• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ORIENTASI KEPEMIMPINAN PENYELIA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN Studi Kasus pada Karyawan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH ORIENTASI KEPEMIMPINAN PENYELIA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN Studi Kasus pada Karyawan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ORIENTASI KEPEMIMPINAN PENYELIA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN Studi Kasus pada Karyawan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh:

WARA SISAT SEMBIRING NIM: 112214026

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu

hari depan yang penuh harapan. ( Yeremia 29:11 )

Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

Kedua orang tua ku, Nini Charo, Keluarga,

Dosen dan juga para sahabat

yang selalu memberi segala bentuk dukungan

(5)
(6)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini , saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Wara Sisat Sembiring

No Induk Mahasiswa : 112214026

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul : “ Pengaruh Orientasi Kepemimpinan Penyelia dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan “. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, dan mempublikasikannya di internet dan media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meninta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya.

Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal 24 Juni 2014

Yang menyatakan

Wara Sisat Sembiring

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, atas terselesaikannya

penulisan skripsi ini. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu

penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Alm. Drs. Alex Kahu Lantum, selaku Dosen Pembimbing awal yang pernah

membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian.

3. V. Mardi Widyadmono, SE, MBA, selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan serta pengarahan bagi penulis selama penyusunan

skripsi ini.

4. Drs. Th. Sutadi MBA, selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan serta pengarahan bagi penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

yang telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat

berharga bagi masa depan penulis.

6. Seluruh karyawan sekretariat Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma

(8)

7. Pihak Rumah Sakit Panti Rapih khususnya pendamping penelitian ini, Bapak

Pardjianto yang memberikan waktu dan ijin dalam melangsungkan

penelitian.

8. Para Karyawan di unit-unit khusus yang telah berkenan menjadi responden

dalam penelitian ini dan memberikan waktu di tengah tanggung jawab kerja

mereka.

9. Keluargaku : Bapak, Mamak, adikku Oktavianus Sembiring, Nini Charo dan

Bibik beserta keluarga, terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

10.Para sahabat yang memberikan dukungan : Citra, Adolf, Thomas Sembiring,

Apultio, Dona, Angel, Bertho, Valent br. Sembiring, Rekan-rekan PMKRI

Yogyakarta, Karo Katholik Yogyakarta, Rekan-rekan Manajemen terima

kasih atas bantuan dan dorongannya selama kuliah di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

11.Sarmaida Munte, terimakasih atas dukungan dan semangat yang selalu

diingatkan bagi penulis.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini

banyak membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, oleh

kerena itu penulis sangat menghargai masukan dan saran demi kesempurnaan

(9)
(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …..………. ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .……….. iv

HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN TULISAN ………. v

HALAMAN LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ……… vii

HALAMAN DAFTAR ISI ……….. x

HALAMAN DAFTAR TABEL ……….. xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ………. xiv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ………... xv

HALAMAN ABSTRAK ……….. xvi

BAB I. PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………...

B. Rumusan Masalah ……….

C. Pembatasan Masalah ……….

D. Tujuan Penelitian………

E. Manfaat Penelitian ………...

F. Sistematika Penelitian ………

1

4

4

5

6

(11)

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….. 9

A. Landasan Teori ………..

B. Penelitian Sebelumnya ………..

C. Kerangka Konseptual Penelitian dan Hipotesis………. 9

21

22

BAB III METODE PENELITIAN………. 26

A. Jenis Penelitian ……….

B. Subjek dan Objek Penelitian ………

C. Waktu dan Lokasi Penelitian ………

D. Variabel Penelitian ………

E. Definisi Operasional ………..

F. Populasi dan Sampel ………..

G. TeknikPengambilanSampel ………

H. Teknik Pengumpulan Data ……….

I. Teknik Pengujian Instrumen ………..

J. Teknik Analisis Data ……….

26

BAB IV GAMBARAN UMUM RS PANTI RAPIH……… 46

A. Sejarah Rumah Sakit Panti Rapih ……….

B. Mengenai Logo ……….

C. Visi dan Misi ………

D. Nilai dan Moto Pelayanan ………

E. Falsafah dan Tujuan Pelayanan ………

(12)

G. Struktur Organisasi ………..

H. Lokasi Rumah Sakit Panti Rapih ……….

67

68

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……….. 69

A. Penjelasan Penelitian ………

B. Pengujian Instrumen ……….

C. Hasil Uji Validitas ……….

D. Hasil Uji Reliabilitas ……….

E. Hasil Uji Regresi Linear Berganda………

F. Hasil Uji F...………

G. Hasil Uji t ..………..

H. Hasil Uji Normalitas ………

I. Hasil Uji Multikolinieritas ……….

J. Hasil Uji Autokorelasi ………

K. Analisis Data………..………

L. Pembahasan ………..

69

70

70

74

75

76

76

77

78

79

80

85

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN………… 90

A. Kesimpulan ………...

B. Saran ……….

C. Keterbatasan Penelitian….……….

90

90

91

DAFTAR PUSTAKA ……… 92

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

III.1 Definisi Operasional ……… 34

V.1 Validitas 23 pertanyaan ………. 70

V.2 Validitas 22 pertanyaan ………. 72

V.3 Case Precessing Summary ……… 74

V.4 Reliabilitas……....………. 75

V.5 R2 dalam Regresi linier berganda ……… 75

V.6 Uji F ………. 76

V.7 Uji t ……….. 76

V.8 Uji Normalitas ………. 78

V.9 Uji Multikolinieritas ……… 79

V.10 Uji Autokorelasi ……….. 80

V.11 Total karyawan Setiap Unit ………. 81

V.12 Jumlah Karyawan setiap unit yang dijadikan sampel ………….. 82

V.13 Skala Semantik ………. 82

V.14 Skala Penilaian ………. 83

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

II.1 Kerangka Penelitian ……… 24

IV.1 Loga RS Panti Rapih ………. 53

IV.2 Struktur Organisasi RS Panti Rapih ……… 67

IV.3 Lokasi RS Panti Rapih ………. 68

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Print out olah data kuesioner penelitian…………. 94

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ………... 118

(16)

ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI KEPEMIMPINAN PENYELIA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Studi Kasus pada Karyawan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Wara Sisat Sembiring

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, 2014

(17)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LEADERSHIP ORIENTATION AND JOB SATISFACTION TO WARD EMPLOYEE PERFORMANCE

Case Study : “ Panti Rapih Hospital” in Yogyakarta

Wara Sisat Sembiring

Sanata Dharma University

Yogyakarta, 2014

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Organisasi merupakan suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk

tujuan bersama. Organisasi tentunya melakukan suatu proses perencanaan yang

meliputi penyusunan, pengembangan dan pemeliharaan suatu struktur atau pola

hubungan-hubungan kerja dari orang-orang dalam suatu kelompok kerja.

Organisasi disusun tidak hanya mengatur orang-orangnya, tetapi juga membentuk

dan memodifikasi struktur dimana didalamnya tersusun tugas orang-orang

tersebut.

Dilihat dari ketenagakerjaan, dalam peningkatan sumber daya manusia

maka diperlukan program-program yang didalamnya mengacu pada

pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mengelola suatu

organisasi khususnya dalam mengelola sumber daya manusia, diperlukan sekali

prinsip-prinsip ataupun teori-teori manajemen, termasuk prinsip dan teori

kepemimpinan. Berkaitan dengan hal ini pula kesuksesan atau kegagalan suatu

organisasi dipengaruhi banyak hal, salah satunya tentang kepemimpinan dalam

organisasi tersebut. Kepemimpinan dibutuhkan manusia, karena adanya suatu

keterbatasan dan kelebihan tertentu pada manusia. Di satu pihak manusia terbatas

(19)

kelebihan kemampuan untuk memimpin. Di sinilah timbulnya kebutuhan akan

pemimpin dan kepemimpinan. ( Thoha, 2012 : 257 ).

