D. Manfaat Penelitian
4. Resiliensi
Social Support memberikan peningkatan dalam kreatifitas, meningkatkan kesejahteraan-psikologis dan-penyesuaian-diri-dengan adanya rasa memiliki, memperjelas identitas diri dan menambah harga diri serta mengurangi stress. Sesuai pendapat Zarafino(dalam Dluha et al., 2020) social support dapat meningkatkan dan memeliharan kondisi fisik serta menjadikan sumber-informasi-dan-umpan balik-yang diinginkan dalam menghadapi tekanan dan stress pada situasi sosial. Menurut pendapat Johnson (dalam Ermayanti & Abdullah, 2011) terdapat empat manfaat dalam social support, diantaranya:
a. Menghadirkan produktivitas dengan peningkatan motivasi, meningkatkan kuriositas diri, memiliki daya penalaran, puas terhadap pekerjaan dan mengurangi stress kerja
b. Kesejahteraan psikologi, mampu menyesuaikan diri terhadap perasaan yang di miliki, memiliki-kejelasan-identitas diri, -peningkatan harga-diri, dan mampu mencegah-psikopatologi-dan neurotisme
c. Sehat secara fisik, induvidu yang memiliki kelekatan pada orang lain jarang-terkena penyakit jika-dibandingkan dengan induvidu yang terisolasi
d. Mampu memanjemen diri terhadap stress dan mengelola perhatian, informasi dan-umpan balik-yang diperlukan.
Resiliensi adalah proses fenomena yang merefleksikan adaptasi positif tanpa dipengaruhi oleh keberagaman yang trauma (Luthar, 2015). Pertama kali diperkenalkan Jack and Jeanne Block (dalam Intan et al., 2019) menurut Cannor dan Davidson resiliensi ialah suatu kualitas induvidu yang memungkinan seseorang untuk bisa berkembang di tengah situasi sulit yang dihadapinya.
(Andriani & Listiyandini, 2017) mengungkapkan resiliensi ialah kemampuan beradaptasi tinggi secara flasksibel dipertemukan dengan tekanan ataupun ekstenal. Sesuai pendapat Mcewen, Resiliensi adalah kemampuan mengatasi kesulitan dari peristiwa yang tidak menyenangkan sehingga berhasil pada situasi yang tidak pasti.(Steven & Prihatsanti, 2017) Ruther (dalam Nisa & Muis, 2016) mengatakan resiliensi berkaitan pada hasil dari kesuksesan dalam menyelesaikan masalah dibandingkan menghindar terhadap masalah.
Resiliensi menurut Charney (dalam Azzahra,2018) di definisikan sebagai proses-adaptasi-dengan baik-dalam-situasi tragedi, trauma atau peristiwa yang mengakibatkan stress lainnya. Resiliensi adalah kemampuan adaptasi secara positif untuk mengatasi rintangan, kesulitan, kesengrasaan hidup,mampu-bangkit kembali, berkembang-dan dapat-menghadapi-tantangan yang baru (Intan et al., 2019) .
Berdasarkan-pengertian-menurut-terkemuka beberapa-ahli di atas dapat disimpulkan bahwa-resiliensi ialah kemampuan beradaptasi secara-positif untuk mengatasi kesulitan, rintangan dam sotiaso trauma yang mengakibatkan stress.
b. Sumber-Sumber Resiliensi
Menurut Grotberg (dalam Ardana & Sholichatun, 2014) menyebutkan-tiga sumber-dari resiliensi (three sources-of resiliece) untuk-menghadapi konflik yang diakibatan dari keadaan-yang tidak menyenangkan bagi induvidu, diantaranya yakni:
a. I Have
Merupakan bantuan dan sumber yang berasal dari lingkup luar dalam mempertahankan resiliensi, memilki orang yang dipercaya-baik anggota keluarga-maupun bukan, yang dapat-diandalkan, dipercaya dalam kondisi apapun. I Have menunjukan adaa panutan yang baik (role mode) dalam menunjukkkan apa yang harus dilakukan, memberikan inspirasi agar induvidu dapat melakukan sesuatu yang diikutinya, menjadi media sharing ketika sedang menghadapi rintangan atau kesulitan. I have ialah aspek yang berkaitan dengan besar kecilnya hubungan dukungan sosial sekitar. I have hadir ketika ada hubungan orang lain dengan dilandasi kepercayaan, terdapat model-model peran, dorongan-seseorang untuk mandiri, memiliki-akses-terhadap fasilitas pendidikan, -kesehatan, keamaan dan kesejahteraan.
b. I Am
Sumber-resiliensi I am berkaitan dengan-kekuatan yang ada pada diri induvidu meliputi perasaan, sikap, dan keyakinan. Beberapa-kualitas pribadi yang menyangkut tentang pembentuk-resiliensi adalah: (1) penilian personal bahwa diri memperoleh-kasih sayang disukai oleh-banyak orang. (2) memiliki rasa empati, kepedulian dan cinta-terhadap orang lain(3) mampu
merasa bangga akan dirinya. (4) Memiliki-rasa tanggung jawab-terhadap diri sendiri, dapat menerima konsekuesi terhadap segala tindakan. (5). Optimis-serta percaya diri untuk-harapan yang akan datang.
c. I Can
Sumber resiliensi-I can-berkaatan-dengan-usaha yang-dilakukan oleh seseorang-untuk memecahkan masalah menuju-keberhasilan-melalui kekuatan diri sendiri. I can memberikan nlai-atas kemampuan atau kualitas diri untuk menyelesaikan persoalan, -keterampilan-sosial dan-interpersonal.
