• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Keahlian, Independensi, Perencanaan Audit dan Supervisi Audit terhadap Kualitas Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Keahlian, Independensi, Perencanaan Audit dan Supervisi Audit terhadap Kualitas Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KEAHLIAN, INDEPENDENSI, PERENCANAAN AUDIT DAN SUPERVISI AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT

DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara)

TESIS

Oleh

NUR AISAH POHAN 127017090/Akt

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGARUH KEAHLIAN, INDEPENDENSI, PERENCANAAN AUDIT DAN SUPERVISI AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT

DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara)

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NUR AISAH POHAN 127017090/Akt

MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

THE ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF SKILL, INDEPENDENCE, AUDIT PLANNING, AND AUDIT SUPERVISION ON AUDIT QUALITY

WITH MOTIVATION AS MODERATING VARIABLE

(A Case Study at the Inspectorate of North Sumatera Province Office)

ABSTRACT

The objective of the research was to analyze the influence of skill, independence, audit planning, and audit supervision on audit quality simultaneously and partially and to find out that motivation could moderate the correlation of skill, independence, audit planning, and audit supervision with audit quality at the Inspectorate of North Sumatera Province office. The research used causal research method. The population and the samples consisted of 66 supervision officials at the Inspectorate of North Sumatera Province, taken by using census method. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using multiple regression analysis and residual test. The result of the research showed that skill, independence, audit planning, and audit supervision simultaneously had significant influence on audit quality. Partially, only audit planning and audit supervision which had positive and significant influence on audit quality, while skill and independence had positive but insignificant influence on audit quality. The variable of motivation could moderate the correlation of the variables of skill, independence, audit planning, and audit supervision with audit quality at the Inspectorate of North Sumatera Province office.

(4)

ANALISIS PENGARUH KEAHLIAN, INDEPENDENSI, PERENCANAAN AUDIT DAN SUPERVISI AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT

DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keahlian, independensi, parencanaan audit dan supervisi audit terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun parsial dan menganalisis bahwa motivasi dapat memoderasi hubungan antara keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit dengan kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal (causal). Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Aparat Pengawas Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode sensus sebanyak 66 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode regresi berganda dan uji residual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keahlian, independensi, perencanaan audit, dan supervisi audit berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kualitas audit. Secara parsial hanya perencanaan audit dan supervisi audit yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan keahlian dan independensi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kualitas audit. Variabel motivasi dalam penelitian ini dapat memoderasi hubungan antara variabel keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit dengan kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’ Alamin

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan

seizin-Nya sehingga penulis dapat merampungkan dan menyelesaikan tesis ini

dengan judul “Analisis Pengaruh Keahlian, Independensi, Perencanaan Audit dan Supervisi Audit terhadap Kualitas Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.”

Penulisan tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan

Program Magister Akuntansi Pemerintah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara. Tesis ini dapat selesai atas bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu DTM & H, M.Sc, (CTM), Sp. A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac. Ak, CA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA selaku Ketua Program

Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara.

4. Dr. Tavi Supriana, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan arahan, bimbingan, koreksi dan memotivasi penulis dengan

(6)

5. Drs. Arifin Akhmad, M.Si. Ak, CA selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan, bimbingan, koreksi dan memotivasi penulis

dengan penuh kesabaran sampai dengan selesainya tesis ini.

6. Dra. Hj. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si. Ak, selaku Dosen Pembanding yang

memberikan saran dan kritik untuk perbaikan sehingga selesainya tesis ini.

7. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku dosen pembanding yang telah banyak

memberikan arahan, saran dan kritik dalam menyusun tesis ini.

8. Rekan-rekan kerja di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang bersedia

memberikan waktunya untuk pengisian kuesioner dalam penelitian ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan saran-saran

yang berarti bagi penulis.

10. Kedua orang tua dan kedua anakku Ersal Hidayat Nasution dan Owen Fatir

Alfath Nasution yang memberikan doa dan dukungan dalam penyelesaian

tesis ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari

sempurna namun besar sekali harapan, semoga tesis ini dapat bermamfaat bagi

berbagai kalangan yang menggunakannya.

Medan, 21 Juli 2014

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...i

ABSTRACT ………....ii

KATA PENGANTAR...iii

RIWAYAT HIDUP ………...v

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...8

1.3. Tujuan Penelitian ...9

1.4. Manfaat Penelitian ...9

1.5. Originalitas Penelitian...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……...11

2.1 Landasan Teori………...………...11

2.1.1 Internal Auditing………...…………...……11

2.1.2 Kualitas audit...14

(8)

2.1.4 Pengaruh independensi terhadap kualitas audit ……..20

2.1.5 Pengaruh perencanaan audit terhadap kualitas audit ..23

2.1.6 Pengaruh supervisi audit terhadap kualitas audit ……27

2.1.7 Pengaruh motivasi terhadap kualitas audit ………….32

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ...33

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS………...38

3.1 Kerangka konseptual ...38

3.1.1 Pengaruh Keahlian terhadap Kualitas Audit….………38

3.1.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit…..…39

3.1.3 Pengaruh Perencanaan Audit terhadap Kualitas Audit ………..40

3.1.4. Pengaruh Supervisi audit terhadap Kualitas Audit…....41

3.1.5 Pengaruh Motivasi terhadap Kualitas Audit………..…42

3.2 Hipotesis Penelitian.. ……..………42

BAB IV METODE PENELITIAN...43

4.1 Jenis Penelitian ...43

4.2 Lokasi Penelitian ...43

4.3 Populasi dan Sampel ...43

4.4 Metode Pengumpulan Data…...44

4.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...47

4.6 Metode Analisa Data ……. ...51

(9)

4.8.1 Uji Normalitas ... ...53

4.8.2 Uji Multikolinieritas... ...53

4.8.3 Uji Heteroskedastisitas... ...53

4.9 Pengujian Hipotesis ...54

4.9.1 Uji F (F-test)… ...54

4.9.2 Uji t (t-test) ...55

4.10 Koefisien Determinasi (R2)… ...55

4.11 Uji Residual...56

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Responden dan Variabel Penelitian…...57

5.1.1 Karakteristik Responden……...58

5.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian……….….60

5.1.3 Analisis Statistik Deskriptif……….61

5.1.3.1 Penjelasan Responden Atas Kualitas Audit (Y)………...61

5.1.3.2 Penjelasan Responden Atas Keahlian (X1)………...65

5.1.3.3 Penjelasan Responden Atas Independensi (X2)………....67

5.1.3.4 Penjelasan Responden Atas Perencanaan Audit (X3)……….70

(10)