Pada dasarnya dalam suatu organisasi atau perusahaan, kepemimpinan

merupakan salah satu faktor penting. Faktor kepemimpinan dapat memberikan

pengaruh yang berarti terhadap kinerja karyawan, karena pimpinan yang

merencanakan, menginformasikan, membuat dan mengevaluasi berbagai

keputusan yang harus dilaksanakan dalam organisasi tersebut. Faktor-faktor yang

berhubungan dengan sikap, gaya, dan perilaku pimpinan sangat berpengaruh

terhadap karyawan yang dipimpinnya bahkan turut berpengaruh terhadap kinerja

suatu organisasi.

Kepemimpinan yang efektif harus mampu memberikan pengarahan

terhadap usaha-usaha pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Tanpa

bimbingan, hubungan antara tujuan perseorangan dan tujuan organisasi akan

menjadi renggang ( lemah). Keadaan ini akan menimbulkan situasi dimana

perseorangan bekerja untuk mencapai tujuan pribadinya, sementara itu

keseluruhan organisasi menjadi tidak efisien dalam pencapaiaan

sasaran-sasarannya. Maka dari itu, kepemimpinan sangat diperlukan bila suatu organisasi

ingin sukses dalam pencapaian sasaran-sasarannya.

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk

mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan dalam

bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dan dengan segenap

(20)

demikian produktivitas dan hasil kerja karyawan akan meningkat secara optimal.

Kepuasan kerja itu sendiri dapat diartikan sebagai perasaan mendukung atau tidak

mendukung yang dialami karyawan dalam bekerja, Artinya bahwa kepuasan kerja

adalah cara karyawan merasakan dirinya atau pekerjaannya. Dapat disimpulkan

bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong

dalam diri karyawan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi

dirinya. Oleh karena itu kepuasan kerja hingga kini berkaitan dengan kinerja

individu ( karyawan ), kelompok, yang pada akhirnya berkaitan pula dengan

efektivitas organisasi secara keseluruhan. Kepuasan kerja yang tertinggi sangat

mempengaruhi kondisi kerja dan memberikan keuntungan nyata bagi pekerja itu

sendiri, bagi manajemen dan organisasi.

Sebagai rumah sakit yang ternama yaitu Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta tentunya memiliki karyawan yang cukup banyak. Karyawan tersebut

haruslah diperhatikan kinerjanya agar tercipta efisien dan efektivitas kerja dalam

perusahaan. Kinerja karyawan tidak terlepas dari pengaruh Orientasi

kepemimpinan yang digunakan untuk mengelola karyawan. Melalui orientasi

kepemimpinan ini diharapkan para karyawan dapat merasakan kepuasan kerja

yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kinerja. Kinerja yang optimal

merupakan hal yang sangat diharapkan oleh perusahaan. Semakin optimal kinerja

karyawan tentu akan berdampak pada produktivitas perusahaan, sehingga

(21)

Mengingat pentingnya orientasi kepemimpinan, kepuasan kerja serta

kinerja karyawan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta maka perlu dilakukan

penelitian untuk melihat keterkaitan aspek-aspek tersebut dengan topik :

Pengaruh Orientasi Kepemimpinan Penyelia dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta ”

B. Rumusan Masalah

Melihat arti pentingnya penelitian dalam bidang Orientasi Kepemimpinan

dan Kepuasan Kerja serta kaitannya dengan kinerja, maka penulis tertarik untuk

melakukan suatu penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan

mendasar seputar relasi yang signifikan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah Orientasi Kepemimpinan Penyelia berpengaruh terhadap kinerja

karyawan?

2. Apakah Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

3. Apakah Orientasi Kepemimpinan Penyelia dan Kepuasan Kerja berpengaruh

secara simultan terhadap kinerja karyawan?

C. Pembatasan Masalah

Melalui perumusan masalah serta menghindari terjadinya disorientasi pada

penelitian, maka penulis membatasi masalah penulisan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan penyelia yang akan diteliti berorientasi pada hubungan kerja

(22)

2. Kepuasan Kerja yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja

yang diukur dengan indikator perasaan senang atau tidak senang terhadap

aspek-aspek kepuasan kerja.

3. Kinerja Karyawan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja

karyawan yang diukur dengan pendekatan keperilakuan.

D. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal

ini penulis hendak menetapkan tujuan penelitian yakni:

1. Untuk mengetahui pengaruh Orientasi Kepemimpinan Penyelia terhadap

Kinerja Karyawan pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

2. Untuk mengetahui pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan

pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

3. Untuk mengetahui pengaruh Orientasi Kepemimpinan Penyelia dan Kepuasan

Kerja secara simultan terhadap Kinerja Karyawan pada Rumah Sakit Panti

(23)

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini yang diharapkan antara lain:

1. Bagi Rumah Sakit Panti Rapih

Dalam konteks praktis, penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan sebagai

sebuah masukan dan pertimbangan oleh Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

dalam mengelola perilaku sumber daya manusianya melalui pendekatan

Kepuasan Kerja dan melalui optimalisasi Orientasi Kepemimpinan Penyelia.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Dalam konteks akademis, penelitian ini bermanfaat dalam memperkaya

wacana seputar keorganisasian terutama dalam bidang Kepuasan Kerja. Hal

ini dapat pula dijadikan sebagai sebuah sumbang pemikiran bagi pembaca

atau mereka yang hendak meneliti dalam bidang kajian yang sejenis.

3. Bagi Peneliti

Dalam konteks teoritis, data yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan

dapat menambah wawasan serta pemahaman penulis terkait aplikasi dari

peran Orientasi Kepemimpinan Penyelia dan Kepuasan Kerja dalam

(24)

F. Sistematika Penelitian

Keseluruhan penelitian ini akan terdiri dari enam bab yaitu :

pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, gambaran umum perusahaan,

analisis data dan pembahasan, serta kesimpulan, saran dan keterbatasan.

Bab I merupakan pendahuluan mengemukakan latar belakang masalah,

rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penelitian.

Bab II merupakan landasan teori, akan mengemukakan secara rinci studi

pustaka yang berisi teori yang mendukung analisis permasalahan dengan

menjelaskan pengertian dan konsep-konsep tentang kepemimpinan, orientasi

kepemimpinan, penyelia, kepuasan kerja, serta pengaruhnya terhadap kinerja

karyawan.

Bab III berisi tentang metode penelitian. Pada bab ini akan dikemukakan

tentang jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tempat dan waktu penelitian,

variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, teknik pengambilan

sampel, sumber data, teknik pengambilan data, teknik pengujian instrumen,

teknik analisis data.

Bab IV merupakan gambaran umum perusahaan, akan mengemukakan

secara rinci tentang sejarah perkembangan Rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta

(25)

Bab V berisi tentang analisis data dan pembahasan. Pada bab ini akan

dikemukakan tentang penjelasan penelitian, uji validitas dan reliabilitas, analisis

data dan pembahasan.

Bab VI berisi tentang kesimpulan, saran, dan keterbatasan. Pada bab ini

akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil analisis data pada bab

sebelumnya, saran-saran yang diberikan kepada perusahaan, serta faktor-faktor

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Kepemimpinan

a. Pengertian kepemimpinan

Kepemimpinan pada intinya merupakan proses mempengaruhi

orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui proses

dan kegiatan. Dalam proses mempengaruhi orang lain terkandung cara

yang biasanya diwujudkan dengan memberi petunjuk, mengarahkan dan

membina dalam melakukan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan

tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kepemimpinan dinyatakan

sebagai usaha menggunakan orientasi mempengaruhi dan tidak memaksa

untuk memotivasi individu mencapai tujuan.

Kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka

mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai suatu

tujuan yang memang diinginkan bersama ( Martoyo, 2000:176 ).

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang

mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran

( Handoko, 2003:294 )

Robbins dan coulter menyatakan ( Ardana, 2008:89 ), Kemampuan untuk

(27)

George R. Terry mengungkapkan ( Thoha, 2012:259 ), Kepemimpinan

adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang agar diarahkan

mencapai tujuan organisasi.

