• Tidak ada hasil yang ditemukan

Narasumber Sekunder

Tidak Kambuh Kambuh

3.2 Unit Analisis

3.3.2 Narasumber Sekunder

Narasumber sekunder berfungsi sebagai crosscheck atas informasi yang didapatkan dari narasumber utama dan untuk menggali lebih jauh tentang unit analisis, sehingga diperoleh hasil yang lebih mendalam serta komprehensif. Pemilihan narasumber sekunder juga harus didasarkan pada kriteria. Narasumber sekunder terdiri dari yaitu:

a) Dua orang mentor Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY), ini didasarkan kriteria bahwa mentor tersebut dianggap mengetahui tentang penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik yang dilakukan di GPSY.

b) Satu orang pasien skizofrenia yang masih menjalani perawatan di Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY), ini didasarkan pada kriteria bahwa pasien dianggap orang yang sedang menjalani perawatan dengan Terapi Holistik sehingga dapat memberikan informasi pada sub unit analisis terkaitan Terapi Holistik dalam menangani pasien skizofrenia.

c) Satu orang mantan pasien skizofrenia yang telah pulih setelah selesai menjalani perawatan dengan menggunakan Terapi Holistik. Ini didasarkan pada kriteria bahwa narasumber ini dianggap sebagai orang yang merasakan secara langsung keefektifan Terapi Holistik sehingga dapat diperoleh informasi mengenai keseluruhan sub unit analisis.

d) Satu anggota keluarga pasien dan keluarga mantan pasien yang sudah pulih dengan Terapi Holistik. Anggota keluarga dapat memberikan informasi tentang tanggapan mengenai manfaat Terapi Holistik yang diberikan kepada pasien dan penanganan yang diberikan kepada keluarga sebagai bagian dari Terapi Holistik.

e) Dua orang masyarakat lingkungan sekitar Griya Pemulihan Siloam Yogyakarta (GPSY). Ini diharapkan dapat mewakili masyarakat sekitar GPSY dalam memberikan tanggapan mengenai penanganan skizofrenia dengan Terapi Holistik yang dilakukan di GPSY.

3.4 Metode dan Pengumpul Data

Metode pengumpulan data merupakan metode yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data dalam penelitian yang akan menjadi awal untuk keseluruhan proses penelitian. Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperanserta, namun peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Menurut Bogdan (dalam Moleong, 2007:164) mendefinisikan pengamatan berperanserta sebagai penelitian yang mencirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek didalam lingkungan subyek. Peranan peneliti yang merangkap sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya sebagai pelapor hasil penelitiannya, menunjukkan bahwa peneliti adalah instrumen penelitian yang utama, serta sebagai alat pengumpul data dalam suatu penelitian (Moleong 2007:168).

Peneliti merupakan instrumen penelitian utama dalam proses pengumpulan data penelitian kualitatif. Kondisi peneliti, pertanyaan yang diajukan peneliti dan seberapa dalam hal dapat diungkap bergantung pada peneliti. Terkait dengan hal tersebut, peneliti harus mempersiapkan dan membekali diri dengan ilmu yang cukup agar dapat terjalin interaksi yang baik antara peneliti dengan informan. Sehingga dapat diperoleh informasi yang mengungkap permasalahan di lapangan secara lengkap dan tuntas. Pengumpulan data akan berpengaruh pada langkah-langkah berikutnya sampai dengan tahapan penarikan kesimpulan. Oleh karena itu dalam proses pengumpulan data diperlukan metode yang benar untuk memperoleh data-data yang akurat, relevan dan dapat dipercaya kebenarannya.

Data-data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif harus diperoleh secara lengkap, dalam dan akurat, oleh karena itu diperlukan penggunaan beberapa macam teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Sebagai teknik pengumpulan data pelengkap dilakukan perekaman. Alat perekam digunakan sebagai bukti adanya proses pencarian informasi sebagai data penelitian, selain itu alat perekam dapat digunakan untuk membantu proses pengolahan data dengan lebih mudah. Peneliti juga akan melakukan croscek data terhadap keluarga, masyarakat sekitar GPSY dan masyarakat sekitar tempat tinggal pasien.

Masing-masing teknik ini dapat dilakukan sendiri-sendiri, namun pada kenyataan dilapangan akan dilakukan secara bersamaan dengan teknik lainnya.

Masing-masing teknik memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Sehingga penggunaan beberapa macam teknik ini saling melengkapi dan mengurangi kelemahan yang ditimbulkan. Berikut adalah penjelasan mengenai teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni wawancara, observasi, catatan lapangan dan dokumentasi:

3.4.1 Wawancara

Hadi (dalam Rahayu dan Ardani, 2004:63) menyatakan bahwa wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Menurut Lincoln dan Buba (dalam Moleong, 2007:186) tujuan dari wawancara itu sendiri adalah untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Wawancara dilakukan oleh dua pihak, yakni interviewer dan interviewee. Interviewer adalah orang yang mengajukan pertanyaan. Interviewee adalah orang yang menjawab pertanyaan yang diajukan.

