• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran word square untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Sains SMAK Frateran Ndao Ende pada pokok bahasan sistem saraf.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran word square untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Sains SMAK Frateran Ndao Ende pada pokok bahasan sistem saraf."

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SAINS SMAK

FRATERAN NDAO ENDE PADA POKOK BAHASAN SISTEM SARAF

Rendahnya hasil belajar siswa tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok

bahasan sistem saraf, disebabkan siswa tidak dilibatkan secara aktif dan kurang

diberi tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan penelitian ini untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende

pada pokok bahasan sistem saraf dengan menerapkan model pembelajaran word

square.

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende

berjumlah 24 siswa. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas,

meliputi tahap: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian

menggunakan dua macam instrument yakni instrumen pembelajaran dan

instrumen pengumpulan data.

Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah pencapaian hasil belajar aspek

kognitif sebesar 66,66%, aspek afektif sebesar 91,67% dan aspek psikomotor

sebesar 50% pada siklus 1. Pada siklus 2 hasil belajar meningkat yakni aspek

kognitif sebesar 87,50%, aspek afektif sebesar 100% dan aspek psikomotor

sebesar 100%. Hasil wawancara menunjukkan penerapan model pembelajaran

word square dapat menuntun siswa dalam memahami materi yang diajarkan

secara maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Word Square dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SAINS SMAK

Frateran Ndao Ende pada pokok bahasan sistem saraf.

(2)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF WORD SQUARE LEARNING MODEL TO

INCREASE LEARNING YIELD FOR THE SCIENCE PROGRAM

STUDENTS IN GRADE XI AT SMAK FRATERAN NDAO ENDE UPON

THE MAJOR SUBJECT STUDY IN NERVE SYSTEM

The decreasing of learning yield of the students in system nerve on school

year 2013/2014, cause by an inactive role of the stude

nts and lack of students’

responsibilities in the learning process. This study ains to increase the learning

yield for the science students in grade XI at SMAK Frateran Ndao Ende upon the

major subject in nerve system by applying word square learning model.

The subjects of the study are the students of science program in grade XI

at SMAK Frateran Ndao Ende as match as 24 students. This study uses the

methodelogy of class room action research, including some phases such as

planning, implementation, observation, and reflection. The study uses two

instrument, the first is learning instrument and the second is data collecting.

The results which gained from the cycle one are: cognitive aspect is 66,66

%; affective aspect is 91,67%; and phsycomotoric aspect is 50 %. In cycle two the

aspect of learning is getting higher 87,5 % for cognitive aspect; 90 % for

affective aspect; and 100% for phsycomotoric aspect. The review result shows the

implementation of word square learning model can guide students in

comprehending the teaching material maximally. Base on the result of the study

the writer conclude that in order to increasing

students’

comprehending nerve

system, word square is appropriate to be applied.

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SAINS SMAK

FRATERAN NDAO ENDE PADA POKOK BAHASAN SISTEM SARAF SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

MARIA ANTONIA GODENSI BATI

NIM:111434011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SAINS SMAK

FRATERAN NDAO ENDE PADA POKOK BAHASAN SISTEM SARAF SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

MARIA ANTONIA GODENSI BATI

NIM:111434011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini unt uk:

Tuhan Yesus dan Bunda M aria yang t elah mendampingi dalam set iap

langkah dan usahaku, ini adalah sedikit dari hasil kerja kerasku sebagai

ungkapan syukur kepadaM u at as apa yang telah Kau berikan kepadaku.

Kedua Orang Tuaku B apak B enediktus B ati dan M ama M ariana A lfonsa

Severant es yang selalu memberikan rasa cint a, dukungan, doa dan

pengharapan kepadaku.

A dikku t ersayang A leksia Febriani Deno B at i yang selalu menj adi

mot ivasiku agar memberikan sesuat u yang terbaik untuk keluarga.

Semua anggot a keluarga yang selalu memberikan dukungan agar selalu

semangat dan t abah dalam menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir.

Kornelius Tekt onis Seda yang selalu set ia memberikan mot ivasi sert a set ia

mendengarkan semua curahan hati saat aku mengalami kesulit an dalam

menyelesaikan tugas akhir.

Teman- t eman seperjuanganku dari Pendidikan B iologi 2 0 11 yang t elah

(8)

MOTTO

Saat Kit a B erpikir Unt uk M enyerah,

Tengoklah Ke B elakang.

Sudah Sangat J auh Kit a M elangkah,

Sudah Sangat B anyak Rint angan Yang Kit a Lalui.

(9)
(10)
(11)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SAINS SMAK

FRATERAN NDAO ENDE PADA POKOK BAHASAN SISTEM SARAF

Maria Antonia Godensi Bati Universitas Sanata Dharma

2015

Rendahnya hasil belajar siswa tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan sistem saraf, disebabkan siswa tidak dilibatkan secara aktif dan kurang diberi tanggung jawab dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende pada pokok bahasan sistem saraf dengan menerapkan model pembelajaran word square.

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende berjumlah 24 siswa. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas, meliputi tahap: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian menggunakan dua macam instrument yakni instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah pencapaian hasil belajar aspek kognitif sebesar 66,66%, aspek afektif sebesar 91,67% dan aspek psikomotor sebesar 50% pada siklus 1. Pada siklus 2 hasil belajar meningkat yakni aspek kognitif sebesar 87,50%, aspek afektif sebesar 100% dan aspek psikomotor sebesar 100%. Hasil wawancara menunjukkan penerapan model pembelajaran word square dapat menuntun siswa dalam memahami materi yang diajarkan secara maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Word Square dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende pada pokok bahasan sistem saraf.

(12)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF WORD SQUARE LEARNING MODEL TO INCREASE LEARNING YIELD FOR THE SCIENCE PROGRAM STUDENTS IN GRADE XI AT SMAK FRATERAN NDAO ENDE UPON

THE MAJOR SUBJECT STUDY IN NERVE SYSTEM

Maria Antonia Godensi Bati

Sanata Dharma University

The decreasing of learning yield of the students in system nerve on school year 2013/2014, cause by an inactive role of the students and lack of students’ responsibilities in the learning process. This study ains to increase the learning yield for the science students in grade XIat SMAK Frateran Ndao Ende upon the major subject in nerve system by applying word squarelearning model.

The subjects of the study are the students of science program in grade XIat SMAK Frateran Ndao Ende as match as 24 students. This study uses the methodelogy of class room action research, including some phases such as planning, implementation, observation, and reflection. The study uses two instrument, the first is learning instrument and the second is data collecting.

The resultswhich gained from the cycle one are: cognitive aspect is 66,66 %; affective aspect is 91,67%; and phsycomotoric aspect is 50 %. In cycle two the aspect of learning is getting higher 87,5 % for cognitive aspect; 90 % for affective aspect; and 100% for phsycomotoric aspect. The review result shows the implementation of word square learning model can guide students in comprehending the teaching material maximally.Base on the result of the study the writerconclude that in order to increasingstudents’ comprehending nervesystem, word square is appropriate to be applied.

