BAB I PENDAHULUAN
F. Kerangka Berpikir
Para siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan belajar biologi dikerenakan siswa merasa bosan dan kurang tertarik dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar tersebut guru lebih mendominasi dengan menggunakan metode ceramah maupun meringkas materi sehingga kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Guru kurang variatif dalam memberikan materi pembelajaran.
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka perlu adanya model pembelajaran yang inovatif dan bervariasi untuk meningkatkan hasil belajar murid. Sehingga yang semula hasil belajarnya rendah dapat meningkatkan hasil belajarnya. Belajar biologi seharusnya menyenangkan dan aktraktif. Salah satu model pembelajaran yaitu dengan menggunakan model word square. Model tersebut merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Dari hasil identifikasi permasalahan tersebut apakah penerapan model Word Square dapat meningkatkan hasil belajar kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende. Secara diagram alir dapat dilihat ada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian
1. Pembelajaran yang dilakukan guru cenderung monoton.
2. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.
3. Penggunaan media pembelajaran yang terbatas.
4. Hasil belajar rendah. Faktor keberhasilan
pendidikan kurang berperan maksimal di SMAK Frateran
Ndao Ende.
Kondisi Awal
Inovasi penggunaan model pembelajaran Word Square dalam langkah pembelajaran dengan menggunakan model word square: 1. Memberikan lembar pertanyaan dan kolom jawaban mengenai sistem saraf.
2. Siswa menjawab pertanyaan
mengenai sistem saraf lalu diterapkan di kotak-kotak yang sudah disediakan.
3. Diskusi kelompok
4. Siswa mempresentasikan hasil diskusi
5. Siswa mengulang materi dalam
pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan guru. Tindakan
Hasil belajar siswa kelas XI SAINS pada materi sistem saraf meningkat
G. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka diperoleh hipotesis dari penelitian ini yaitu: “penerapan model pembelajaran word square dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende pada materi sistem saraf”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah PTK yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Ciri-ciri PTK adalah adanya tindakan yang nyata, tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam rangkaian siklus kegiatan (Hopkins, 2008).
B. SETTING PENELITIAN
a) Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMAK Frateran Ndao Ende jalan Imam Bonjol No 39 Ende, Flores, NTT, dengan pertimbangan sekolah tersebut merupakan almamater peneliti. Hal tersebut dapat memudahkan dalam pencarian data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang sesuai dengan profesi peneliti kelak.
b) Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama bulan maret 2015, mulai dari tanggal 11 sampai tanggal 20 maret 2015.
c) Obyek penelitian
d) Subyek Penelitian
Siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende pada semester II (Genap) tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 24 siswa. Pertimbangan mengambil subyek penelitian tersebut adalah siswa kelas XI telah mengalami program penjurusan. Siswa kelas XI SAINSakan mempelajari materi Sains sehingga materi pelajaran biologi yang merupakan salah satu materi pelajaran sains juga akan diberikan secara intensif.
C. RANCANGAN TINDAKAN
Rancangan tindakan direncanakan dalam dua siklus dimana setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan beberapa tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan evaluasi dan tahap refleksi.
1. Pra tindakan
a. Identifikasi masalah, langkah diawali dengan menganalisis hasil belajar murid berdasarkan hasil ulangan harian pada materi sistem saraf.
b. Observasi kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang kegiatan belajar mengajar Biologi dikelas XI SAINS di SMAK Frateran Ndao Ende.
c. Analisis studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul penelitian.
d. Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen yang bersangkutan.
e. Menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) model word square.
f. Menyusun soal pre-test dan post-test untuk siklus I dan siklus II. g. Permintaan izin untuk melakukan penelitian kepada sekretariat
jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
h. Menghubungi pihak SMAK Frateran Ndao Ende, dengan menemui kepala sekolah, bagian kurikulum dan guru mata pelajaran Biologi dengan menyerahkan surat ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Pelaksanaan tindakan (2 siklus) a. Siklus I
1) Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran menggunakan model word square, yaitu: 1. Peneliti mempersiapkan materi yang akan digunakan untuk proses
pembelajaran.
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tentang sistem saraf.
3. Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar beranggotakan 4-5 siswa. Pembagian kelompok dengan tingkat kecerdasan menyebar, yaitu siswa-siswa yang unggul dalam hal prestasi disebar dalam tiap kelompok.
4. Menentukan kolaborasi dengan teman sejawat sebagai observer/ pengamat.
5. Menyusun lembar observasi.
6. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) model word square. 7. Merancang soal pre-test.
2) Pelaksanaan
Pada tahap ini, pembelajaran dilaksanakan menggunakan model word square sesuai dengan rencana tindakan. Kegiatan dilakukan sebagai berikut:
1. Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa dan pre-test. 2. Guru melakukan apersepsi.
