METODE PENELITIAN
D. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini akan diamati dan dianalisis variabel yang
dianggap berkaitan erat dengan tujuan penelitian. Variabel tersebut adalah
Orientasi Kepemimpinan Penyelia dan Kepuasan Kerja sebagai variabel
Independen sementara Kinerja Karyawan sebagai variabel dependen.
a. Variabel Independen
Variabel independen merupakan merupakan tipe variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Indriantoro dan
Supomo, 2002). Variabel ini dikenal juga sebagai variabel penyebab
b. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan jenis variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen. Dikenal pula sebagai variabel
yang diduga sebagai akibat atau variabel konsekuensi.
2. Definisi Variabel
a. Orientasi Kepemimpinan Penyelia
Kepemimpinan merupakan perilaku konsisten yang diterapkan
pemimpin pada saat mempengaruhi orang lain atau bawahannya agar
berperilaku dan berbuat sesuai dengan tugas dan tujuan organisasi.
Semakin tinggi respon karyawan terhadap indikator hubungan kerja
maka dapat disimpulkan bahwa Orientasi Kepemimpinan Penyelia
tersebut berorientasi pada hubungan kerja, sedangkan semakin kecil
respon karyawan terhadap indikator hubungan kerja maka dapat
disimpulkan Orientasi Kepemimpinan Penyelia pada perusahan
tersebut pada tugas pekerjaan. Kepemimpinan yang berorientasi pada
hubungan kerja diukur dengan indikator sebagai berikut:
1) Tingkat keramahan atasan kepada setiap karyawan
2) Tingkat perhatian atasan yang berkaitan dengan pekerjaan
3) Tingkat semangat yang diberikan oleh atasan dalam bekerja
4) Tingkat perhatian atasan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan
5) Tingkat kebersamaan karyawan dalam bekerja
7) Tingkat rasa saling mendukung karyawan dalam bekerja
8) Tingkat toleransi atasan dalam penggunaan sarana/prasarana
9) Tingkat hubungan antara karyawan senior terhadap karyawan baru
b. Kepuasan Kerja
Menjelaskan keadaan emosional seseorang baik yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan yang dirasakan oleh
karyawan terhadap pekerjaannya, pengukuran kepuasan kerja mengacu
pada aspek-aspek berikut:
1) Gaji dan upah. Karyawan menginginkan sistem upah dan
kebijakan promosi yang dipersepsikan sebagai adil, tidak
meragukan dan segaris dengan pengharapannya. Dari aspek “gaji dan upah”, maka dapat ditarik sebuah indikator untuk dijadikan pengukuran kepuasan kerja ini ialah tingkat kesenangan atau
ketidak senangan terhadap gaji dan upah.
2) Pekerjaan itu sendiri. Karyawan cenderung lebih menyukai
pekerjaan-perkerjaan yang memberikan kesempatan untuk
menggunakan kemampuan dan keterampilannya, kebebasan serta
umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja. Karateristik ini
membuat perkerjaan lebih menantang. Pekerjaan yang kurang
menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak
Dari aspek “pekerjaan itu sendiri”, maka dapat ditarik sebuah
indikator pengukuran kepuasan kerja ialah tingkat kesenangan atau
ketidak senangan terhadap pekerjaan itu sendiri.
3) Rekan kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi
kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu, tidaklah
mengejutkan bila mempunyai rekan kerja yang ramah dan
mendukung untuk meningkatkan kepuasan kerja. Dari aspek
“rekan kerja”, maka dapat ditarik sebuah indikator pengukuran
kepuasan kerja ialah tingkat kesenangan atau ketidak senangan
terhadap rekan kerja.
4) Promosi pekerjaan. Promosi pekerjaan terjadi pada saat seseorang
karyawan berpindah dari satu pekerjaan ke posisi lainnya yang
lebih tinggi jabatannya. Dari aspek “promosi pekerjaan”, maka
dapat ditarik sebuah indikator pengukuran kepuasan kerja ialah
tingkat kesenang atau ketidak senangan terhadap promosi
pekerjaannya.