(13)

KATA PENGANTAR

Dengan penuh kerendahan hati penulis menyatakan rasa syukur dan terima

kasih kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas segala rahmat, berkat, bimbingan,

dan penyelenggaraan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini berkat bantuan

berbagai pihak yang terlibat secara langsung dengan berbagai masukan demi

penyempurnaan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah menerima penulis

dalam mengikuti perkuliahan pada lembaga yang diasuhnya.

2. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Luisa Diana Handoyo, S.Si.,M.Si. sebagai dosen pembimbing yang

telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi dan memotivasi

penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini.

4. Bapak/Ibu Dosen pada program studi pendidikan biologi yang telah

memberikan pengetahuan kepada penulis.

5. Bapak/Ibu pegawai Tata Usaha di lingkungan FKIP yang telah membantu

penulis dalam proses administrasi sehingga dapat terlaksana sesuai dengan

rencana.

6. Kepala sekolah SMAK Frateran Ndao Ende yang telah memberikan ijin

(14)
(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN……….………...……….xvi

BAB I PENDAHULUAN………1

PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II ... 8

KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Model Pembelajaran ... 8

(16)

C. Hasil Belajar ... 13

D. Pembelajaran Materi Sistem Saraf ... 20

E. Penelitian Yang Relevan ... 22

F. Kerangka Berpikir ... 23

G. Hipotesis ... 26

BAB III... 27

METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Setting Penelitian ... 27

C. Rancangan Tindakan ... 28

D. Instrumen Penelitian ... 34

E. Analisis Data ... 38

F. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 45

BAB IV ... 46

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Penelitian ... 46

B. Hasil Dan Pembahasan ... 63

BAB V ... 71

KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

Daftar Pustaka ... 73

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria skor ketuntasan individu ... 39

Tabel 3.2 kisi-kisi hasil belajar siswa aspek afektif…..……….40

Tabel 3.3. Skor hasil observasi aspek afektif siswa terhadap pembelajaran siklus I dan siklus II………..………..41

Tabel 3.4. kriteria hasil presentasi skor observasi aspek afektif siswa terhadap pembelajaran... 42

Tabel 3.5. Persentase aktivitas belajar siswa ... 42

Tabel 3.6 kisi-kisi hasil belajar aspek psikomotorik..………43

Tabel 3.7. Skor hasil observasi aspek psikomotor siswa terhadap pembelajaran siklus I dan siklus II ... 44

Tabel 3.8. kriteria hasil presentasi skor observasi aspek psikomotor siswa terhadap pembelajaran... 44

Tabel 3.9. Persentase aktivitas belajar siswa……….45

Tabel 3.10. Indikator Keberhasilan Penelitian ... 45

Tabel 4.1. Hasil Pretest Siswa Kelas XI MIPA 1 ... 49

Tabel 4.2. Hasil Postest Siswa Kelas XI MIPA1 Siklus 1 ... 52

Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 ... 54

Tabel 4.4. Hasil Postest Siswa Kelas XI MIPA1 Siklus 2 ... 59

Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2 ... 61

Tabel 4.6Hasil Postest Siswa Siklus 1 dan Siklus 2 ... 63

Tabel 4.7 Hasil observasi aspek Afektif ... 65

Tabel 4.8 Hasil observasi aspek Psikomotor ... 67

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian ... 25

Gambar 4.1 Siswa mengerjakan pretest. ... 49

Gambar 4.2 Siswa mengerjakan LKS ... 51

Gambar 4.3 Siswa mengerjakan posttest siklus 1... 52

Gambar 4.4 Siswa mengerjakan LKS siklus 2 ... 57

Gambar 4.5 Siswa mengerjakan posttest 2... 59

Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Ketuntasan Klasikal Aspek Kognitif Postest 1 dan Postest 2 ... 63

Gambar 4.7. Grafik Perbandingan Persentase Aspek Afektif Siklus 1 dan Siklus 2 ... 65

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1:Surat Ijin Penelitian... 75

Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 76

Lampiran 3: Silabus ... 77

Lampiran 4: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 81

Lampiran 5: Lembar Kerja Siswa ... 94

Lampiran 6a: Kisi-Kisi Soal ... 111

Lampiran 6b: Panduan Skoring ... 113

Lampiran 6c: Soal Test ... 124

Lampiran 7a: Kisi-kisi Observasi Siswa Ranah Afektif………..…139

Lampiran 7b: Lembar Observasi Siswa Ranah Afektif ... 140

Lampiran 7c: Sampel Hasil Observasi Siswa Ranah Afektif ... 141

Lampiran 8a: Kisi-kisi Observasi Siswa Ranah Psikomotorik ... 142

Lampiran 8b: Lembar Observasi Siswa Ranah Psikomotorik... 143

Lampiran 8c: Sampel Hasil Observasi Siswa Ranah Psikomotorik ... 144

Lampiran 9a: Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 145

Lampiran 9b: Pedoman Wawancara ... 146

Lampiran 10a: Daftar Nilai Pretest ... 147

Lampiran 10b: Sampel Hasil Pretest ... 148

Lampiran 11a: Daftar Nilai Postest siklus 1 ... 156

Lampiran 11b: Sampel Hasil Postest Siklus 1 ... 157

Lampiran 12: Tabel Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus 1 ... 169

Lampiran 13: Tabel Hasil Observasi Aspek Psikomotor Siklus 1 ... 171

Lampiran 14a: Daftar Nilai Postest Siklus 2 ... 173

Lampiran 14b:Sampel Hasil Postest Siklus 2... 174

Lampiran 15: Tabel Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus 2 ... 186

Lampiran 16: Tabel Hasil Observasi Aspek Psikomotor Siklus 2 ... 188

(20)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber

daya manusia yang berkualitas akan mampu mengelola sumber daya alam

dan memberi layanan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas

pendidikan. Untuk itu tidak berlebihan jika Suyanto (2000) menyatakan

bahwa pendidikan dapat dijadikan kata kunci untuk menguak kemajuan

bangsa.

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, unsur-unsur dalam

proses pembelajaran harus memberikan kontribusi maksimal pada proses

pembelajaran. Salah satu cara memberikan kontribusi maksimal adalah

dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang

disampaikan. Melalui model pembelajaran yang digunakan diharapkan akan

terciptanya suasana belajar yang lebih menyenangkan, lebih komunikatif,

lebih apresiatif, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Faktor keberhasilan pembelajaran tersebut kurang berperan maksimal di

SMAK Frateran Ndao Ende. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru

bidang studi, diperoleh data bahwa materi yang dianggap sulit oleh siswa

adalah materi sistem saraf, diketahui bahwa proses belajar mengajar masih

didominasi dengan metode ceramah. Akibatnya siswa menjadi mudah jenuh

(21)

sendiri dan tidak mendengarkan penjelasan dari guru. Selain itu, masih

adanya kebiasaan menghafal daripada kebiasaan memahami suatu materi

sehingga membuat siswa kesulitan memecahkan masalah dan menjawab

soal jika mendapatkan kasus diluar dari apa yang sudah mereka pelajari.

Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam kegiatan belajar

mengajar khususnya pada penerapan model mengajar yang disebabkan

karena guru tidak mampu untuk mempersiapkannya; selain itu guru sudah

bosan melihat kondisi kelas yang memprihatinkan serta adanya tugas-tugas

lain seperti mempersiapkan instrumen pembelajaran dan kesibukan di luar

jam pelajaran.

Berdasarkan data yang diperoleh dari guru mata pelajaran diketahui

bahwa pencapaian hasil tes kognitif materi sistem saraf masih banyak siswa

kelas XI semester II tahun pelajaran 2013/2014 mendapat nilai di bawah

kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Hal

ini ditunjukan dengan rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas XI SAINS

pada materi sistem saraf adalah 62% dengan nilai terendah 45 dan nilai

tertinggi adalah 78. Hasil tes evaluasi materi sistem saraf yang dilakukan

oleh guru mata pelajaran pada tahun pelajaran 2013/2014 terdapat 12 siswa

yang memperoleh nilai di atas KKM, sementara terdapat 38 siswa yang

memperoleh nilai di bawah KKM yang telah ditentukan dari total siswa

berjumlah 50 orang. Secara nasional pembelajaran dianggap tuntas jika

(22)

Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas XI SAINS

pada materi sistem saraf masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan

karena masih rendahnya kemauan siswa dalam belajar karena metode

pembelajaran yang dipakai masih menggunakan metode ceramah, dan

terkadang memberikan catatan kepada siswa untuk memperjelas materi

yang disampaikan. Metode yang digunakan hampir sama terus menerus di

setiap materi pembelajaran yang menimbulkan kejenuhan pada siswa.

Peningkatan hasil belajar dapat dilakukan dengan cara memberikan

motivasi kepada siswa baik dari pribadi siswa itu sendiri maupun dari luar.

Salah satu cara meningkatkan motivasi adalah dengan menerapkan model

pembelajaran yang bervariatif. Berbeda dengan Metode pembelajaran yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Salah satu model pembelajaran yang mampu merangsang keaktifan siswa

adalah model word square. Pada dasarnya model pembelajaran word square

menurut Widodo (2009) merupakan model pembelajaran yang memadukan

kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan

jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi teka-teki silang

tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan

menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar

(23)

mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, dapat melatih

kedisiplinan siswa, dapat melatih sikap teliti dan kritis, dan merangsang

siswa untuk berpikir efektif. Dengan menggunakan model pembelajaran

word square, maka guru dapat membahas materi sistem saraf dengan lebih

baik dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Indikator keberhasilan belajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran

oleh siswa. Sedangkan tujuan pembelajaran akan tercapai apabila

mengoptimalkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki oleh masing-masing siswa. Penelitian ini menggunakan salah satu

model pembelajaran kooperatif yakni model pembelajaran word square.

Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan di atas, maka penelitian ini

akan menggunakan model pembelajaran word square untuk meningkatkan

hasil belajar siswa. Selanjutnya penelitian ini diberi judul “Penerapan Model

Pembelajaran Word Square Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas

XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende Pada Materi Sistem Saraf”.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah penerapan model pembelajaran word square dapat

meningkatkan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa kelas XI

(24)

C. BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran

Ndao Ende Tahun Pelajaran 2014/2015 berjumlah 24 siswa.

2. Obyek penelitian

Obyek penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas XI SAINS aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik dengan menggunakan model

pembelajaran Word Square.

3. Materi pokok

Materi pelajaran kelas XI IPA yaitu sistem koordinasi sub pokok

bahasan sistem saraf dengan kompetensi dasar menganalisis hubungan

antara struktur jaringan penyusun organ pada sistem koordinasi dan

mengaitkannya dengan proses koordinasi sehingga dapat menjelaskan

peran saraf dan hormon dalam mekanisme koordinasi dan regulasi serta

gangguan fungsi yang mungkin terjadi pada sistem koordinasi manusia

melalui studi literatur, pengamatan, percobaan, dan simulasi.

Menyajikan hasil analisis tentang kelainan pada struktur dan fungsi saraf

dan hormon pada sistem koordinasi yang disebabkan oleh senyawa

psikotropika yang menyebabkan gangguan sistem koordinasi manusia

(25)

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah penerapan

model pembelajaran word square dapat meningkatkan hasil belajar kognitif,

afektif dan psikomotorik siswa Kelas XI SAINS SMA Frateran Ndao Ende

Pada pokok bahasan Sistem Saraf.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Siswa

a) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif

dan psikomotik pada materi sistem saraf dengan menggunakan

model pembelajaran word square.

b) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasional seperti

perbedaan antara fakta dan pendapat serta mengembangkan

keterampilan siswa untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru

dalam kehidupan nyata.

2. Bagi guru

a) Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai secara penuh

materi sistem saraf dengan menggunakan model pembelajaran Word

Square.

b) Sebagai bahan masukan untuk memilih model pembelajaran yang

tepat sesuai dengan pelajaran dalam meningkatkan hasil belajar

(26)

3. Bagi Sekolah

Mendapatkan model pembelajaran baru selain model ceramah,

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Bagi Pemerintah

Memberikan informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran sistem

saraf dengan menggunakan model pembelajaran word square yang

telah dilaksanakan di SMAK Frateran Ndao Ende sehingga

diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam pelaksanaan

pembelajaran di sekolah lain.

5. Bagi Peneliti

a) Dapat memperkaya penyajian materi dengan menggunaan

sumber-sumber lain dari peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar.

b) Dapat mengembangkan dan mengaplikasikan rencana

pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran dalam

pelajaran ilmu pengetahuan Biologi.

(27)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan

digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap

dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan

kelas (Trianto, 2010).

Sumantri, dkk (1999) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktifitas belajar mengajar. Berdasarkan dua pendapat di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan

berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru

dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar.

Menurut Kardi dan Nur dalam Trianto (2011) istilah model

(28)

atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak

dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model

pembelajaran adalah:

1. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal.

Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan

mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak

secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai).

Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan

dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan

baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan

sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil

dalam pelaksanaannya.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta

(29)

penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran. Pada

Akhirnya setiap model pembelajaran memerlukan sistem pengelolaan dan

lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran

yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada sistem sosial kelas.

Sifat materi dari sistem syaraf banyak konsep dan informasi-informasi dari

teks buku bacaan, materi ajar siswa, di samping itu banyak kegiatan

pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai meliputi aspek

kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan dan lembar

kegiatan siswa (Trianto, 2010).