Dari berbagai definisi kepemimpinan diatas, penulis mengambil

kesimpulan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang

dalam proses mempengaruhi orang lain agar mereka mau bekerja sesuai

tujuan bersama dengan efektif dan efisien.

b. Fungsi Kepemimpinan ( Handoko 2008:299 )

Seluruh pihak yang terlibat di dalam kelompok/organisasi entah

itu pemimpin ataupun bawahan mengharapkan agar yang dilakukan

dalam organisasi tersebut berjalan dengan efektif dan efisien. Maka dari

itu pemimpin memiliki dua fungsi utama, yaitu:

1) Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (work-related ) atau pemecahan masalah menyangkut pemberian saran penyelesaian,

informasi, pendapat.

2) Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok ( group-maintenance ) atau sosial mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok

berjalan lebih lancar, persetujuan dengan kelompok lain, pencegahan

(28)

c. Gaya Kepemimpinan.

Gaya kepemimpinan merupakan hal yang dipentingkan dalam

sebuah organisasi dimana gaya kepemimpinan merupakan cara yang

dipergunakan oleh seorang pemimpin dalam mengatur anggota organisasi

agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Hal ini selaras

dengan yang disampaikan oleh Supardi dan Syaiful yang menyatakan

bahwa Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk

mempengaruhi bawahannya ( 2002:75 ).

Gaya kepemimpinan juga merupakan norma perilaku yang dipergunakan

oleh seseorang pada saat mencoba mempengaruhi perilaku orang lain

seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha menyelaraskan persepsi antara

perilaku orang yang mempengaruhi dan perilaku orang yang dipengaruhi.

Maka dari itu gaya kepemimpinan sangatlah perlu dimiliki oleh orang

yang memiliki sifat pemimpin.

Sementara itu terdapat beberapa tipe gaya kepemimpinan

sebagaimana diungkapkan oleh Reddin ( Thoha, 2012:311-312 ) sebagai

berikut:

1) Eksekutif

Gaya kepemimpinan yang banyak memberikan perhatian pada

(29)

2) Pecinta pengembangan

Gaya kepemimpinan yang memberikan perhatian maksimum terhadap

hubungan kerja dan perhatian minimum terhadap tugas-tugas kerja

3) Otokratis yang baik hati

Gaya kepemimpinan yang memberikan perhatian maksimum terhadap

tugas kerja dan minimum terhadap hubungan kerja.

4) Birokrat

Gaya yang memberikan perhatian yang minimum terhadap tugas kerja

maupun hubungan kerja.

d. Arti penting Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi akan membantu

pelaksanaan produktivitas dan mempengaruhi kinerja rekan-rekan

kerjanya. Gaya kepemimpinan yang dipakai seorang pemimpin akan

menjadi ukuran bagi karyawan dalam melaksanakan pekerjaan dalam

situasi dan kondisi tertentu. Sikap atau gaya kepemimpinan yang tepat

akan memberikan dorongan timbulnya kesediaan rekan-rekan kerjanya

untuk berperilaku dan berbuat sesuai dengan apa yang diharapkan oleh

seorang pemimpin saat itu, maka kita dapat mengetahui semangat

(30)

2. Penyelia

a. Pengertian Penyelia

Penyelia merupakan pemimpin yang paling dekat dengan

karyawan. Penyelia merupakan manajer lini pertama yang langsung

membawahi karyawan dan berhubungan langsung dengan mereka.

Penyelialah yang memikul tanggung jawab pelaksanaan mulai dari

merencanakan, memotivasi, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan

karyawan non-manajerial pada tingkat operasional dan organisasi. Para

penyelia baik pria maupun wanita, merupakan pemegang kunci hubungan

antara jenjang manajemen dengan kelompok besar karyawan yang

mencurahkan tenaga ataupun pikirannya untuk melakukan pekerjaan

perusahaan yang sesungguhnya. Maka dari itulah sebuah perusahaan

sangatlah membutuhkan seorang penyelia karena tak satu kelompok

orang pun berhasil mencapai keunggulan dan perhatian yang begitu besar

dalam tempo singkat sesudah penantian panjang, selain manajemen

penyelia ( Lester dan John, 1994:6 ).

b. Ciri-ciri pribadi seorang penyelia

Lester dan John ( 1994:9) mengungkapkan Jabatan penyelia

merupakan jabatan yang sangat didambakan, Maka dari itu seorang

penyelia memiliki sepuluh ciri-ciri pribadi yang terdapat didalam dirinya,

yakni:

(31)

2) Kemampuan bekerjasama dengan orang lain

3) Pengetahuan tantang pekerjaan dan kemampuan teknis

4) Kemampuan mengendalikan diri dalam situasi tertekan

5) Dedikasi dan keandalan

6) Kemampuan bertahan

7) Kemampuan belajar

8) Keterampilan memecahkan masalah

9) Potensi kepemimpianan

10)Sikap positif terhadap manajemen

3. Kepuasan Kerja

a. Pengertian Kepuasan Kerja

Seseorang akan merasa nyaman dan memiliki loyalitas yang

tinggi dalam sebuah perusahaan apabila ia memperoleh kepuasan sesuai

dengan apa yang diinginkan. Pentingnya arti kepuasan kerja dalam diri

seseorang, sedapat mungkin perusahaan memberikan kesempatan

seluas-luasnya kepada karyawannya untuk memperoleh kepuasan kerja.

Kepuasan kerja berasal dari dua kata yaitu kepuasan dan kerja.

Kepuasan artinya bahwa perasaan yang dialami seseorang, dimana apa

yang diharapkan telah terpenuhi atau bahkan apa yang diterima melebihi

(32)

mencapai tujuan dengan mendapatkan pendapatan, konpensasi dari

kontribusinya kepada tempat pekerjaannya ( Koesmono, 2005:169-170 ).

Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan

atau tidak menyenangkan dengan mana karyawan memandang

pekerjaannya ( Handoko, 2001:193 ). Kepuasan kerja merupakan cerminan

dari perasaan pekerja terhadap pekerjaan yang dihadapi di area

lingkungannya. Sebaliknya, karyawan yang tidak puas akan bersifat negatif

terhadap pekerjaan dan bentuk yang berbeda-beda satu dengan yang

lainnnya.

b. Indikator Kepuasan Kerja

Menurut Luthans dalam Soedjono ( 2005:27 ), ada lima indikator

yang mempengaruhi kepuasan kerja,yaitu:

1) Gaji dan upah. Karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan

promosi yang dipersepsikan sebagai adil, tidak meragukan dan segaris

dengan pengharapannya.

2) Pekerjaan itu sendiri. Karyawan cenderung lebih menyukai

pekerjaan-perkerjaan yang memberikan kesempatan untuk menggunakan

kemampuan dan keterampilannya, kebebasan serta umpan balik

mengenai betapa baik mereka bekerja. Kateristik ini membuat

perkerjaan lebih menantang. Pekerjaan yang kurang menantang

menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang juga dapat

(33)

3) Rekan kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi

kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu, tidaklah

mengejutkan bila mempunyai rekan kerja yang ramah dan

mendukung meningkatkan kepuasan kerja.

4) Promosi pekerjaan. Promosi pekerjaan terjadi pada saat seseorang

karyawan berpindah dari satu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih

tinggi.

5) Kepenyeliaan (supervise ). Supervise mempunyai peran yang penting dalam manajemen. Supervise berhubungan dengan karyawan secara langsung dan mempengaruhi karyawan dalam melakukan

pekerjaannya. Umumnya karyawan lebih menyukai supervise yang adil, terbuka dan mau bekerja sama dengan bawahan.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Robbins ( 2001:48 ) ada lima faktor penting yang

mendorong kepuasan kerja, yaitu:

1) Pekerjaan yang sacara mental menantang

Cenderung lebih disukai karyawan, karena akan memberikan mereka

kesempatan untuk mengunakan keterampilan dan kemampuan mereka

serta menawarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik

(34)

2) Ganjaran yang pantas

Merupakan keinginan karyawan akan sistem upah dan kebijakan

promosi yang mereka persepsikan adil, tidak kembar arti dan segaris

dengan pengharapan mereka.

