• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI DALAM

B. Kendala-kendala Prosedur Perizinan Penempatan Tenaga

136

1. Terdapat indikasi pemalsuan bukti bayar DPKK (Dana Pengembangan Keahlian dan Keterampilan);

2. Terdapat perusahaan pengguna TKA mempekerjakan tenaga kerja asing sebanyak 24 orang tanpa IMTA;

3. Pengurusan perpanjangan IMTA oleh perusahaan pengguna TKA kepada Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara terlambat;

4. Penerbitan Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing Sementara (IMTA-S) oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Utara tidak sesuai ketentuan.

Untuk lebih jelasnya, kendala-kendala diatas dijabarkan sebagai berikut :

135

Pasal 92 ayat (1) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

136

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, Kendala dalam mempekerjakan Tenaga Kerja Asing di Sumatera Utara

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT. Ad. 1. Terdapat indikasi pemalsuan bukti bayar DPKK (Dana Pengembangan

Keahlian dan Keterampilan).

Hasil pemeriksaan secara uji petik atas dokumen penerbitan Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Utara khususnya terhadap dokumen pembayaran Dana Kompensasi atas Penggunaan Tenaga Kerja Asing atau Dana Pengembangan Keahlian dan Ketrampilan (DPKK) oleh perusahaan pengguna TKA yang pembayarannya dilaksanakan pada Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang Pembantu Depnaker No. Rekening 11773003 menunjukkan bahwa bukti bayar DPKK untuk 130 IMTA senilai Rp. 863.100.000,00 diindikasikan palsu, dengan rincian sebagai berikut:

TABEL 5

No. Tahun

Anggaran

Jumlah IMTA Jumlah DPKK (US $) Jumlah (Rp) 1. 2004 13 8.400 75.600.000,- 2. 2005 87 51.500 463.500.000,- 3. 2006 30 36.000 324.000.000,- Jumlah 130 95.900 863.100.000,-

Indikasi pemalsuan bukti bayar tersebut adalah:

a. Hasil pengecekan secara uji petik terhadap bukti pembayaran DPKK dengan Rekening Koran Bendaharawan Penerima Depnakertrans Jakarta pada Bank Negara Indonesia Cabang Pembantu Depnaker periode bulan Januari dan Februari 2005 ternyata penyetoran DPKK tersebut tidak masuk ke rekening koran Bendaharawan Penerima No. Rek. 11773003.

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT.

b. Berdasarkan hasil konfirmasi ke Bank BNI 1946 yang dijawab melalui Surat No. TEB/08/450/2006 tanggal 5 Juni 2006 menerangkan bahwa bukti pembayaran DPKK tersebut tidak ada dalam sistem pembukuan BNI 1946.

c. Validasi Bank atau Cash Register yang tercetak dalam bukti setor tidak seragam dan terdapat nomor transaksi yang sama pada beberapa bukti setor.

d. Perusahaan Pengguna TKA yang mengurus perpanjangan IMTA tersebut berlokasi di Sumatera Utara, tetapi dalam melakukan pembayaran dan penyetoran DPKK selalu dilaksanakan di Jakarta yaitu ke rekening Bendaharawan Penerima DPKK pada BNI Cabang Pembantu Depnaker.

Berdasarkan konfirmasi terhadap perusahaan pengguna TKA tanggal 2 Mei 2006 diperoleh penjelasan bahwa proses pengurusan IMTA tidak dilakukan sendiri oleh perusahaan pengguna TKA, tetapi menggunakan biro jasa (agent) yaitu PT Citra Utama King Junior Perkasa, Jl. Kalimantan No. 16 C, Medan. Dalam proses penerbitan IMTA Perpanjangan, petugas pada Disnakertrans Provinsi Sumatera Utara dhi. Seksi Bursa dan Penempatan Tenaga Kerja pada Subdis Pemberdayaan dan KesempatanTenaga Kerja, yang bertugas melayani proses penerbitan IMTA dimaksud tidak dapat mengetahui keabsahan bukti setoran DPKK sebagai salah satu persyaratan penerbitan IMTA, yang disertakan dalam dokumen permohonan IMTA Perpanjangan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 tanggal 25 Maret 2003 tentang Ketenagakerjaan BAB VIII Pasal 47 ayat (1) : “Pemberi kerja wajib membayar kompensasi atas setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakannya”.