Sebagai seorang guru harus bisa memilih model pembelajaran yang

sangat tepat bagi peserta didiknya. Sebab dari itu di dalam memilih model

untuk pembelajaran, guru harus bisa memperhatikan keadaan maupun

kondisi siswa/siswi, bahan pelajaran dan serta sumber-sumber

pembelajaran yang ada agar di dalam penggunaan model pembelajaran

bisa diterapkan secara efektif & menunjang keberhasilan belajar terhadap

siswa/siswi (Trianto, 2010).

Seorang guru diharapkan mempunyai motivasi-motivasi dan

semangat pembaharuan di dalam proses pembelajaran yang telah

dijalaninya. Menurut Sardiman (2004) menyatakan, guru yang kompeten

ialah guru yang mampu dan bisa mengelola program-program

belajar-mengajar. Mengelola di sini mempunyai arti yang luas yang menyangkut

bagaimana seseorang guru mampu menguasai keterampilan dasar dalam

(30)

penguatan, menjelaskan, menvariasi media, dsb, juga bagaimana seorang

guru mampu menerapkan strategi, teori pembelajaran dan belajar, dan

melaksanakan pembelajaran yang secara kondusif.

Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Marsh (1996) menurutnya,

yang menyatakan bahwa guru harus mempunyai kompetensi dalam

mengajar, memotivasi para peserta didiknya, membuat model-model

instruksional, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, mengevaluasi,

dan mengelola kelas. Semua kompetensi tersebut harus mendukung

keberhasilan tentang guru dalam hal mengajar.

Setiap guru harus mempunyai kompetensi adaptif terhadap setiap

perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan & kemajuan di bidang pendidikan,

baik yang menyangkut perbaikan kualitas untuk pembelajaran maupun

segala hal dari yang berkaitan dengan peningkatan prestasi pembelajaran

terhadap para peserta didiknya.

B. Model Pembelajaran Word Square

Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari

metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui

pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang berorientasi kepada

keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman

(2007).

Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran

(31)

mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model pembelajaran word

square hampir mirip dengan teka-teki silang tetapi bedanya sudah terdapat

jawaban yang disamarkan dengan penambahan kotak dengan sembarang

huruf sebagai pengecoh. Model ini sangat sesuai untuk semua mata

pelajaran. Guru di harapakan dapat memprogram sejumlah pertanyaan

terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif serta melatih

sikap teliti dan kritis.

Mujiman (2007) mengatakan Word Square merupakan salah satu dari

sekian banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan guru dalam

mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar

mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja

sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi

pelajaran yang telah diajarkan.

Instrumen utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa

pertanyaan atau kalimat yang perlu dicari jawabannya pada susunan huruf

acak pada kolom yang telah disediakan. Langkah-langkah model

pembelajaran word square adalah guru terlebih dahulu menyampaikan

materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai kemudian membagikan

lembaran kegiatan sesuai contoh. Setelah mendapat lembar kegiatan, siswa

menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban

secara vertikal, horizontal maupun diagonal.

Kekurangan menggunakan model pembelajaran word square

(32)

kotak maka siswa tinggal menerima bahan mentah sehingga siswa tidak

dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi

yang dimilikinya. Namun dari kekurangan yang ada, model pembelajaran

word square memiliki kelebihan seperti dapat mendorong pemahaman

siswa terhadap materi pelajaran, melatih untuk berdisiplin, dapat melatih

sikap teliti dan kritis serta dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkat kemampuan atau prestasi murid mengolah

materi pembelajaran. Menurut Sudjana (2009), hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima

pengalaman belajarnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan

faktor eksternal.

a. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar)

Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada

faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang

mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain

motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

b. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar)

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

belajar yang kondusif. Hal ni akan berkaitan dengan faktor dari luar

murid. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan

(33)

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi

dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif dan

psikomotor.

1. Ranah Kognitif

Tetap terdiri atas 6 (enam) level namun dengan beberapa perubahan

dimana aspek kata kerja pada kategori pengetahuan yang asli

dipertahankan sebagai yang pertama dari keenam kategori tetapi

namanya diganti menjadi Remember. Pemahaman (comprehension)

diganti menjadi understand karena pertimbangan bahwa understand

mencakup makna yang jauh lebih luas dari comprehending, aplikasi,

analisis, dan evaluasi dipertahankan tetapi dalam bentuk kata kerja

yaitu menerapkan (apply), menganalisis (analyze), dan mengevaluasi

(evaluate). Sintesis bertukar tempat dengan evaluasi dan namanya

diganti menjadi menciptakan (create). Semua sub kategori asli

diganti dengan kata kerja dan disebut proses kognitif.

a) Mengingat (Remembering)

Menarik kembali informasi yang relevan yang tersimpan dalam

memori jangka panjang. Mencakup dua macam proses kognitif

yaitu mengingat dan memanggil ulang. Mengingat adalah ketika

memori digunakan untuk menghasilkan definisi, fakta, atau

(34)

b) Memahami (Understanding)

Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan

awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang

baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran siswa,

baik itu lisan, tulisan, dan dalam bentuk grafik. Memahami

mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsirkan, memberikan

contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi,

membandingkan dan menjelaskan.

c) Mengaplikasikan (Applying)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan

masalah atau mengerjakan tugas. Meliputi dua macam proses

kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan.

d) Menganalisis (Analyzing)

Menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya

dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur

tersebut. Mencakup tiga macam proses kognitif yaitu :

membedakan, mengorganisasikan, dan menemukan pesan

tersirat (memberikan atribut).

e) Mengevaluasi (Evaluating)

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar

yang ada. Mencakup dua macam proses kognitif yaitu

(35)

f) Mencipta (Creating)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan

atau menyusun unsur-unsur untuk membentuk sebuah ide baru,

atau membuat produk sendiri. Mencakup tiga macam proses

kognitif yaitu: merumuskan, merencanakan, dan memproduksi.

Dalam penelitian ini, aspek yang ingin dicapai pada ranah

kognitif adalah aspek mengingat (remembering), memahami

(understanding), mengaplikasikan (Applying) dan mengevaluasi

(evaluating).