3) Kondisi kerja yang mendukung

Merupakan sebagai kepedulian karyawan akan lingkungan kerja baik

untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan perkarjaan

tugas dengan baik, mereka cenderung lebih menyukai lingkungan

fisik yang aman dan nyaman.

4) Rekan kerja yang mendukung

Mengandung pengertian bahwa orang-orang mendapatkan lebih dari

pada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja,

tetapi kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial, sehingga

sangat penting bagi mereka untuk memiliki rekan kerja yang

mendukung dan dapat bekerja sama dengan baik.

5) Kesesuian kepribadian dengan perkerjaan

Merupakan satu unsur yang penting yang perlu ditambahkan, karena

unsur tersebut merupakan unsur yang cukup berperan dalam

menentukan kepuasan kerja, yaitu bahwa karyawan cenderung merasa

puas apabila ada kecocokan antara kepribadiannya dengan

(35)

4. Kinerja

a. Pengertian Kinerja

Setiap perusahaan memiliki tujuan dan hal ini diharapkan dicapai

oleh kesatuan gerak seluruh sumber daya di dalam perusahaan. Hal ini

terlebih juga berkaitan dengan optimalisasi kinerja karyawan dalam

mengupayakan pencapaian yang diharapkan. Oleh sebab itu kinerja

karyawan sebagai salah satu kunci upaya pencapaian tujuan ini harus

mendapat perhatian secara lebih optimal juga.

Secara umum, kinerja dipahami sebagai kesuksesan seseorang

dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Secara lebih dalam Lawler dan

Porter (1967) mengungkapkan bahwa kinerja adalah kesuksesan

seseorang dalam melaksanakan tugas. Irianto (2000) mengungkapkan

pula bahwa kinerja karyawan adalah prestasi yang diperoleh seseorang

dalam melakukan tugas.

Miner (1990) mengemukakan setidaknya ada empat aspek

kinerja yakni:

1) Kualitas yang dihasilkan, menerangkan tentang jumlah kesalahan,

waktu dan ketepatan dalam melakukan tugas

2) Kuantitas yang dihasilkan, berkenaan dengan berapa jumlah produk

atau jasa yang dapat dihasilkan

3) Waktu kerja, menerangkan akan berapa alokasi jumlah absen,

(36)

4) Kerja sama, berkaitan dengan bagaimana individu karyawan

membantu atau menghambat rekan sekerjanya

b. Penilaian Kinerja

Perusahaan mempunyai tujuan dalam keberlangsungannya

sebagai organisasi yang mengupayakan keuntungan. Keuntungan ini

tentunya diraih melalui kerja-kerja yang ditentukan juga oleh para

karyawannya. Kinerja karyawan adalah salah satu hal yang mendorong

pencapaian ini dan oleh karenanya dibutuhkan sebuah penilaian kinerja

untuk dapat mengukur prestasi kerja serta kontribusi yang disumbangkan

oleh tiap karyawan serta kompensasi yang patut diterima dari perusahaan.

Melakukan penilaian karyawan berdasarkan fungsi dan kinerjanya ini

tentunya bukan sebuah perkara yang mudah namun juga bukan perkara

sulit. Hal ini bergantung pada aspek pengukuran kinerja yang ditetapkan

oleh perusahaan. Untuk mengetahui seberapa besar kinerja karyawan

diperlukan kegiatan khusus untuk mengukurnya. Bernardin dalam

Sudarmanto ( 2009:12 ) menyampaikan enam dimensi yang dapat dipakai

untuk mengukur kinerja, yakni:

1) Quality, merupakan pelaksanaan kerja mencapai atau mendekati standar tujuan yang hendak dicapai.

2) Quantity, merupakan jumlah yang dihasilkan dalam tiap pekerjaan karyawan.

(37)

4) Cost Effectiveness. Merupakan optimalisasi sumber daya organisasi dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

5) Need for supervision. Merupakan ukuran pengawasan yang

dibutuhkan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.

6) Interpersonal impact. Merupakan ukuran karyawan dalam menjaga harga diri, nama baik dan kerjasama dengan sesama rekannya.

c. Tolok Ukur Kinerja

Kualitas kerja setiap karyawan pada akhirnya akan

mempengaruhi pula kinerja yang bersangkutan. Untuk dapat memacu

kinerja karyawan, perusahaan perlu melakukan pengelolaan, pengukuran

dan upaya-upaya peningkatan kinerja. Semua ini akan selalu diawali

dengan penetapan tolok ukur kinerja. Beberapa syarat yang baik untuk

melakukan pengukuran kinerja diantaranya sebagai berikut:

1) Tolok Ukur yang baik dapat diukur dengan cara yang dapat dipercaya.

2) Tolok Ukur yang baik mampu membedakan setiap karyawan sesuai

dengan kinerjanya

3) Tolok ukur yang baik harus responsive terhadap masukan dan

tindakan dari para pemangku jabatan

4) Tolok ukur yang baik dapat diterima oleh karyawan yang mengetahui

(38)

B. Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan topik penelitian ini telah dilakukan beberapa penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan topik penelitian ini yakni:

1. Tien Utami, 2012. Pengaruh gaya kepemimpinan, kepuasan kerja dan

lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan PT. Primissima di kabupaten

Sleman Daerah Istimewa, Yogyakarta.

Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa: terdapat pengaruh

positif dan signifikan gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan,

yang ditunjukkan oleh nilai thitung > ttabel (4,525 > 1,645) dan tingkat

signifikansi 0,000 dengan sumbangan efektif sebesar 6,14%; terdapat

pengaruh positif dan signifikan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan,

yang ditunjukkan oleh nilai thitung > ttabel (4,976 > 1,645) dan tingkat

signifikansi 0,000 dengan sumbangan efektif sebesar 7,62%.

2. Natalia Pujiastuti, 2010. Pengeruh motivasi kerja, budaya organisasi dan

kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan PT. Agronusa Investama

Cabang Pahauman, Kalbar.

Hasil analisis menjelaskan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif

terhadap tingkat kinerja karyawan pada PT Agronusa Investama dengan

(39)

C. Kerangka Konseptual Penelitian dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasar pada kerangka pemikiran yang digunakan sebagai acuan

dalam melihat relasi teori dengan berbagai faktor yang diduga sebagai

persoalan mendasar maka perlu dibangun suatu model konseptual. Model

ini didasari pada tinjauan pustaka dan penelitian sebelumnya yang terkait.

Kerangka konseptual yang coba dibangun adalah sebagai berikut:

a. Variabel X1 mewakili Orientasi Kepemimpinan Penyelia pada hubungan

kerja dan tugas pekerjaan diukur dengan indikator: tingkat keramahan

atasan kepada setiap karyawan, tingkat perhatian atasan yang berkaitan

dengan pekerjaan, tingkat semangat yang diberikan oleh atasan dalam

bekerja, tingkat perhatian atasan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan,

tingkat kebersamaan karyawan dalam bekerja, tingkat keterlibatan

karyawan dalam pemecahan masalah, tingkat rasa saling mendukung

karyawan dalam bekerja, tingkat toleransi atasan dalam penggunaan

sarana/prasarana, tingkat hubungan antara karyawan senior terhadap

karyawan baru.

b. Variabel X2 mewakili Kepuasan Kerja yang diukur dengan indikator:

Tingkat kesenangan terhadap gaji dan upah, tingkat kesenangan terhadap

perkerjaan itu sendiri, tingkat kesenangan terhadap rekan kerja,tingkat

kesenangan terhadap promosi kerja, tingkat kesenangan terhadap

(40)

c. Variabel Y mewakili Kinerja Karyawan yang diukur indikator: tingkat ketepatan, kelengkapan dan kerapian dalam perilaku karyawan bekerja,

tingkat perilaku tepat waktu dalam menyelesaikan tugas, tingkat perilaku

tahan terhadap tekanan dan tidak mudah menyerah, tingkat perilaku dapat

dipercaya dan kesediaan melakukan tugas sesuai bidangnya, tingkat

perilaku tekun dalam mengerjakan pekerjaannya, tingkat perilaku

(41)

Pengaruh parsial = pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas secara terpisah/sendiri-sendiri terhadap variabel-variabel terikat

Pengaruh simultan = pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel-variabel bebas jika digabungkan terhadap variabel terikat.

