• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepastian Ruang Wilayah Desa Dalam sejarah telah ditetapkan beberapa peng-

Dalam dokumen Bunga Rampai Kemakmuran Hijau (Halaman 67-70)

aturan tentang desa, yaitu mulai Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun 1948 tentang Pokok Pemerintah-an Daerah sampai UU No. 32 tahun 2014 tentPemerintah-ang Pemerintahan Daerah. Dalam pelaksanaannya, pengaturan mengenai desa tersebut belum dapat memberi kepastian ruang wilayah desa untuk mewadahi segala kepentingan dan kebutuhan masyarakatnya. Padahal, jumlah desa di Indonesia hingga saat ini sudah berjumlah sekitar 74.754 desa.1 Oleh sebab itu terbitlah yang UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa yang memberi kepastian ruang wilayah desa melalui kegiatan penetapan dan penegasan batas desa.

Statistik mencatat, dari sekitar 74.754 desa di Indonesia2 baru terdapat 12.160 desa atau sekitar 16,3 % yang batas wilayahnya telah ditetapkan dan ditegaskan secara kartometrik atau di atas peta.3 Dengan demikian masih terdapat sekitar 83,7 % batas desa yang segmen batasnya belum definitif yang berarti belum ada kepastian ruang wilayah desa secara legal.

“Batas desa adalah batas yang

memisahkan satu wilayah administratif pemerintah desa satu dengan lainnya. Penetapan dan penegasan batas desa bertujuan menjamin kepastian atas ruang. Sedangkan kepastian atas ruang merupakan landasan bagi perencanaan pembangunan yang efektif, dengan upaya mengoptimalkan manfaat dan meminimalkan resiko-resiko yang timbul akibat kegiatan pembangunan.”

Batas desa yang akurat dan diperkuat peraturan bupati membantu pemerintah desa untuk membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

(RPJMD) dan Alokasi Dana Desa (ADD) dengan lebih tepat.

Mengacu pada Permendagri No. 45 Tahun 2016 tentang Penetapan dan Penegasan Batas Desa, ada tiga langkah yang harus dilakukan untuk mewujudkan kepastian ruang wilayah desa bagi kegiatan Perencanaan Penggunaan Lahan Partisi-patif. Langkah tersebut yaitu penetapan batas desa dan pemetaan sumberdaya, penegasan batas desa, serta pengesahan batas desa.

Penetapan Batas Desa dan Pemetaan Sumberdaya

Penetapan dan penegasan batas desa dan pemetaan sumberdaya adalah langkah pertama dalam proses perencanaan tata ruang secara partisipatif. Kegiatan penetapan dan penegasan batas desa merupakan salah satu infrastruktur dasar dan instrumen penting untuk mempercepat inventarisasi sumberdaya di desa sebagai unit administrasi terkecil.

Seperti yang tertulis dalam Permendagri No. 45 Tahun 2016, penetapan dan penegasan batas desa bertujuan untuk menciptakan tertib administrasi pemerintahan. Selain itu, hal ini untuk memberikan kejelasan dan kepastian hukum terhadap batas wilayah suatu desa yang memenuhi aspek teknis dan yuridis. Peraturan ini memuat tata cara penetapan dan penegasan batas desa, organisasi pelaksana, proses pengesahan hasil penyelesaian sengketa, serta lampiran-lampirannya yang menjabarkan prinsip-prinsip yang dipakai dan proses penetapan dan penegasan batas desa. Peraturan ini juga menjabarkan tugas dan fungsi Tim Penetapan dan Penegasan Batas Desa (TPPBDes) baik di tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

Penetapan batas desa merupakan upaya pene-lusuran atau penarikan garis batas pada peta kerja dan pengukuran atau perhitungan posisi titik, garis, jarak dan luas cakupan wilayah di atas sebuah peta dasar yang sudah disepakati. Secara teknis hal ini disebut penetapan batas secara kartometrik.

Bunga Rampai K

emakmur

an Hijau

64

Penegasan Batas Desa

Penegasan batas desa pada dasarnya merupakan kegiatan memindahkan titik-titik batas kartometris yang telah disepakati pada tahap penetapan ke la- pangan dengan memasang tanda batas di lapangan berupa pilar batas. Proses dan aspek dalam penetapan dan penegasan batas desa meliputi dua hal, yaitu: • Teknis. Bertujuan untuk memenuhi syarat-syarat teknis geodetik untuk pemasangan pilar di lapangan berdasarkan penetapan batas desa. • Sosial. Bertujuan mengupayakan kesepahaman dan persetujuan antara warga desa dengan pemerintah desa yang bertetangga.

Tahap Pengesahan Batas Desa

Berdasarkan hasil kegiatan penetapan batas desa, ditetapkan peraturan bupati/walikota tentang peta penetapan batas desa. Selanjutnya berdasarkan kegiatan penegasan batas desa juga ditetapkan peraturan bupati/walikota tentang peta batas desa. Dengan terbitnya peraturan bupati/walikota tentang peta batas desa berarti batas desa telah memiliki kejelasan dan kepastian hukum yang memenuhi aspek teknis dan yuridis.

Panduan Penetapan dan Penegasan Batas Desa MCA–Indonesia

Sesuai Permendagri No. 45 Tahun 2016, penetapan dan penegasan batas desa memiliki empat tahap,

yaitu perencanaan, persiapan lapangan, pelaksanaan lapangan dan pelaporan serta verifikasi, dan penyam-paian serta persetujuan hasil kerja. Keempat tahap tersebut bisa dilihat dalam Gambar 1.

Dengan tetap berpedoman kepada Permendagri No. 45 Tahun 2016, MCA–Indonesia telah mengem-bangkan suatu model penetapan dan penegasan batas desa melalui partisipasi masyarakat. Secara rinci model tersebut diilustrasikan dalam bentuk Gambar 2.

Agar proses kerja menjadi lebih efektif dan efisien serta memiliki standar yang jelas, MCA–Indonesia merinci empat tahapan tersebut menjadi 21 langkah proses penetapan dan penegasan batas desa. Proses ini mengedepankan musyawarah dan memperluas keterlibatan aktif kaum perempuan dan kelompok masyarakat rentan. MCA–Indonesia memerlukan waktu beberapa bulan untuk menguji coba dan menyesuaikan tahapan 21 langkah tersebut dengan dinamika proses penetapan dan penegasan batas desa di lapangan.

Panduan penetapan dan penegasan batas desa tersebut berisi semua tahapan proses, meliputi aspek teknis dan sosial dalam penetapan dan penegasan batas desa dengan pendekatan pemetaan berskala luas, berbasis teknologi geodetik, dan bersifat partisipatif. Tujuannya untuk memastikan penyelenggaraan yang tepat, berimbang dan memperkecil resiko sengketa.

Gambar 1 Tahapan Penetapan dan Penegasan Batas Desa

Perencanaan Persiapan

Lapangan Lapangan danPelaksanaan Pelaporan Serta

Verifikasi

Penyampaian dan Persetujuan

P

er

encanaan T

ata Guna Lahan P

artisipa tif: Buk an Sek adar G ambar Indah 65

Gambar 2 Model Penetapan dan Penegasan Batas Desa secara Partisipatif

Konsultan MCA–Indonesia dan Pemerintah Daerah

Bunga Rampai K

emakmur

an Hijau

66

Peta Memberikan Makna

Dalam dokumen Bunga Rampai Kemakmuran Hijau (Halaman 67-70)