• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

3. Kepuasan Kerja

a. Pengertian Kepuasan Kerja

Seseorang akan merasa nyaman dan memiliki loyalitas yang

tinggi dalam sebuah perusahaan apabila ia memperoleh kepuasan sesuai

dengan apa yang diinginkan. Pentingnya arti kepuasan kerja dalam diri

seseorang, sedapat mungkin perusahaan memberikan kesempatan

seluas-luasnya kepada karyawannya untuk memperoleh kepuasan kerja.

Kepuasan kerja berasal dari dua kata yaitu kepuasan dan kerja.

Kepuasan artinya bahwa perasaan yang dialami seseorang, dimana apa

yang diharapkan telah terpenuhi atau bahkan apa yang diterima melebihi

mencapai tujuan dengan mendapatkan pendapatan, konpensasi dari

kontribusinya kepada tempat pekerjaannya ( Koesmono, 2005:169-170 ).

Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan

atau tidak menyenangkan dengan mana karyawan memandang

pekerjaannya ( Handoko, 2001:193 ). Kepuasan kerja merupakan cerminan

dari perasaan pekerja terhadap pekerjaan yang dihadapi di area

lingkungannya. Sebaliknya, karyawan yang tidak puas akan bersifat negatif

terhadap pekerjaan dan bentuk yang berbeda-beda satu dengan yang

lainnnya.

b. Indikator Kepuasan Kerja

Menurut Luthans dalam Soedjono ( 2005:27 ), ada lima indikator

yang mempengaruhi kepuasan kerja,yaitu:

1) Gaji dan upah. Karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan

promosi yang dipersepsikan sebagai adil, tidak meragukan dan segaris

dengan pengharapannya.

2) Pekerjaan itu sendiri. Karyawan cenderung lebih menyukai

pekerjaan-perkerjaan yang memberikan kesempatan untuk menggunakan

kemampuan dan keterampilannya, kebebasan serta umpan balik

mengenai betapa baik mereka bekerja. Kateristik ini membuat

perkerjaan lebih menantang. Pekerjaan yang kurang menantang

menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang juga dapat

3) Rekan kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi

kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu, tidaklah

mengejutkan bila mempunyai rekan kerja yang ramah dan

mendukung meningkatkan kepuasan kerja.

4) Promosi pekerjaan. Promosi pekerjaan terjadi pada saat seseorang

karyawan berpindah dari satu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih

tinggi.

5) Kepenyeliaan (supervise ). Supervise mempunyai peran yang penting dalam manajemen. Supervise berhubungan dengan karyawan secara langsung dan mempengaruhi karyawan dalam melakukan

pekerjaannya. Umumnya karyawan lebih menyukai supervise yang adil, terbuka dan mau bekerja sama dengan bawahan.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Robbins ( 2001:48 ) ada lima faktor penting yang

mendorong kepuasan kerja, yaitu:

1) Pekerjaan yang sacara mental menantang

Cenderung lebih disukai karyawan, karena akan memberikan mereka

kesempatan untuk mengunakan keterampilan dan kemampuan mereka

serta menawarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik

2) Ganjaran yang pantas

Merupakan keinginan karyawan akan sistem upah dan kebijakan

promosi yang mereka persepsikan adil, tidak kembar arti dan segaris

dengan pengharapan mereka.

3) Kondisi kerja yang mendukung

Merupakan sebagai kepedulian karyawan akan lingkungan kerja baik

untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan perkarjaan

tugas dengan baik, mereka cenderung lebih menyukai lingkungan

fisik yang aman dan nyaman.

4) Rekan kerja yang mendukung

Mengandung pengertian bahwa orang-orang mendapatkan lebih dari

pada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja,

tetapi kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial, sehingga

sangat penting bagi mereka untuk memiliki rekan kerja yang

mendukung dan dapat bekerja sama dengan baik.