Gambar II.1 Kerangka penelitian ORIENTASI KEPEMIMPINAN

PENYELIA X1

Pada hubungan kerja dan tugas pekerjaan

KINERJA KARYAWAN

Y

Diukur dengan pendekatan perilaku

KEPUASAN KERJA X2

Diukur dengan senang atau tidak senang pada aspek-aspek kepuasan

(42)

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang perlu dibuktikan benar

atau tidak (Umar:2003). Berkaitan dengan itu perlu dibangun sebuah

hipotesis terlebih dahulu untuk dijadikan sebuah rujukan penelitian.

H1: Orientasi Kepemimpinan Penyelia berpengaruh terhadap Kinerja

Karyawan pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

H2: Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan pada Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

H3: Orientasi Kepemimpinan Penyelia dan Kepuasan Kerja secara

simultan berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan pada Rumah Sakit Panti

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang menghendaki

suatu kajian yang rinci, mendalam, menyeluruh, atas objek tertentu yang

biasanya relatif kecil selama kurun waktu tertentu termasuk lingkungannya.

Dalam hal ini penelitian akan berupaya menemukan hubungan atas

faktor-faktor yang dominan atas permasalahan Orientasi Kepemimpinan Penyelia

dan Kepuasan Kerja terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek merupakan para Karyawan yang akan dijadikan responden untuk

dimintai keterangan seputar Kepuasan Kerja dan Orientasi Kepemimpinan

Penyelia. Mereka merupakan karyawan yang telah memiliki minimal masa

kerja setahun.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah variabel yang dapat diteliti maupun hal-hal

yang berkaitan dengan variabel tersebut dan dapat diukur. Objek dari

penelitian ini antara lain adalah:

(44)

b. Kepuasan Kerja

c. Kinerja Karyawan

C. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari tahun 2014 sampai

dengan bulan Maret tahun 2014.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

D. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini akan diamati dan dianalisis variabel yang

dianggap berkaitan erat dengan tujuan penelitian. Variabel tersebut adalah

Orientasi Kepemimpinan Penyelia dan Kepuasan Kerja sebagai variabel

Independen sementara Kinerja Karyawan sebagai variabel dependen.

a. Variabel Independen

Variabel independen merupakan merupakan tipe variabel yang

menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Indriantoro dan

Supomo, 2002). Variabel ini dikenal juga sebagai variabel penyebab

(45)

b. Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan jenis variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel independen. Dikenal pula sebagai variabel

yang diduga sebagai akibat atau variabel konsekuensi.

2. Definisi Variabel

a. Orientasi Kepemimpinan Penyelia

Kepemimpinan merupakan perilaku konsisten yang diterapkan

pemimpin pada saat mempengaruhi orang lain atau bawahannya agar

berperilaku dan berbuat sesuai dengan tugas dan tujuan organisasi.

Semakin tinggi respon karyawan terhadap indikator hubungan kerja

maka dapat disimpulkan bahwa Orientasi Kepemimpinan Penyelia

tersebut berorientasi pada hubungan kerja, sedangkan semakin kecil

respon karyawan terhadap indikator hubungan kerja maka dapat

disimpulkan Orientasi Kepemimpinan Penyelia pada perusahan

tersebut pada tugas pekerjaan. Kepemimpinan yang berorientasi pada

hubungan kerja diukur dengan indikator sebagai berikut:

1) Tingkat keramahan atasan kepada setiap karyawan

2) Tingkat perhatian atasan yang berkaitan dengan pekerjaan

3) Tingkat semangat yang diberikan oleh atasan dalam bekerja

4) Tingkat perhatian atasan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan

5) Tingkat kebersamaan karyawan dalam bekerja

(46)

7) Tingkat rasa saling mendukung karyawan dalam bekerja

8) Tingkat toleransi atasan dalam penggunaan sarana/prasarana

9) Tingkat hubungan antara karyawan senior terhadap karyawan baru

b. Kepuasan Kerja

Menjelaskan keadaan emosional seseorang baik yang

menyenangkan dan tidak menyenangkan yang dirasakan oleh

karyawan terhadap pekerjaannya, pengukuran kepuasan kerja mengacu

pada aspek-aspek berikut:

1) Gaji dan upah. Karyawan menginginkan sistem upah dan

kebijakan promosi yang dipersepsikan sebagai adil, tidak

meragukan dan segaris dengan pengharapannya. Dari aspek “gaji

dan upah”, maka dapat ditarik sebuah indikator untuk dijadikan

pengukuran kepuasan kerja ini ialah tingkat kesenangan atau

ketidak senangan terhadap gaji dan upah.

2) Pekerjaan itu sendiri. Karyawan cenderung lebih menyukai

pekerjaan-perkerjaan yang memberikan kesempatan untuk

menggunakan kemampuan dan keterampilannya, kebebasan serta

umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja. Karateristik ini

membuat perkerjaan lebih menantang. Pekerjaan yang kurang

menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak

(47)

Dari aspek “pekerjaan itu sendiri”, maka dapat ditarik sebuah

indikator pengukuran kepuasan kerja ialah tingkat kesenangan atau

ketidak senangan terhadap pekerjaan itu sendiri.

3) Rekan kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi

kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu, tidaklah

mengejutkan bila mempunyai rekan kerja yang ramah dan

mendukung untuk meningkatkan kepuasan kerja. Dari aspek

“rekan kerja”, maka dapat ditarik sebuah indikator pengukuran

kepuasan kerja ialah tingkat kesenangan atau ketidak senangan

terhadap rekan kerja.

4) Promosi pekerjaan. Promosi pekerjaan terjadi pada saat seseorang

karyawan berpindah dari satu pekerjaan ke posisi lainnya yang

lebih tinggi jabatannya. Dari aspek “promosi pekerjaan”, maka

dapat ditarik sebuah indikator pengukuran kepuasan kerja ialah

tingkat kesenang atau ketidak senangan terhadap promosi

pekerjaannya.

5) Kepenyeliaan (supervise ). Supervise mempunyai peran yang penting dalam manajemen. Supervise berhubungan dengan karyawan secara langsung dan mempengaruhi karyawan dalam

melakukan pekerjaannya. Umumnya karyawan lebih menyukai

(48)

indikator pengukuran kepuasan kerja ialah tingkat kesenangan atau

ketidak senangan terhadap kepenyeliaan.

c. Kinerja Karyawan

Kesuksesan atau prestasi seseorang dalam melakukan

pekerjaan. pengukuran kinerja karyawan diukur dengan pendekatan

perilaku yang mengacu pada aspek-aspek berikut:

1) Kualitas pekerjaan

Kualitas pekerjaan berkaitan dengan ketepatan, kelengkapan dan

kerapian. Ketepatan dalam hal melaksanakan tugas dan pekerjaan,

artinya tepat sasaran dan tujuan. Kelengkapan tugas dalam

pelaksanaannya. Kerapian dari hasil tugas yang dikerjakan oleh

karyawan tersebut. Dari aspek “kualitas pekerjaan”, maka dapat

ditarik sebuah indikator pengukuran kinerja karyawan ialah adanya

tingkat ketepatan, kelengkapan dan kerapian dalam perilaku

karyawan bekerja.