Audit (X4)……….………73

5.1.3.6 Penjelasan Responden Atas Motivasi (Z)….76 5.3 Pengujian Asumsi klasik ………...78

5.3.1 Uji Normalitas……...78

5.3.2 Uji Multikolinearitas………...79

5.3.3 Uji Heterokedastisitas………..79

5.4 Uji Hipotesis………80

5.4.1 Uji Statistik F………...80

5.4.2 Uji Statistik t………81

5.4.2.1 Pengaruh Keahlian terhadap Kualitas Audit ..82

5.4.2.2 Pengaruh Independensil terhadap Kualitas Audit………...82

5.4.2.3 Pengaruh Perencanaan Audit terhadap Kualitas Audit………83

5.4.2.4 Pengaruh Supervisi Audit terhadap Kualitas Audit……...………..…83

5.5 Koefisien Determinasi (R2) ………84

5.6 Analisis variabel motivasi sebagai variabel moderating….…85 5.7 Pembahasan Hasil Penelitian……….…..86

5.7.1 Pengaruh Keahlian terhadap Kualitas Audit……..…..86

5.7.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit…...89

(11)

Audit………91

5.7.4 Pengaruh Supervisi Audit terhadap Kualitas Audit….92 5.7.5 Motivasi dapat memoderasi hubungan Keahlian, Independensi, Perencanaan Audit dan Supervisi Audit dengan Kualitas Audit………...94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………..….96

6.1 Kesimpulan………..96

6.2 Keterbatasan Penelitian………...97

6.3 Saran………98

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. LKPD 2011 dan Opini yang diberikan...3

2.2. Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu...36

4.3. Populasi dan Sampel………...44

4.5. Defenisi Operasional Variabel ...50

5.1. Distribusi Kuesioner………...……..…………..…....57

5.1.1. Karakteristik Responden ………..….58

5.1.3. Deskripsi Variabel Penelitian...………..60

5.1.3.1. Penjelasan Responden atas Kualitas Audit (Y)..………62

5.1.3.2. Penjelasan Responden atas Keahlian (X1)…………..…………..65

5.1.3.3. Penjelasan Responden atas Independensi (X2)…………..……..68

5.1.3.4. Penjelasan Responden atas Perencanaan Audit (X3)……...……..70

5.1.3.5. Penjelasan Responden atas Supervisi Audit (X4)…………..…....73

5.1.3.6. Penjelasan Responden atas Motivasi (Z)………..…………..76

5.3.1. Hasil Uji Rasio Skweness dan Rasio Kurtosis……...………78

5.3.2. Hasil Uji Multikolinieritas…………...………….………..79

5.3.3. Hasil Uji Heterokedastisitas………...………80

5.4.1. Hasil Uji F………... 80

5.4.2. Hasil Uji t ………...81

5.5. Hasil Analisa Koefisien Determinasi……….84

5.6.1. Hasil Uji Residual………...………85

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Waktu Penelitian………...…………..…………...…. 102

2. Kuesioner Penelitian ……….…….…….…….………...….…...103

3. Demografi Responden………..………112

4. Data Hasil Kuesioner ……….……….………115

5. Deskripsi Responden……….………...………..………….118

6. Uji Asumsi Klasik………...124

7. Uji F dan Uji t………...125

(15)

THE ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF SKILL, INDEPENDENCE, AUDIT PLANNING, AND AUDIT SUPERVISION ON AUDIT QUALITY

WITH MOTIVATION AS MODERATING VARIABLE

(A Case Study at the Inspectorate of North Sumatera Province Office)

ABSTRACT

The objective of the research was to analyze the influence of skill, independence, audit planning, and audit supervision on audit quality simultaneously and partially and to find out that motivation could moderate the correlation of skill, independence, audit planning, and audit supervision with audit quality at the Inspectorate of North Sumatera Province office. The research used causal research method. The population and the samples consisted of 66 supervision officials at the Inspectorate of North Sumatera Province, taken by using census method. The data were gathered by using questionnaires and analyzed by using multiple regression analysis and residual test. The result of the research showed that skill, independence, audit planning, and audit supervision simultaneously had significant influence on audit quality. Partially, only audit planning and audit supervision which had positive and significant influence on audit quality, while skill and independence had positive but insignificant influence on audit quality. The variable of motivation could moderate the correlation of the variables of skill, independence, audit planning, and audit supervision with audit quality at the Inspectorate of North Sumatera Province office.

(16)

ANALISIS PENGARUH KEAHLIAN, INDEPENDENSI, PERENCANAAN AUDIT DAN SUPERVISI AUDIT TERHADAP KUALITAS AUDIT

DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keahlian, independensi, parencanaan audit dan supervisi audit terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun parsial dan menganalisis bahwa motivasi dapat memoderasi hubungan antara keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit dengan kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal (causal). Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Aparat Pengawas Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode sensus sebanyak 66 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode regresi berganda dan uji residual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keahlian, independensi, perencanaan audit, dan supervisi audit berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kualitas audit. Secara parsial hanya perencanaan audit dan supervisi audit yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan keahlian dan independensi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kualitas audit. Variabel motivasi dalam penelitian ini dapat memoderasi hubungan antara variabel keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit dengan kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) adalah instansi pemerintah

yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan. Kualitas audit

yang bermutu tinggi oleh APIP sangat diperlukan untuk mendorong terwujudnya

good governance dan clean goverment dalam sistem pemerintahan. Pengawasan

intern pemerintah adalah fungsi manajemen dalam penyelenggaraan

pemerintahan. Instansi pemerintah dapat diketahui apakah sudah melaksanakan

kegiatan sesuai dengan rencana, kebijakan, dan ketentuan yang telah ditetapkan

melalui pengawasan intern. Inspektorat Provinsi, Kabupaten dan Kotamadya

adalah pengawas intern pemerintah atau bagian dari APIP. Kualitas audit yang

dihasilkan oleh APIP baik Inspektorat Provinsi, Kabupaten dan Kotamadya saat

ini masih sangat kurang efektif. Hal ini terbukti dari Laporan Hasil Pemeriksaan

(LHP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang sudah diterbitkan bahwa masih

banyak terdapat penyimpangan-penyimpangan dalam instansi pemerintah.

Kualitas audit sangat ditentukan oleh kualitas seorang aparat pengawas. Salah

satunya berkaitan dengan keahlian APIP yang harus terus dikembangkan karena

sangat berperan dalam fungsi manajemen pemerintah dan diharapkan memiliki

integritas maupun profesional yang tinggi.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.

