• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Profetik

Dalam dokumen orang yang jiwanya kecil” (Halaman 53-74)

D. Manfaat Penelitian

2. Kepemimpinan Profetik

a. Pengertian konsep Kepemimpinan Profetik

KatasProfetiksberasalsdari bahasasinggrissprophet syang berartisNabi, atau ramalan (Zainiati, 2020) katastersebutsmenjadi prophetic atauskata sifatsyang berartiskenabian. Pengertian profetik ialah seseorang

yangsmemiliki karakter, sikap sifat nabisatausbisasdiprediksikanssifatsseperti seorang seperti nabi (Makruf, 2017),sdengan kataslainsyangsadasdalamsdiri seorng Nabi yaitu ciri sifat sebagai-manusia yang ideal-secara-spritual-induvidu, namun juga menjadi peloporsperubahan, membiming, mengayomi, masyarakat ke arah perbaikan dan-melakukan-perjuangan-untuk melawan-kejahilan.

MenurutsRahardjo (2013) jika ditinjausdari-aspek sosiologis, kenabian berasal-dari bahasa arabsnubuwwah, dari kata naba’a yang berarti kabar warta (news,berita(tidings) -dan-cerita (story) dan-nubuwah (ramalan, dan kenabian). Nabi ialah figur yang menerima wahyu dari Allah SWT melalui perantara malaikat atau ilham maupun mimpi yang bear, dan sebagai mubassyir (pembawa berita baik), mengenai ridha Allah dan kebagagiaan di dunia serta akhira bagi-orang yang-mengikutinya. Nabi adalah seseorang yang menerima wahyu dari Allah SWT melalui perantaran-malaikat-atau ilham maupun mimpi-yang benar.

Mereka bisa -melanjutkan berita kenabianstersebut adalah mereka-yang telahSmewarisiSpotensiSkenabian. (Zulaikha et al., 2016) dengan sebutan kenabian. Seorang Nabismemilikisfungsi-fungsi secara politik mampu menuntut manusias-untuk mengetahui-hukumsbaik-buruk-dan memberikan tauladan keada merekasuntuk mengerjakannya, pemimpin sejarah agama Islam yang telah diutus untuk mengatur dan mempegaruhi pengikutnya (ummat) menempuhspesan-pesan atau risalahsAllahsSWT yang diturunkan untuk mereka, selanjutnyasditirusatausdilanjutkan oleh pemimpin yang telah

tercapat membawaskesejahteraansdansperadaban Islam, salah satunya yakni para Khulafa Al Rosyidin (Yunus & Pd, 2016).

Sebelumsmembahasskonsepsmengenai konsep dar kepemimpinan-profetik peneliti mendeskripsi terlebihsdahuluspengertian-term dari kata kepemimpinan supaya pembahasanstidaksambigu dan jauh dari konsep kepempinan yang dimaksud. Kepemimpinansberasalsdariskatasdasarspemimpin, dari bahasa Inggris-disebut-leadership, asar katanya to-lead yangSmengandungsbeberapa artiSsaling berkaitan eratSdengan: berjalan di awal, bergerakSlebihSawal, mengambil langkah, melopori, mengarahkan pikiran, pendapat orang lain, menuntun, melalui arahannya(Dermawan, 2013). Dalamsbahasa Indonesia, istilahskepemimpinansberasalsdarismaknas “pimpin”. sSecara khazanahsIslam kepemimpinan sudahsdiSsebutkan-sejak manusia berada di muka bumi dengan katasKhalifah fiAl-Ardh, disebabkan oleh keehadiran manusia dipanang oleh Islam-sebagaiSpemimpin yakniswakil Allah SWT dismuka bumi, memiliki dasarsyang kuatsdan kukuh, ssebagai-pemimpin,Spenerus,pengganti, penerus nabiSMuhammadSSAW. (Fridiyanto, 2019).

Kepemimpinansprofetik merupakan kekuatan seseorang dalam mempengaruhi orangslain-mencapai tujuan sebagaimana yang-dilakukan, dikerjakan oleh para nabiSdanSrasul (Munardji,2016) Menurut Roqib (dalam Wasehudin, 2018) kepemimpinan ialah sebuahSpola,model, baikpun gaya kepemimpinansyangSmeneladaniSkepemimpinan nabi. Pendapat lain, sholeh (Binti Nasukah, Roni Harsoyo, 2020) menjelaskan kepemimpinan profetik ialah paradigma paradigma kepemimpinan yang mengacu pada konsep pada

konsep kepemimpinan para nabi dan rasul Allah SWT.Kepemimpinan-profetik di-identikkan dengan kemampuansdalamSmendorong dan memimpinSanggota dalam mewujudkan-visismisi secara bersama, kedua pemimpin harus didasarkan-pada-sifat dan-karakter seperti nabi,harapannya dapatkan disamakan dengan upaya mewujudkan visi dan misi kenabian. (Makruf, 2017)

