• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Permasalahan klasik yang dialami oleh Indonesia dalam perdagangan komoditas hortikultura di luar negeri adalah standar mutu pertanian. Standar mutu yang dimaksud adalah suatu produk hortikultura tidak boleh mengandung residu zat berbahaya melebihi ambang batas, tidak mengandung organisme pengganggu tumbuhan (OPT) tertentu dan Negara pengeksport harus mempunyai dan menyediakan daftar spesies dengan deskripsinya yang cukup tentang OPT yang berasosiasi dengan komoditas tersebut. Persyaratan itu diperlukan apabila Negara pengeksport hendak memperluas pasar perdagangan pertanian (BKP, 2007a).

Salah satu organisme pengganggu tumbuhan yang banyak disoroti berkaitan dengan perdagangan produk pertanian tersebut adalah lalat buah.

Lalat buah adalah serangga hama yang berasal dari famili Tephritidae yang mempunyai 5 genus dan 4000 spesies telah teridentifikasi di dunia. Semakin deras masuknya buah-buahan dari luar terutama dari daerah-daerah endemis mempunyai resiko masuknya spesies lalat buah ke suatu daerah sangat tinggi.

Seperti hasil penelitian lalat buah pertama kali yang pernah dilakukan oleh Hardy pada tahun 1985 di Indonesia yang menemukan 66 spesies. Pada tahun 1992 sampai dengan 1994, Pusat Karantina Pertanian secara nasional melakukan survei ulang mengenai lalat buah dan menemukan sekitar 47 spesies, 20 spesies di antaranya merupakan kompleks Bactrocera dorsalis (Drew & Hancock 1994;

Hamzah 2004). Sementara laporan AQIS (2008) menyebutkan bahwa terdapat 63

spesies lalat buahdi Indonesia namun tidak termasuk Ceratitis capitata Wied.

yang dikenal dengan sebutan Mediterranean Fruit Fly atau Medfly sebagai hama penting tanaman jeruk di wilayah sekitar laut Tengah (White & Harris 1992).

Secara umum, lalat buah mempunyai 2 kelompok sifat populasi yaitu lalat buah univoltine dan multivoltine. Lalat buah univoltine memiliki habitat di daerah temperate dan lalat buah multivoltine habitatnya di daerah tropis dan subtropis (Harris, 1993). Suhu merupakan faktor kunci yang mempengaruhi kehidupan lalat buah yang hidup di daerah temperate. Sementara curah hujan lebih dominan mempengaruhi kehidupan lalat buah di daerah tropis dan subtropis (Celedonio et al., 1995 dalam Israely et al., 1997). Lalat buah multivotine, yang hidup di daerah tropis seperti di Indonesia dan khususnya di Bali, mempunyai generasi lebih dari sekali dalam 1 tahun. Kejadian tersebut, menyebabkan lalat buah yang hidup di daerah tropis sangat terkait dengan persebaran, kelimpahan, ketersediaan dan jenis tanaman inang yang ada.

Menurut Ginting (2007), spesies yang banyak ditemukan adalah B.

carambolae dan B. papayae merupakan spesies lalat buah yang populasinya paling melimpah di suatu daerah. Kejadian tersebut disebabkan karena kedua spesies tersebut bersifat polifag yang dapat memanfaatkan berbagai jenis tanaman buah-buahan sebagai inang yang ketersediaan berlimpah sepanjang waktu.

Menurut White & Hancock (1997) serta CABI (2007), tanaman inang B.

carambolae adalah belimbing, belimbing waluh, jambu air,jambu biji, tomat, cabe, nangka, cempedak, sukun, jeruk lemon, sawo, manggis, mangga, aren, ketapang dan lain lain. Tanaman inang B. papayae antara lain pisang, pepaya, jambu biji, jambu bol, jeruk manis, sawo, belimbing, sirsak, manggis, rambutan,

nangka, mangga, duku, rambai, kolang-kaling, cabe, terong, markisa dan lain lain.