Wawancara dijadikan sebagai alat pengumpul data yang utama dalam penelitian ini menggunakan wawancara bebas terpimpin/semi-structured interviews. Menurut Rahayu dan Ardiani (2004:79) dalam wawancara bebas terpimpin, pewawancara menggunakan interview guide/pedoman wawancara yang dibuat berupa daftar pertanyaan, tetapi tidak berupa kalimat-kalimat yang permanen (mengikat). Interview guide yang dibuat diperlukan supaya jalan tanya jawab diharapkan tidak menyimpang dari garis-garis yang telah ditentukan dalam persiapan-persiapan yang seksama, namun catatan-catatan pokok/interview guide/

pedoman wawancara yang dibuat bersifat fleksible artinya masih memungkinkan variasi-variasi pengajuan pertanyaan yang disesuaikan dengan selera situasi yang ada.

Wawancara juga dilakukan secara mendalam dengan cara melakukan wawancara secara berkala dan terus-menerus (continues) dalam kurun waktu yang relatif lama. Melalui cara tersebut akan diperoleh data yang lebih lengkap dan mendalam.Wawancara dilakukan kepada subyek penelitian dan narasumber penelitian.

Wawancara dilakukan secara berkala dan berkelanjutan (continues). Wawancara dilakukan terlebih dahulu kepada narasumber utama sebagai penghasil informasi utama mengenai Terapi Holistik. Wawancara selanjutnya dilakukan kepada narasumber sekunder yang berfungsi sebagai crosscheck serta menguatkan informasi yang diperoleh.

Wawancara merupakan teknik pengumpul data yang berperan besar dalam penelitian ini yaitu sebagai metode pengumpulan data utama untuk mendapatkan informasi atau jawaban yang valid sesuai dengan fokus penelitian, oleh karena itu wawancara harus dilakukan tatap muka secara langsung (face to face) dengan narasumber penelitian.

Pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dilakukan untuk menggali data-data dan informasi yang berkaitan dengan unit analisis yaitu mengenai Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia, meliputi kondisi pasien sebelum dilakukan Terapi Holistik, prosedur pelaksanaan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia, kondisi pasien setelah dilakukan Terapi Holistik, prediksi

kekambuhan pasien, keefektifan Terapi Holistik dalam menangani skizofrenia, dan tanggapan keluarga serta lingkungan masyarakat mengenai model penanganan skizofrenia dengan menggunakan Terapi Holistik.

3.4.2 Observasi

Observasi adalah pengamatan bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-cheking atau pembuktian tehadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya (Rahayu dan Ardani, 2004:1). Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 2001:70).

Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Patton (dalam Poerwandari, 2001:71) hasil observasi menjadi data penting dalam suatu penelitian karena alasan berikut ini:

(1) Peneliti akan mendapatkan suatu pemahaman yang lebih baik mengenai konteks tentang suatu hal yang diteliti apakah ada atau terjadi;

(2) Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dengan berada pada situasi lingkungan nyata kecenderungan untuk dipengaruhi akan berkurang;

(3) Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang kurang disadari oleh partisipan maupun subyek penelitian;

(4) Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena suatu hal tidak bisa diungkapkan oleh subyek penelitian dalam wawancara;

(5) Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subyek penelitian atau pihak-pihak lain;

(6) Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersifat introspektif terhadap penelitian yang dilakukannya.

Paparan diatas dijadikan alasan penggunaan metode observasi dalam penelitian. Observasi digunakan sebagai alat pengumpul data yang tidak dapat dikumpulkan melalui teknik pengumpul data lainnya. Beberapa hal yang tidak dapat diungkap melalui metode lain antara lain:

(1) Tata laksana, penerapan serta tahapan teknik Terapi Holistik yang meliputi tiga terapi pokok yaitu terapi medis, terapi rohani terapi sosial serta kegiatan-kegiatan yang berlangsung di GPSY;

(2) Kondisi mentor dan pasien, yaitu pola interaksi antara mentor dan pasien saat berlangsungnya terapi maupun dalam kehidupan sehari-hari di GPSY;

(3) Kondisi tempat dan setting penelitian meliputi lingkungan fisik baik di dalam GPSY maupun lingkungan sekitar GPSY.

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak kalah penting dalam penelitian ini, observasi digunakan secara bersamaan dengan wawancara dan dokumentasi yang tujuannya untuk memperkuat informasi yang diberikan narasumber untuk selanjutnya di cross cek dengan kenyataan yang ada

dilapangan. Oleh karena itu observasi harus dipersiapkan secara matang agar diperoleh data yang relevan, akurat dan efisien

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan, dalam observasi ini peneliti terlibat dalam kegiatan sehari-sehari orang yang dijadikan sumber data penelitian. Observasi dilakukan dengan cara peneliti ikut melakukan kegiatan yang dilakukan oleh sumber data dan ikut merasakan suka dukanya. Observasi partisipan memungkinkan untuk memperoleh data secara lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak.

Stainback (dalam Sugiyono, 2010:65) menyatakan “In participant observation, the researcher observer what people do, listen to what they stay, and

participates in their activities”. Dalam observasi partisipan peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.

Peneliti berperan sebagai partisipan aktif, yaitu peneliti akan tinggal di GPSY dan mengikuti aktivitas sehari-hari yang dilakukan di GPSY, disini peneliti akan berperan sebagai mentor/terapis, dalam penelitian ini, pengamatan dilakukan secara tertutup. Artinya peneliti tidak memberitahukan kepada subjek dan juga lingkungan sosial subjek mengenai adanya pengamatan ini, agar perilaku yang tampak adalah perilaku yang apa adanya dan tidak dibuat-buat.

Dokumen terkait