• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berikut ini kedala kemitraan yang dirasakan oleh petani mitra, Gapoktan Mekar Tani, dan PT. Medco Intidinamika, sebagai pihak yang melaksanakan kemitraan, antara lain:

1. Keterlambatan Pembayaran Kepada Petani Mitra

Keterlambatan pembayaran kepada petani mitra karena Gapoktan Mekar Tani kekurangan modal untuk membayar secara langsung saat petani mitra mengirimkan hasil produksi. Kontrak kerjasama yang dibuat dengan perusahaan mitra, biasanya dilaksanakan untuk jangka waktu empat bulan dengan pembayaran yang bertahap. Sedangkan petani mitra melakukan panen dan mengirimkan hasil produksinya berbeda-beda. Tidak semua dilakukan setelah Gapoktan Mekar Tani mendapatkan pembayaran dari perusahaan mitra, sehingga Gapoktan Mekar Tani harus meminjam uang kepada pihak lain untuk membayar hasil produksi petani mitra.

Gapoktan Mekar Tani pun terkendala pembayaran dari perusahaan mitra, jika beras sehat yang dikirimkan belum memenuhi kuota yang diminta perusahaan, maka pembayaran belum dapat dilakukan. Sebaiknya, pembayaran yang dilakukan bertahap tersebut, pada pembayaran tahap satu dan/atau kedua, persentase yang dibayarkan dari nilai total ditingkatkan hingga 10 persen (dua kali lipat dari kesepakatan saat ini) dan dibayarkan langsung setelah Gapoktan Mekar Tani mengirimkan beras sehat. Bila Gapoktan Mekar Tani belum memenuhi kuota pengiriman beras sehat, sebaiknya pembayaran dilakukan sebesar 50 persen dari total nilai pengiriman. Hal ini dilakukan agar Gapoktan Mekar Tani tidak kekurangan modal untuk membayar hasil produksi petani mitra.

2. Belum Meratanya Distribusi Pinjaman Benih dan Modal dari Perusahaan Mitra

Pendistribusian pinjaman benih dan modal dari perusahaan mitra yang kurang merata, sehingga belum semua petani mitra mendapatkannya. Gapoktan Mekar Tani belum bisa mengatur pendistribusian pinjaman ini dengan baik. Bahkan Gapoktan Mekar Tani belum mempunyai data yang lengkap siapa saja petani yang bergabung dalam kemitraan. Hal ini dikarenakan semua urusan kemitraan yang dilakukan Gapoktan Mekar Tani hanya diatur oleh satu orang saja, yaitu ketua gapoktannya. Down payment (DP) dari perusahaan mitra kemungkinan tidak semua diberikan kepada petani mitra sebagai pinjaman modal untuk awal penanaman karena juga digunakan untuk pembayaran gabah padi sehat kepada petani secara langsung saat pengiriman.

Hanya satu orang yang mengatur kemitraan di dalam Gapoktan Mekar Tani membuat kemitraan ini kurang berjalan maksimal dan transparan. Pengurus Gapoktan Mekar Tani yang terbentuk pada tahun 2009, tidak berjalan dengan baik. Organigram yang terpasang di sekretariat Gapoktan Mekar Tani hanya sekedar nama saja, tanpa ada realisasi tugas. Menurut beberapa pengurus Gapoktan Mekar Tani yang merupakan petani responden, mengatakan bahwa mereka tidak disertakan dalam berbagai kegiatan Gapoktan Mekar Tani, termasuk pelaksanaan kemitraan. Kurang transparannya kemitraan dirasakan oleh beberapa petani mitra ini karena pengelolaan keuangan hanya dilakukan sendiri oleh ketua Gapoktan. Uang muka yang diberikan perusahaan mitra nilainya puluhan juta

rupiah bila dikelola dengan baik seharusnya seluruh petani mitra mendapatkan pinjaman modal.

Sebaiknya Gapoktan Mekar Tani mempunyai pengurus yang mengatur kemitraan, mulai dari persiapan lahan hingga pengiriman. Pengurus tersebut dapat berasal dari luar Gapoktan Mekar Tani karena petani mitra juga banyak yang berasal dari luar Gapoktan Mekar Tani. Hal ini disarankan agar pelaksanaan kemitraan lebih maksimal dan transparan.