05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit APIP wajib

(18)

dengan mandat audit masing-masing. Standar audit adalah kriteria atau ukuran

mutu minimal untuk melakukan kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh APIP.

Standar Audit APIP terdiri dari : Standar Umum, Standar Pelaksanaan Audit

Kinerja, Standar Pelaporan Audit Kinerja dan Standar Tindak Lanjut.

Didalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan

Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, BPK antara lain melakukan

pemeriksaan keuangan dalam rangka memberikan pendapat/opini atas kewajaran

informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Adapun kriteria

pemberian opini menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Penjelasan

Pasal 16 ayat (1), terdiri dari :

(a) Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan,

(b) Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures),

(c) Kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan, dan

(d) Efektivitas Sistem Pengendalian Intern (SPI).

BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara (2012) menyebutkan Laporan

Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

(LKPD) Tahun Anggaran 2011 telah dikemas dalam tiga buku terdiri dari:

1. Buku Pertama yang merupakan LHP yang memuat Opini atas LKPD,

2. Buku Kedua yang merupakan LHP atas Sistem Pengendalian Internal (SPI)

dalam kerangka pemeriksaan LKPD, serta

3. Buku Ketiga yang merupakan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam kerangka

(19)

LHP atas LKPD Tahun Anggaran 2011 yang telah diserahkan dapat

dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 LKPD 2011 dan Opini yang diberikan.

No. Entitas Pemerintah Daerah Tanggal Penyerahan LHP Opini

1. Kab. Pakpak Bharat 14 Mei 2012 WDP

18. Kota Padangsidimpuan 11 Juni 2012 WDP

19. Kab. Tapanuli Tengah 14 Juni 2012 TMP

20. Kab. Toba Samosir 22 Juni 2012 WDP

21. Kab. Deli Serdang 29 Juni 2012 TMP

22. Prov. Sumatera Utara 02 Juli 2012 WDP

23. Kota Binjai 05 Juli 2012 WDP

24. Kab. Labuhanbatu Selatan 09 Juli 2012 WDP

25. Kab. Nias Barat 08 Agustus 2012 TMP

26. Kab. Langkat 10 Agustus 2012 WDP

27. Kab. Karo 16 Agustus 2012 WDP

28. Kab. Padang Lawas 03 September 2012 TMP

29. Kab. Batubara 07 September 2012 TMP

30. Kota Gunungsitoli 07 September 2012 WDP

31. Kab. Padang Lawas Utara 07 September 2012 WDP

32. Kab. Nias Selatan 07 September 2012 TMP

33. Kab. Nias 13 September 2012 TMP

34. Kab. Nias Utara 25 Oktober 2012 TMP

Sumber : Siaran Pers BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara, LHP atas LKPD TA 2011 yang Telah Diserahkan.( Oktober 2012)

(20)

TMP : Tidak Memberikan Pendapat

WDP : Wajar Dengan Pengecualian

WTP : Wajar Tanpa Pengecualian

WTP-DPP : Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelas

Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK-RI di atas menunjukkan

bahwa masih banyak Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) baik

Provinsi, Kabupaten dan Kotamadya yang belum mendapatkan opini Wajar Tanpa

Pengecualian (WTP). Daerah-daerah yang belum mendapatkan WTP biasanya

terkait dengan masih banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan

BPK baik terhadap peraturan perundang-undangan maupun Sistem Pengendalian

Intern (SPI) di pemerintah daerah tersebut. Dalam hal ini kualitas pembinaan

oleh APIP sangat berpengaruh dalam meminimalkan

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pengelolaan anggaran dan proses pelaporan

yang belum benar. Opini yang paling baik adalah opini Wajar Tanpa Pengecualian

(WTP) tapi belum tentu dijamin seratus persen (100%) bahwa tidak ada sama

sekali penyimpangan. Dengan masih adanya pemerintrah daerah yang

mendapatkan opini :

1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dengan paragrap penjelasan

2. Wajar Dengan Pengecualian (WDP)

3. Tidak Wajar

4. Tidak memberikan pendapat

sangat dimungkinkan berkaitan dengan penyimpangan-penyimpangan yang masih

ditemukan BPK ketika melakukan pemeriksaan. Untuk meminimalkan

(21)

pembinaan dan pengawasan terhadap instansi-instansi pemerintah. Apabila

pembinaan dan pengawasan dilakukan APIP dengan sungguh-sungguh maka

akan berpengaruh terhadap peningkatkan kualitas audit secara signifikan dan juga

untuk meningkatkan opini LKPD agar menjadi WTP.

Audit yang dilakukan dengan benar dan sesuai dengan standar audit akan

menghasilkan audit yang berkualitas tinggi, manfaatnya sangat besar dalam

pembangunan negara kita secara umum dan bagi auditi khususnya. Disamping itu

dapat juga melakukan perbaikan-perbaikan atas penyimpangan-penyimpangan

terjadi dan dapat menurunkan tingkat kesalahan dalam mengelola manejemen

organisasi auditi diperiode selanjutnya. Perbaikan yang dilakukan oleh auditi

sangat terkait dengan kesesuaian rekomendasi yang diberikan oleh auditor/

pengawas. Penyimpangan yang ditemukan tidak akan efektif jika rekomendasi

yang diberikan tidak sesuai dengan penyimpangan tersebut dan tidak dapat

ditindaklanjuti oleh auditi.

Ada beberapa kemungkinan kendala yang dihadapi baik Inspektorat

provinsi, kabupaten maupun kotamadya dalam meningkatkan mutu kualitas

pemeriksaan/pengawasannya yaitu :

1. Dalam meningkatkan keahlian seorang auditor/pengawas sangat diperlukan

pelatihan-pelatihan teknis berkelanjutan. Pelatihan teknis yang telah diikuti

oleh auditor/pengawas mungkin masih kurang efektif karena mungkin

pemahamannya kurang dimaksimalkan atas pelatihan teknis tersebut.

Auditor/pengawas mungkin juga belum bisa mengikuti pelatihan teknis

karena terbentur dengan jadwal penugasan. Padahal peningkatan keahlian

(22)

pengawasan intern pemerintah pasti akan mengalami perubahan-perubahan

sesuai dengan perubahan yang terjadi pada peraturan-peraturan yang terkait.

2. Independensi auditor/pengawas mungkin terganggu dalam menjalankan

tugas audit. Hal ini bisa terjadi mungkin karena ada konflik kepentingan atau

karena ada hubungan dengan auditi. Apalagi kalau sudah menyangkut

kepentingan pribadi atau kelompok pimpinan maka akan memperlemah

independensi auditor/pengawas ketika melaksanakan tugas.