b. Kepmenakertrans No. Kep-20/MEN/III/2004 tanggal 1 Maret 2004 pasal 5 menetapkan antara lain untuk memperoleh IMTA pemberi kerja TKA harus

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT.

menyampaikan permohonan dengan melampirkan bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA.

c. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Bab XII Pasal 263 Ayat (1)

Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan, atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan untuk bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama 6 tahun; hal tersebut mengakibatkan terjadi kerugian negara sebesar US$ 95.900 atau setara dengan Rp. 863.100.000,00 (asumsi US $1 = Rp. 9.000,00).

Keadaan tersebut diatas disebabkan :

a. Adanya itikad tidak baik dari petugas pengurusan IMTA (Biro Jasa PT. Citra Utama King Junior Perkasa).

b. Lemahnya sistem penerimaan DPKK.

Penjelasan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatra Utara bahwa pemalsuan bukti pembayaran DPKK yang dilakukan oleh biro jasa PT. Citra Utama King Junior, diluar sepengetahuan Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara dalam hal pelayanan perpanjangan izin kerja permanen dan sementara. Karena sebagai pihak penerbit izin kami hanya diwajibkan menerima turunan bukti pembayaran dan sekaligus memeriksa ada tidaknya stempel dari bank penerima (Permennaker No. 282/MEN/1998 dan Kepmenakertrans No 20/MEN/III/2004).

Secara kasat mata turunan tersebut sepertinya asli sehingga kami tidak menaruh curiga sampai adanya klarifikasi dari Depnakertrans atau BPK. Namun demikian, temuan BPK akan kami tindak lanjuti dengan memanggil perusahaan pengguna TKA dimaksud

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT.

untuk memberi keterangan lebih lanjut sebab terjadinya pemalsuan bukti pembayaran DPKK dan sekaligus menyarankan agar membayar DPKK dimaksud. Hasilnya akan kami laporkan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Gubernur Sumatra Utara.

Sejak pemberlakuan Kepmenakertrans No.20/MEN/III/2004, kami setiap triwulan mengirim laporan pelayanan izin tenaga kerja asing (perpanjangan dan sementara) kepada Menteri tenaga kerja dan Transmigrasi dan Gubernur Sumatera Utara. Laporan yang kami kirim tidak diklarifikasi oleh pihak Depnakertrans, utamanya tentang kebenaran pembayaran DPKK yang dilakukan langsung oleh pengguna/sponsor tenaga kerja asing. BPK-RI menyarankan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi agar :

a. Meminta perhatian Gubernur Sumatera Utara untuk menginstruksikan Kepala Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara segera melakukan penyelidikan lebih lanjut atas pemalsuan bukti bayar DPKK tersebut dan melaporkannya kepada Instansi Penegak Hukum untuk diselesaikan secara hukum sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

b. Menginstruksikan Dirjen PPTKDN untuk melakukan perbaikan sistem penerimaan DPKK dan menindaklanjuti permasalahan dimaksud.

Ad. 2. Terdapat perusahaan pengguna TKA mempekerjakan tenaga kerja asing sebanyak 24 orang tanpa IMTA.

Berdasarkan data pelaksanaan penempatan Tenaga Kerja Asing (TKA) pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Propinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa pada Tahun Anggaran 2004 s/d 2006 (s/d Maret 2006) Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara telah menerbitkan Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA) sebagai berikut:

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT. TABEL 6

Tahun Anggaran Jumlah IMTA

2004 399 buah

2005 591 buah

2006 (s.d. Maret 2006) 132 buah

Jumlah 1.122 buah

Dari hasil pemeriksaan uji banding antara dokumen IMTA yang diterbitkan oleh Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara dengan dokumen keimigrasian tenaga kerja asing yaitu Laporan Register Penerbitan Izin Tinggal baik Izin Tinggal Terbatas (ITAS) Baru maupun ITAS Perpanjangan yang dikeluarkan oleh Kantor Imigrasi (Kanim) Medan, Polonia dan Belawan, ternyata terdapat 24 orang TKA yang telah memperoleh izin tinggal terbatas (ITAS) tetapi tidak memiliki IMTA atau oleh perusahaan pengguna TKA tersebut tidak diurus perpanjangan IMTA-nya baik kepada Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara maupun kepada Depnakertrans Pusat.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan: Pasal 42 ayat (1) : “Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk”.