2. Ranah Afektif

Affective domain (ranah afektif) berisi perilaku-perilaku yang

menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap,

apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Level afektif pada versi terbaru,

level domain afektif terdiri dari receive, respond, value, organize,

internalize, characterize, wonder, dan aspire.

a) Menerima (Receive)

Peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu

fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik,

buku, dan sebagainya. Contoh kata kerja operasional adalah

keterbukaan, kepedulian, perhatian, ketertarikan, berminat, dan

(36)

b) Menanggapi (Respond)

Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan

fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Contoh kata kerja

operasional adalah menjawab, membantu, senang,

menyesuaikan, menyambut, membantu, melakukan, dan

lain-lain.

c) Nilai (Value)

Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang

menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Contoh kata

kerja operasional adalah lengkap, menunjukkan, membedakan,

menjelaskan, rendah, bentuk, memulai, mengundang, bergabung,

membenarkan, mengusulkan, membaca, laporan, pilih, berbagi,

belajar, bekerja, dan lain-lain.

d) Mengatur (Organize)

Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan,

konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem

nilai internal yang konsisten. Contoh kata kerja operasional

adalah mengatur, menggabungkan, membandingkan, lengkap,

membela, merumuskan, generalisasi, mengidentifikasi,

mengintegrasikan, memodifikasi, ketertiban, mempersiapkan,

(37)

e) Menginternalisasi (Internalize)

Contoh kata kerja operasional adalah bertindak, tampilan,

pengaruh, mendengarkan, mengubah, mempertunjukkan,

memenuhi syarat, merevisi, melayani, memecahkan, verifikasi,

dan lain-lain.

f) Karakter (Characterize)

Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang

mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga

terbentuk gaya hidup. Contoh kata kerja operasional adalah

mencirikan, menggolongkan, menggambarkan, memberi ciri,

menandakan, menunjukkan sifat.

g) Keingintahuan (Wonder)

Contoh kata kerja operasional adalah mengagumi, renungan,

bertanya-tanya, berpikir heran, ingin tahu.

h) Cita-cita (Aspire)

Contoh kata kerja operasional adalah keinginan, harapan, tujuan,

impian, motivasi.

Pada ranah afektif, asek yang ingin diukur pada penelitian ini

adalah menerima (receive), menanggapi (respond), nilai (value),

dan menginternalisasi (internalize).

3. Ranah Psikomotor

Pada versi yang terbaru, level domain psikomotor adalah:

(38)

(adapt), mengotentikasi (authenticate), menyelaraskan (harmonize),

memperbaiki (improvise), dan berinovasi (innovate) Peggy Dettmer

(2006).

a) Mengamati (observe)

Contoh kata kerja operasional adalah terampil melakukan

pengamatan, memilih, menjelaskan, mendeteksi, membedakan,

mengidentifikasi, mengisolasi, dan lain-lain.

b) Bereaksi (react)

Contoh kata kerja operasional adalah bereaksi, memberi reaksi,

berpengaruh, menentang, dan lain-lain.

c) Bertindak (act)

Contoh kata kerja operasional adalah menjelaskan,

mendemostrasikan, melanjutkan, dan lain-lain.

d) Mengadaptasi (adapt)

Contoh kata kerja operasional adalah mengadaptasi, mengubah,

mengatur ulang, reorganisasi, merevisi, bervariasi, dan lain-lain.

e) Membuktikan (authenticate)

Contoh kata kerja operasional adalah menunjukkan,

menampilkan, dan lain-lain.

f) Menyelaraskan (harmonize)

Contoh kata kerja operasional adalah mencocokkan,

(39)

g) Memperbaiki (improvise)

Contoh kata kerja operasional adalah mengubah, mengelola, dan

lain-lain.

h) Berinovasi (innovate).

Contoh kata kerja operasional adalah perubahan yang baru,

memperbarui, menunjukkan sesuatu yang baru, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, aspek yang ingin di ukur adalah

membuktikan (authenticate), memperbaiki (improvise) dan

mengamati (observe).

D. Pembelajaran Materi Sistem Saraf

Pembelajaran sistem saraf adalah pembelajaran mengenai sistem

organ yang meregulasi atau mengatur sistem organ tubuh yang lain. Adapun

karakteristik dari materi sistem saraf adalah materi sistem saraf termasuk

salah satu materi yang sulit dipahami karena sifat materinya yang abstrak.

Pada pembelajaran materi sistem saraf, siswa harus sudah pada tahap

berpikir operasi formal. Mekanisme sebab akibat yang menjadi salah satu

prinsip pada materi sistem saraf yang menyebabkan kesulitan dalam

memahami materi sistem saraf karena erat kaitannya dengan mekanisme

fisiologis pembentukan dan penghantaran impuls saraf. Materi sistem saraf

merupakan salah satu materi penting untuk dapat memahami konsep-konsep

selanjutnya. Pada kenyataannya karena tingkat kesulitan tersebut, maka

(40)

dilaksanakan dengan baik. Sistem saraf merupakan salah satu materi

pelajaran dalam bidang studi biologi yang umumnya banyak ditemukan

konsep-konsep yang tidak dapat diamati secara langsung tetapi

fenomena-fenomenanya atau gejala-gejala alam pada konsep sistem saraf mudah

dirasakan atau dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu

contohnya adalah tentang proses penjalaran impuls pada sistem saraf.

Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kompetensi inti yaitu

menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan

tertentu,kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya, dengan

kompetensi dasar yakni menjelaskan keterkaitan struktur, fungsi, dan proses

serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia

(saraf, endokrin dan penginderaan). Indikator pembelajaran dalam

kompetensi dasar ini adalah:

2.3.1. Antusias dalam proses pembelajaran.

2.3.2. Memperhatikan pendapat dari guru dan teman lain saat

pembelajaran.

2.3.3. Percaya diri dalam diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi.

2.3.4. Terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain pada

proses pembelajaran.

2.3.5. Kerjasama dalam proses pembelajaran.

(41)

3.10.2. Menyebutkan bagian dari sistem saraf

3.10.3. Mengidentifikasi fungsi dari bagian sel saraf

3.10.4. Menyebutkan struktur sistem saraf pusat pada manusia

3.10.5. Mengidentifikasi gambar sistem saraf pusat pada manusia

3.10.6. Menjelaskan fungsi sistem saraf pusat pada manuasia

3.10.7. Menyebutkan struktur sistem saraf tepi pada manusia

3.10.8. Mengidentifikasi gambar sistem tepi pusat pada manusia

3.10.9. Menyebutkan gangguan yang terjadi pada sistem saraf

4.11.1. Membuat skema penjalaran impuls gerak sadar

4.11.2. Membuat skema penjalaran impuls gerak refleks

4.11.3. Memberi nama bagian dari struktur saraf.

4.11.4. Membuat ringkasan hasil diskusi.

Penyampaian hasil diskusi dengan bahasa yang komunikatif.Materi yang

terdapat dalam indikator tersebut diterapkan dengan menggunakan model

pembelajaran word square.

E. Penelitian Yang Relevan

Wijana (2011) dalam abstrak hasil penelitiannya yang berjudul

“Penerapan Model Belajar Word Square Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa Pada Pembelajaran Matematika Kelas Siswa VIII-C SMP Al-Falah

(42)

orang mengalami peningkatan persentase siswa yang memperoleh nilai ≥

65 atau jumlah siswa yang belajar tuntas meningkat menjadi 85%, (25

siswa). Kenaikan presentase pencapaian ketuntasan belajar klasikal pada

siklus I 73,3% dan siklus II 86,67%, sedangkan keaktifan klasikal pada

siklus I 51,7% dan siklus II 66,67%.