Ajaran agama -Islam memiliki perspektif adanya kepemimpinan-untuk tanggungjawab meneyelesaikan tugas tentang kepercayaan (amanah) dari Allah SWT,yang pelaksanaannya tidak hanya diperuntukkan rasa pertanggungjawaban kepadaSanggota yangSdipimpin (instansi, masyarakat) namunSjuga-dipertanggungjawabkan-kepada Allah. (Budiharto, 2003). Istilah profetikSdi-Indonesiaspertamaskali diSperkenalkanSolehSKuntowijoyo (1991) melalui ungkapannya berhubungan dengan ilmu-sosial transformatif -yang dikenal sebagai ilmu sosial-profetik. Ilmu sosial profetik tidak-hanya mengubah fenomena-sosial, tapi juga-memberikan pertunjuk pada- tranformasi, -perubahan untuk apa, dan oleh siapa (Anwar, 2017.) Menurut Moejino (dalam Binti Nasukah, 2020) tujuan0utamaSdariSprofetik ialah mengajarkan kepada manusia tentang cara memperoleh kebahagiaan, keselamatan baik di dunia maupun akhirat. Nabi mengajarkan tentang keyakinan besar mengenai tata-cara hidup bermasyarakat, mengetahui dan menentukan hukum baik dan buruknya sehingga sekaligus menghadirkan role modeSkepada0masyarakat tentang mngerjakaan pelaksaan hukum tersebut.

Jika ditinjau pada kajian industri, Robbins mendefinisikanskepemimpinan adalah kecakapan induvidu dalam mempengaruhi kelompok dalam arah

pencapaianSsasaran. (Fahmi, Agung, & Rachmatullaily, 2018). Menurut Sutrisno kepemimpinan memberikan peranan penting dimana seseorang mengarahkan dan menggerakkan organisasi dalam pencapaian goal serta harus memiliki kemampuan mempengaruhi bawahan yang dapat berdampak pada peningkatan kerja (Jaka, Wiratama, & Sintaasih, 2013). Sesuai dengan hal itu, Hughes (dalam Taylor et al., 2019) untuk-membedakan kegagalan dan keberhasilanspemimpinstidak-bisa-dilihat dari perilaku atau atribut yang dimilikinya, tetapi mempertimbangkansapakahspengikutnyasdapatSprofuktif atau puas. Untuksdapat menjadi pemimpin--yang efektif, seorang mampu mempengaruhi orang lain dengan berbagai tipe kombinasi wewenang dan kekuasaan agar sesuai dengan tujuan organisasi. Kehadiran pemimpin akan berdampak-terhadap organisasi dengan mengembangkan orang-orang yang kompeten dalam menciptakan iklim kerja yang positif dan memberikan kemungkinan untuk berinovasi.

Akhir-akhir-inismasalahskepemimpinansmenarik atensi pada setiap kalangan, terutama padaskajian pengkajiansmasyarakat, karena kepemimpinansdilihat dari segi-kualitas memilikisdimensisyang besar pada hal mempengaruhi peristiwa, kehadiran akan kepempimpinan tidak-hanya-mengkaji mengenai tentang manusia, tetapi juga pemimpin terhadap perubahan alam.. Pemimpin memiliki nilai dalam mempengaruhisbawahan dengan menamabah sumber-inspirasi-dan motivasi bawah,sehingga penafsiran pada pemimpinssemakin beragam dalam perkembangan.

b. Aspek Kepemimpinan Profetik

Aspek Aspek kepemimpinan profetik-dikenal dengan-sebutan sifat wajib Rasul. Sifat-wajib-Rasul yang mencerimkan karakter-Nabi Muhammad SAW, dalam menjalankan-tugasnya sebagai-pemimpin umat, diantaranya yakni:

a. Shiddiq.

Shiddiq,yaituskejujuran. Kejujuran-merupakan substansi terpenting dalam konsep0kepemimpinan-profetik, kejujuran didasari-oleh kebenaran hati nurani yang tidak dapat dipungkiri (Musyirifin, 2020).

Berbicarasdenganskata-kata, perbuatansdan keteladanan dilakukan secara konsisten. Kejujuran merupakan salah satu bentuk kepemimpinan melakukan upaya-upayasGood Governance seperti-transparansi, -akuntabilitas, dan responbilita pada situasi aktivitas-operasional institusi. Dalam praktiknyaspemerintahan yang bersih (cleansgovernment) adalah pemerintah melakukan pekerjaaan yang-efektif,efisien,jujur,dan konsekuen ( Sakdiah,2016) salah satu trait atau sifat nabi Muhammad SAW. Dalam menjalankan-tugasnya sebagai-pemimpin ummat.

Rasulullah SAW benar-benar merupakan figur yang sangat jujur dan terpercaya, Ia tidak pernah gentar untuk mengatakan kebenaran dan sekaligus membela kebenaran, secara sirah ketika para pemuka kafir Quraisy menawarkan harta, benda, pangkatan dan juga wanita-wanita pilihan kepada Rasulullah SAW, beliau dengan tegas menolak semua tawaran tersebut. hal ini mennjukkkan adanya keteteguhan dalam memegang prinsip, menegakkan kebenaran, dan berlaku professional dalam situasi.

Di kisahkan orang-orang-Quraisysmenyusun rencanasjahat dengan menyiarkan-kabar buruk kepada orang-orang yang datang ke Makkahbahwa Nabi Muhammad -disebut sebagai tukangSsihir. Lalu kebohongan berita tersebut ditentang oleh figur yang memusuhi beliau kala itu, yakni NadharSbin al-Harits, Ia-berkata “ Sejak muda Muhmmad paling-dicintai, disayangi di kalanganSkalian, Ia merupakan sosok paling benar kata-katanya dan paling-jujurSperkataannya. Namun sekarang-setelah kamu liat ubannya memutih di sekitar jambang di jalan membawa agama, kemudian kamu mengatakanSbahwa di stukang-sihir, Demi Allah, dia-bukanlahstukang sihir”.

dari ulasan diatas kita mengetahui bahwa kata-kata beliau tidak pernah menyatakan mungkat, curang dan berpaling kepada orang lain. (Huda, 2017).

Rasulullah memiliki profesi sebagai seorang saudagar -jujursdansadil (fairplay)Sdalam menetapkan perjanjianSbisnis danStidak pernahSmembuat para-pelanggannyaScomplain. Nabi akan selalu menerima janji dan konsekuensi dengan mengerahkan kiriman barang sesuai pesanan tepat waktu, memiliki pelayanan dan mutu yang sangat bagus, Harkat martabat beliau sebagai0seorangspedagangSyang-jujur dan adil-telah dikenalsluas oleh penjuru dunia (Anwar,2020). Dalam transaksi binis kejujuran adalah etika dasar yang riil harus dimiliki setiap orang, sehingga setiap permasalahan tidak membuat kekhwatiran dan penipuan bahkan merasa dirugikan yang dirasakan oleh orang lain

b. Amanah

Sebagai seorang pemimpin, sifat dapatsdipercayaSatau-bertanggung jawab terhadap tugas yang telah diperoleh meliputi aspekSkehidupan, baik secara politik,SekonomiSmaupun agama.(Sakdiah, 2016). Hadirnya pemimpin selayaknya bisa menjaga akan -kepercayaan dengan -merahasiakan setiap -kondisi yang dirahasiakan,dan sebaliknya-mampu -menyampaikan sesuatu yang wajib untuk disampaikan. Nabi Muhammad SAW, sangat memperhatikanSkebutuhanSdariSmasyarakat, mendengar, memperhatikan, dan empati pada complain dari masyarakat, Pada akhirnya aktivitas tersebut dapat memberikan profesionalisme dalam upaya menambah kualitas sumber daya masyarakat dengan hebatspada masa itu.

Sifat amanah yang dilakukan oleh Rasul ialah menghindari diri dari perbuatan maksiat, seperti berudsta, menipu orang lain, dengki dan sebagainya. Amanah merupakan kesanggupan para nabi dan rasul untuk terlibat dalam menunaikan tugas Allah SWT. Dengan kata lain, jika suatu perkara kepada nabi dan rasul, tentunya perkara tersebut dapat dikerjakan semaksimal mungkin.

Salah satu historis yang dilakukan oleh Rasul ialah menjadi pelopor dalam sengketa agar berdamai di kalangan kaum kafir Quraisy untuk meletakkan Hajar Aswad( Anwar, 2020). Beberapa suku merasa paling berhak dalam memindahkan batu tersebut ke sisi Ka‟bah. Namun suku lainnnya juga berpikir sama sehingga lahirlah konflik satu sama lain. Pada saat itu, Rasulullah SAW hadir memberikan solusi dengan menempatkan

Hajar Aswad itu di atas sorbannya dan masing-masing pemuka suku diminta mengangkat bagian sorban tersebut hingga semua suku sama-sama hadir dalam keterlibatan pemindahan Hajar Aswad tersebut. Semua kepala suku pada waktu itu menerima saran yang ditawarkan, mereka merasa puas dan tidak keberatan dengan keputusan itu. Setiap orang pada masa itu percaya terhadap keputusan yang dibuat oleh Rasulullah. Hal itu menunjukkan bahwa beliau memang dapat dipercaya dalam menunjukkan ketetapan dan pengambilan keputusan .

