• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4. Kepemimpinan Kepala Sekolah

39

menjalankan kesehariannya di sekolah. Nilai-nilai tersebut juga dijadikan dasar dalam proses pembuatan keputusan oleh pimpinan dalam mengelola lembaga.

Keyakinan-keyakinan positif yang berkembang di sekolah merupakan motivasi dari dalam yang menjadi pendorong penciptaan keunggulan yang dihasilkan sekolah.

Keberadaan artefak sekolah yang menjadi bukti keunggulan, ciri khas sekolah, pengingat, motivasi, serta referensi sekolah dan warganya dalam mencapai tujuan.

Berdasarkan pendapat di atas, penelitian menggunakan indikator budaya sekolah dari Jabar & Susilo (2017: 288-289) yang terdiri atas: (1) Nilai-nilai aktivitas sekolah dan individu, (2) Keyakinan yang berkembang di tengah-tengah warga sekolah, dan (3) Artefak budaya sekolah. Dari indikator tersebut, kemudian akan dijadikan butir-butir untuk membuat instrumen kuesioner budaya sekolah.

40

(DeMatthews, et al., 2020: 539). Dalam UU No 13 tahun 2007 tentang standar Kepala Sekolah bahwa Kepala Sekolah harus memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan sosial untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan Potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. Menurut Kristiawan dkk., (2019: 4) kepala sekolah sebagai leader dan manager pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggungjawab secara keseluruhan atas maju mundurnya proses pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.

Kepala sekolah harus melakukan supervisi secara baik dan benar sesuai dengan prinsip-prinsip dan teknik serta pendekatan yang tepat. Pembinaan-pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada guru dapat meningkatkan kinerja dan dedikasi guru dalam pendidikan. Tugas seorang supervisor adalah membantu, mendorong dan memberikan keyakinan kepada guru bahwa proses belajar mengajar dapat memberikan pengembangan berbagai pengalaman, pengetahuan, sikap dan keterampilan guru serta proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru tersebut harus dibantu secara professional, sehingga guru dapat berkembang dalam pekerjaannya yaitu untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar (Agustina & Kristiawan, 2020: 11).

Pemimpin adalah orang-orang yang menjadi contoh, mempengaruhi perilaku pengikutnya secara nyata melalui sejumlah perasaan-perasaan signifikan pengikutnya. Kepemimpinan adalah proses yang berpengaruh yang membedakan

41

seorang pemimpin dengan tindakan mereka, dan juga mendorong sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama (Anderson & Sun, 2017: 77). Menurut Uslu

& Welch (2018: 571) kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang mengkaji secara luas mengenai aspek kepemimpinan tentang bagaimana mempengaruhi, mengawasi, dan mengarahkan orang lain untuk mengerjakan tugas sesuai dengan ketetapan organisasi.

Chai, et al., (2017: 137) mendefinisikan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan atau kekuatan yang dimiliki seseorang dalam menjalankan perannya untuk mempengaruhi suatu kelompok yang berguna untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seorang eksekutif dapat mengarahkan, membimbing dan memengaruhi perilaku dan pekerjaan orang lain menuju pencapaian tujuan tertentu dalam situasi tertentu (Mohiuddin, 2017: 18).

Seorang pemimpin digambarkan sebagai stimulasi intelektual. Tepatnya, penting bagi para pemimpin untuk merangsang secara intelektual. Para pemimpin harus dapat mempertanyakan segala sesuatu mulai dari asumsi sederhana hingga status quo. Menemukan solusi kreatif dan inovatif untuk masalah spesifik dan kompleks dianggap sebagai bukti perilaku yang merangsang intelektual pemimpin.

Peningkatan profesionalan guru bisa saja dengan pemberian semangat berprestasi dari kepala sekolah kepada guru. Mulyasa (2015: 224) menyatakan bahwa kepala sekolah sebagai seorang pemimpin perlu memberikan semangat kepada para guru dalam pelaksanaan tugasnya agar diperoleh hasil kerja yang maksimal.