3. Dalam penyusunan rencana audit dalam setiap tahap audit pemeriksa/

pengawas mungkin belum memahami dengan baik tujuan audit yang telah

disusun sehingga pelaksanaan audit kurang efektif dan efesien dan mutu

kualitas audit jadi kurang baik.

4. Supervisi audit terhadap kertas kerja pemeriksaan tim pemeriksa mungkin

masih kurang karena tingginya volume penugasan yang mana juga dapat

mempengaruhi kualitas audit.

5. Auditor/pengawas mungkin kurang termotivasi untuk melakukan audit secara

berkualitas disebabkan tidak adanya kesadaran akan perlunya suatu audit

yang berkualitas, kurang mendapat dukungan dan merasa tidak berdampak

positif bagi karirnya.

Menurut PP N0.60 Tahun 2008 pasal 11 tentang Sistem pengendalian

Intern Pemerintah, siap atau tidaknya kita sebagai APIP tentunya harus didukung

dengan peta kemampuan yang dimiliki. Permasalahannya adalah berapa besar

kemampuan yang dimilki APIP dalam rangka melaksanakan tugas profesional

yang dibebankan agar dapat mewujudkan peran APIP yang efektif. Diantaranya

(23)

efektifitas pencapaian tujuan penyelenggaran tugas dan fungsi Instansi

Pemerintah.

Latar belakang pendidikan dan kemampuan teknis yang dimiliki oleh

APIP hendaknya disesuaikan dengan tugas yang dilaksanakan. Hal ini untuk

mendukung apa yang telah disebutkan pada pasal 11 PP 60/2008 tersebut.

Dalam melakukan audit sangat dibutuhkan perencanaan audit yang

mencakup seluruh aspek yang berhubungan dengan auditi agar tujuan audit dapat

dicapai dan kualitas audit lebih tinggi. Pelaksanaan audit ini juga bertujuan untuk

menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh pemerintah, baik

pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Pengelolaan dana masyarakat yang

diamanatkan tersebut transparan dengan memperhatikan value for money, yaitu

menjamin dikelolanya uang rakyat tersebut secara ekonomis, efisien, efektif,

transparan, akuntabel dan berorientasi pada kepentingan publik, maka diperlukan

suatu pemeriksaan oleh auditor yang independen. Pada saat akan melakukan

pemeriksaan penyusunan perencanaan audit sering dilakukan ala kadarnya dan

terkadang hanya copy paste dari audit sebelumnya.

Hasil audit merupakan hasil pengawasan, pemeriksaan dan penelaahan

atau analisis atas pelaksanaan program atau kegiatan pada Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD). Kemudian hasil pemeriksaan tersebut dibuat dalam

bentuk LHP yang memuat tentang kondisi, kriteria, sebab, akibat, saran atau

rekomendasi atas temuan-temuan audit pada SKPD-SKPD. Dalam LHP ini akan

menggambarkan pengelolaan anggaran yang telah dipercayakan kepada

(24)

Kualitas audit sangat ditentukan oleh kualitas auditor dalam menjalankan

tugas auditnya yang menyangkut kemampuan, keterampilan dan kejelian auditor

serta kinerja auditor menyangkut kemauan dan motivasi dalam melaksanakan

audit (Media Auditor, 2012).

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

No. 05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit APIP yang

harus dipedomani oleh seorang APIP dan latar belakang uraian diatas, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : ”Analisis Pengaruh Keahlian, Independensi, Perencanaan Audit dan Supervisi Audit terhadap Kualitas Audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dengan Motivasi sebagai variabel moderating ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit

berpengaruh terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun parsial pada

Inspektorat Provinsi Sumatera Utara?

2. Apakah motivasi dapat memoderasi hubungan antara keahlian, independensi,

perencanaan audit dan supervisi audit dengan kualitas audit pada

(25)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh keahlian, independensi, parencanaan audit dan

supervisi audit terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun parsial

pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis bahwa motivasi dapat memoderasi hubungan antara

keahlian, independensi, perencanaan audit dan supervisi audit dengan

kualitas audit pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Bagi Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran agar kualitas audit yang dihasilkan makin

handal melalui peningkatan keahlian, independensi, perencanaan audit dan

supervisi audit di masa yang akan datang.

2. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam

memperkuat peran pengawas intern dalam meningkatkan kualitas audit

sehingga pembangunan negara dapat berjalan lebih efektif dan efesien.

3. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan memperkaya hasil penelitian dan

sebagai bahan referensi peneliti selanjutnya yang akan meneliti hal yang

(26)

1.5 Originalitas Penelitian

Penelitian ini berkaitan dengan topik penelitian yang pernah dilakukan

oleh Marietta Sylvie Bolang (2013), Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Pengalaman terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Kota Tomohon dalam

Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah. Penelitian ini juga berdasarkan pada

Peraturan Menpan Nomor : 05/M.PAN/03/2008 tentang standar audit APIP yang

wajib dipedomani APIP dalam melaksanakan audit. Perbedaan dengan penelitian

sebelumnya adalah penambahan variabel independen. Variabel independen yang

ditambahkan adalah perencanaan audit dan supervisi audit. Kedua variabel ini

perlu diteliti karena menurut standar audit APIP yaitu standar pelaksanaan audit

kinerja kedua variabel ini termasuk variabel yang wajib dipedomani oleh APIP

ketika melaksanakan tugas, peneliti juga menambahkan variabel moderating yaitu

motivasi. Motivasi yang tinggi akan membuat seseorang mempunyai semangat

juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada. Motivasi

dapat mendorong seorang auditor untuk berprestasi dengan optimisme yang

tinggi. Sehingga diduga variabel motivasi ini dapat memoderasi hubungan antara

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Internal Auditing

Menurut Peraturan Menpan Nomor : 05/M.PAN/03/2008 pengawasan

intern adalah kegiatan audit, reviu, monitoring, evaluasi dan pengawasan lainnya

berupa asistensi, sosialisasi dan konsultasi terhadap penyelenggaraan tugas dan

fungsi organisasi untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah

memadai dan sesuai tolak ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien

untuk kepentingan pimpinan. Menurut Kiabel (2012) Audit internal adalah

kegiatan pengawasan secara keseluruhan untuk menilai prosedur, efektivitas

pengendalian dan tanggung jawab manajemen organisasi. Fungsi audit internal

tidak terbatas pada operasi dari sebuah fungsi tertentu dalam sebuah organisasi.