3. Kurangnya Sosialiasi Mekanisme Kemitraan kepada Petani Mitra

Petani mitra ada yang merasa tidak melakukan kemitraan padahal gabah padi sehat yang mereka hasilkan selanjutnya dijual kepada perusahaan mitra. Kondisi ini terjadi pada petani mitra yang menjual hasil produksinya melalui perwakilan desanya, yang selanjutnya dikirimkan kepada Gapoktan Mekar Tani. Hal ini dikarenakan, kurangnya sosialisasi mekanisme kemitraan kepada petani mitra. Petani mitra banyak yang belum mengetahui apa manfaat yang mereka dapatkan dalam kemitraan, sehingga komitmen mereka masih rendah.

Bila pengurus kemitraan sudah ada (saran untuk point 2), sebaiknya diadakan pertemuan rutin antara petani mitra untuk memberikan sosialisasi mekanisme kemitraan dan rencana selanjutnya dalam kemitraan. Dengan adanya pertemuan rutin tersebut petani mitra dapat memberikan masukan kepada pengurus, sehingga terciptanya transparansi kemitraan. Pada pertemuan tersebut juga dapat diundang perwakilan perusahaan mitra untuk dilakukan tukar pendapat. 4. Keterlambatan Pengiriman dan Kuota Beras Sehat yang Belum

Terpenuhi

Perusahaan mitra mengeluhkan keterlambatan pengiriman dan kuota beras sehat yang belum terpenuhi. Hal ini dikarenakan pengurus kemitraan hanya ketua Gapoktan Mekar Tani saja. Bila ketua Gapoktan Mekar Tani berhalangan untuk mengatur pengiriman beras, maka tidak ada penggantinya, sehingga terjadinya keterlambatan pengiriman. Kuota beras sehat yang belum dapat dipenuhi oleh Gapoktan Mekar Tani dikarenakan luas sawah padi sehat di Desa Jambenenggang sangat sedikit. Luas sawah di desa ini paling sempit di Kecamatan Kebon Pedes. Untuk mengatasinya, maka Gapoktan Mekar Tani melakukan kerjasama dengan poktan atau gapoktan lain didalam dan diluar Kecamatan Kebon Pedes.

Faktor cuaca juga menjadi kendala pada saat pengeringan gabah padi sehat, sehingga kuota beras sehat yang dikirimkan belum terpenuhi sesuai permintaan. Gapoktan Mekar Tani akan mendapatkan mesin pengering gabah dari dinas pertanian, sehingga cuaca tidak lagi menjadi kendala saat pengeringan. Selain itu, sebaiknya petani mitra melakukan penjemuran gabah terlebih dulu sebelum dikirimkan ke Gapoktan Mekar Tani, sehingga harga jualnya menjadi lebih tinggi dan Gapoktan Mekar Tani dapat langsung melakukan pengilingan. Bila petani menjual gabah dalam bentuk GKG (Gabah Kering Giling) maka petani akan mendapatkan harga jual Rp 1.200,00 lebih tinggi dari GKG konvensional.

6.6. Manfaat kemitraan

Manfaat kemitraan yang dirasakan oleh petani mitra dihitung dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur persepsi petani mitra terhadap manfaat kemitraan yang dirasakannya dengan menggunakan 27 pernyataan positif, yang dikelompokan menjadi tujuh bagian, yaitu bimbingan teknologi, input, output, pemasaran, biaya produksi, pinjaman modal, dan pendapatan. Nilai rata-rata setiap manfaat kemitraan tersebut dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Manfaat Kemitraan yang Dihitung dengan Menggunakan Skala Likert pada Petani Mitra di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012