Penelitian lain yang mendukung penerapan model pembelajaran word

square adalah Ningsih (2009) dalam abstrak hasil penelitiannya yang

berjudul Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa melalui Strategi

Cooperative Script dan Word Square Materi Sistem Saraf Manusia di SMA

Ibu Kartini Semarang, dengan hasil penelitian adalah menunjukkan bahwa

dari 25 siswa, persentase tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran

meningkat. Peningkatan ini ditandai dengan jumlah siswa yang tingkat

keaktifannya meningkat dari 48% pada siklus I, 72% pada siklus II, dan

100% pada siklus III. Ketuntasan belajar klasikal dari 64% pada siklus I,

84% pada siklus II dan 96% pada siklus III, serta meningkatnya nilai

rata-rata hasil belajar dari 60,26 pada siklus I, pada siklus II 70,6, dan pada

siklus III 80,2.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui strategi cooperative

script dan word square dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

materi sistem saraf pada kelas XI IPA I di SMA Ibu Kartini Semarang.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

(43)

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi sistem saraf

manusia di kelas XI IPA I SMA Ibu Kartini Semarang.

F. Kerangka Berpikir

Para siswa mengalami kesulitan dalam memahami dan belajar biologi

dikerenakan siswa merasa bosan dan kurang tertarik dalam proses belajar

mengajar. Dalam proses belajar tersebut guru lebih mendominasi dengan

menggunakan metode ceramah maupun meringkas materi sehingga kurang

melibatkan siswa dalam pembelajaran. Guru kurang variatif dalam

memberikan materi pembelajaran.

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas maka perlu adanya model

pembelajaran yang inovatif dan bervariasi untuk meningkatkan hasil belajar

murid. Sehingga yang semula hasil belajarnya rendah dapat meningkatkan

hasil belajarnya. Belajar biologi seharusnya menyenangkan dan aktraktif.

Salah satu model pembelajaran yaitu dengan menggunakan model word

square. Model tersebut merupakan model pembelajaran yang memadukan

kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan

jawaban pada kotak-kotak jawaban. Dari hasil identifikasi permasalahan

tersebut apakah penerapan model Word Square dapat meningkatkan hasil

belajar kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende. Secara diagram alir

(44)
[image:44.612.103.510.96.607.2]

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

1. Pembelajaran yang dilakukan guru cenderung monoton.

2. Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.

3. Penggunaan media pembelajaran yang terbatas.

4. Hasil belajar rendah. Faktor keberhasilan

pendidikan kurang berperan maksimal di SMAK Frateran

Ndao Ende.

Kondisi Awal

Inovasi penggunaan model pembelajaran Word Square dalam langkah pembelajaran dengan menggunakan model word square:

1. Memberikan lembar pertanyaan dan kolom jawaban mengenai sistem saraf.

2. Siswa menjawab pertanyaan

mengenai sistem saraf lalu diterapkan di kotak-kotak yang sudah disediakan.

3. Diskusi kelompok

4. Siswa mempresentasikan hasil diskusi

5. Siswa mengulang materi dalam

pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan guru. Tindakan

Hasil belajar siswa kelas XI SAINS pada materi sistem saraf meningkat

(45)

G. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka diperoleh hipotesis dari

penelitian ini yaitu: “penerapan model pembelajaran word square dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah PTK yaitu sebuah kegiatan

penelitian yang dilakukan di kelas. Ciri-ciri PTK adalah adanya tindakan

yang nyata, tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja

dilakukan dengan tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam rangkaian siklus

kegiatan (Hopkins, 2008).

B. SETTING PENELITIAN

a) Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMAK Frateran Ndao Ende jalan Imam

Bonjol No 39 Ende, Flores, NTT, dengan pertimbangan sekolah

tersebut merupakan almamater peneliti. Hal tersebut dapat

memudahkan dalam pencarian data, peluang waktu yang luas dan

subyek penelitian yang sesuai dengan profesi peneliti kelak.

b) Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama bulan maret 2015, mulai dari tanggal 11

sampai tanggal 20 maret 2015.

c) Obyek penelitian

(47)

d) Subyek Penelitian

Siswa kelas XI SAINS SMAK Frateran Ndao Ende pada semester II

(Genap) tahun ajaran 2014/2015 yang terdiri dari 24 siswa.

Pertimbangan mengambil subyek penelitian tersebut adalah siswa kelas

XI telah mengalami program penjurusan. Siswa kelas XI SAINSakan

mempelajari materi Sains sehingga materi pelajaran biologi yang

merupakan salah satu materi pelajaran sains juga akan diberikan secara

intensif.

C. RANCANGAN TINDAKAN

Rancangan tindakan direncanakan dalam dua siklus dimana setiap

siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan beberapa tahap yaitu: tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan evaluasi dan tahap

refleksi.

1. Pra tindakan

a. Identifikasi masalah, langkah diawali dengan menganalisis hasil

belajar murid berdasarkan hasil ulangan harian pada materi sistem

saraf.

b. Observasi kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal

tentang kegiatan belajar mengajar Biologi dikelas XI SAINS di

SMAK Frateran Ndao Ende.

c. Analisis studi pustaka sesuai dengan permasalahan dan judul

(48)

d. Menyelesaikan rancangan penelitian dengan bimbingan dosen yang

bersangkutan.

e. Menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS)

model word square.

f. Menyusun soal pre-test dan post-test untuk siklus I dan siklus II.

g. Permintaan izin untuk melakukan penelitian kepada sekretariat

jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

h. Menghubungi pihak SMAK Frateran Ndao Ende, dengan menemui

kepala sekolah, bagian kurikulum dan guru mata pelajaran Biologi

dengan menyerahkan surat ijin Penelitian dari Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Pelaksanaan tindakan (2 siklus)

a. Siklus I 1) Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa

penyiapan pembelajaran menggunakan model word square, yaitu:

1. Peneliti mempersiapkan materi yang akan digunakan untuk proses

pembelajaran.

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tentang

(49)

3. Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar

beranggotakan 4-5 siswa. Pembagian kelompok dengan tingkat

kecerdasan menyebar, yaitu siswa-siswa yang unggul dalam hal

prestasi disebar dalam tiap kelompok.

4. Menentukan kolaborasi dengan teman sejawat sebagai observer/

pengamat.

5. Menyusun lembar observasi.

6. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) model word square.

7. Merancang soal pre-test.

2) Pelaksanaan

Pada tahap ini, pembelajaran dilaksanakan menggunakan model word

square sesuai dengan rencana tindakan. Kegiatan dilakukan sebagai

berikut:

1. Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa dan pre-test.

2. Guru melakukan apersepsi.

3. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

4. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana masing-masing

kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Setelah itu diberikan LKS model

word square untuk berdiskusi dan selanjutnya perwakilan anggota

kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan diselingi tanya

jawab untuk mengukur pemahaman siswa.

5. Kelompok lain secara aktif mengikuti presentasi dan menanggapi

(50)

6. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang aktif dalam

forum presentasi.