Sebaliknya, semua tercakup dalam organisasi secara terstruktur sebagai entitas

yang terpisah dan bertanggungjawab untuk manajemen tingkat tinggi. Institute of

Internal Auditors (IIAs) mendefinisikan auditor internal adalah auditor yang

melakukan audit secara independen dan obyektif untuk memberikan konsultasi

agar dapat menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Ini membantu

organisasi mencapai tujuannya dengan cara sistematis, disiplin untuk

mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengendalian manajemen risiko dan

proses tata kelola perusahaan (Kapoor at al., 2012).

The IIAs adalah patokan yang dapat diukur atas kegiatan auditor internal

(28)

diminta untuk menilai kontrol keuangan, tetapi juga untuk meningkatkan tata

kelola, manajemen risiko, dan proses pengendalian dalam sebuah organisasi.

Tanggung jawab mereka telah berkembang secara signifikan untuk memasukkan

strategi audit, etika audit, operasional audit, kualitas audit.

Menurut Azham Md et, al (2009), dalam organisasi sektor publik, fungsi audit internal memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan akuntabilitas dan

meningkatkan kinerja pemerintah. Beberapa negara telah mengembangkan

kebijakan yang bertujuan memperkuat auditor internal sektor publik dan

meningkatkan kapasitas mereka untuk berkontribusi. Langkah-langkah kebijakan

antara lain :

1. Dibentuk audit internal di semua organisasi sektor publik ;

2. Menetapkan standar untuk perilaku profesional kerja audit;

3. Memperluas pengaturan pelaporan dan memperluas mandat untuk membuat

auditor yang bertanggung jawab dan dalam penilaian kinerja.

Yola (2011) seorang peneliti Nigeria berpendapat bahwa auditor internal

di sektor publik tidak memiliki sikap independen ketika melaksanakan audit

sehingga tidak kompeten. Nigeria sebagai negara ekonomi berkembang dan

Negara Kano khususnya harus mengumpulkan sumber daya yang efektif untuk

meningkatkan kebutuhan akan pelayanan publik. Menurut Xiangdong (1997),

bahwa peran auditor internal itu memiliki keuntungan lebih dari auditor eksternal

dalam memperoleh informasi dengan cepat dan menemukan masalah pada tahap

awal. D’Silva and Ridley (2007), Internal auditing’s international contribution

to governance menyatakan bahwa auditor internal itu adalah auditor yang

(29)

dilakukan suatu organisasi. Tujuannya untuk membantu organisasi agar

bertanggungjawab secara efektif terhadap manajemennya. Auditor akan

melengkapinya dengan informasi dan rekomendasi yang membantu organisasi

agar dalam melaksanakan kegiatannya sesuai dengan biaya yang wajar atau sesuai

dengan ketentuan. Dittenhofer (2001), mengamati bahwa jika kualitas audit

internal dipertahankan akan memberikan kontribusi untuk kesesuaian antara

prosedur dengan operasi auditi serta dapat meningkatkan efektivitas auditi dan

organisasi secara keseluruhan. Audit internal yang efektif yaitu dengan melakukan

evaluasi secara independen terhadap informasi keuangan, operasi, sistem dan

prosedur untuk memberikan rekomendasi yang berguna bagi perbaikan yang

diperlukan.

Auditor internal ini sangat membantu para SKPD-SKPD dalam hal

mempertanggungjawabkan anggaran yang telah dipercayakan kepada mereka

dalam pengelolaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada setiap akhir

periode auditor eksternal (BPK) akan melakukan audit untuk memberikan opini

tentang seluruh aktivitas tiap-tiap SKPD. Disinilah fungsi auditor internal

membantu melakukan pengawasan terhadap SKPD-SKPD atas pengelolaan

anggarannya. Apabila audit benar-benar dilakukan sesuai dengan standar audit

yang telah ditetapkan, maka kualitas audit tersebut akan lebih baik dan

penyimpangan–penyimpangan yang terjadi dapat dideteksi lebih awal oleh

internal auditor sebelum eksternal auditor melakukan audit secara keseluruhan

terhadap SKPD-SKPD.

(30)

Dalam hal penelitian tentang kualitas audit telah banyak menerima

perhatian dalam literatur (Chen et al., 2005).

PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) (2013)

menyatakan sumber daya manusia adalah salah satu aset sebuah perusahaan audit

yang paling penting. Hal ini berkaitan dengan kemahiran personil auditornya.

Kualitas audit selama melakukan audit sangat tergantung pada integritas,

objektivitas, kecerdasan, kompetensi, pengalaman, dan motivasi auditornya dan

juga dalam hal supervisi pekerjaan.

De Angelo (1981), mendefinisikan kualitas audit adalah probabilitas

seorang auditor menemukan adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi

kliennya dan melaporkannya.

Berdasarkan Peraturan Menpan Nomor : 05/M.PAN/03/2008 tentang

Standar Audit Aparat Pegawas Intern Pemerintah, audit yang dilaksanakan dapat

berkualitas jika memenuhi ketentuan atau standar audit APIP. Standar audit APIP

terdiri atas :

1. Standar Umum : mengatur tentang keahlian, independepensi dan objektivitas,

kecermatan professional dan kepatuhan terhadap kode etik.

2. Standar pelaksanaan pekerjaan audit kinerja : mengatur tentang perencanaan,

supervisi, pengumpulan dan pengujian bukti, pengembangan temuan dan

dokumentasi.

3. Standar pelaporan audit kinerja : mencakup tentang kewajiban membuat

laporan, cara dan saat pelaporan, bentuk dan isi laporan, kualitas laporan,

(31)

4. Standar tindak lanjut audit kinerja : mencakup tentang komunikasi dengan

auditi, prosedur pemantauan, status temuan, dan kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan.

Kualitas audit internal ditentukan oleh kemampuan departemen audit

internal untuk menemukan temuan dan memberikan rekomendasi yang efektif

ketika mengaudit. Audit internal harus membuktikan bahwa hal tersebut

mempunyai nilai dan dapat memberikan reputasi bagi organisasi ( Sawyer , 1995)

Government Accountability Office (2011), menyatakan bahwa sebuah

laporan yang akurat harus didukung oleh bukti yang cukup, tepat dengan

fakta-fakta kunci, angka, dan temuan yang dapat ditelusuri ke bukti audit. Laporan

yang berdasarkan fakta, dengan jelas dari sumber pernyataan, metode, dan asumsi

membantu dalam mencapai akurasi. Pengungkapan keterbatasan data dan

pengungkapan lain juga berkontribusi untuk memproduksi laporan audit yang

lebih akurat. Salah satu cara untuk membantu organisasi audit yang menyiapkan

laporan audit yang akurat adalah dengan menggunakan proses pengendalian

kualitas seperti referensi. Referensi adalah suatu proses di mana seorang auditor

berpengalaman yang independen memeriksa memberikan pernyataan fakta, angka,

dan tanggal dilaporkan dengan benar, temuan didukung bukti-bukti dalam

dokumentasi audit, kesimpulan dan rekomendasi didasarkan atas bukti.