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Setelah itu diberikan LKS model word square untuk berdiskusi dan selanjutnya perwakilan anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan diselingi tanya jawab untuk mengukur pemahaman siswa.
5. Kelompok lain secara aktif mengikuti presentasi dan menanggapi hasil presentasi.
6. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang aktif dalam forum presentasi.
7. Guru membimbing siswa merangkum butir-butir pembelajaran dan merefleksikannya.
8. Guru memberikan post-test kepada siswa.
9. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. 3) Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Dalam tahap ini, peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan hasil pelaksanaan tindakan, yaitu hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Pengamatan menggunakan kamera foto. Peneliti mengamati, mengenali dan mendokumentasikan proses, hasil pengaruh dan masalah baru yang mungkin saja muncul selama tindakan kelas dilakukan. Adapun aspek-aspek yang diamati meliputi:
1. Perhatian terhadap penjelasan guru. 2. Antusiasme dalam mengerjakan tugas. 3. Kerjasama terhadap siswa lain.
4. Keberanian untuk mempresentasikan didepan kelas.
5. Keberanian untuk menanggapi saat kegiatan presentasi berlangsung. 4) Refleksi
Tahap ini merupakan hasil yang diperoleh dari observasi selama proses balajar mengajar berupa hasil tes yang dibahas dan didiskusikan setelah dibahas, kemudian diidentifikasi kelemahan dan kelebihan selama
proses pembelajaran berlangsung dan apa saja yang belum dapat dicapai pada siklus I. Hasil refleksi dirumuskan kembali antara guru dengan peneliti untuk tindak lanjut pada siklus berikutnya yaitu pada siklus II. b. Siklus II
1) Perencanaan
1. Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan hasil dan refleksi pada siklus I
2. Merancang kembali pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa, tiap kelompok 4-5 siswa dengan kecerdasan menyebar.
3. Merancang lembar kerja siswa (LKS) 2 model word square. 4. Merancang soal post-test.
2) Pelaksanaan
1. Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa. 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru menjelaskan secara singkat materi tentang sistem saraf
4. Siswa dibagi dalam bebrapa kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Setelah itu diberikan LKS model word square untuk berdiskusi dan selanjutnya perwakilan anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan diselingi tanya jawab untuk mengukur pemahaman siswa.
5. Kelompok lain secara aktif mengikuti presentasi dan menanggapi hasil presentasi.
6. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang aktif dalam forum presentasi.
7. Guru membimbing siswa merangkum butir-butir pembelajaran dan merefleksikannya.
8. Guru memberikan post-test kepada siswa.
9. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa. 3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap siswa. Pengamatan terhadap siswa dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun aspek- aspek yang diamati meliputi:
1. Perhatian terhadap penjelasan guru. 2. Antusiasme dalam mengerjakan tugas. 3. Kerjasama terhadap siswa lain.
4. Keberanian untuk mempresentasikan didepan kelas.
5. Keberanian untuk menanggapi saat kegiatan presentasi berlangsung. 4) Refleksi
Tahap ini hasil yang diperoleh dari observasi selama proses belajar mengajar, hasil tes dibahas. Kemudian ditarik kesimpulan apakah tindakan berhasil atau tidak. Diharapkan pada akhir siklus ini hasil belajar siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende meningkat.
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Tanpa istrumen yang tepat, penelitian tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan (Sanjaya,2009).
Pada penelitian ini ada 2 macam instrumen yang digunakan yakni instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.
a) Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran dalam penelitan ini berupa silabus dan rencana pelakanaan pembelajaran (lampiran 3 dan 4) yang disusun oleh peneliti dengan mengacu pada pembelajaran yang menggunakan LKS model pembelajaran word square yang dapat dilihat pada lampiran 5.
b) Instrumen Pengumpulan Data
Penelitian tindakan kelas menggunakan dua teknik yaitu test dan non test.
a. Tes
Tes digunakan sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Tes tersebut berhubungan dengan fungsinya untuk mengukur tingkat kemajuan dan perkembangan yang dicapai peserta didik setelah menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Pada setiap siklus guru memberikan test untuk mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan materi sistem saraf. Test yang digunakan untuk penelitian tersebut adalah test awal (pre tes) dan test akhir (post tes).