7. Guru membimbing siswa merangkum butir-butir pembelajaran dan

merefleksikannya.

8. Guru memberikan post-test kepada siswa.

9. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya.

3) Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Dalam

tahap ini, peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan hasil

pelaksanaan tindakan, yaitu hasil belajar siswa dalam proses

pembelajaran. Pengamatan menggunakan kamera foto. Peneliti

mengamati, mengenali dan mendokumentasikan proses, hasil pengaruh

dan masalah baru yang mungkin saja muncul selama tindakan kelas

dilakukan. Adapun aspek-aspek yang diamati meliputi:

1. Perhatian terhadap penjelasan guru.

2. Antusiasme dalam mengerjakan tugas.

3. Kerjasama terhadap siswa lain.

4. Keberanian untuk mempresentasikan didepan kelas.

5. Keberanian untuk menanggapi saat kegiatan presentasi berlangsung.

4) Refleksi

Tahap ini merupakan hasil yang diperoleh dari observasi selama proses

balajar mengajar berupa hasil tes yang dibahas dan didiskusikan setelah

(51)

proses pembelajaran berlangsung dan apa saja yang belum dapat dicapai

pada siklus I. Hasil refleksi dirumuskan kembali antara guru dengan

peneliti untuk tindak lanjut pada siklus berikutnya yaitu pada siklus II.

b. Siklus II 1) Perencanaan

1. Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan hasil dan

refleksi pada siklus I

2. Merancang kembali pembelajaran dengan membentuk kelompok

belajar siswa, tiap kelompok 4-5 siswa dengan kecerdasan

menyebar.

3. Merancang lembar kerja siswa (LKS) 2 model word square.

4. Merancang soal post-test.

2) Pelaksanaan

1. Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

3. Guru menjelaskan secara singkat materi tentang sistem saraf

4. Siswa dibagi dalam bebrapa kelompok dimana masing-masing

kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Setelah itu diberikan LKS model

word square untuk berdiskusi dan selanjutnya perwakilan anggota

kelompok mempresentasikan hasil diskusi dengan diselingi tanya

jawab untuk mengukur pemahaman siswa.

5. Kelompok lain secara aktif mengikuti presentasi dan menanggapi

(52)

6. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang aktif dalam

forum presentasi.

7. Guru membimbing siswa merangkum butir-butir pembelajaran dan

merefleksikannya.

8. Guru memberikan post-test kepada siswa.

9. Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

3) Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap siswa. Pengamatan terhadap siswa

dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun

aspek-aspek yang diamati meliputi:

1. Perhatian terhadap penjelasan guru.

2. Antusiasme dalam mengerjakan tugas.

3. Kerjasama terhadap siswa lain.

4. Keberanian untuk mempresentasikan didepan kelas.

5. Keberanian untuk menanggapi saat kegiatan presentasi berlangsung.

4) Refleksi

Tahap ini hasil yang diperoleh dari observasi selama proses belajar

mengajar, hasil tes dibahas. Kemudian ditarik kesimpulan apakah

tindakan berhasil atau tidak. Diharapkan pada akhir siklus ini hasil

(53)

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Tanpa istrumen yang tepat, penelitian tidak

akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan (Sanjaya,2009).

Pada penelitian ini ada 2 macam instrumen yang digunakan yakni

instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

a) Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran dalam penelitan ini berupa silabus dan rencana

pelakanaan pembelajaran (lampiran 3 dan 4) yang disusun oleh peneliti

dengan mengacu pada pembelajaran yang menggunakan LKS model

pembelajaran word square yang dapat dilihat pada lampiran 5.

b) Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian tindakan kelas menggunakan dua teknik yaitu test dan non

test.

a. Tes

Tes digunakan sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Tes

tersebut berhubungan dengan fungsinya untuk mengukur tingkat

kemajuan dan perkembangan yang dicapai peserta didik setelah

menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Pada

setiap siklus guru memberikan test untuk mengukur kemampuan siswa

dalam penguasaan materi sistem saraf. Test yang digunakan untuk

(54)

Tes awal dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan siswa tentang materi yang di ajarkan. Test awal

dilaksanakan sebelum bahan pembelajaran diajarkan kepada siswa.

Test akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan siswa setelah diajarkan materi pelajaran. Tes awal yaitu

10 soal esay dan 10 soal pilihan ganda . Soal tes akhir dilakukan pada

akhir siklus I dan siklus II. Pada siklus I terdapat 10 soal esay dan 10

soal pilihan ganda, sedangkan pada siklus II terdapat 10 soal uraian

dan 10 soal pilihan ganda. Jumlah bobot soal test masing-masing

adalah 30. Dengan cara demikian maka akan diketahui perkembangan

hasil belajar siswa. Jika hasil test akhir lebih baik dibandingkan

dengan hasil test awal maka dapat diartikan tingkat kemajuan yang

dicapai siswa meningkat dan program pengajaran telah berhasil.

(kisi-kisi soal, panduan skoring dan soal test dapat dilihat pada lampiran 6a,

6b dan 6c).

b. Non-tes

Teknik non-tes yang dipilih pada penelitian ini ada 2 cara yaitu dengan

pengamatan langsung (observation) dan wawancara (interview)

1. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk menilai aktivitas dan respon

siswa terhadap pemahaman materi sistem saraf dan model

(55)

word square. Lembar observasi disusun untuk mengetahui

penguasaan ranah afektif dan psikomotorik yakni

a) Ranah afektif

1. Antusisme siswa dalam proses pembelajaran.

2. Perhatian siswa dalam mendengarkan pendapat dari guru

dan teman lain.

3. Percaya diri dalam diskusi dan mempresentasikan hasil

diskusi.

4. Terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain

pada proses pembelajaran.

5. Kerjasama dalam proses pembelajaran.

Kisi-kisi observasi, lembar observasi dan contoh lembar

observasi aspek afektif dapat dilihat pada lampiran 7a ,7b dan

7c.

b) Ranah psikomotorik

1. Memberi nama bagian dari struktur saraf.

2. Membuat bagan mekanisme impuls saraf.

3. Membuat ringkasan hasil diskusi.

4. Penyampaian hasil diskusi dengan bahasa yang

(56)

Kisi-kisi observasi, lembar observasi dan contoh lembar

observasi aspek psikomotorik dapat dilihat pada lampiran 8a,

8b dan 8c.

2. Wawancara

Jenis wawancara yang digunakan sebagai alat evaluasi adalah

wawancara terstruktur. Dalam wawancara ini, evaluator yaitu

peneliti melakukan tanya jawab lisan dengan siswa dalam rangka

menghimpun bahan-bahan keterangan untuk mendukung penilaian

terhadap siswa. Siswa yang di wawancara di pilih berdasarkan

hasil tes dengan nilai tertinggi, nilai sedang dan nilai terendah

sebanyak tiga orang. Pemilihan siswa berdasarkan hasil tes

bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa mengenai penerapan

model pembelajaran word square. Wawancara disusun untuk

mengetahui penguasaan ranah afektif yakni

1. Antusisme siswa dalam proses pembelajaran.

2. Perhatian siswa dalam mendengarkan pendapat dari guru

dan teman lain.