Kualitas pelaksanaan audit dilapangan sangat ditentukan oleh keahlian

seorang auditor juga independensinya dalam mengaudit seluruh sumber daya di

instansi dimana audit tersebut dilaksanakan. Kemampuan dasar harus dimiliki

seorang auditor dan kemampuan lain juga diperlukan yaitu bagaimana membuat

(32)

disupervisi dengan terus-menerus agar kualitas hasil audit lebih baik dan dapat

dipertanggungjawabkan. Hal ini sangat berkaitan dengan keakuratan temuan.

Sejalan dengan tuntutan profesi dan perubahan atas peraturan-peraturan

yang mewajibkan seorang auditor internal harus terus meningkatkan

kemampuannnya dalam bidang pengawasan intern. Begitu juga dengan sikap

akan keingintahuan seorang auditor internal pemerintah atas manajemen auditi

sangat penting. Bukan berarti auditi diasumsikan tidak jujur dalam hal

pengelolaan anggarannya tetapi juga harus dipertimbangkan skeptitisme

professional kemungkinan auditi bersikap tidak jujur. Sikap skeptitisme

profesional ini juga harus melekat dalam diri auditor karena sikap ini akan

membuat seorang auditor internal lebih berhati-hati dan teliti serta kritis dalam

melakukan audit.

Auditor internal dalam melakukan audit harus bisa menentukan prioritas

audit setelah dilakukan penilaian terhadap SPI auditi. Hal ini berkaitan dengan

waktu pemeriksaan, tenaga yang akan diturunkan dan biaya audit yang telah

ditetapkan sehingga dapat melaksanakan pemeriksaan secara efektif, efesien dan

berkualitas. Pemilihan sampel audit yang diambil dari sejumlah temuan-temuan

yang sudah terindikasi oleh pemeriksa/pengawas harus didasarkan pada temuan

yang material dan mempunyai dampak yang besar terhadap kerugian negara.

Apabila temuan ini masih bisa diperbaiki harus segera diperbaiki tetapi tetap

dilaporkan agar secepatnya bisa ditindaklanjuti oleh auditi. Auditor internal

pemerintah pada dasarnya adalah untuk membina dan memberikan saran-saran

perbaikan kepada auditi apabila masih bisa diperbaiki atas

(33)

dilaporkan dalam bentuk Naskah Hasil Pemeriksaan (NHP) supaya ditanggapi

auditi sebelum disusun Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) oleh auditor/pengawas.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.

05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit APIP dalam

standar pelaporan menyebutkan bahwa laporan hasil audit yang dibuat oleh

auditor harus jelas dan dimengerti oleh pengguna laporan. LHP yang disusun

harus berdasarkan Kerta Kerja Pemeriksaan (KKP) agar informasinya akurat dan

objektif dan auditi dapat segera melakukan tindak lanjut.

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

nomor : 05/M.PAN/03/2008, pengukuran kualitas audit atas laporan keuangan

yang dilakukan oleh APIP, wajib menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan

Negara (SPKN). Lampiran 3 SPKN yang terdapat dalam Peraturan BPK-RI

Nomor 01 Tahun 2007 paragraf 17 menyatakan pemeriksaan akan lebih

bermamfaat jika temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang

dibuat di tindaklanjuti oleh entitas yang diperiksa secara efektif. Auditi

bertanggung jawab untuk menindaklanjuti rekomendasi dan memantau status

tindak lanjut atas rekomendasi pemeriksa. Pemantauan secara terus-menerus

terhadap temuan pemeriksaan yang material beserta rekomendasinya dapat

membantu pemeriksa untuk menjamin terwujudnya manfaat pemeriksaan yang

dilakukan.

2.1.3 Pengaruh keahlian terhadap kualitas audit.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

No. 05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 menyatakan bahwa :

(34)

Satu (S-1) atau yang setara. Latar belakang pendidikan serta sikap dan perilaku

merupakan kriteria standar yang harus dimiliki para auditor APIP untuk mencapai

mutu audit yang tinggi. Kinerja audit akan tercipta dengan baik apabila APIP

harus mempunyai kriteria tertentu yang diperlukan untuk merencanakan audit,

mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk mengembangkan teknik

dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit

yang dilayani oleh APIP. APIP juga harus mengidentifikasi keahlian yang belum

tersedia dan mengusulkannya sebagai bagian dari proses rekruitmen. Aturan

tentang tingkatan pendidikan formal minimal dan pelatihan yang diperlukan harus

dievaluasi secara periodik guna menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang

dihadapi unit yang dilayani oleh APIP.

Pengukuran kualitas audit atas laporan keuangan, khususnya yang

dilakukan oleh auditor/pengawas, wajib menggunakan SPKN. Pernyataan standar

umum pertama SPKN adalah Pemeriksa secara kolektif harus memiliki

kecakapan profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan.

Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa

bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan

oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan

pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Organisasi

pemeriksa dalam menerima pegawai harus memiliki prosedur rekruitmen,

pengembangan berkelanjutan dan evaluasi atas pemeriksa untuk mempertahankan

pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai. Meinhard, et al, (1987)

(35)

sehingga auditor akan memiliki pengetahuan di lapangan dan dapat mengetahui

berbagai isu, selain itu auditor akan lebih mudah untuk mengikuti perkembangan.

Auditor harus memiliki kompetensi teknis seperti auditing, akuntansi,

administrasi pemerintahan dan komunikasi. Selain kompetensi, auditor wajib

memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan, prosedur dan praktik-praktik

audit, lingkungan pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit yang

dilayani oleh APIP. Pelatihan di bidang akuntansi sektor pemerintah dan

ilmu-ilmu lainnya yang terkait dengan akuntabilitas auditi juga sangat diperlukan. APIP

pada dasarnya berfungsi melakukan audit di bidang pemerintahan, sehingga harus

memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan.

Seorang auditor harus mempunyai Sertifikat Jabatan Fungsional Auditor

(JFA) dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan

(continuing professional education) sesuai dengan jenjangnya. Sri lastanti (2005)

mengatakan keahlian atau kompetensi adalah seseorang yang memiliki

pengetahuan dan ketrampilan prosedural yang luas yang ditunjukkan dalam

pengalaman audit. Audit membutuhkan keahlian tinggi dan profesionalisme.