Tes awal dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa tentang materi yang di ajarkan. Test awal dilaksanakan sebelum bahan pembelajaran diajarkan kepada siswa. Test akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa setelah diajarkan materi pelajaran. Tes awal yaitu 10 soal esay dan 10 soal pilihan ganda . Soal tes akhir dilakukan pada akhir siklus I dan siklus II. Pada siklus I terdapat 10 soal esay dan 10 soal pilihan ganda, sedangkan pada siklus II terdapat 10 soal uraian dan 10 soal pilihan ganda. Jumlah bobot soal test masing-masing adalah 30. Dengan cara demikian maka akan diketahui perkembangan hasil belajar siswa. Jika hasil test akhir lebih baik dibandingkan dengan hasil test awal maka dapat diartikan tingkat kemajuan yang dicapai siswa meningkat dan program pengajaran telah berhasil. (kisi- kisi soal, panduan skoring dan soal test dapat dilihat pada lampiran 6a, 6b dan 6c).
b. Non-tes
Teknik non-tes yang dipilih pada penelitian ini ada 2 cara yaitu dengan pengamatan langsung (observation) dan wawancara (interview)
1. Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk menilai aktivitas dan respon siswa terhadap pemahaman materi sistem saraf dan model pembelajaran guru dengan menggunakan model pembelajaran
word square. Lembar observasi disusun untuk mengetahui penguasaan ranah afektif dan psikomotorik yakni
a) Ranah afektif
1. Antusisme siswa dalam proses pembelajaran.
2. Perhatian siswa dalam mendengarkan pendapat dari guru dan teman lain.
3. Percaya diri dalam diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi.
4. Terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain pada proses pembelajaran.
5. Kerjasama dalam proses pembelajaran.
Kisi-kisi observasi, lembar observasi dan contoh lembar observasi aspek afektif dapat dilihat pada lampiran 7a ,7b dan 7c.
b) Ranah psikomotorik
1. Memberi nama bagian dari struktur saraf. 2. Membuat bagan mekanisme impuls saraf. 3. Membuat ringkasan hasil diskusi.
4. Penyampaian hasil diskusi dengan bahasa yang
Kisi-kisi observasi, lembar observasi dan contoh lembar observasi aspek psikomotorik dapat dilihat pada lampiran 8a, 8b dan 8c.
2. Wawancara
Jenis wawancara yang digunakan sebagai alat evaluasi adalah wawancara terstruktur. Dalam wawancara ini, evaluator yaitu peneliti melakukan tanya jawab lisan dengan siswa dalam rangka menghimpun bahan-bahan keterangan untuk mendukung penilaian terhadap siswa. Siswa yang di wawancara di pilih berdasarkan hasil tes dengan nilai tertinggi, nilai sedang dan nilai terendah sebanyak tiga orang. Pemilihan siswa berdasarkan hasil tes bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai penerapan model pembelajaran word square. Wawancara disusun untuk mengetahui penguasaan ranah afektif yakni
1. Antusisme siswa dalam proses pembelajaran.
2. Perhatian siswa dalam mendengarkan pendapat dari guru dan teman lain.
3. Percaya diri dalam diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi.
4. Terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain pada proses pembelajaran.
Kisi-kisi wawancara dan lembar wawancara dapat dilihat pada lampiran 9a dan 9b.
E. ANALISIS DATA
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif sehingga analisis data yang digunakan adalah analisis untuk menguji hipotesis deskriptif. Data dari siklus 1 dan siklus 2 dibandingkan. Analisis data tentang penerapan model pembelajaraan word square dapat dilakukan dengan membandingkan skor ketercapaian siklus 1 dan siklus 2.
Data hasil belajar dalam penelitian ini mencakup 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Setiap ranah mempunyai pedoman penilaian berbeda.
a) Ranah kognitif
Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa pada ranah kognitif berpedoman pada hasil tes tertulis dalam bentuk esay dan pilihan ganda. Selain itu, peningkatan hasil belajar siswa diketahui dengan menggunakan uji komparasi. Dalam prosesnya, uji ini membandingkan ketuntasan klasikal dari nilai post test siklus 1 dan post test siklus 2.
Pengukuran hasil belajar siswa pada ranah kognitif adalah sebagai berikut:
Analisis pre-test dan post test
Dari hasil diatas maka dapat dilihat ketuntasan belajar siswa dengan kriteria ketuntasan induvidu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kriteria skor ketuntasan individu
Nilai Individu Keterangan
≤74 dari KKM Tidak tuntas
≥75 dari KKM Tuntas
Rata-rata kelas
Untuk menghitung rata-rata kelas pada masing-masing siklus digunakan rumus:
X = ∑
Keterangan:
X = Rata-rata kelas ∑X = Jumlah seluruh skor
N = Banyaknya subjek Ketuntasan belajar klasikal
Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus:
= ℎ ≥75
ℎ 100%
b) Ranah afektif
Data penguasaan ranah afektif diambil dari 2 data yaitu data hasil observasi aspek afektif dan wawancara. Data observasi berpedoman pada beberapa aspek yaitu antusiasme siswa dalam proses pembelajaran,
perhatian siswa dalam mendengarkan pendapat dari guru dan teman lain, percaya diri dalam diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi, terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain pada proses pembelajaran serta kerjasama dalam proses pembelajaran. Kisi-kisi hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 kisi-kisi hasil belajar siswa aspek afektif No Aspek yang di
ukur
Indikator Jumlah pernyataan
Pernyataan positif
Pernyataan negatif
1. Menanggapi Antusisme siswa dalam proses
pembelajaran.
