaksana tersebut mengerjakan dengan cara mereka sendiri dengan mempersingkat dan melangkahkan yang seharusnya mengikuti langkah berurutan yang ada di Protap maupun di SOP yang ada. Sehingga hal ini mengakibatkan arsip yang direstorasi tidak rapi dan tidak terlihat indah. Apabila dikerjakan tidak dengan urutan dan aturan yang ada di Protap dan Sop akan terlihat akibatnya nanti setelah 10-15 tahun kemudian.

Dokumen terkait