Sumber resiliensi-ini terdiri-dari : (1) kemampuan-interelasi, (2) pemecah-masalah, (3) kemampuan-mengelola-perasaan, -emosi-dan impuls-impuls, (4) kemampuan mengukur intervensi sendiri-dan-orang lain (5) menghadirkan hubungan dalam menjalin komunikasi-dengan-penuh-kepercayaan.
Gortberg (dalam Hendriani, 2018) mendeskripsikan bawa ketiga sumber berupa I have(external support), i am,( Inner Strenghs)-dan-I can ( Interpersonal and Problem Solving ) -akan membentuk pribadi yang relatif stabil, merespon sirtuasi dan kondisi dengan lebih bermakna. Meningkatkan resiliensi ialah tugas yang sangat penting dalam memberikan pengalaman bagi kehidupan manusia untuk mengatasi prombela hidup.(Putri Nur Azizah, 2020) c. Aspek-Aspek Resiliensi
Sesuai ungkapan Connor & Davidson (dalam Dominggus Palmarius, 2021) terdapat lima aspek yangberkaitan dengan resiliensi, diantaranya sebagai berikut:
a. Kompetensi Pribadi, Kompetisi pribadi menunjukkan bahwa seseorang akan merasa dirinya mampu menapai tujuan dalam situasi yang kegagalan, menyerah atau kemunduran. Induvidu tidak mudah kehilangan keberanian terhadap situasi yang mengharuskannya untuk mundur, menerima tantangan serta berjuang bertindak yang terbaik melewati situasi berupa rintangan, sulit atau traumatik.
b. Standart yang tinggi. Induvidu memiliki rasa percaya diri yang tinggi, menghadapi toleransi-terhada- afek negatif-dan-tegar dalam kondisi stress. Aspek ini berkaitan dengan ketenangan ,cepat-melakukan-coping terhadap stress, berhati-hati dan tetap fokus walaupun sedang-menghadapi kesulitan. Induvidu mampu mengatur empsi dalam melihat kaspitas mengerjakan tugas, berfikir dengan jernih dan ulet sehingg berkinerja dengan baik. Individu dapat menggunakan rasa humor, mengalihkan perhatian sementara waktu kemudian mengembalikan situasi yang dihadapi agar dapat menyesuikan permasalahan yang terjadi c. Penerimaan diri yang dilakukan dengan positif-terhadap-perubahan dan
keterkaitan -yang aman-dengan orang lain, mengganggap hal atau rintangan merupakan peluang. Induvidu mencoba merespon situasi sulit dengan kecendrungan yang sabar, membuat-hubungan yang-aman(
secure) dengan orang-lain dan beradaptasi dengan-perubahan.
d. Kontrol diri induvidu memilliki kekuatan untuk mengendalikan situasi, induvidu sadar akan setiap hal tidak dapat berjalan sesuai dengan keadaan mereka sesuai apa yang telah dicanangkan. Induvidu dapat menghadapi
peristiwa secara positif dalam mengarahkan tujuan yang kuat. Induvidu mencoba meminta bantuan orang lain sebagai upaya penyelesaian masalah.
e. Pengaruh spritual, induvidu percaya bahwa setiap aktifitas yang dikerjakan merupakan kehendak dari takdir tuhan, percaya akan nilai-nilai mencoba diimplementasikan pada perilaku, tuntutan sehari-hari, membantu mengaatasi kesulitan dengan membawa hasil positif bagi kehidupan mereka. Induvidu yang memiliki karakteristik tahan banting terhadap situasi adalah induvidu yang menaruh kepercayaan bahwa setiap sesuatu yang dikerjakan memiliki pengaruh besar dan hikmahnya.
d. Faktor-faktor Resiliensi
Sesuai pendapat oleh Dyer & McGuiness menjelaskan terdapat dua faktor yang berkaitan dengan resiliensi (Sholahuddin, 2019), diantaranya yakni faktor-protektif-dan-faktor-resiko, antara lain:
a. Faktor-protektif.
Faktor protektif ialah berasal dari hadirnya penyesuaian positif yang mengarahkan-pada-perbaikan,perlindungan-terhadap-resiko pada saat menghadapi-kesulitan atau-kemalangan(Ardana & Sholichatun, 2014). Faktor protektif memiliki peranan-penting untuk-memodifikasi dampak negatif-dari-lingkungan yang mempersulit situasi hidup-sehingga mampu menguatkan-resiliensi-seseorang. Warner (dalam Yasin et al., 2020) menjelaskan bahwa kualitas-kualitas induvidu secara
protektif menghadirkan-kesehatan, -kemampuan untuk-tenang, -konsep-diri yang positif, kontrol emosi dan internal-locus control serta kemampuan dalam merencakan sesuatu. Resiliensi sebagai mental Toughness digambarkan dengan mengendalikan situasi sekitar, mengetahui kemampuan sedini mungkin untuk mengelola perasaan negatif dan mengetahui situasi yang dibutuhkan.
b. Faktor Resiko
Goldstein dan Brook(dalam Novianti, 2018)Karakteristik yang terukur dalam keadaan yang dapat memperediksi sesuatu yang tidak diingikan disebut sebagai faktor resiko. Dyer & McGuiness (dalam Ardana & Sholichatun, 2014) diantaranya yakni status ekonomi dan sosial, seseorang yang dilahirkan dengan keadaan-kekurangan-gizi, tingkat stress yang tidak memiliki kemungkinan rendah untuk mengalami resilensi. Kedua yakni resiliensi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, hal ini disebabkan karena lai-laki cepat menyesuaikan situasi lingkungan daripada perempuan. Faktor-resiko dalam-resiliensi ialah kemungkinanterdapatnya -keadaan-yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh induvidu seperti anggota dari kelompok tertentu, faktor resiko yang berasal dari-biologis, psikologis, lingkungan,.sosial-ekonomi terhadap-kerentanan stress.