Sifat Rasulullah SAW menjadi penjamin terhadap ajaran-ajaran Islam yang dibawa olehnya adalah kebenaran, sehingga sudah menjadi harusan untuk diteladani oleh umatnya meskipun mewujudkan tersebut tidak mungkin menyamainya. Sifat Rasulullah merupakan bentuk eksitensi manusiia dalam mewuujudkan kemajuan negara dan masyarakat dan termasuk kebangkitan akan peradaban ( Gulen, 2012). Jika tidak ada sifat Amanah pada diri manusia maka situasi akan tampak terjadinya kerusakan moral, kekacauan dan mundurnya peradaban.

Sifat amanah wajib diteladani dalam berbagai aspek kehidupan.

Rasulullah dalam hidupnya sangat menjunjung tinggi sifat jujur dan amanah dalam mengantarkan kita pada kebaikan.

Dunia Kerja tentunya harus mengutamakan prinsip kejujuran dan amanah dalam mewujudkan secara nyata. Dengan demikian, ketika sedang melakukan aktivitas kerja, tehadap pelayanan, mitra dan karyawan hendaknya bersikap senang, puas sehingga menghadirkan keberkahan,

terciptanya kepercayaan masyarakat,meningkatkan moralitas keimanan dan teratur akan hidup. Bilamana kasus yang tidak mencerminkan amanah, suatu pekerjaan tersebut akan merugikan diri sendiri, masyarakan maupun juga pemerintah.. Oleh sebab itu, utamakan sifat amanah pada aktualisasi diri.

c. Tabligh

TugasSmenyampaikan..wahyuSadalah,sifat beliau-sebagai manajer yang memilikiStablighs(menyampaikan), yang artinya sorang yang menguasai akan informasi (Sakdiah,2016). Sebelum Rasulullah menyampaikan sesuatu, dan mengerjakan sesuatu, Ia mengaktualisasikan perilaku terlebihdaulu,Sifat menyampaikan yakni tidak menyembunyikan informasi-yang benarSapalagiSuntukSkepentingan-masyarakat, atau umatnya. Salah satu ciri komunikasi yang baik bagi seorang pemimpin ialah keberanian dalam memberitakan suatu peristiwa meskipun akan tau akibatnya sangat berat. Nabi sangat-tegas pada orangSyangSmelanggarSnilai dan norma, dan memberikan kelembutan bagi orang yang mengakui kesalahan yang menyangkut dirinya dan orang lain.

Ketika menerima amanah dari Allah SWT, para nabi dan rasul menerima perintah itu tanpa danya memilah-milah. Rasul menyampaikan -apa yang harus-disampaikan tidak menyembunyikan informasi sedikitpun berdasarkan kepentingan pribadinya, ketika Rasulullah SAW menerima

perintah untuk selalu mengingatkan dan menyampaikan syiar Islam kepada pamannya bernama Abu Lahab, Rasul melakukannya meskipun tidak menggubris. Bahkan terdapat ancaman seperti dibunuh, di caci maki, dikucilkan karena berulang kali menyampaikan agama islam yang nyatanya tetap di tolak oleh Abu lahab selaku pamannya ( Anwar,2020).

Seseorang yang memiliki karakter tabligh tentu tidak ragu dalam menyampaikan kebenaran meskipun orang sekelilingnya tidak memiliki keterpihakan kepadanya. Orang yang memiliki karakter tabligh tidak memerlukan pujian, sanjungan atau hadiah saat menyampaikan kebenaran.

Ia berani mengambil resiko atas kebenaran yang disampaikan dan hanya bergantung pada Allah SWT. Karakter tabligh percaya-bahwaStidakSada yang bisa menolongnyaSkecualisapaSyang telah-Allah tetapkan.