5) Kepenyeliaan (supervise ). Supervise mempunyai peran yang penting dalam manajemen. Supervise berhubungan dengan karyawan secara langsung dan mempengaruhi karyawan dalam
melakukan pekerjaannya. Umumnya karyawan lebih menyukai
supervise yang adil, terbuka dan mau bekerja sama dengan bawahan. Dari aspek “kepenyeliaan”, maka dapat ditarik sebuah
indikator pengukuran kepuasan kerja ialah tingkat kesenangan atau
ketidak senangan terhadap kepenyeliaan.
c. Kinerja Karyawan
Kesuksesan atau prestasi seseorang dalam melakukan
pekerjaan. pengukuran kinerja karyawan diukur dengan pendekatan
perilaku yang mengacu pada aspek-aspek berikut:
1) Kualitas pekerjaan
Kualitas pekerjaan berkaitan dengan ketepatan, kelengkapan dan
kerapian. Ketepatan dalam hal melaksanakan tugas dan pekerjaan,
artinya tepat sasaran dan tujuan. Kelengkapan tugas dalam
pelaksanaannya. Kerapian dari hasil tugas yang dikerjakan oleh
karyawan tersebut. Dari aspek “kualitas pekerjaan”, maka dapat
ditarik sebuah indikator pengukuran kinerja karyawan ialah adanya
tingkat ketepatan, kelengkapan dan kerapian dalam perilaku
karyawan bekerja.
2) Kuantitas pekerjaan
Kuantitas kerja diukur dengan jumlah pekerjaan dan waktu.
Artinya banyaknya tugas dan pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh
setiap karyawan dan banyaknya waktu yang digunakan dalam
menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Dari aspek “kuantitas pekerjaan”, maka dapat ditarik sebuah indikator kinerja karyawan
ialah tingkat perilaku karyawan terhadap waktu yang diberikan
untuk mengerjakan suatu tugas pekerjaan selesai tepat waktu.
3) Ketahanan dalam bekerja
Menunjukkan seberapa tangguh seorang karyawan menghadapi
berbagai kondisi serta situasi yang menekan dalam suatu pekerjaan
yang dihadapkan padanya. Indikator kinerja karyawan dari aspek
“ketahanan dalam bekerja” ialah tingkat perilaku karyawan tersebut tahan terhadap tekanan dan tidak mudah menyerah.
4) Kehandalan dalam bekerja
Kemampuan seorang karyawan menunjukkan performa serta dapat
dipercaya hasil kerjanya yang memuaskan dengan menunjukkan
kualitas kerja yang terbaik tanpa mengecewakan. Indikator kinerja
karyawan dari aspek “kehandalan dalam bekerja” ialah tingkat perilaku karyawan dapat dipercaya serta kesediaan karyawan
tersebut melakukan pekerjaan sesuai bidangnya.
5) Kemampuan dalam bekerja
Kemampuan seorang karyawan dalam melakukan berbagai tugas
dan pekerjaan yang diberikan oleh atasan. Indikator kinerja
karyawan dari aspek “kemampuan dalam bekerja” ialah tingkat perilaku karyawan tekun dalam mengerjakan pekerjaan tersebut.
Karyawan melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukannya
sendiri dan dapat dikerjakan dengan sangat baik. Indikator kinerja
karyawan dari aspek “kemandirian” ialah tingkat perilaku menyelesaikan tugas yang diberikan atasan tanpa bantuan orang
lain.
3. Pengukuran Variabel
Untuk melakukan analisis terhadap variabel yang ada maka akan
dilakukan penyebaran kuesioner berdasarkan Skala perbedaan Semantik
(Semantic Deferential). Skala pengukuran yang berbentuk semantik
deferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini digunakan untuk
mengukur sikap yang tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban
“sangat positif” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur
sikap/ karakteristik tertentu yang dipunyai seseorang.
Contoh :
Mohon diberi nilai gaya kepemimpinan
Tidak Bersahabat 1 2 3 4 5 Bersahabat Lupa janji 1 2 3 4 5 Tepat Janji Memusuhi 1 2 3 4 5 Bersaudara Mendominasi 1 2 3 4 5 Mempercayai