Pasal 47 ayat (1) : “Pemberi kerja wajib membayar kompensasi atas setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakannya”.

Pasal 185 ayat (1) : “Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT.

paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah)”. b. Kepmenakertrans No. Kep-20/MEN/III/2004 tanggal 1 Maret 2004 tentang Tata Cara

Memperoleh IMTA, menetapkan :

Pasal 5 : “Untuk memperoleh IMTA pemberi kerja TKA harus menyampaikan permohonan dengan melampirkan antara lain bukti pembayaran dana kompensasi penggunaan TKA”.

Pasal 11: “Pemberi kerja mengajukan permohonan perpanjangan IMTA kepada Direktur atau Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh hari) sebelum jangka waktu berlakunya IMTA berakhir dengan melampirkan antara lain bukti pembayaran dana kompensasi”.

Kondisi diatas mengakibatkan :

a. Pelanggaran terhadap Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan oleh perusahaan pengguna TKA;

b. Terjadi kerugian negara berupa DPKK yang tidak terpungut sebesar US$ 28,800.00 (US$ 12,000.00 + USS 16,800.00) atau setara dengan Rp. 259.200.000,00 (asumsi US$ 1 = Rp. 9.000,00).

Hal tersebut terjadi karena :

a. Pihak pengguna TKA lalai, dengan sengaja tidak mengurus perpanjangan IMTA. b. Kurangnya koordinasi antara Kantor Imigrasi yang menerbitkan izin tinggal dengan

Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara atau Depnakertrans sebagai instansi yang mengeluarkan izin mempekerjakan tenaga kerja asing.

c. Lemahnya pengawasan dan pengendalian oleh Disnakertrans Sumatera Utara terhadap TKA yang ada di wilayahnya.

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT.

Kepala Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara menjelaskan bahwa koordinasi dengan pihak Imigrasi telah dilakukan untuk menghindari TKA illegal, namun karena lemahnya perangkat hukum yang mengatur tentang penggunaan TKA, Disnakertrans tidak dapat mewajibkan Kantor Imigrasi melaporkan KITAS maksud kerja.

Selain itu di Propinsi Sumatera Utara terdapat dualisme pengurusan ijin kerja TKA yaitu pada Disnakertrans dan Badan Investasi dan Promosi (Bainprom). Pengawasan memang belum dilakukan secara maksimal, masih sebatas mengawasi penggunaan IMTA oleh pengguna TKA, yaitu IMTA Perpanjangan dan IMTA Sementara.

BPK-RI menyarankan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi agar meminta perhatian Gubernur Sumatera Utara supaya menginstruksikan Kepala Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara untuk:

a. Mengenakan sanksi kepada perusahaan pengguna TKA sesuai dengan Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

b. Menagih DPKK sebesar US$ 28.800 kepada perusahaan pengguna TKA dan menyetorkan ke Kas Negara (Copy bukti setor disampaikan kepada BPK-RI);

c. Melakukan kerjasama kedinasan antara Kantor Imigrasi dengan Disnakertrans.

Ad. 3. Pengurusan perpanjangan IMTA oleh perusahaan pengguna TKA kepada Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara terlambat.

Hasil pemeriksaan atas pelaksanaan penempatan tenaga kerja asing (TKA) pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Propinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa pada TA 2004 s/d 2006 (s/d Maret 2006) telah menerbitkan Ijin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA) Perpanjangan, sebagai berikut:

TABEL 7

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT. 2004 399 2005 591 2006 (s.d. Maret 2006) 132 Jumlah 1.122

Dari hasil penelitian lebih lanjut terhadap data penerbitan IMTA diketahui bahwa pembayaran Dana Pengembangan Keahlian dan Keterampilan (DPKK) dengan tarif US $ 100,00/bulan/orang dilakukan setelah tanggal berlakunya IMTA atau perusahaan pengguna TKA tersebut mengurus perpanjangan IMTA dan melakukan pembayaran DPKK tidak tepat waktu, yaitu setelah tanggal IMTA lama berakhir. Pada Tahun Anggaran 2004 s/d 2006 (s/d Maret 2006) terdapat 13 IMTA yang mengalami kelambatan pembayaran DPKK selama 6 s/d 186 hari dengan jumlah DPKK sebesar US $ 13,200.00.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP-20/MEN/2004 tanggal 1 Maret 2004 tentang Tata Cara Memperoleh Ijin mempekerjakan tenaga kerja asing Pasal 11 ayat (1) dan (3) yang menyatakan bahwa :

Ayat (1) “Pemberi kerja mengajukan permohonan perpanjangan IMTA kepada Direktur atau Gubernur sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (2) dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum jangka waktu berlakunya IMTA berakhir dengan melampirkan antara lain bukti pembayaran dana kompensasi”.

Ayat (3) “IMTA perpanjangan tidak dapat diterbitkan apabila masa berlaku IMTA berakhir”.

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT.

Hal tersebut mengakibatkan penerimaan Negara yang bersumber dari DPKK dengan nilai sebesar US $ 13,200.00 atau setara dengan Rp. 118.800.000,00 terlambat diterima Kas Negara (asumsi US $ 1 = Rp. 9.000,00).

Kondisi diatas terjadi karena:

a. Kelalaian Perusahaan Pengguna TKA yang tidak segera mengurus perpanjangan IMTA kepada Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara sebelum IMTA lama berakhir; b. Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara kurang optimal dalam melaksanakan

pengawasan dan pengendalian terhadap TKA yang ada di wilayahnya. Kepala Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara menjelaskan bahwa sejak diberlakukan Kepmenakertrans No.Kep-20/MEN/III/2004, terjadi perubahan mendasar dari ketentuan sebelumnya (Permenaker No.03/MEN/1990 dan Kepmenaker No.416/MEN/1990) yaitu dari TA-02 untuk rekomendasi perpanjangan KITAS menjadi IMTA sebagai rekomendasi perpanjangan KITAS dan sekaligus ijin kerja. Perubahan ini menjadikan persoalan hukum yaitu terdapat beberapa TKA penerima TA-02 belum menguruskan IMTA, yang akibatnya bilamana Kepmenaker No. 20 Tahun 2004 segera diberlakukan maka terdapat beberapa TKA harus dideportasi karena bekerja tanpa IMTA.

Untuk menghindari kesenjangan hukum dan keresahan menghadapi perubahan tata cara perpanjangan IMTA, maka IMTA yang telah berakhir masa berlakunya dimungkinkan diperpanjang (masa transisi), namun tetap diwajibkan membayar dan melampirkan bukti pembayaran DPKK yang terutang dan pengurusan selanjutnya mempedomani Kepmenakertrans No.20/MEN/III/2004. Menghadapi perubahan ini, Disnakertrans telah melaporkan kepada Gubernur Sumatera Utara melalui surat No.1081/DTK-TR/2004 tanggal 27 Juli 2004 yang tembusannya disampaikan kepada Menakertrans. Keterlambatan pengurusan perpanjangan IMTA oleh pengguna TKA

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT.

adalah pada saat sebelum berlakunya Kepmenakertrans No.20/MEN/2004 (karena masih menggunakan TA-02), dan sebelumnya telah dilakukan teguran kepada pengguna TKA dimaksud (yang menerima TA-02) dari Disnakertrans namun belum mengurus ijin.

Pengawasan akan ditingkatkan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. BPK-RI menyarankan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi agar meminta perhatian Gubernur Sumatera Utara supaya menginstruksikan Kepala Disnakertrans Provinsi Sumatera Utara untuk:

a. Memberikan peringatan kepada perusahaan pengguna TKA agar dalam pengurusan perpanjangan IMTA mengacu kepada ketentuan sebagaimana diatur dalam Kepmenakertrans No. Kep-20/MEN/III/2004:

b. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian serta melakukan perbaikan sistem komputerisasi penerbitan IMTA yang dapat memonitor setiap IMTA yang akan habis masa berlakunya.

Ad. 4. Penerbitan Ijin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing Sementara (IMTA-S) oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Utara tidak sesuai ketentuan.

Berdasarkan data pelaksanaan penempatan Tenaga Kerja Asing (TKA) pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Propinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa pada Tahun Anggaran 2004 s/d 2006 (s/d Maret 2006) Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara telah menerbitkan Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA) sebagai berikut:

TABEL 8

Tahun Anggaran Jumlah IMTA

2004 399 buah

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT.

2006 (s.d. Maret 2006) 132 buah

Jumlah 1.122 buah

Dari pemeriksaan lebih lanjut atas dokumen penerbitan IMTA tersebut di atas, ternyata terdapat penerbitan IMTA Sementara diterbitkan oleh Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara dengan rincian :

TABEL 9

Tahun Anggaran Jumlah IMTA

2004 111 buah

2005 157 buah

2006 (s.d. Maret 2006) 58 buah

Jumlah 326 buah

Di dalam IMTA Sementara disebutkan antara lain yang menjadi dasar hukum penerbitan IMTA tersebut selain Undang Undang No. 13 Tahun 2003 dan Kepmenakertrans No. Kep-20/MEN/III/2004 tanggal 1 Maret 2004, juga Kepmenaker No. Kep-172/MEN/2000 tanggal 11 Juli 2000 tentang Penunjukan Pejabat Pemberi Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang untuk Pekerjaan yang Bersifat Sementara atau Mendesak.

Dari hasil pemeriksaan lebih lanjut secara uji petik atas berkas penerbitan IMTA-S ternyata izin kerja sementara tersebut digunakan berulang kali (lebih dari 60 hari) oleh perusahaan pengguna tenaga kerja asing dengan memanfaatkan Perpanjangan Visa Kunjungan Usaha (Visa 457). Pekerjaan yang sifatnya sementara atau mendesak yang kewenangan penerbitan IMTA-nya dilimpahkan kepada Kakanwil Depnaker sebagaimana disebutkan Kepmenaker No. Kep-172/MEN/2000 tanggal 11 Juli 2000 adalah bagi TKA pemegang Izin Tinggal Terbatas dan bukan pemegang Visa Kunjungan Usaha (VKU).

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT.

Penerbitan IMTA Sementara tersebut diperjelas lagi dengan Kepmenakertrans No.KEP- 20/MEN/III/2004 tanggal 1 Maret 2004, yang di dalamnya menetapkan kriteria-kriteria atau batasan-batasan pekerjaan yang bersifat darurat atau mendesak serta menetapkan pejabat yang diberi wewenang untuk menerbitkan izin kerja dimaksud.

Berdasarkan informasi lisan dari pihak Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara diketahui bahwa penerbitan IMTA Sementara dilakukan dalam upaya memberikan kemudahan pelayanan pengurusan IMTA-S kepada perusahaan pengguna TKA yang wilayahnya jauh dari Depnakertrans Pusat di Jakarta dan sebagian besar TKA tersebut hanya bekerja di Indonesia untuk masa kurang dari satu bulan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Keputusan Menakertrans No.KEP-20/MEN/III/2004 tanggal 1 Maret 2004 menyatakan bahwa:

Pasal 13 Ayat (1)

“Pemberi kerja yang akan mempekerjakan TKA untuk pekerjaan yang bersifat darurat atau mendesak wajib mengajukan permohonan IMTA kepada Direktur”;

Pasal 13 Ayat (2)

“Pekerjaan yang bersifat darurat atau mendesak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pekerjaan-pekerjaan yang apabila tidak ditangani secara langsung dapat mengakibatkan kerugian fatal bagi masyarakat umum dan jangka waktunya tidak lebih dari 60 (enam puluh) hari”.

b. Kepmenakertrans Kep-172/MEN/2000 tanggal 11 Juli 2000 menyatakan antara lain bahwa penunjukan Kakanwil Depnaker sebagai pejabat yang bertindak atas nama Menteri Tenaga Kerja untuk memberikan izin mempekerjakan tenaga kerja warga negara asing pendatang (TKWNAP) dalam hal TKWNAP akan dipekerjakan pada pekerjaan bersifat sementara atau mendesak yang jangka waktunya tidak lebih dari 60

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT.

(enam puluh) hari dengan menggunakan visa tinggal terbatas untuk jangka waktu 60 (enam puluh) hari yang lapangan usahanya berada dalam satu wilayah Propinsi. Kondisi di atas mengakibatkan IMTA-S yang diterbitkan oleh Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara cacat hukum.

Kondisi tersebut terjadi karena Kepala Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara belum sepenuhnya mematuhi ketentuan tentang penempatan TKA. Kepala Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara menjelaskan bahwa :

a. Sosialisasi Kepmenakertrans No.Kep-20.MEN/III/2004 memang belum dilakukan secara optimal, disebabkan tidak tersedianya anggaran dari Depnakertrans dan baru 1 (satu) kali dilakukan sosialisasi secara klasikal. Akan tetapi, secara non klasikal terus menerus dilakukan pada saat pengurusan izin maupun pada saat melakukan monitoring ke perusahaan pengguna TKA.

b. Tidak konsisten terhadap penempatan TKA dari pengguna IMTA Sementara terjadi karena IMTA Sementara diatur dalam 2 (dua) Kepmenaker yaitu Kepmenaker No.172/MEN/2000 dan Kepmenakertrans No.20/MEN/III/2004. Dimana Kepmenaker No.172 Tahun 2000 menunjuk Pejabat Ketenagakerjaan Propinsi yang menerbitkan izin sementara, sedangkan dalam Kepmenakertrans No. 20 Tahun 2004 menjadi kewenangan Direktur pada Depnakertrans, padahal kedua obyek peraturan tersebut sama yaitu bersifat sementara atau mendesak (Kepmen No. 172 Tahun 2000); bersifat darurat atau mendesak (Kepmenakertrans No. 20 Tahun 2004). Dan yang selama ini diterbitkan adalah IMTA sementara sebagaimana diatur dalam Kepmen 172 Tahun 2000.

Untuk menghindari ketidakkonsistenan dalam penempatan TKA, agar pihak Depnakertrans memberi batasan yang jelas tentang maksud IMTA sementara dalam Kepmenaker No. 172 Tahun 2000 dan Kepmenakertrans No. 20 Tahun 2004. Selain itu

Rendy Andaria Bangun : Perlindungan Hukum Terhadap Tenagakerja Asing (TKA) Di Sumatera Utara Studi Pada : PT.

penerbitan IMTA Sementara terhadap pengguna Visa Kunjungan Usaha atas permintaan sponsor/pengguna TKA dengan cara terlebih dahulu membayar DPKK, sehingga sulit untuk menolaknya. Pemegang Visa Kunjungan Usaha tidak seluruhnya harus mempunyai IMTA , namun dalam praktiknya batas bekerja di lapangan menjadi tidak jelas.

Namun demikian, di masa mendatang, Disnakertrans akan lebih memperhatikan batas waktu IMTA sementara dan jenis Visa yang diatur dalam Kepmenaker No. 172 Tahun 2000. BPK-RI menyarankan kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi agar : a. Meminta perhatian Gubernur Sumatera Utara supaya menginstruksikan Kepala Disnakertrans Propinsi Sumatera Utara untuk memberikan teguran kepada para pihak yang tidak konsisten melaksanakan ketentuan tentang penempatan TKA;

b. Segera meninjau kembali ketentuan tentang kewenangan penerbitan IMTA Sementara agar tidak terulang permasalahan yang sama dimasa yang akan datang.

C. Kendala-kendala Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Tenaga Kerja

Dokumen terkait