Manfaat Kemitraan Nilai Rata-rata Artinya

Bimbingan Teknologi 3,58 Netral

Input 2,74 Tidak Setuju

Output 3,42 Netral

Pemasaran 4,23 Setuju

Biaya Produksi 3,58 Netral

Pinjaman Modal 2,27 Tidak Setuju

Pendapatan 3,38 Netral

NILAI RATA-RATA TOTAL

Dilihat dari nilai rata-rata bimbingan teknologi, didapat nilai sebesar 3,58 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai adanya kemitraan mereka mendapatkan bimbingan teknologi. Petani mitra tidak mendapatkan bimbingan teknologi secara langsung oleh perusahaan mitra karena Gapoktan Mekar Tani (sebagai penghubung kemitraan) telah dianggap berpengalaman dalam usahatani padi sehat. Petani mitra mendapatkan bimbingan teknologi dari ketua Gapoktan Mekar Tani yang merupakan penyuluh swadaya di Kecamatan Kebon Pedes. Namun pelaksanaan bimbingan teknologi tersebut (penyuluhan dan pelatihan) dilakukan atas inisiasi PPL. Apabila petani mitra membutuhkan bimbingan teknologi, biasanya meminta bantuan kepada ketua Gapoktan Mekar Tani secara pribadi. Jadi secara tidak langsung petani mitra merasa mendapatkan bimbingan teknologi dari kemitraan ini, walaupun bukan dari perusahaan mitra. Sebaiknya perusahaan mitra memberikan bimbingan teknologi secara langsung agar hasil produksi petani mitra optimal secara kualitas dan kuantitas, sehingga perusahaan mitra juga mendapatkan pasokan yang terpenuhi secara kualitas dan kuantitas. Hal ini perlu dilakukan karena kemitraan seharusnya disertai dengan pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan.

Dilihat dari nilai rata-rata teknologi input, didapat nilai sebesar 2,74 (tidak setuju). Berarti persepsi petani mitra negatif mengenai adanya kemitraan mereka mendapatkan manfaat teknologi input (kemudahan, harga yang murah, kualitas, tepat waktu, dan cukup jumlahnya). Manfaat teknologi input tersebut dilihat pada benih organik, pupuk organik, pestisida nabati, dan juga lingkungan lahan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan perusahaan mitra hanya memberikan pinjaman input berupa benih, namun itupun tidak semua petani mitra mendapatkannya. Ada juga satu orang petani mitra yang mendapatkan pinjaman modal berupa pupuk organik padat senilai Rp 1 juta.

Dilihat dari nilai rata-rata output, didapat nilai sebesar 3,42 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai adanya kemitraan hasil produksi padi sehat mereka menjadi lebih banyak dan kualitas gabah menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan kemitraan mendorong petani untuk melakukan budidaya padi sehat dengan baik tanpa menggunakan bahan-bahan kimia, sehingga output yang dihasilkan menjadi lebih banyak dan berkualitas.

Dilihat dari nilai rata-rata pemasaran, didapat nilai sebesar 4,23 (setuju). Berarti persepsi petani mitra positif mengenai adanya kemitraan mereka mendapatkan harga jual gabah yang lebih tinggi dibandingan harga gabah konvensional, serta lebih mudah memasarkan hasil produksi. Hal ini sesuai dengan yang terjadi di lapang. Petani mendapatkan harga jual gabah yang lebih tinggi dibandingkan harga gabah konvensional dengan perbedaan rata-rata sebesar Rp 500,00 per kg dan mudah memasarkannya setelah di panen.

Ada satu kasus dimana padi sehat petani mitra sudah siap untuk dipanen, namun belum bisa dipanen karena Gapoktan Mekar Tani belum bersedia menerima hasil produksinya. Hal ini kemungkinan karena Gapoktan Mekar Tani tidak mempunyai modal untuk membayarnya. Beberapa petani memang memberitahu Gapoktan Mekar Tani terlebih dulu untuk memanen padi sehatnya karena pengangkutan dilakukan oleh Gapoktan Mekar Tani. Petani tersebut juga sudah mendapatkan pinjaman modal Rp 500.000,00 sehingga mempunyai keterikatan untuk menunggu instruksi Gapoktan Mekar Tani. Namun petani tersebut merasa rugi karena waktu panen padi sehatnya mundur sehingga hasil produksinya dapat berkurang.