Keterampilan ini tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak

faktor lain, antara lain, adalah pengalaman. Menurut Tubbs (1992) auditor yang

berpengalaman memiliki kelebihan dalam hal : (1) Mendeteksi kesalahan,

(2) Memahami akurat kesalahan, (3) Menemukan penyebab kesalahan. Libby dan

Frederick (1990) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman memiliki

pemahaman yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberikan penjelasan

yang masuk akal atas kesalahan dalam laporan keuangan dan untuk

(36)

akuntansi yang digunakan (Libby, 1985). Berdasarkan berbagai teori yang

diperoleh maka latar belakang pendidikan, pengetahuan kompetensi teknis

(auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan) dan peningkatan keahlian melalui

penjenjangan dan pelatihan teknis berkelanjutan sangat berpengaruh terhadap

kualitas audit.

2.1.3 Pengaruh independensi terhadap kualitas audit

Seorang auditor selain memiliki keahlian audit, juga diharuskan memiliki

independensi dan objektivitas yang tinggi dalam melakukan audit agar dalam

memberikan pendapat atau kesimpulan sesuai dengan apa yang terjadi tanpa ada

pengaruh dari pihak yang berkepentingan. Pernyataan standar umum kedua

SPKN adalah dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,

organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan

penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat

mempengaruhi independensinya. Dengan pernyataan standar umum kedua ini,

organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat

mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan,

pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak

memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

No. 05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 menyatakan bahwa dalam semua

hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan para auditornya

harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya. Independensi dan obyektifitas

auditor atau APIP diperlukan agar kredibilitas hasil pekerjaan APIP meningkat.

(37)

intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi

organisasi sehingga dapat bekerjasama dengan auditi dalam melaksanakan

tanggungjawabnya.

Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan auditor dalam situasi

yang membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan berdasarkan

pertimbangan profesionalnya. Pike (2003) mengatakan ketika auditor tidak

independen, keinginan untuk menghasilkan audit yang berkualitas tinggi menjadi

rendah karena auditor tidak membuat upaya serius untuk mengidentifikasi salah

saji material dan ketika ada yang teridentifikasi, auditor tidak akan selalu

melaporkan itu.

Peraturan BPK – RI No. 1 Tahun 2007 yang mengatur tentang SPKN

lampiran 2 paragraf 19 disebutkan bahwa : Gangguan pribadi yang disebabkan

oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa

membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan

dalam segala bentuknya. Pemeriksa bertanggung jawab untuk memberitahukan

kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pemeriksanya apabila memiliki

gangguan pribadi terhadap independensi. Gangguan pribadi dari pemeriksa secara

individu meliputi antara lain:

a. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai

dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang

diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi yang

dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau

(38)

b. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung

pada entitas atau program yang diperiksa.

c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang

diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir.

d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa.

e. Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan obyek

pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi, pengembangan

sistem, menyusun atau mereviu laporan keuangan entitas atau program yang

diperiksa.

f. Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan

suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi berat

sebelah,

APIP yang mengalami gangguan independensi atau obyektifitas baik

secara faktual maupun penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan

kepada pimpinan APIP. Auditor harus melaporkan kepada pimpinan APIP

mengenai situasi adanya konflik kepentingan, ketidakindependenan atau bias.

Pimpinan APIP harus menggantikan auditor yang menyampaikan situasinya

dengan auditor lainnya yang bebas dari situasi tersebut. Independensi auditor ini

penting karena berdampak pada kualitas audit. Independensi auditor adalah isu

penting bagi profesi auditor dan telah banyak dilakukan penelitian atas hal ini.

Suseno (2013) mengatakan salah satu faktor kunci untuk terus

mempertahankan, meningkatkan kualitas audit dan menjaga kelangsungan

akuntan publik adalah melalui penerapan sikap independen dalam melakukan

(39)

2.1.4 Pengaruh perencanaan audit terhadap kualitas audit

Perencanaan adalah dasar untuk setiap audit yang efisien dan efektif.

Tim audit yang dapat mengatur waktunya untuk membuat sebuah penilaian risiko

audit yang efektif dan merencanakan audit yang sesuai, maka kualitas pelaksanaan

audit semakin bagus dan dapat menghemat anggaran secara eksponensial (Ukraine

Business Daily 2012).

INTOSAI Auditing Standards (2004) Aspek tahap Perencanaan yang

membutuhkan pertimbangan cermat meliputi :

1. Pengetahuan tentang lembaga/organisasi auditi.

Informasi latar belakang tertentu tentang lembaga/organisasi auditi yang telah

dikumpulkan sebelumnya.

2. Laporan Audit organisasi sebelumnya.

Laporan audit sebelumnya mungkin menunjukkan masalah masih ada tindak

lanjut yang belum diselesaikan dan juga dapat memberikan wawasan

tambahan perspektif auditor.

3. Komunikasi dengan auditor sebelumnya.

Auditor sebelumnya sudah mengetahui kendala-kendala yang dihadapi atas

organisasi auditiyang akan di audit.

4. Persiapan rencana audit dan jadwal waktu

Auditor harus menyiapkan rencana audit dan jadwal audit dan fleksibel

dalam mengalokasikan sumber daya yang sesuai.

5. Penilaian risiko dan materialitas.

Auditor harus menilai risiko dan materialitas sesuai dengan standar yang

(40)

6. Komunikasi dengan lembaga yang diaudit.

Hal ini penting bagi auditor untuk mengkomunikasikan temuan audit dan

rekomendasi yang penting untuk membangun komunikasi yang efektif

dengan auditi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

: 05/M.Pan/03/2008 menyebutkan bahwa dalam membuat perencanaan audit

seorang auditor harus menetapkan sasaran, ruang lingkup, metodologi dan alokasi

sumber daya. Penetapan sasaran ini untuk mendeteksi adanya kelemahan dari

sistem pengendalian intern, ketidakpatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan, dan kecurangan. Untuk mencapai sasaran ini diperlukan ruang lingkup

audit yang meliputi aspek keuangan dan operasional auditi. Metodologi yang

digunakan untuk :

1. Penetapan waktu yang sesuai untuk melaksanakan prosedur audit tertentu.

2. Penetapan jumlah bukti yang akan diuji.

3. Penggunaan teknologi audit yang sesuai seperti teknik sampling dan

pemamfaatan komputer untuk alat bantu audit.