1 -
2. Menerima Perhatian siswa dalam
mendengarkan pendapat dari guru dan teman lain.
1 -
3. Menanggapi Percaya diri dalam diskusi dan
mempresentasikan hasil
diskusi.
2 -
4. menginternalisasi Terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain pada proses pembelajaran.
6 -
5. Nilai Kerjasama dalam proses
pembelajaran.
1 -
Data penguasaan ranah afektif yang diambil dari data hasil observasi yang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan tingkat keberhasilan model pembelajaran word square sebagaimana adanya bentuk paparan naratif maupun tabel.
Penilaian dapat dilihat dari skor pada lembar observasi aspek afektif yang digunakan. Presentase perolehan skor pada lembar observasi aspek afektif dikualifikasi untuk menentukan seberapa besar aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus persentase diperoleh dari rata-rata persentasi aktivitas siswa pada tiap pertemuan pembelajaran. Hasil data observasi aspek afektif ini dianalisis dengan pedoman kriteria sebagai berikut.
Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, maka dalam menghitung persentase skor hasil observasi aspek afektif digunakan sebagai berikut:
q = 100%
Keterangan:
q = persentasi skor hasil observasi partisipasi siswa r = jumlah keseluruhan skor yang diperoleh siswa T = skor maksimal (skor total)
Tabel 3.3. Skor hasil observasi aspek afektif siswa terhadap pembelajaran siklus I dan siklus II
Kode Siswa Skor Kategori
... ... ... ... Kategori hasil skor Sangat Baik Baik
Cukup Kurang
Tabel 3.4. kriteria hasil persentase skor observasi aspek afektif siswa terhadap pembelajaran
Skala Presentasi Siswa Kategori
86%-100% Sangat Baik
76%-85% Baik
60%-75% Cukup
0%-59% Kurang
Untuk mengetahui adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran biologi pada materi sistem saraf melalui penerapan model pembelajaran word square peneliti membuat perbandingan antara aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II. Perbedaan persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.5. Persentase aktivitas belajar siswa
Kategori Persentase Siklus 1 Siklus 2 Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mendukung aspek afektif siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran word square. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur. Hasil wawancara akan dituangkan dalam bentuk transkrip kemudian diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan.
c) Ranah psikomotorik
Untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek pskomotorik digunakan data observasi dengan berpedoman pada beberapa aspek yaitu memberi nama bagian dari struktur saraf, membuat bagan mekanisme impuls saraf, membuat ringkasan hasil diskusi serta penyampaian hasil diskusi dengan bahasa yang komunikatif. Kisi-kisi hasil belajar data dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 kisi-kisi hasil belajar aspek psikomotorik No Tingkat
kategori
Aspek yang diamati Nomor dalam
lembar observasi 1. Membuktikan Penyampaian hasil diskusi
dengan bahasa yang
komunikatif.
4
2. Memperbaiki Membuat bagan mekanisme
impuls saraf.
2,3 Membuat ringkasan hasil diskusi.
3. Mengamati Memberi nama bagian dari
struktur saraf.
1
Data penguasaan ranah psikomotorik diambil dari data hasil observasi yang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penilaian dapat dilihat dari skor pada lembar observasi aspek psikomotrik yang digunakan. Presentasi perolehan skor pada lembar observasi aspek psikomotorik dikualifikasi untuk menentukan seberapa besar partisipasi dan tanggapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus persentase diperoleh dari rata-rata persentasi partisipasi siswa pada setiap pertemuan pembelajaran. Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, maka
dalam menghitung persentase skor hasil observasi aspek psikomotorik digunakan cara sebagai berikut:
q = 100
Keterangan:
q = persentasi skor hasil observasi partisipasi siswa r = jumlah keseluruhan skor yang diperoleh siswa T = skor maksimal (skor total)
Tabel 3.7. Skor hasil observasi aspek psikomotor siswa terhadap pembelajaran siklus I dan siklus II
Kode Siswa Skor Kategori
... ... ... ...
Tabel 3.8. kriteria hasil presentasi skor observasi aspek psikomotor siswa terhadap pembelajaran
Skala Presentasi Siswa Kategori
86%-100% Sangat Baik
76%-85% Baik
60%-75% Cukup
0%-59% Kurang
Untuk mengetahui adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran biologi pada materi sistem saraf melalui penerapan model pembelajaran word square peneliti membuat perbandingan antara aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II. Perbedaan persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.9. Persentase aktivitas belajar siswa Kategori Persentase Siklus 1 Siklus 2 Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Dalam hal ini peneliti melakukan observasi kepada siswa. Hasil obesrvasi akan dituangkan dalam bentuk transkrip kemudian diolah dan dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan.