• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

5. Genus Rhagoletis :

2.2 Pengaruh Tanaman Inang Terhadap Perilaku Serangga

Serangga dalam menentukan pilihan terhadap tanaman inang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor terutama faktor nutrisi yang terkandung dalam tanaman inang tersebut. Tanaman mengandung 13 nutrisi mineral elemen yang sangat berfungsi untuk pertumbuhannya. Nutrisi tersebut dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu makronutrisi dan mikronutrisi. Makronutrisi terdiri dari Nitrogen (N), Phosphor (p), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan Sulfur (S), sedangkan yang termasuk dalam mikronutrisi adalah Besi (Fe), Tembaga (Cu), Zeng (Zn), Boron (B), Molebdenum (Mo) dan Klorin (Cl) (Motavalli et. al. 2005). Nutrisi yang terkandung pada tanaman selain dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, juga sangat dibutuhkan oleh serangga untuk perkembangan hidupnya.

Sifat atraktan tanaman inang terhadap serangga sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi tanaman inang yang sangat menentukan jumlah protein di dalam tanaman inang.konsentrasi protein juga sangat ditentukan oleh tipe tanaman, umur dan kandungan nutrisi tanah. Daun tanaman merupakan bagian tanaman yang sangat disukai oleh serangga karena memiliki nutrisi makanan paling baik dibandingkan dengan bagian tanaman lainnya, salah satu nutrisi tanaman yang utama dibutuhkan oleh serangga adalah Nittrogen. Nitrogen dalam bentuk protein dan asam amino sangat penting untuk pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi serangga. Tanaman yang banyak mengandung asam amino dapat meningkatkan kemampuan reproduksinya. Nutrisi tanaman paling banyak terdapat pada jaringan tanaman yang lebih muda dibandingkan dengan jaringan tanaman yang sudah tua. Bunga, buah dan daun tanaman mengandung 1-5% atau lebih

Nitrogen, sedangkan pada batang pembuluh floem mengandung 0,5% Nitrogen dan xylem hanya 0,1% Nitrogen (Cloyd, 2005).

Chapman (1971) mengemukakan bahwa makanan sangat berperan terhadap perkembangbiakan serangga terutama terhadap keperidian serangga betina. Tobing (1996) menyatakan bahwa menurunnya kondisi nutrisi tanaman dengan bertambahnya umur berkaitan dengan perubahan-perubahan dalam komposisi asam-asam amino pada tanaman. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa kandungan nutrisi sangat menentukan preferensi serangga terhadap tanaman inang, baik untuk makanan maupun meletakkan telur.

Menurut Doutt (1959) terdapat empat tahapan yang harus dilewati agar parasitoid berhasil memarasit inangnya yaitu: 1) penemuan habitat inang, 2) penemuan inang, 3) penerimaan inang dan 4) kesesuaian inang. Penemuan inang terutama oleh parasitoid dipandu oleh rangsangan kimia yang berasal dari senyawa-senyawa volatile. Rangsangan tersebut daoat berupa bau yang berasal dari makanan atau tanaman yang terluka atau yang rusak, organisme yang berasosiasi dengan inang atau inang itu sendiri. Tanaman merupakan syarat utama karena tanaman mempunyai peran yang dominan dalam mendukung suatu habitat yang khas, akibatnya ssuatu parasitoid kadang-kadang tertarik pada tanaman tertentu meskipun di tempat tersebut tidak terdapat inang. Parasitoid kadang-kadang juga memarasit inang yang terdapat pada jenis tanaman tertentu dan tidak pada jenis tanaman yang lain (Vinson, 1981).

Penemuan inang oleh parasitoid dipandu oleh rangsangan fisik dan kimia.

Rangsangan fisik yang berperan terutama suara dan gerakan. Rangsangan kimia dapat dibagi menjadi 2 kelompok. Pertama, rangsangan kimia yang dapat diterima

dari jarak jauh misalnya bau inang. Rangsangan yang diterima memungkinkan parasitoid untuk melokalisasi areal pencarian inang. Kedua, rangsangan kimia yang dapat dideteksi hanya dari jarak dekat yaitu setelah terjadi kontak fisik.

Rangsangan ini biasanya berasal dari senyawa-senyawa padat atau cair misalnya kotoran inang, sekresi dari kelenjar labium inang, produk inang lain dan bekas parasitoid lain. Adanya rangsangan ini memungkinkan terjadinya kontak antara parasitoid dengan inangnya yang dicirikan oleh perilaku pengujian oleh parasitoid berupa pergerakan memutar dengan cepat dan perubahan kecepatan pergerakan.

Faktor lain yang ikut menentukan penemuan inang adalah pengalaman dan perilaku orientasi parasitoid.

Penerimaan inang atau pengenalan inang adalah proses diterima atau ditolak inang untuk peletakan telur setelah terjadi kontak (Arthur, 1981). Proses tersebut dibagi dalam empat fase yaitu : 1) kontak dan pemeriksaan, 2) penusukan dengan ovipositor, 3) pemasukan ovipositor dan 4) peletakan telur. Keempat fase tersebut harus lengkap dan berurutan sehingga bila terjadi hambatan pada salah satu fase, proses dimulai kembali dari awal. Penerimaan inang juga dipandu terutama oleh rangsangan fisik dan kimia selain itu, pengalaman parsitoid sebelumnya termasuk tempat perkembangan parsitoid juga berpengaruh pada proses penerimaan inang. Rangsangan fisik yang berperan adalah kondisi fisik inangnya seperti ukuran, bentuk, tekstur atau bentuk permukaan, warna dan kandungan air. Rangsangan lainnya adalah pergerakan inang misalnya kegiatan makan inang dan perkembangan embrio dalam telur. Rangsangan kimia dapat berasal dari senyawa-senyawa yang terdapat di luar dan di dalam tubuh inang yang dapat dideteksi dengan antenna, tarsi atau ovipositor. Senyawa-senyawa

tersebut dapat disekresikan melalui kutikula, diekskresikan bersama-sama kotoran atau terdapat pada jaringan-jaringan tertentu dalam tubuh inang (Arthur, 1981).

Kesesuaian inang yang menentukan perkembangan parasitoid sampai menjadi imago tergantung pada beberapa faktor yaitu 1) kemampuan parasitoid dalam menghindari atau melawan system pertahanan inang, 2) kompetisi dengan parasitoid lain, 3) adanya toksin yang mengganggu atau merusak telur atau larva parasitoid, dan 4) kesesuaian makanan parasitoid. Menurut Clark et al., (1976) dan Berryman (1981), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan parasitoid adalah faktor luar (ekstrinsik) dan faktor dalam (intrinsik). Faktor luar terdiri dari (a) faktor makanan seperti jumlah makanan, kecocokan makanan, kandungan gizi, kadar air yang sesuuai dan tanaman inang yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya, (b) Faktor iklim seperti suhu, kelembaban, cahaya dan aerasi yang baik untuk pembiakan masal, (c) Faktor biologis, termasuk di dalamnya adalah musuh alami lainnya seperti parasite dan predatr, (d) Faktor manusia, yang dimaksud disini adalah sejauh mana tindakan pengendalian serangga hama yang telah dilakukan dengan manipulasi tanaman inang, pergiliran tanaman ataupun pengendalian dengan pestisida. Faktor dalam adalah (a) ketahanan genetik, dimana serangga mampu menciptakan ketahanan secara alami sehingga serangga mampu menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis inang atau makanannya sehingga seranga mampu mempertahankan hidupnya (b) Nisbah Kelamin yaitu perbandingan jumlah serangga betina dan jantan yang menentukan banyak tidaknya jumlah keturunan yang dihasilkan, (c) Kemampuan beradaptasi yaitu sejauh mana serangga mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan iklim pada lingkungan sekitarnya.

BAB III