3. Percaya diri dalam diskusi dan mempresentasikan hasil

diskusi.

4. Terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain

pada proses pembelajaran.

(57)

Kisi-kisi wawancara dan lembar wawancara dapat dilihat pada

lampiran 9a dan 9b.

E. ANALISIS DATA

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif

sehingga analisis data yang digunakan adalah analisis untuk menguji

hipotesis deskriptif. Data dari siklus 1 dan siklus 2 dibandingkan. Analisis

data tentang penerapan model pembelajaraan word square dapat dilakukan

dengan membandingkan skor ketercapaian siklus 1 dan siklus 2.

Data hasil belajar dalam penelitian ini mencakup 3 ranah yaitu ranah

kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Setiap ranah mempunyai

pedoman penilaian berbeda.

a) Ranah kognitif

Untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa pada ranah

kognitif berpedoman pada hasil tes tertulis dalam bentuk esay dan

pilihan ganda. Selain itu, peningkatan hasil belajar siswa diketahui

dengan menggunakan uji komparasi. Dalam prosesnya, uji ini

membandingkan ketuntasan klasikal dari nilai post test siklus 1 dan post

test siklus 2.

Pengukuran hasil belajar siswa pada ranah kognitif adalah

sebagai berikut:

Analisis pre-test dan post test

(58)

Dari hasil diatas maka dapat dilihat ketuntasan belajar siswa dengan

[image:58.612.102.510.174.634.2]

kriteria ketuntasan induvidu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria skor ketuntasan individu

Nilai Individu Keterangan

≤74 dari KKM Tidak tuntas

≥75 dari KKM Tuntas

Rata-rata kelas

Untuk menghitung rata-rata kelas pada masing-masing siklus digunakan

rumus:

X = ∑

Keterangan:

X = Rata-rata kelas ∑X = Jumlah seluruh skor

N = Banyaknya subjek Ketuntasan belajar klasikal

Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar secara klasikal dihitung

dengan menggunakan rumus:

= ℎ ≥75

ℎ 100%

b) Ranah afektif

Data penguasaan ranah afektif diambil dari 2 data yaitu data hasil

observasi aspek afektif dan wawancara. Data observasi berpedoman

(59)

perhatian siswa dalam mendengarkan pendapat dari guru dan teman lain,

percaya diri dalam diskusi dan mempresentasikan hasil diskusi, terbuka

terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain pada proses pembelajaran

serta kerjasama dalam proses pembelajaran. Kisi-kisi hasil belajar siswa

[image:59.612.101.560.243.578.2]

dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 kisi-kisi hasil belajar siswa aspek afektif No Aspek yang di

ukur

Indikator Jumlah pernyataan

Pernyataan positif

Pernyataan negatif

1. Menanggapi Antusisme siswa dalam proses

pembelajaran.

1 -

2. Menerima Perhatian siswa dalam

mendengarkan pendapat dari guru dan teman lain.

1 -

3. Menanggapi Percaya diri dalam diskusi dan

mempresentasikan hasil

diskusi.

2 -

4. menginternalisasi Terbuka terhadap kritik dan saran teman/kelompok lain pada proses pembelajaran.

6 -

5. Nilai Kerjasama dalam proses

pembelajaran.

1 -

Data penguasaan ranah afektif yang diambil dari data hasil

observasi yang dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

kualitatif dan kuantitatif yaitu dengan pemaparan (deskripsi)

data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan tingkat

keberhasilan model pembelajaran word square sebagaimana adanya

(60)

Penilaian dapat dilihat dari skor pada lembar observasi aspek

afektif yang digunakan. Presentase perolehan skor pada lembar

observasi aspek afektif dikualifikasi untuk menentukan seberapa besar

aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap

siklus persentase diperoleh dari rata-rata persentasi aktivitas siswa pada

tiap pertemuan pembelajaran. Hasil data observasi aspek afektif ini

dianalisis dengan pedoman kriteria sebagai berikut.

Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, maka dalam

menghitung persentase skor hasil observasi aspek afektif digunakan

sebagai berikut:

q = 100%

Keterangan:

q = persentasi skor hasil observasi partisipasi siswa r = jumlah keseluruhan skor yang diperoleh siswa T = skor maksimal (skor total)

Tabel 3.3. Skor hasil observasi aspek afektif siswa terhadap pembelajaran siklus I dan siklus II

[image:60.612.102.508.244.592.2]

Kode Siswa Skor Kategori

... ... ... ...

Kategori hasil skor Sangat Baik Baik

(61)
[image:61.612.100.505.128.552.2]

Tabel 3.4. kriteria hasil persentase skor observasi aspek afektif siswa terhadap pembelajaran

Skala Presentasi Siswa Kategori

86%-100% Sangat Baik

76%-85% Baik

60%-75% Cukup

0%-59% Kurang

Untuk mengetahui adanya peningkatan aktivitas belajar siswa

dalam pembelajaran biologi pada materi sistem saraf melalui penerapan

model pembelajaran word square peneliti membuat perbandingan antara

aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II. Perbedaan persentase

aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 3.5. Persentase aktivitas belajar siswa

Kategori Persentase

Siklus 1 Siklus 2

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mendukung

aspek afektif siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model

pembelajaran word square. Wawancara yang digunakan adalah

wawancara terstruktur. Hasil wawancara akan dituangkan dalam bent

Gambar

Gambar 4.3 Siswa mengerjakan posttest siklus 1...............................................
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian
Tabel 3.1 Kriteria skor ketuntasan individu
Tabel 3.2 kisi-kisi hasil belajar siswa aspek afektif Aspek yang di Indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk penggunaan prosesor komputer server juga akan semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya client aktif dan beban aplikasi yang dijalankan oleh

Masalah-masalah yang dihadapi lanjut usia antara lain berkurangnya kondisi fisik mereka, mencari teman untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal dunia,

Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Sikap dan Tindakan Mengenai Pemberian Cairan Rehidrasi Oral pada Bayi yang Terkena Diare di Beberapa Rumah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam lembaga tersebut, khususnya tentang peningkatan kualitas korban penyalahgunaan napza dengan metode

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai F hitung pada profitabilitas atau R/C- ratio usahatani padi dengan usahatani ikan air tawar, lebih kecil dibandingkan dengan nilai F tabel

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B TK Tresna Bhakti Mulia Al Mabrur Jl. Patrol II No. 14 Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) keadaan sosial petani bunga mawar potong di Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu mayoritas berumur 35–44 tahun,

a.. 2) Faktor dominan yang menentukan wisatawan berkunjung ke Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat- Nusa Tenggara Timur adalah Faktor Alam dan Harga Paket