Indikator dari sifat tabligh ialah open management, amar makruf, nahi mungkar dan communication skills (Pandu Paksi, 2021). Sebagai umat Rasulullah SAW, tentu kita perlu meneladani, mengimplementasikan nilai-nilai dari karakter tabligh pada kehidupan kita, termasuk dalam dunia kerja. diperlukan nilai-nilai yang komunikatif,transparansi dan kompeten ,sehingga memiliki keberanian, cermat dalam menganalisa keputusan terhadap situasi yang tidak menentu.

d. Fatanah

Rasulullah SAW, diberikan sifat kecerdasan yang tinggi dan luar biasa (Hapsari & Masud, 2018), kecerdasan ini tercemin pada penjelasannya mengenai perilaku, dan sifat yang bisa dilihat dari hadist. Sifat akal yang

panjang, memiliki kestabilan emosi stabil dan kokoh pada pendirian baikSitu dimasa berjaya maupunSterpuruk sekalipun. melakukan penyelesaian dengan-bijaksana. arif dan cekatan terkait tindakan untuk masalah-masalah dihadapi. Seorang pemimpinSharusSmengetahuiSbetul -apa saja divisi-divisi dalamSsistem pada organsasi tersebut, lalu menyeleraskan bagianStersebutSsesuaiSdengan strategiSdan taktik yang ditentukan.

Rasulullah SAW memiliki sifat kecerdasan internal yang meliputi sisi rasionalitas, emosional dan intuisi dalam menjangkau dimensi lahir dan batiniah pada kehidupan dunia dan akhirat. Tanpa intelegensi yang cemerlang, risalah yang telah diterima tidak akan bisa mendapatkan keyakanan dari orang lain atas kebenaran yangsIaSbawa. Oleh karena itu fatanah merupakan karakter seseorang yanf cerdas, cerdik, bijaksana dan memiliki pengetahuan yang luas. (Suharsono, 2020) Untuk-mencapai sifat fatanah-bagi seorang muslim-dituntut untuk-mengoptimalkan seluruh potensi yang-dimiliki olehnya yang berarti akal sebagai penentu benar dan salah pada sikap.Rasullullah SAW sebagai Rasul penutup memiiiki kecerdasan yang baik, Ia-dikisahkan-dalam-hadis-hadis sangat-menonjol peran dalam berbagai aspek, baik pada pemimpin agama, kepala negara, kepala rumah tangga maupun sebagai profesi berdagang

Secara Sirah nabi sikap fatanah melahirkan keberhasilan dalam perniagaan yang dilakukan, Keterampilan dan keahlian dalam berniaga -menentukannya seorang ManajerSPemasaransyangsandal di masasSiti

Khadijah. (Lumban Gaol,2020). Kecerdasan emosional dimiliki oleh Rasulullah dapat membangun-sebuah marketing dengan konsep jaringan danSkemitraan usaha secara luas. Banyak mitra-bisnis kepada Rasulullah -yang terlibat dalam kesuksesan -yang dimilikinya, hal itu tidak lain dipupuknya dengan kejujuran dan kepecayaan.

Nabi Muhammad merupakan seorang pedang pernah dituliskan oleh seorang Saudagar kaya dengan nama Rabi Bin Badr semasa kemitraan dan tidak berjumpa lama, Ia tetap mengingat Nabi Muhammad SAW sebagai seorang yang kompeten, arif dan tetap bijak dalam aktivitas ( Anwar,2020). Fatanah merupakan sikap yang menuntut pada kecerdasan dalam memecahkan situasi, bertahan akan hidup, dan menekuni segala aktivitas pekerjaan.

c. Teori Kepemimpinan dalam Islam

Dari berbagai literatur-yang membahas mengenai teori-kepemimpinan, secara umum teori kepemimpinan jika di breakdown kepada pendekatan islam akan mencakup-dua-macam pendekatan, diantaranya yakni teori genetis (bawaan lahir) dan teori-sosial- (timbul dengan proses). Berikut pejelasan secara singkat:

a. Genetika

Kepemimpian tidak dihasilkan, melainkan dilahirkan (leader-are-born) (Lumban Gaol, 2020). Seseorang-hanya menjadi pemimpin yang efekfif dilahirkan dengan bakat-alami, diwarisi oleh keluarga. pendapat -ini menjelaskan bahwa pemimpin sudah “ditakdirkan” menjadi seorang pemimpin. Dalam menjalan kepemimpinannya tidak diperlukan toeri dan

ilmu kepmimpinan, tan mempelajari hasil belajar seperi pelatihan dan pendidikan sebelumnya. Yammarino (2013) menyatakan -bahwa zaman dahulu atau-ribuan-tahunSsilamStidak-adaSpenelitianSpada kajian ilmiah sistematis mengenai kepemimpinan, melainkan kepemimpinan dikenali sebagai sosialSinduvidu yang mempunyai kekuasaan terkenal, dan terkemuka. Contohnya seperti Raja, ratu, politikus, pemerintah dan diktator. Sehingga teori genetika merucut pada pemimpin berdasarkan garis keturunan. Seorang yang tidakSditakdirkansmenjadispemimpin, walaupun-banyak kesempatan yang dimanfaatkan dalam upaya menumbukan efektivitas-kepemimpinan, yang bersangkutan tidak akan -pernah menjadi-pemimpin-yang efektif. Pada konteks kepemimpinan profetik, teori islam merujuk pada-Al-Quran dan Hadist yang sudah melekat pada diri induvidu sejak lahir. Misalnya kepemimpinan Nabi yang ditunjang oleh sifat-sifat terpuji.