Dilihat dari nilai rata-rata biaya produksi, didapat nilai sebesar 3,58 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai adanya kemitraan biaya produksi mengusahakan padi sehat menjadi lebih murah. Petani mitra mendapatkan pinjaman input dari perusahaan mitra, walaupun hanya benih dan tidak semua yang mendapatkannya. Kemitraan juga mendorong petani untuk melakukan usahatani padi sehat dengan efesien karena petani mitra yang sebelumnya menanam padi konvensional kini berubah menjadi petani padi sehat sehingga biaya yang dikeluarkan petani lebih rendah dari biaya padi konvensional (tidak lagi menggunakan bahan-bahan kimia).

Dilihat dari nilai rata-rata pinjaman modal, didapat nilai sebesar 2,27 (tidak setuju). Berarti persepsi petani mitra negatif mengenai adanya kemitraan mereka lebih mudah mendapatkan pinjaman modal. Hal ini dikarenakan sebagian besar petani mitra tidak mendapatkan pinjaman modal yang dijanjikan di awal kemitraan. Sedangkan dilihat dari nilai rata-rata pendapatan, didapat nilai sebesar 3,88 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai adanya

kemitraan pendapatan mereka menjadi lebih tinggi. Hal ini dikarenakan mereka mendapatkan harga jual dengan perbedaan rata-rata sebesar Rp 500,00 per kg dibandingkan harga gabah konvensional. Namun harga tersebut dirasa masih kurang oleh beberapa petani dan juga belum ada jaminan harga karena harga jual yang tidak stabil. Bila dilihat rata-rata nilai seluruh pernyataan, didapat nilai sebesar 3,08 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai manfaat kemitraan yang mereka dapatkan, walaupun masih ada yang belum sesuai dengan harapan.

Manfaat kemitraan juga dihitung dari keseluruhan jawaban setiap orang petani mitra yang selanjutnya dibuat persentase. Perhitungan manfaat kemitraan ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Rata-rata manfaat kemitraan bernilai 61,59 persen. Berarti kepuasaan petani terhadap manfaat kemitraan sebesar 61,59 persen. Dengan nilai tersebut, secara umum petani mitra sudah merasa puas terhadap manfaat kemitraan yang diterimanya. Manfaat kemitraan yang paling tinggi, yaitu 95,56 persen dan yang terendah sebesar 33,33 persen. Median manfaat kemitraan sebesar 60 persen. Berarti setengah dari petani mitra sudah merasa puas dengan kemitraan dengan nilai manfaat kemitraan lebih dari 60 persen dan setengahnya lagi kepuasaan petani terhadap manfaat kemitraan yang diterimanya berada dibawah 60 persen.

Manfaat kemitraan ini (dalam bentuk persentase) digunakan untuk melihat pengaruh kemitraan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil output SPSS menunjukkan bahwa manfaat kemitraan (persepsi petani terhadap kepuasan manfaat kemitraan yang didapatkan) belum berpengaruh terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani, karena F hitung ≤ F tabel (4,26), artinya tidak ada hubungan linier antara variabel bebas (manfaat kemitraan) dengan variabel terikat (penerapan teknologi atau pendapatan petani padi sehat). T-hitung ≤ t-tabel (2,064), artinya variabel bebas (manfaat kemitraan) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (penerapan teknologi atau pendapatan petani padi sehat). Hasil output SPSS ini dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Hasil Output SPSS Pengaruh Manfaat Kemitraan terhadap Penerapan Teknologi dan Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012

Pengaruh Manfaat kemitraan terhadap Hasil Output SPSS R – square F hitung T hitung F Sig. T Sig.

Penerapan Teknologi Padi Sehat .013 .314 .581 -.560 .581 Pendapatan Petani Padi Sehat .067 1.715 .203 1.309 .203 Belum berpengaruhnya manfaat kemitraan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat, walaupun secara umum petani mitra sudah merasa puas dengan manfaat yang diterimanya (61,59 persen). Hal ini diduga karena jumlah data yang digunakan hanya 26 orang (dengan metode sensus), sehingga variasi data yang digunakan tidak banyak. Maka untuk melihat pengaruh kemitraan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat, penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan kemitraan dijadikan dummy (bermitra = 1, tidak bermitra = 0) sehingga data yang digunakan ditambahkan dengan petani non mitra, menjadi 56 orang.

VII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SEHAT