Suatu area yang luas akan mendukung pertambahan populasi spesies karena tersedianya sumber makanan dan habitat yang sesuai (Arthur & Wilson, 1967).

Disamping itu menurut AQIS (2008), kedua spesies tersebut merupakan hama penting karena menyebar luas dalam populasi yang sangat tinggi.

Selain itu, pembatas utama yang mempengaruhi keberadaan suatu spesies lalat buah yaitu suhu, habitat yang tidak mendukung (ketersediaan inang), dan daerah jelajah yang tidak mendukung (McPheron & Steck,1996). Perbedaan pola atau sifat antara satu komunitas dengan komunitas lain dapat merupakan penyebab terjadinya perbedaan proporsi spesies-spesies tersebut. Sebagian spesies mungkin sangat jarang ditemukan dan mempunyai kelimpahan yang kecil atau dapat disebut sebagai spesies non dominan. Jenis spesies yang jarang tersebut dapat merupakan spesies yang menetap dan mencari makan disuatu habitat atau mungkin hanya merupakan penjelajah eksidental (tidak tetap) dari habitat yang berdekatan atau bahkan jenis migran (Ricklefs, 1978; Odum, 1983).

Keragaman jenis dan kelimpahan tanaman inang sangat mempengaruhi kehidupan dan kelimpahan populasi lalat buah di alam. Semakin beragam dan berlimpahnya tanaman inang memberikan pengaruh positif terhadap dinamika populasi lalat buah. Disamping ketersediaan tanaman inang, kualitas tanaman inang juga sangat menentukan. Kualitas dan kuantitas sangat berpengaruh terhadap kelimpahan lalat buah tersebut. Oleh karena itu, dinamika populasi pada saat menjelang musim panen mempunyai kecendrungan yang meningkat dibandingkan pada musim prapanen.

Menurut Siwi (2005), tingkat kematangan buah juga berpengaruh terhadap kehidupan lalat buah. Buah yang lebih matang lebih disukai oleh lalat buah untuk meletakkan telur daripada buah yang masih hijau. Hal tersebut karena berkaitan dengan kandungan asam amino, vitamin, mineral, air, dan karbohidrat yang dapat memperpanjang umur serta meningkatkan keperidian lalat buah. Oleh karena itu, pada buah-buahan yang matang kelimpahan lalat buah meningkat. Kelimpahan lalat buah yang dominan menimbulkan persentase serangan yang dominan pula pada tanaman tertentu. Kerusakan yang diakibatkan lalat buah menyebabkan gugurnya buah sebelum mencapai kematangan yang diinginkan, sehingga produksi baik kualitas maupun kuantitas menurun. Kehilangan hasil yang diakibatkan oleh serangan hama lalat buah bervariiasi antara 30-100% bergantung pada kondisi lingkungan dan kerentanan jenis buah yang diserangnya (Gupta &

Verma 1978, Dhilton et al., 2005a, 2005b dan 2005c). Kehilangan hasil diikuti dengan intensitas serangan lalat buah di Bali yang menunjukkan variasi yang cukup besar, yaitu antara 6,4 - 70% (Sarwono, 2003). Sodiq (2004) menyatakan bahwa intensitas serangan lalat buah pada mangga berkisar antara 14,8%-23%, namun tidak jarang kerusakan yang diakibatkan lalat buah khususnya pada belimbing dan jambu biji dapat mencapai 100%.

Besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh lalat buah diperlukan suatu pengendalian yang efektif yang efisien salah satunya dengan pengendalian hayati.

Pengendalian hayati merupakan penggunaan agens hayati untuk dapat mengatur populasi lalat buah di lapangan. Agens hayati atau musuh alami alami tersebut terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu predator, pathogen dan juga parasitoid.

Predator yang memangsa lalat buah di lapangan antara lain semut, laba- laba,

kumbang, dan cocopet. Patogen yang menyerang lalat buah diduga cendawan Mucor sp. (Siwi et al.., 2006) dan parasitoid yang menyerang lalat buah adalah berasal dari famili Braconidae (Hymenoptera).

Diantara 3 musuh alami tersebut, parasitoid merupakan komponen pengatur alami yang bertautan dengan kepadatan populasi lalat buah di lapangan. Fluktuasi kelimpahan populasi parasitoid sangat dipengaruhi oleh struktur populasi di lapangan. Jenis-jenis musuh alami yang telah dilaporkan berasosiasi dengan lalat buah adalah parasitoid famili Braconidae (Hymenoptera), yaitu Fopius spp. dan Biosteres spp. Komposisi jenis dan efektivitas spesies parasitoid tertentu dari spesies opiine bervariasi tergantung pada wilayah dan jenis buah menyerang.

Jenis buah, ukuran dan kematangan mempengaruhi tingkat parasitisasi larva lalat buah. Tingkat parasitisasi terbesar oleh Diachasmimorpha longicaudatus telah ditemukan dari buah-buahan kecil seperti buah kopi, kopi Arabia L., loquat, Ertobtrya japonica (Lindl.), dan buah persik Prunus persica L. dibandingkan dari buah jeruk besar (Wharton dkk, 1981;. Harris et al., 1986 dan 1988;.Harris &

Bautista, 1996).

Informasi tentang keberadaan jenis-jenis lalat buah yang ada di suatu daerah perlu diketahui dan dilaporkan sebagai langkah antisipasi untuk melakukan survei dan pengendalian pada tanaman buah yang dibudidayakan. Hal ini penting karena spesies lalat buah tertentu mempunyaipreferensi terhadap jenis inang tertentu (Muryati et al., 2005). Oleh karena itu perlu penelitian mengenai keragaman dan dinamika populasi lalat buah di area produksi atau area tertentu dan membuat daftar spesies, pemetaan daerah sebar dan deteksi lalat buah di Bali.

Diketahuinya keragaman dan dinamika populasi lalat buah di Bali mempunyai arti penting dalam perencanaan dan pelaksanaan tindakan monitoring maupun pengendalian yang akan dilakukan agar lebih efektif dan efisien terutama di Bali.

Oleh karena itu, dilakukan berbagai penelitian berkaitan dengan keragaman dan dinamika populasi lalat buah dan juga mengenai keragaman dan tingkat parasitisasi parasitoid untuk mendapatkan agens hayati yang efektif mengendalikan lalat buah di lapangan. Informasi tentang keberadaan jenis-jenis lalat buah, parasitoid dan tanaman inang yang ada di suatu daerah diperlukan untuk mengantisipasi ledakan hama tersebut di lapangan. Kerangka berpikir penelitian tersaji dalam Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian 3.2 Konsep

Konsep penelitian adalah untuk mengetahui keragaman, indeks keragaman dan indeks dominansi lalat buah, untuk mengetahui indeks kesamaan spesies lalat buah, untuk mengetahui hubungan kelimpahan populasi dengan persentase

serangan lalat buah yang menyerang tanaman buah-buahan di lapang serta untuk mengetahui keragaman dan tingkat parasitisasi parasitoid yang berasosiasi dengan masing-masing spesies lalat buah di lapangan (Gambar 3.2).

Pengamatan tentang keragaman spesies lalat buah yang didapatkan di pasar, ditujukan untuk melihat spesies-spesies lalat buah yang ada di Bali ataupun spesies-spesies yang masuk ke Bali. Oleh karena itu hasil penelitian yang dilakukan di pasar diharapkan dapat memetakan spesies-spesies yang ada di Bali, dan juga karena Pasar menjadi tempat keluar masuknya lalat buah dari luar atau dalam Bali. Penelitian dilakukan dengan pemasangan perangkap di setiap Pasar dan pengambilan sampel buah yang terserang. Sampel buah di pelihara, diamati dan diidentifikasi serta sampel lalat buah yang terperangkap juga diidentifikasi di laboratorium. Penghitungan hasil keragaman lalat buah menggunakan rumus Shannon-Wiener.