b. Teori Sosial

Teori Sosial adalah bahwa pemimpin itu didik, diatur, di buat bukan berdasarkan dari faktor bawaan lahir (Tirtayasa, 2019). Teori-ini berpandangan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin dan menggali potensi pada dirinya, baik itu bakat, dan faktor lingkungan yang di rekayasa, sehingga dapat beraktualitasasi dengan baik, ini dikenal sebagai faktor “ajar” atau latihan. Pemimpin yang dimaksud dapat melaksanakan fungsi dari figure yang telah dibenentuk dan akan menghadirkan kemampuan aktualisasi yang terampil dalam menjalani tanggungjawabnya,

Perkembangan selanjutnya menekankan bahwa seorang pemimpin itu disiapkan agar dapat memenuhi performansi aktivitas -dalam kemimpinan dengan cara penambahawan wawasan pengetahuan seperti terbentuknya Pendidikan dan pelatihan

c. Teori Kepemimpinan Spritual

Kepemimpinan spritual menurut Fry (dalam Usman, 2020) menggambarkan cara pemimpin untuk meningkatkan motivasi instrinsik, dengan membuat situasi yang meningkatkan perasaan makna spritual di situasi kerja. Situasi yang konsisten antara nilai seorang dan tujuan dari bidang kerja adalah bagian terpenting sebagai pemimpin untuk anggotanya, keyakinan atau harapan diasosiasikankan dengan atribut optomis, percaya diri, keteguhan, sabar, tekun, tenang dan gembira. Yukl (2015) mendeskripsikan bahwa kepemimpinan spritual dapat meningkatkan apresiasi bersama, perasaan, dan kepercayaan diantara organisasasi , dan meninginspirasi lebih pada tingkat kinerja yang tinggi.

Fry( dalam Usman, 2020) mendeskripsikan bahwa terdapat dua esensi elemen berikutnya dalam kehidupan manusia, diantaranya yakni:

transferensi diri yang dapat di perlihatkan melalui perasaan “panggilan”

takdirsatau nasib. Kedua keyakinan-kegiatan manusia-bekerja yangSbermakna danSbernilai, untuk mendapatkan-keuntunganSekonomi atau gratifikasi -seperti Hasrat untuk kekuasaan, prestasiSdanSpenghargaan.

d. Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Rasulullah

Pada dasarnya, prinsip-kepemimpinan profetik mengacu pada diri Nabi Muhammad SAW. Khususnya dalam penerapan yang baik dalam pelayanan public seperti disiplin wahyu, memberikan tauladan, komunikasi yang efektif, bermusyawarah dan memberikan pujian atau motivasi (Syafii Antonio, 2009).

a. Disiplin Wahyu

Nabi atau Rasul merupakan manusia pilihan dalam menyebarkan risalah (pesan) ketuhanan yang bertugas untuk menyampaikan firman Allah SWT kepada ummatnya (Syafii Antoni, 2009). Untuk itu tidak ada baginya kewenangan dalam menyampaikan pesan yang mengada-ada namun sesuatu tentang perintah agama berdasarkan wahyu yang diterima olehnya, tidak menambah,atau,mengurangi,isi dari berbagai kandungan ayat bahkan menyembunyikannya. Sebagaimana Allah berfirman dalan Al-Quran pada Surah-An-Najm (53) ayat 3-4, artinya:

“Dan-tidaklah-yang diucapkan-itu (Al-Qur’an) menurut-keinginannya. Tidak-lain Al-Qur’an adalah-wahyu-yang-diwahyukan (kepadanya).”