2) Kuantitas pekerjaan

Kuantitas kerja diukur dengan jumlah pekerjaan dan waktu.

Artinya banyaknya tugas dan pekerjaan yang dapat dikerjakan oleh

setiap karyawan dan banyaknya waktu yang digunakan dalam

menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Dari aspek “kuantitas

(49)

ialah tingkat perilaku karyawan terhadap waktu yang diberikan

untuk mengerjakan suatu tugas pekerjaan selesai tepat waktu.

3) Ketahanan dalam bekerja

Menunjukkan seberapa tangguh seorang karyawan menghadapi

berbagai kondisi serta situasi yang menekan dalam suatu pekerjaan

yang dihadapkan padanya. Indikator kinerja karyawan dari aspek

“ketahanan dalam bekerja” ialah tingkat perilaku karyawan

tersebut tahan terhadap tekanan dan tidak mudah menyerah.

4) Kehandalan dalam bekerja

Kemampuan seorang karyawan menunjukkan performa serta dapat

dipercaya hasil kerjanya yang memuaskan dengan menunjukkan

kualitas kerja yang terbaik tanpa mengecewakan. Indikator kinerja

karyawan dari aspek “kehandalan dalam bekerja” ialah tingkat

perilaku karyawan dapat dipercaya serta kesediaan karyawan

tersebut melakukan pekerjaan sesuai bidangnya.

5) Kemampuan dalam bekerja

Kemampuan seorang karyawan dalam melakukan berbagai tugas

dan pekerjaan yang diberikan oleh atasan. Indikator kinerja

karyawan dari aspek “kemampuan dalam bekerja” ialah tingkat

perilaku karyawan tekun dalam mengerjakan pekerjaan tersebut.

(50)

Karyawan melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukannya

sendiri dan dapat dikerjakan dengan sangat baik. Indikator kinerja

karyawan dari aspek “kemandirian” ialah tingkat perilaku

menyelesaikan tugas yang diberikan atasan tanpa bantuan orang

lain.

3. Pengukuran Variabel

Untuk melakukan analisis terhadap variabel yang ada maka akan

dilakukan penyebaran kuesioner berdasarkan Skala perbedaan Semantik

(Semantic Deferential). Skala pengukuran yang berbentuk semantik

deferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini digunakan untuk

mengukur sikap yang tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban

“sangat positif” terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat

negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh

adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur

sikap/ karakteristik tertentu yang dipunyai seseorang.

Contoh :

Mohon diberi nilai gaya kepemimpinan

(51)

E. Definisi Operasional

Berkaitan dengan penelitian maka definisi operasional dari tiap variabel dikemukan sebagai berikut:

atasan kepada setiap karyawan

b. Tingkat perhatian atasan

yang berkaitan

dengan pekerjaan c. Tingkat semangat yang

diberikan oleh atasan dalam bekerja

d. Tingkat perhatian atasan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan i. Tingkat hubungan antara

karyawan senior

Kepuasan Kerja keadaan emosional

seseorang baik

a. Tingkat kesenangan

terhadap gaji dan

upah

b. Tingkat kesenangan

terhadap perkerjaan

itu sendiri

(52)

pekerjaannya terhadap rekan kerja,

d. Tingkat kesenangan

terhadap promosi

kerja

e. Tingkat kesenangan

terhadap terhadap tekanan dan

tidak mudah

f. Tingkat perilaku

(53)

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut pandangan Indriantoro dan Supomo (2002:115) bahwa populasi

merupakan sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang

mempunyai karakteristik tertentu. Populasi penelitian ini adalah Karyawan

pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

2. Sampel

Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:115) bahwa sampel merupakan

elemen-elemen dari populasi. Untuk menghadapi kendala-kendala

penelitian sampel dibutuhkan sebagai upaya mengamati perilaku populasi.

Sampel ini nantinya akan membantu peneliti dalam melihat gambaran

variabel yang hendak diolah melalui pengumpulan data.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Berkaitan dengan pengambilan sampel, penelitian ini menggunakan

pemilihan sampel bertujuan atau purposive sampling. Penelitian

menggunakan metode pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan atau

judgement sampling yang menurut Indriantoro dan Supomo (2002:131)

merupakan bagian dari teknik purposive sampling dengan maksud

menyesuaikan dengan tujuan penelitian.

Dikemukakan oleh Umar (2003:142) untuk menentukan berapa

minimal sampel yang dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui, dapat

(54)

n =

1+N e2

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir

adalah 5%

Maka dengan jumlah populasi = 72, maka sampel yang akan diambil oleh

peneliti ialah sebagai berikut:

n =

1+(72 x (0,05)2

n =

1 + 1,18

n = 61,01 responden

N

72

(55)

H. Teknik Pengumpulan Data

Menyajikan data yang baik tentu melalui sebuah pengumpulan data

yang baik pula. Untuk itu dibutuhkan sebuah teknik pengumpulan data yang

cocok untuk mengamati variabel yang diharapkan. Pengumpulan data

penelitian ini akan dilakukan melalui:

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan sebuah teknik pengumpulan data dengan

mengemukakan pertanyaan secara tertulis untuk mendapatkan jawaban

dari responden.

2. Wawancara

Metode pengumpulan data lainnya yang akan digunakan adalah

wawancara. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara

lisan kepada responden untuk lebih mengetahui kompleksitas sikap

mereka.

I. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas

Validitas data ditentukan oleh suatu proses pengukuran yang akurat.

Untuk itu data yang valid akan menentukan seberapa besar data yang relevan

dihasilkan. Hal ini terutama dalam melihat ketepatan kuesioner dalam

(56)

Uji Validitas berkaitan dengan korelasi skor masing-masing item

yang diperoleh dengan skor total dengan menggunakan korelasi pearson.

Adapun rumusan korelasi tersebut antara lain sebagai berikut:

N∑xy-∑x∑y

rxy =

√{N∑x2-(∑x) 2}{N∑y2-(∑y) 2}

Keterangan:

rxy = Koefisen korelasi setiap item pertanyaan

x = Skor dari setiap item pertanyaan

y = Skor total dari setiap item pertanyaan

N = Jumlah sampel

Kuesioner dinyatakan valid apabila nilai korelasinya positif dan r hitung lebih

besar dari r tabel dimana tingkat signifikansinya sebesar 5%

2. Uji Reliabilitas

Penelitian ini membutuhkan suatu evaluasi atas instrumen

pengumpulan data untuk melihat konsistensi data yang terkumpul.

Indriantomo dan Supomo mengemukakan (180) bahwa konsep reliabilitas

setidaknya dapat diukur dengan tiga pendekatan yakni :1) koefisien stabilitas,

(57)

Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah pengujian

reliabilitas konsistensi internal dengan pendekatan Cronbach's alpha. Adapun

rumusannya sebagai berikut:

r11 = { k/k-1} {1 - ∑α²b/α²t }

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya item pertanyaan

∑α²

b = jumlah varian item

α²

t = jumlah varian total

Pandangan terhadap instrumen dikatakan reliabel menurut Sekaran (2006)

adalah bila reliabilitas kurang dari 0,6 tergolong kurang baik. Reliabilitas 0,7

dapat diterima sementara diatas 0,8 adalah baik.

J. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis regresi dalam melakukan

estimasi suatu hubungan fungsional antara variabel acak Y dan variabel X.

1. Analisis Regresi Berganda

Untuk menjawab persoalan yang hendak dijawab melalui penelitian ini

digunakan beberapa teknik analisis. Berkaitan dengan hal tersebut teknik

analisis regresi berganda akan dipakai untuk uji hipotesis.