42

Schneider & Boz (2019: 173) memaparkan bahwa teori kepemimpinan yang terdiri dari tiga. Pertama, teori peran (role theory) teori ini menjelaskan pemimpin dapat menjalankan peran sebagaimana mestinya dengan adanya diferensiasi peran dengan karyawan lain. Kedua, teori situasional teori ini menerangkan kepemimpinan merupakan efek dari kekuatan tunggal dikembangkan menjadi dua teori yaitu teori interaksi harapan, teori kepemimpinan yang motivasional, dan teori kepemimpinan yang efektif. Ketiga, teori perilaku kepemimpinan teori ini menekankan apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin.

Pendapat lain dijelaskan oleh Taylor (2019: 49) terdapat beberapa teori dan model kepemimpinan yang dikemukakan oleh Hellriegel dan Slocum. Pertama, teori sifat (trait theories of leadership) teori ini membedakan para pemimpin dari mereka yang bukan pemimpin. Kedua, teori perilaku kepemimpinan (behavioral theories of leadership) teori ini menyatakan bahwa perilaku seorang pemimpin dapat dilatih untuk menjadi seorang pemimpin. Ketiga, teori kemungkinan (contingency theory) memiliki model dan teori yaitu model fred fiedler adalah kinerja kelompok tergantung pada gaya pemimpin, teori situasional (situasional ledership theory) adalah perilaku pemimpin dalam memberikan arahan kepada pengikutnya, teori pertukaran pemimpin-anggota (leader-member exchange theory), teori jalan-tujuan (path-goal theory) yang terdiri dari empat tipe perilaku pemimpin yaitu kepemimpinan direktif, suportif, partisipatif, dan berorietasi pada prestasi.

Mbuik (2019: 29) mengungkapkan bahwa”kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan Fungsional yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala

43

sekolah) disekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Mengacu dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu pola perilaku seorang pemimpin yang secara konsisten saat mempengaruhi bawahannya supaya mau mengerjakan tugasnya dengan senang hati untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan bersama. Berdasarkan simpulan tersebut, maka kepemimpinan kepala sekolah yaitu keterampilan yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam memimpin, mengarahkan, dan mempengaruhi semua warga sekolah agar dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik.

b. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Cote (2017: 2), menyatakan bahwa “gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buah. Dengan kata lain, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinan”. Gaya kepemimpinan (leadership style) adalah sebagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja (Giddens, 2918: 117).

44

Ibrahum & Daniel (2019: 367), menyatakan gaya kepemimpinan merupakan perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi orang lain. Gaya kepemimpinan adalah suatu ciri khas perilaku seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Pemilihan jenis kepemimpinan yang tepat tergantung pada konteks, situasi, dan pengikut (Al-Malki

& Juan, 2018: 112). Lingkungan internal dan eksternal organisasi telah berubah dengan cepat selama dua dekade terakhir setelah revolusi teknologi informasi dan perubahan ini menuntut gaya kepemimpinan yang baru, yang harus lebih partisipatif dan suportif serta kurang mengarahkan dan otoritatif.

Berdasarkan cara mengambil keputusan, Green dan Yetton (Cinnioğlu, 2020: 2) membagi gaya kepemimpinan menjadi empat, antara lain:

1) Gaya kepemimpinan autokrasi

Gaya otokratis (authoritarian) merupakan sikap seorang pemimpin menjadi contoh yang dikagumi oleh pengikutnya, menjelaskan tugas pekerjaan kepada pengikutnya, selalu memberikan arahan mengenai tugas setiap waktu, dan menjadi penentu keputusan terhadap masalah bawahan. Pemimpin mengambil semua keputusan dan bertanggung jawab pada diri sendiri. Gaya kepemimpinan tipe ini cocok untuk:

a) Memimpin bawahaan yang memiliki karakter tipe-X menurut Mr Gregor, yaitu orang-orang yang tidak suka bekerja, perlu diawasi tidak bertanggung jawab, kurang motivasi, dan kurang berinisiatif.

b) Memimpin suatu perubahan yang mendesak dan memerlukan waktu yang cepat (urgensy).

