• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan masalah penelitian dan landasan teori, maka kerangka konseptual peneliti terlihat pada Gambar 3.1.

jj

H1

H2

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 Kerangka konsep tersebut menggambarkan adanya pengaruh keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit terhadap kualitas audit dengan motivasi sebagai variabel moderating.

3.1.1 Pengaruh keahlian terhadap kualitas audit

Keahlian seorang auditor/pengawas sangat berpengaruh terhadap kualitas audit yang akan dihasilkannya. Keahlian ini terbentuk sejak dari sekolah formal dan diperkuat dengan adanya pendidikan-pendidikan berkelanjutan dan pelatihan-

Motivasi ( Z) Keahlian (X1) Independensi (X2) Perencanaan Audit (X3) Supervisi Audit (X4) Kualitas Audit (Y)

pelatihan teknis yang akan mendukung tugas dan fungsinya sebagai APIP serta pengalamannya dalam melakukan pemeriksaan.

Hal ini didasarkan pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 menyatakan bahwa : APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu (S-1) atau yang setara. Kinerja audit akan tercipta dengan baik apabila APIP harus mempunyai kriteria tertentu yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP. Mengembangkan teknik dan metodologi audit bisa juga diperoleh melalui pengalaman selama melaksanakan pendidikan berkelanjutan, pelatihan-pelatihan teknis dan ketika melakukan audit.

3.1.2 Pengaruh independensi terhadap kualitas audit

Independensi seorang auditor dalam melakukan audit sangat berpengaruh terhadap kualitas audit. Jika independensi auditor terganggu dalam melakukan audit akan menghambat auditor untuk memberikan informasi sebenarnya tentang apa yang telah diaudit. Hasil audit juga tidak dapat dipercaya lagi sehingga berdampak pada intregritas seorang auditor dan kehilangan kepercayaan dari pengguna laporan. Independensi adalah dimana auditor tidak memihak, tidak mempunyai kepentingan pribadi, dan tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam memberikan pendapat atau simpulan, sehingga pendapat atau simpulan yang diberikan berdasarkan integritas dan objektivitas yang tinggi.

Menurut Suseno (2013) bahwa auditor harus memiliki sikap mutlak yang perlu dipertahankan yaitu independensi. Sikap seperti ini akan membuat auditor objektif dalam melakukan audit mereka dan memelihara profesi mereka sebagai kelompok yang membawa kepercayaan rakyat untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan yang dihasilkan. Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukannya. Auditor harus obyektif dalam melaksanakan audit.

Oleh karena itu, dalam menjalankan tugas auditnya, seorang auditor tidak hanya dituntut untuk memiliki keahlian saja, tetapi juga dituntut untuk bersikap independen. Walaupun seorang auditor mempunyai keahlian tinggi, tetapi jika tidak independen, maka pengguna laporan keuangan tidak yakin bahwa informasi yang disajikan itu kredibel.

3.1.3 Pengaruh perencanaan audit terhadap kualitas audit

Perencanaan audit sangat berpengaruh tehadap kualitas pelaksanaan audit. Setiap kegiatan audit tanpa perencanaan akan menghasilkan audit yang tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan audit. Apabila setiap kegiatan audit dilakukan perencanaan audit yang sesuai dengan sumber daya yang dibutuhkan dan teknik audit yang diperlukan maka akan tercipta kualitas audit yang bermutu tinggi. Alasan lain mengapa perencanaan audit ini harus ada dalam setiap kegiatan audit adalah agar auditor bisa mendapatkan bukti yang kompeten dan tercapai apa yang menjadi tujuan audit. Perencanaan pemeriksaan yang semakin baik akan meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan.

Supervisi audit masih sangat dibutuhkan oleh anggota tim audit yang masih sedikit pengalamannya. Dalam satu tim audit tidak semua terdiri dari anggota yang sudah professional dan ahli dalam melakukan audit. Setiap kertas kerja anggota tim yang masih baru harus mendapat reviu dari anggota tim lainnya yang sudah professional atau dari ketua tim audit. Dan hasil audit dari ketua tim pun masih harus diaudit oleh pengendali teknis dan selajutnya oleh pengendali mutu. Jadi melakukan supervisi terhadap anggota tim secara terus menerus harus dilakukan untuk mendapatkan kualitas audit yang lebih baik.

Supervisi merupakan tindakan yang terus-menerus selama pekerjaan audit, mulai dari perencanaan audit hingga diterbitkannya laporan audit. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Paraturan Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : 19 tahun 2009 Bab V menyebutkan bahwa pengawasan atau supervisi diperlukan untuk membantu penyusunan rencana audit yang efisien dan efektif, untuk dapat mengoreksi jika terjadi penyimpangan atau terdapatnya kondisi yang berubah dan memberikan arahan audit yang lebih baik serta tepat.

Pedoman Kendali Mutu Audit menyebutkan supervisi audit dimaksudkan untuk memberikan panduan bagi APIP dalam menjamin terselenggaranya suatu supervisi yang bermutu tinggi, sesuai dengan tugas, kewenangan dan tanggung jawabnya masing-masing serta terdokumentasi dengan lengkap, rapi, jelas dan bermanfaat bagi suatu kesimpulan hasil audit dan keperluan lainnya.

3.1.5 Pengaruh motivasi terhadap kualitas audit

Motivasi kerja merupakan proses atau faktor yang mendorong orang untuk bertindak atau berperilaku dengan cara tertentu. Motivasi penting karena dengan motivasi diharapkan setiap individu bekerja keras dan antusias untuk

mencapai hasil kerja yang tinggi. Dengan adanya motivasi dari dalam APIP yang tinggi akan meningkatkan semangat kerja dalam melaksanakan tugas. Menuruti Goleman (2001), hanya motivasi yang akan membuat seseorang mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Dengan motivasi juga akan mendorong seseorang, termasuk auditor, untuk berprestasi, komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan motivasi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan teori serta kerangka konseptual yang telah dikemukakan, maka hipotesis penelitian ini adalah :

H1 : Keahlian, independensi, perencanaan audit, dan supervisi audit berpengaruh terhadap kualitas audit baik secara parsial maupun simultan pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

H2 : Motivasi dapat memoderasi hubungan antara keahlian, independensi, perencanaan audit, dan supervisi audit dengan kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

Dokumen terkait