5) Kesesuian kepribadian dengan perkerjaan

Merupakan satu unsur yang penting yang perlu ditambahkan, karena

unsur tersebut merupakan unsur yang cukup berperan dalam

menentukan kepuasan kerja, yaitu bahwa karyawan cenderung merasa

puas apabila ada kecocokan antara kepribadiannya dengan

4. Kinerja

a. Pengertian Kinerja

Setiap perusahaan memiliki tujuan dan hal ini diharapkan dicapai

oleh kesatuan gerak seluruh sumber daya di dalam perusahaan. Hal ini

terlebih juga berkaitan dengan optimalisasi kinerja karyawan dalam

mengupayakan pencapaian yang diharapkan. Oleh sebab itu kinerja

karyawan sebagai salah satu kunci upaya pencapaian tujuan ini harus

mendapat perhatian secara lebih optimal juga.

Secara umum, kinerja dipahami sebagai kesuksesan seseorang

dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Secara lebih dalam Lawler dan

Porter (1967) mengungkapkan bahwa kinerja adalah kesuksesan

seseorang dalam melaksanakan tugas. Irianto (2000) mengungkapkan

pula bahwa kinerja karyawan adalah prestasi yang diperoleh seseorang

dalam melakukan tugas.

Miner (1990) mengemukakan setidaknya ada empat aspek

kinerja yakni:

1) Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan,

waktu dan ketepatan dalam melakukan tugas

2) Kuantitas yang dihasilkan, berkenaan dengan berapa jumlah produk

atau jasa yang dapat dihasilkan

3) Waktu kerja, menerangkan akan berapa alokasi jumlah absen,

4) Kerja sama, berkaitan dengan bagaimana individu karyawan

membantu atau menghambat rekan sekerjanya

b. Penilaian Kinerja

Perusahaan mempunyai tujuan dalam keberlangsungannya

sebagai organisasi yang mengupayakan keuntungan. Keuntungan ini

tentunya diraih melalui kerja-kerja yang ditentukan juga oleh para

karyawannya. Kinerja karyawan adalah salah satu hal yang mendorong

pencapaian ini dan oleh karenanya dibutuhkan sebuah penilaian kinerja

untuk dapat mengukur prestasi kerja serta kontribusi yang disumbangkan

oleh tiap karyawan serta kompensasi yang patut diterima dari perusahaan.

Melakukan penilaian karyawan berdasarkan fungsi dan kinerjanya ini

tentunya bukan sebuah perkara yang mudah namun juga bukan perkara

sulit. Hal ini bergantung pada aspek pengukuran kinerja yang ditetapkan

oleh perusahaan. Untuk mengetahui seberapa besar kinerja karyawan

diperlukan kegiatan khusus untuk mengukurnya. Bernardin dalam

Sudarmanto ( 2009:12 ) menyampaikan enam dimensi yang dapat dipakai

untuk mengukur kinerja, yakni:

1) Quality, merupakan pelaksanaan kerja mencapai atau mendekati standar tujuan yang hendak dicapai.

2) Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan dalam tiap pekerjaan karyawan.

4) Cost Effectiveness. Merupakan optimalisasi sumber daya organisasi dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

5) Need for supervision. Merupakan ukuran pengawasan yang

dibutuhkan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

6) Interpersonal impact. Merupakan ukuran karyawan dalam menjaga harga diri, nama baik dan kerjasama dengan sesama rekannya.

c. Tolok Ukur Kinerja

Kualitas kerja setiap karyawan pada akhirnya akan

mempengaruhi pula kinerja yang bersangkutan. Untuk dapat memacu

kinerja karyawan, perusahaan perlu melakukan pengelolaan, pengukuran

dan upaya-upaya peningkatan kinerja. Semua ini akan selalu diawali

dengan penetapan tolok ukur kinerja. Beberapa syarat yang baik untuk

melakukan pengukuran kinerja diantaranya sebagai berikut:

1) Tolok Ukur yang baik dapat diukur dengan cara yang dapat dipercaya.

2) Tolok Ukur yang baik mampu membedakan setiap karyawan sesuai

dengan kinerjanya

3) Tolok ukur yang baik harus responsive terhadap masukan dan

tindakan dari para pemangku jabatan

4) Tolok ukur yang baik dapat diterima oleh karyawan yang mengetahui

Dokumen terkait