Dalam ayat ini Allah-SWT menerangkan-bahwa Nabi Muhamad SAW itu tidaklah bertindak sesat atau keliru karena beliau seorang yang tidak pernah mengikuti hawa nafsunya termasuk dalam perkataannya. orang yang keliru atau tersesat ialah menuruti hawa nafsunya (Departemen Agama,2010). hal inilah menjadi teladan bagi pemimpin untuk melaksanakan kepemimpinan sebagaimana yang telah dikerjakan oleh Rasulullah SAW.

b. Memulai dari diri sendiri

Salah satu prinsip kepemimpinan yang baik adalah, melakukan sesuatu terhadap diri sendiri, setiap gerak Langkah-seorang-muslim-akan dimulai dengan perbaikan diri(ibda’binafsik) yang-kemudian sekaligus memberikan pengaruh terhadap orang lain (Kurniasari et al., 2019). prinsip yang harus tumbuh-dalam-diri seorang-muslim ialah kesatuanSyangskuatSantara-iman danSamal, antara niatSdanSkenyataan yang terwujudssatu. ibda’ binafsik merupakan kalimat yang sesuai untuk seorang yang menjadi pemimpin, dimana ia menjadi panutan atau contoh bagi bawahannya. sebelum dirinya mengajak orang lain dalam perubahan yang lebih baik, maka seharusnya ia mengerjakan terlebih dahulu.

Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW tentang Kepemimpinan:

“Sebagaimana kamu ialah pemimpin-yang akan diminta-pertanggungjawaban atas-kepemimpinannya. seorang-Amir adalah pemimpin yang-akan dipertanggungjawabkan-terhadap rakyatnya, seorang lelaki-adalah pemimpin terhadap keluarganya, seseorang perempuan-ialah pemimpin yang mengurus rumah tangga suami dan-anaknya. ketahuilah, -masing-masing dari kamu merupakan pemimpi- dan akan dimintai pertanggungjawabannya”( Hr. Muslim No: 4789).

Berdasarkan hadist diatas bahwa manusia harus mampu memimpin diri sendiri, memimpin diri sendiri-berarti berusaha sekeras mungkin dalam menjalankan fungsinya sebagai suatu system untuk menghasilkan output bagiSdiri danslingkungan. (Pancaningrum, 2019) pemimpin bukan sebuah kekuasaan, melainkan sebuah tanggung jawab dan pengorbanan yang akan diterima konsekuensinya di akhirat kelak.

c. Keteladanan

Memberikan keteladanan ialah salah satu kunci keberhasilan dalam organisasi pada situasi kepemimpinan, sebagaimana Nabi Muhammad SAW telah memberikan medel (role) bagi para sahabat dan umatnya. Rasulullah juga disebut sebagai Al-Qur‟an berjalan yang termanifestasikan pada kehidupan sehari-hari. Untuk itu semua-umatnya dapat-dipermudah bilamana mengamalkan ajaran-islam dengan meniru-perilaku dan-sifat yang telah diajarkan oleh Nabi (Syafii Anonio,2009).

d. Bermusyawarah

Sistem kepemimpinan dalam islam menganjurkan pada prinsip “Syura‟

yang bermakna keharusan bagi umat islam untuk mengerjakan perundingan, rapat bersama terhadap permasalahan umum yang dihadapi dengan mengambil keputusan berdasarkan kesepakatan bersama.(Majid, 2020).

Allah-SWT telah berfirmanSdalamSAl-Qur‟an dalam suratSAsy-Syura ayat 38 menerangkan bahwa selalu-bermusyawarah untuk menentukan -sikap di dalam-menghadapi situai pelik-dan penting, dan kesemuanya-akan mendapatkan kesenangan yang-kekal di-akhirat (Qur‟an Kemenag,2022).

kebebasan yang dikaitkan dengan syura ialah memberikan keuntungan dalam menentukan suatuSkebijakan, mengajukanspendapat dan berdialog yang bersifat bebas. kebebasan dalam mengutarakan pendapat akan memberikan peluang munculnya ide yang baik demi terciptanya Kerjasama dan kemasalahan umat, memperikan kesimbangan kepentingan pada induvidu dan kepentingan kolektif.

e. Bersikap Adil

Kehadiran kepemimpinan seharusnya bisa memberikan intervensi dengan menentukan kebijakan semua orang-secaraSadil,tidak memandang dari-suku bangsa,Sketurunan, golongan, strata, agama dan masyaraat (Umiarso,2018). prinsip mengenaiSkepemimpinan telah di tegaskan dalam surah-An-Nisa ayat 58 dengan makna sifat adil penguasa terhadap rakyat (masyarakat) dalam berbagai bidang tidak membeda-bedakan antara-satu dengan yang lainnya dalam pelaksanaan hukum, meskipun terhadap keluarganya sendiri, sebagaimana yang telah Allah telah jelaskan-dalam -ayat1ini (Qur‟an Kemenag,2022).