Penelitian mengenai keragaman juga dilakukan di lapangan yaitu di sentra tanaman buah tertentu, untuk melihat dan membandingkan keragaman dan kesamaan spesies lalat buah di lapangan dan yang ditemukan di pasar. Selain itu juga dilakukan untuk membandingkan spesies-spesies lalat buah yang ada dan menyerang di Bali. Pelaksanaan penelitian adalah dengan pemasangan perangkap dilakukan di lapangan yang terdapat Sentra-Sentra tanaman buah budidaya yang ada. Selain pemasangan perangkap, juga dilakukan pengambilan sampel buah yang terserang untuk melihat lalat buah apa yang menyerang buah-buahan yang terdapat di Bali. Kemudian, sampel buah dan sampel lalat buah yang terperangkap di identifikasi di laboratorium.

Penelitian mengenai dominansi spesies lalat buah juga dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pelaksanaan penelitian yaitu dengan pemasangan perangkap di lokasi Pasar dan di sentra buah-buahan di Bali serta pengambilan sampel buah di lapangan, kemudian dipelihara sampai munculnya imago dari lalat buah. Lalat buah yang muncul kemudian di identifikasi dan diteliti spesies lalat buah yang dominan menyerang buah-buahan di Bali.

Untuk mengetahui indeks kesamaan dilakukan dengan pemasanagan perangkap pada setiap lokasi penelitian di pasar dan sentra buah-buahan. Untuk mengetahui hubungan kelimpahan dengan intensitas serangan lalat buah di lapangan dilakukan dengan cara pengambilan sampel buah di lapangan kemudian dipelihara di laboratorium dan setelah muncul imago lalat buah kemudian identifikasi. Persentase serangan lalat buah dilakukan di lapangan dengan melihat tanaman buah yang diserang lalat buah dengan menghitung jumlah buah yang diserang serta dihitung dengan rumus persentase serangan menggunakan rumus Kilmaskossu dan Nerokouw (1993).

Penelitian terakhir yaitu dilakukan di laboratorium dengan melihat keragaman parasitoid dan tingkat parasitisasi dengan metode survey dan rearing di laboratorium. Penelitian terakhir mengenai keragaman dan tingkat parasitisasi parasitoid dilakukan dengan pemeliharaan sampel buah yang didapatkan dan mengamati jenis parasitoid yang muncul. Tingkat parasitisasi dihitung dengan menggunakan rumus tingkat parasitisasi Buchori et al., 2010.

Peubah yang diamati dari penelitian keragaman adalah spesies atau jenis lalat buah, dan juga jenis parasitoid yang muncul dari sampel buah yang di rearing. Peubah yang diamati dalam penelitian kesamaan lalat buah adalah

kesamaan spesies lalat buah di pasar dengan di lapangan, peubah mengenai dominansi adalah spesies lalat buah yang dominan, peubah kelimpahan dan persentase serangan adalah jumlah populasi pada saat tertentu pada masing-masing tempat dengan persentase serangan yang ditimbulkan, serta penelitian keragaman dan tingkat parasitisasi parasitoid peubahnya adalah spesies parasitoid yang muncul, jumlah parasitoid serta tingkat parasitisasi dari parasitoid.

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Keragaman lalat buah di pasar dan di sentra buah-buahan di Bali tergolong rendah dan didominansi oleh spesies B. carambolae dan B. papayae.

2. Kesamaan spesies lalat buah di pasar dan di sentra buah-buahan sangat tinggi.

3. Hubungan kelimpahan populasi dan persentase serangan lalat buah mempunyai korelasi positif.

4. Keragaman dan tingkat parasitasi parasitoid tergolong rendah.

BAB IV