Rumusan menggunakan Standardized Coefficient sebagai berikut:

(58)

Keterangan:

Y = Kinerja Karyawan

a = Konstanta

b1 = Koefisien regresi X1 ( Orientasi Kepemimpinan )

terhadap Y

b2 = Koefisien regresi X2 ( Kepuasan Kerja ) terhadap Y

e = error ( kesalahan prediksi )

X1 = Variabel independen (Orientasi Kepemimpinan

Penyelia)

X2 = Variabel independen (Kepuasan Kerja)

a. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi perlu menyakinkan linearitasnya dan

memenuhi tingkat validitas yang diharapkan untuk memenuhi

peramalan. Hal ini membutuhkan uji asumsi klasik dengan memakai

uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi.dan uji t serta uji

statistik f.

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji data variabel bebas (X)

dan data variabel tergantung (Y) pada persamaan regresi yang akan

dihasilkan. Berdistribusi normal atau tidak normal. Persamaan regresi

dikatakan baik jika data kedua variabel (bebas dan terikat)

(59)

2) Uji Multikolinieritas

Model regresi linear berganda mengasumsikan bahwa tidak

terjadi korelasi yang signifikan antar variabel bebasnya. Dalam

statistika tidak terjadi multikolinearitas.

Untuk dapat mengetahui multikolinearitas maka dapat dilihat melalui

indikasi berikut dimana korelasi yang tinggi memberi petunjuk adanya

kolinearitas tetapi tidak sebaliknya, yakni adanya kolinearitas akan

mengakibatkan korelasi yang tinggi. Kolinearitas dapat saja muncul

walau dalam korelasi yang rendah. Sementara untuk melihat dapat

digunakan koefisien korelasi parsial. Jika R2 sangat tinggi tetapi

masing-masing r2 parsialnya rendah, ini merupakan indikasi bahwa

variabel-variabel bebas mempunyai korelasi yang tinggi dan

setidaknya salah satu berlebihan.

3) Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah terjadi korelasi diantara data pengamatan atau tidak. Adanya

autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir mempunyai varians tidak

minimum dan uji-t tidak dapat digunakan, karena akan memberikan

kesimpulan yang salah. Ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini

(60)

b. Uji Hipotesis

1) Uji t (test)

Mengukur signifikansi variabel Orientasi Kepemimpinan

Penyelia terhadap Kinerja Karyawan dan Kepuasan Kerja terhadap

Kinerja Karyawan, maka perlu digunakan uji t (test) yang rumusannya

sebagai berikut:

r √ n - 2 t-hitung =

√ 1 - r2

Keterangan:

t = nilai hitung

r = koefisien korelasi

n = jumlah sampel

Melalui analisis ini maka pengambilan keputusan akan berdasar pada:

a) Nilai t hitung ≥ t tabel pada α 0,05 atau t hitung pada ρ- value ≤ 0,05

maka Ho ditolak dan Ha diterima

b) Nilai t hitung ≤ t tabel pada α 0,05 atau t hitung pada ρ- value > 0,05

maka Ho diterima dan Ha ditolak

(61)

Model uji Statistik F digunakan untuk melihat apakah semua

variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama terhadap

variabel dependen. Uji hipotesis dengan statistif F dapat dilakukan

dengan membandingkan nilai F pada hasil perhitungan dengan nilai F

pada tabel. Bilai nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel maka Ho

ditolak dan Ha diterima.

Mekanisme uji F antara lain sebagai berikut:

a) Melakukan pembuatan hipotesis untuk kasus pengujian F – test

yakni

Ho : b1 = b2 = 0

Artinya Tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel

independen, Orientasi Kepemimpinan Penyelia (X1) dan Kepuasan

Kerja (X2) secara simultan terhadap variabel dependen Kinerja

Karyawan (Y)

Ha : b1 – b2 > 0

Artinya Ada pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel

independen, Orientasi Kepemimpinan Penyelia (X1) dan Kepuasan

Kerja (X2) secara simultan terhadap variabel dependen Kinerja

Karyawan (Y)

b) Menentukan F Tabel dan F hitung dengan tingkat kepercayaan

sebesar 95% atau taraf signifikansi sebesar 5% dengan asumsi

(62)

Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya kedua

variabel independen secara simultan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya kedua

variabel independen secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

c) Mengambil Keputusan

Ho diterima,

Artinya bahwa Orientasi Kepemimpinan Penyelia dan Kepuasan Kerja

secara simultan tidak berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan

Ha diterima

Artinya bahwa Orientasi Kepemimpinan Penyelia dan Kepuasan Kerja

(63)

BAB IV

RUMAH SAKIT PANTI RAPIH

A. Sejarah Rumah Sakit Panti Rapih

Perkembangan sebuah usaha tak terlepas dari sejarah berdiri serta

tujuannya didirikan. Demikian pun Rumah Sakit Panti Rapih sebagai salah satu

rumah sakit terkemuka di Yogyakarta. Keberadaan Rumah Sakit Panti Rapih

berkaitan dengan sejarah perkembangan Gereja Katolik di Yogyakarta.

Pewartaan iman Katolik di Yogyakarta bermula pada tahun 1914 melalui

katekese di rumah R.P Himadjaja yang merupakan ayahanda dari Mgr.

Djajasepoetro, SJ. Misionaris pada masa itu bersama para murid dari Xaverius

College di Muntilan terlibat dalam pengembangan karya misi hingga mampu

mendirikan Standaart-School sebagai lembaga pendidikan Katolik pertama di

Yogyakarta pada tahun 1917.

Perkembangan umat yang semakin nyata, terlebih setelah berdirinya

lembaga pendidikan katolik, memunculkan keinginan para misionaris untuk

mendorong karya yang lebih bagi masyarakat pribumi. Keinginan tersebut secara

khusus berkaitan dengan karya pelayanan kesehatan melalui kehadiran Rumah

Sakit di Yogyakarta. Demi mewujudkan cita-cita luhur tersebut, para pengurus

gereja di Yogyakarta mencoba menjalin kerjasama dengan para Suster

(64)

tersebut harus ditolak halus oleh para Suster Fransiskanes karena konsentrasi

kongregrasi mereka yang berada di bidang Pendidikan.

Berdasarkan situasi yang ada pasca pasca penolakan dari para Suster

Fransiskanes, para pengurus gereja pada tahun 1921 mengambil keputusan untuk

mencari pihak lain yang dapat diajak bekerjasama. Pilihan pun akhirnya

dijatuhkan pada para Suster-Suster Carolus Borromeus (CB) yang berpusat di

Maastricht, Belanda. Pilihan ini diduga karena adanya pengaruh Ir. Julius Robert

Anton Marie Schmutzer yang dekat dengan kongregrasi tersebut karena istrinya

Ny. C.T.M Schmutzer pernah menjadi murid di Sekolah Perawat yang dikelola

para Suster CB di Belanda. Pilihan kerjasama ini pada akhirnya menemukan

jalannya karena disambut baik para suster CB di Belanda.

Setelah terbangunnya komitmen bersama diantara pengurus gereja dan

Suster CB di Belanda, maka sebagai titik awal berdirinya Rumah Sakit,

dibentuklah sebuah yayasan pada tanggal 22 Februari 1927 yang diberi nama

Onder de Bogen" atau lengkapnya dalam bahasa Belanda Onder de Bogen

Stichting. oleh pengurus Gereja Yogyakarta. Selanjutnya pada tanggal 14

September 1928, pembangunan fisik rumah sakit pun dimulai dengan ditandai

peletakan batu pertama oleh Ny. C.T.M. Schmutzer van Rijckevorsel.

Sementara dalam proses pembangunan Rumah Sakit, para suster CB

memulai perutusannya ke Yogyakarta. Tercatat pada Januari 1929 sebagai awal

kehadiran lima orang Suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus dari Belanda.

(65)

Sr. Ignatia Lemmens, Sr. Simonia, dan Sr. Ludolpha de Groot. Mengingat

bangunan Rumah Sakit belum selesai, maka kelima suster tersebut untuk

sementara tinggal di biara Suster OSF Yogyakarta.