45 2) Gaya kepemimpinan paternalistik

Gaya ini mirip dengn autokrasi. Bawahan diminta melakukan apa yang diinginkan oleh pemimpin karena apa yang dia inginkan adalah terbaik untuk dijalankan. Ada hubungan yang cukup akrab dengan bawahan. Gaya kepemimpinan ini banyak diterapkan dalam bisnis keluarga. Pemimpin berperan sebagai god father.

3) Gaya kepemimpinan demokrasi

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya (Yalew, 2016: 3). Pemimpin sebagai katalisator untuk pengambilan keputusan, berbagai tanggung jawab bersama. Gaya ini disebut juga gaya partisipatif. Hubungan dengan bawahan sangat akrab. Gaya kepemimpinan ini cocok untuk bawahan dengan karakter tipe-Y menurut Mc Gregor yaitu senang bekerja, rajin, bertanggung jawab, berinisiatif.

4) Laissez faire (free rein)

Kebebasan (laissez-faire) sikap seorang pemimpin menjadi sumber informasi dari kesulitan pengikutnya, pengambilan keputusan yang diserahkan kepada pengikutnya, tidak ada partisipasi dari seorang pemimpin dalam menentukan tugas pengikutnya, dan memberikan respon spontan kepada pengikutnya yang tidak memiliki maksud dan tujuan tertentu. Pemimpin menyerahkan semua keputusan dan tanggung jawab pada kelompok bawahan. Gaya

46

kepemimpinan ini sesuai untuk bawahan dengan karakter tipe-Y dari Mc Gregor, namun mereka sudah sangat kompeten dalam bidang tugasnya. Pengawasan yang ketat membuat mereka merasa terganggu. Orang-orang seperti ini merasa terganggu apabila selalu diawasi, diperintah, dan diikuti gerak-geriknya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang secara konsisten yang diperankan oleh pemimpin dalam proses mengarahkan untuk mempengaruhi orang lain. Terdapat berbagai macam gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan oleh seorang pemimpin, tentu gaya yang diterapkan oleh setiap pemimpin berbeda-beda menyesuaikan situasi dan kondisi.

c. Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah

Menurut Retno & Irena (2016: 7), ciri-ciri kepemimpinan kepala sekolah adalah sebagai berikut:

1) Kepribadian

Artinya bahwa kepala sekolah harus mencerminkan sikap-sikap berikut ini:

berakhlak mulia, memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin, memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah, bersifat terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah

2) Manajerial

Artinya bahwa kepala sekolah harus mampu mencerminkan sikap-sikap berikut ini: menyusun perencanaan sekolah, mengembangkan sekolah sesuai dengan kebutuhan, memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya

47

sekolah secara optimal, mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajaran yang efektif, mengelola guru dan staf dalam rangka pemberdayaan sumber daya manusia secara optimal, mengelola hubungan antar sekolah dan masyarakat dalam rangka mencari dukungan ide, mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru dan penempatan pengembangan kapasitas peserta didik, mengelola sistem informasi dalam rangka penyusunan program dan pengambilan keputusan, melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat 3) Kewirausahaan

Artinya bahwa kepala sekolah harus mampu mencerminkan sikap-sikap berikut ini: menciptakan inovasi yang berguna bagi sekolah, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah, pantang menyerah, dan selalu mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah, memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi atau jasa sebagai sumber belajar peserta didik

4) Supervisi

Artinya bahwa kepala sekolah harus mencerminkan sikap-sikap berikut ini:

merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru, melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan supervisi yang tepat, menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

48 5) Sosial

Artinya bahwa kepala sekolah harus mampu mencerminkan sikap-sikap berikut ini: bekerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah, berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah menunjuk pada gaya dan strategi seorang kepala sekolah melaksanakan tugas kepemimpinan kepala sekolah. Diantara perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang efektif, dapat dilihat pada gaya kepemimpinan yang transaksional, transformasional, dan visioner. Implementasi dari penerapan perilaku kepemimpinan model itu dapat memberi dorongan atas berkembangnya kinerja profesional guru.

5. Kinerja Guru

Dokumen terkait