Kepemimpinan dalam Islam memilki posisi yang esensial yang dapat menjadkan masyarakat sebagai-Baldatun-ThoyyibatunWa Robbun Ghaffur maksudnya ialah masyarakatsIslami yang dapat-mengamplikasinan prinsip yang diajarkan oleh Agama Islam-dalam aturan nilan dan norma kehidupnnya sehingga terciptanya kesejahteraan, ketentraman, kedamaian yang menyeluruh dengan keadilan bagi seluruh masyarkat yang dipimpinnya( Kusuma, 2019).

1. Hadist Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW

Rasulullah SAW pernah bersabda dengan mengarahkan dan mengajurkan sifat kejujuran, sebagaimana hadistnya sebagai berikut:

Artinya :

“Sesungguhnya-kejujuran-mengantarkan-pada-kebaikan, dan kebaikan iu membimbing kesurga sesungguhnya-jika seorang yang senantiasa-berlaku jujur sehingga ia akan dicatat-sebagai orang yang- jujur, dan sesungguhnya-kedustakaan itu akan mengantarkan kearah kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring-dirinya ke-neraka. Dan sesungguhya jia seseorang-selalu berdista ia akan dicatat baginya sebagai orang pendusta” (HR. Bukhari dan Muslim No 4719).

Berdasarkan dari hadits diatas Nabi Muhammad SAW menunjukkan

sikap mental dalam bentuk kejujuran (shiddiq) yang dapat di interpretasikan pada seorang pemimpin dengan menciptakan integritas dan kredibilitas terhadap situasi apapun, termasuk pada pelayanan publik. Pemimpin-yang professional memiliki-berbagai kualitas yang- dalam dirinya, memiliki motivasi (instrinsik) -yang tinggi-terhadap kejujuran. Dua-komponen inilah yang menunjukkan keberhasilan sebagai seorang pemimpin. Seseorang yang pintar-dan-mempunyai motivasi yang tinggi namun tidak-jujur tidak-layak disebut sebagai professional. Sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad, SAW, bahwa kejujuran merupakan ukuran kebaikan yang paling mendasar pada diri seseorang, dan seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Sifat berbohong dan tercela akan menciptakan kerusakan hubungan antara pemimpin danSyangSdipimpin (Marwiyah, 2018).

e. Peran Kepemimpinan

Soerjono Soekanto (2006) menjelaskan bahwa peran memiliki konsep tentang apa yang dilakukan oleh induvidu penting-bagi-struktur sosial organisasi ataupun-masyarakat, -peranan meliputi berbagai norma yang dikembangkan dengan posisi, dimana terdapat rangkaian peraturan seseorang dalam kehidupan. Sujatno (2008:9) Pemimpin tentu saja modal yang utama

dalam sikap dan-perilaku dalam mempengaruhiSsumber-dayasmanusia-atau pegawai, agar mereka mau danSbersediasbekerja dan kooperasi. Untuk mencapai tujuan organisasi serta efektif0dan efisien.dDengan-demikian adanya peran kepemimpinan diharapkan dalam menduduki posisi tertentu untuk dapat mempengaruhi, membimbing, mengevaluasi, mengayomi bawahannya agar cermat dalam mengambil keputusan untuk berjalan sesuai roda organisasi. Sujatno (dalam Daswati, 2012) menjelaskan bahwa terdapat empatsperan pentingSpada-kepemimpinan diantaranya yakni:

1. PenentuSarah, pemimpin-harus dapat melaksanakan proses penseleksian dan penetapan sasaran dalam mempertimbangkan-lingkungan-eksternal di masa depan-yang-menjadi visi misi organisasi.

2. Agensperubahan, harussmampusmengantisipasi-berbagaiSperubahan dan perkembangansslingkungansglobal yang nantinya dapat memprediksi situasi organisasi, serta mampu mempromisikan perubahan-yang diinginkan.

3. Jurusbicara,harusSdapat-menjadi negosiasi dan actor yang handal dalam pembentukan relasi eksternal, menyusun-visi dan mengkomunikasikan pemberdayaan yang ada dan membuat-perubahan.

4. Pelatih,pemimpin-harus-dapat-memberi tahuSorang-lain mengenai realita terjadi, tujuan, visi, dan cara merealisasikannya, memberikan support untuk berkembang dan maju dalam mengaktulisasikan potensi dalam diri bawahan.

Dengan hal tersebut peneliti mengambil cermat kesimupulan bahwa peran pemimpin harus dapat mewujudkan kredibilitas dan integritas yang memadai sebagai pemberi tindakan ke arah depannya.

Dalam dokumen orang yang jiwanya kecil” (Halaman 53-74)

Dokumen terkait