Pada pertengahan Agustus 1929, pembangunan Rumah Sakit pada

akhirnya dapat diselesaikan. Mgr. A.P.F van Velse, SJ pun berkenan memberkati

bangunan Rumah Sakit pada 24 Agustus 1929 yang akhirnya dibuka secara

resmi oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dengan nama Rumah Sakit

"Onder de Bogen". Kehadiran Rumah Sakit ini sekaligus juga menandai

perkembangan awal misi katolik. Dukungan terhadap kehadiran rumah sakit ini

pun bahkan turut ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII yang

beberapa tahun kemudian berkenan menghadiahkan sebuah mobil ambulance

sebagai wujud penghargaan atas pelayanan bagi masyarakat pribumi.

Berdiri kokohnya bangunan yang dihiasi dengan rancangan berupa

lengkungan-lengkungan dan nama Onder de Bogen melengkapi kenangan para

Suster CB yang berdinas di rumah sakit ini akan induk biara mereka di di

Maastricht Belanda. Sebuah motivasi tersendiri dalam kesatuan karya mereka

dalam kongregrasi terhadap sesama. Khususnya pelayanan bagi masyarakat

pribumi pada masa itu yang dilayani tanpa memandang agama dan identitas

kebangsaannya. Berdasar pada ajaran dan semangat Injil mereka terus berkarya

melayani pasien yang pada masa itu sebagian besar adalah para pejabat Belanda

(66)

Pada saat itu belum seluruh elemen masyarakat, khususnya rakyat yang

miskin dan lemah dapat menikmati pelayanan rumah sakit. Mengingat ajaran dan

semangat injil, para suster yang berkarya menjadi prihatin dan merasa tidak puas

terhadap keadaan yang ada. Hal ini dapat dipahami karena intensi mereka dalam

karya bagi orang yang kecil, lemah dan miskin merupakan dasar pengabdian

mereka di Bumi Nusantara. Maka melihat kondisi tersebut, Pimpinan Umum

Suster-suster CB di Maastricht mendesak Pengurus Yayasan Onder de

Bogen untuk menyediakan juga fasilitas kesehatan guna melayani rakyat kecil

yang miskin dan lemah.

Rupanya keterbatasan Yayasan Onder de Bogen yang belum

mempunyai dana cukup pada masa itu menunda sejenak keinginan para Suster

CB. Hingga akhirnya melalui uluran tangan Kongregasi Bruder FIC pada masa

itu, mendorong rumah sakit membangun bangsal khusus untuk mereka yang

tidak mampu. Bangsal tersebut kemudian diberi nama Bangsal Theresia. Sebuah

hasrat pelayanan pada mereka yang terpinggirkan yang akhirnya dapat terwujud.

Keberadaan Rumah Sakit pun semakin nyata berkembang, ditandai dengan

peningkatan jumlah pasien. Hal ini mendorong pembangunan lebih lanjut

fasilitas yang ada demi mengimbangi kebutuhan pelayanan.

Terjadinya perubahan konstelasi politik yang ditandai oleh kehadiran

pasukan Jepang pada tahun 1942 turut mempengaruhi perkembangan pelayanan.

Kehadiran pasukan Jepang yang pada akhirnya menjajah Bumi Nuasantara dalam

(67)

kekacauan terjadi dimana-mana. Bahkan rumah sakit Onder de Bogen tidak tak

dapat menghindar dari penderitaan ini. Pengelolaan rumah sakit menjadi kacau

dan kondisi keuangan rumah sakit kian menyedihkan. Biaya operasional rutin

semakin sulit terpenuhi oleh para pengurus.

Kondisi ini semakin rumit setelah para Suster yang merupakan warga

negara Belanda pun diinternir dan dimasukkan kamp tahanan Jepang. Tak kalah

mengecewakan setelah rumah sakit Onder de Bogen diambil alih menjadi rumah

sakit pemerintah Jepang. Dr. Sentral selaku Direktur Rumah Sakit pada masa itu

dipindahkan ke Rumah Sakit Bethesda, yang juga diambil alih pemerintah

Jepang. Pimpinan rumah sakit akhirnya diserahkan kepada Sr. Sponsari,

sementara Moeder Yvonne diangkat sebagai Pembesar Umum Suster CB di

Indonesia.

Pemerintahan Jepang semakin menunjukkan sikap tidak senangnya

terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan Belanda. Sehingga segala sesuatu

yang masih berkaitan dengan Belanda termasuk penggunaan bahasa pun harus

diganti. Hal ini memaksa juga Rumah Sakit untuk mengganti namanya dengan

nama lain yang dianggap tidak berbau Belanda. Menyikap hal ini maka Mgr.

Albertus Soegijopranoto, SJ selaku Uskup di Keuskupan Semarang pada

akhirnya berkenan memberi nama baru bagi Rumah Sakit Onder de

Bogen. Sejak itu Rumah Sakit tersebut berganti nama menjadi "Rumah Sakit

(68)

Semakin gencarnya perjuangan kebangsaan dan bertepatan dengan

berakhirnya pendudukan pasukan Jepang menguatkan kembali posisi republik

yang masih muda. Pembebasan para tawanan termasuk para Suster CB yang

akhirnya dapat berkarya lagi di Rumah Sakit semakin mendorong perbaikan

kondisi saat itu. Para suster tersebut juga menunjukkan dedikasi dan cinta kasih

mereka melalui perawatan khususnya pada para pejuang kemerdekaan Indonesia.

Kenangan akan pengabdian para Suster CB dan dedikasi mereka dalam

merawat para pejuang kemerdekaan turut membuat Panglima Angkatan Perang

Republik Indonesia, Jenderal Soedirman, berkenan hadir pada peringatan dua

puluh lima tahun hidup membiara Sr. Benvunito. Suster tersebut merupakan

seorang Suster CB yang penuh kasih merawat Jenderal Soedirman ketika harus

dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih. Tak sekedar hadir, beliau bahkan secara

tulus merangkai sajak indah berjudul „Rumah Nan Bahagia‟. Sajak yang secara

khusus didedikasikan untuk Sr. Benvunito, perawat beliau. Puisi yang ditulis

tangan oleh Jenderal Besar Soedirman tersebut hingga kini masih tersimpan baik

di RS Panti Rapih Yogyakarta.

Setelah kedaulatan Indonesia diakui oleh dunia internasional, RS Panti

Rapih pun kian dikenal dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.

Bertambahnya kepercayaan masyarakat ini berdampak pada pertumbuhan jumlah

pasien yang hendak dirawat di RS Panti Rapih. Demi mengimbangi peningkatan

tersebut, maka pengurus Yayasan beserta Suster CB merencanakan perluasan

Gambar

Tabel  Judul
Gambar Judul
Gambar II.1
Tabel III.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ketepatan penaksiran berat badan lahir, akan mempengaruhi ketepatan penatalaksanaan persalinan dan hasilnya sehingga diharapkan dapat mengurangi kematian dan kesakitan pada

Adanya kecenderungan jumlah populasi bakteri asam laktat yang lebih besar pada sosis fermentasi daging sapi kemungkinan disebabkan oleh kultur yang digunakan diisolasi dari

Obat tradisional yang dapat digunakan untuk terapi analgetik adalah daun kelor (Moringae folium), sedangkan obat sintetik yang digunakan dalam terapi analgetik

Dari perhJtungan metode pendekatan biaya dan metode pendekatan pendapatan, dilakukan rekonsiliasi indikasi nilai properti dengan melakukan pembobotan sehingga

• Pemilihan tujuan wisata di Indonesia yang diprioritaskan untuk dikembangkan dalam rangka menarik investasi infrastruktur (pendukung sektor pariwisata) dari luar negeri. 

wewenang, dan kewajiban Badan Pengawas Pemilu sesuai ketentuan Pasal 73, Pasal 74, dan Pasal 120 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara

Proses pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) yang masih menggunakan sistem manual banyak mengalami kendala antara lain sering terjadi kesalahan ketik identitas

Perbedaan linear kovariat disposisi matematis siswa untuk siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dibandingkan dengan model pembelajaran