4. Pembandingan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Perancangan prosedur audit untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari

ketentuan peraturan perundang-undangan dan kecurangan.

Sasaran audit adalah untuk menilai apakah auditi apakah telah

menjalankan kegiatannya secara ekonomis, efesien dan efektif. Sedangkan ruang

lingkup audit adalah batas audit dan secara langsung terkait dengan tujuan audit.

(41)

auditor akan menilai dan melaporkan, seperti program tertentu, dokumen atau

catatan yang diperlukan, jangka waktu terakhir, dan lokasi yang akan audit.

Metodologi menjelaskan bahwa kondisi dan luas prosedur audit dalam

mengumpulkan dan menganalisis bukti untuk mencapai tujuan audit. Prosedur

audit adalah langkah-langkah spesifik yang dilakukan pemeriksa/pengawas untuk

mencapai tujuan audit. Auditor harus merancang metodologi untuk memperoleh

keyakinan memadai bahwa bukti-bukti yang cukup dan tepat untuk mendukung

temuan dan kesimpulan auditor dalam kaitannya dengan tujuan audit dan untuk

mengurangi risiko audit ke tingkat yang dapat diterima. Menurut Mahathevan

(2003) Prosedur analitis adalah yang paling membantu dalam mendeteksi

kecurangan atau kesalahan dan sangat membantu dalam mengidentifikasi potensi

risiko.Sedangkan menurut Martinov et al,.(1998), penilaian risiko dan materialitas

yang melekat dibuat sehingga bagaimana semua terintegrasi dalam perencanaan

pengujian audit. Kedua penilaian ini merupakan bagian integral dari proses

perencanaan audit saat ini sesuai dengan model risiko audit.

Auditor harus memahami rancangan sistem pengendalian intern dan

menguji penerapannya karena berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit.

Sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan

kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai

untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui

kegiatan yang efisien dan efektif, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan

aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Auditor harus

mempunyai pemahaman atas sistem pengendalian intern auditi dan

(42)

dirancang dan diterapkan secara memadai. Pemahaman atas rancangan sistem

pengendalian intern digunakan untuk menentukan saat dan jangka waktu serta

penentuan prosedur yang diperlukan dalam pelaksanaan audit. Seorang auditor

harus memasukkan pengujian atas sistem pengendalian intern auditi dalam

prosedur auditnya. Efektivitas pengendalian internal yang signifikan dalam

konteks tujuan audit dapat mempengaruhi risiko audit. Akibatnya, auditor dapat

menentukan bahwa perlu untuk memodifikasi sifat, waktu, atau luasnya prosedur

audit berdasarkan penilaian auditor pengendalian internal dan hasil pengujian

pengendalian internal. Misalnya, aspek yang kurang terkontrol dari sebuah

program memiliki risiko lebih tinggi dari kegagalan, sehingga auditor dapat

memilih untuk memfokuskan upaya lebih di daerah ini. Sebaliknya, kontrol yang

efektif pada entitas yang diaudit dapat memungkinkan auditor untuk membatasi

tingkat dan jenis pengujian audit yang diperlukan. Auditor dapat memperoleh

pemahaman tentang pengendalian internal melalui pertanyaan, observasi,

pemeriksaan dokumen dan catatan, reviu auditor lain.

Merencanakan pengujian untuk mendeteksi adanya ketidakpatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan, auditor harus mempertimbangkan dua

faktor yaitu rumitnya peraturan perundang-undangan yang dimaksud dan masih

barunya peraturan perundang-undangan tersebut.

Auditor juga harus mempertimbangkan risiko terjadinya kecurangan

(fraud) yang berpengaruh secara signifikan terhadap tujuan audit. Faktor-faktor

terjadinya kecurangan yang harus diperhatikan oleh auditor adalah keinginan atau

(43)

memungkinkan terjadinya kecurangan, dan sifat atau alasan seseorang untuk

melakukan kecurangan.

Auditor juga harus menentukan sumber daya yang sesuai untuk mencapai

sasaran penugasan dalam pelaksanaan audit. Audit harus dilaksanakan oleh

sebuah tim yang secara kolektif harus mempunyai keahlian yang diperlukan untuk

melaksanakan audit.

Tiga alasan utama auditor merencanakan audit dengan baik:

(1) memperoleh bukti kompeten yang memadai,

(2) membantu menjaga biaya audit dikeluarkan dalam jumlah wajar,

(3) menghindari kesalahpahaman dengan klien.

Audit yang berkualitas dapat dilaksanakan jika audit dilakukan

berdasarkan standar audit yang ditetapkan dan atas pelaksanaan audit tersebut

telah sesuai dengan Pedoman Kendali Mutu Pelaksanaan Audit yaitu : Peraturan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor : 19 tahun 2009 Bab IV paragraf 1 disebutkan bahwa : pelaksanaan audit

merupakan bagian terpenting dari tugas audit karena itu pengendalian mutu

pelaksanaan audit menjadi sangat penting. Kesesuaian dengan rencana audit,

kesesuaian dengan program audit dan kesesuaian dengan standar audit menjadi

perhatian utama agar pelaksanaan audit mempunyai mutu yang tinggi dan

menghasilkan kualitas audit yang baik.

2.1.5 Pengaruh supervisi audit terhadap kualitas audit.

Supervisi audit merupakan salah satu aktivitas manajerial yang berfungsi

untuk melakukan pengawasan, pengontrolan atas penugasan audit agar tujuan

(44)

rekomendasi perbaikan kinerja auditi. Supervisi dalam audit meliputi seluruh

aktivitas manajemen audit mulai dari pemberian arahan (perencanaan/planning),

penggunaan tenaga ahli dalam audit, pelatihan/training (pengorganisasian),

memberikan instruksi (pelaksanaan/actuating), reviu atas pekerjaan yang telah

dilakukan (controlling), serta upaya penjaminan mutu agar penugasan audit

sesuai dengan standar audit yang meliputi pengendalian dan penjaminan kualitas

(quality control and quality assurance).

Government Auditing Standards (2011) menyatakan bahwa supervisor

audit adalah mereka yang ditunjuk untuk mengawasi auditor dan mengawasi staf

audit. Sifat dan tingkat pengawasan tim audit dan reviu pekerjaan audit dapat

bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, seperti ukuran organisasi audit,

pentingnya pekerjaan, dan pengalaman tim audit. Diklat Pembentukan Auditor

Pengendali Teknis (2008) menyebutkan bahwa dalam penugasan audit, kegiatan

supervisi audit sebenarnya dilaksanakan secara berjenjang mulai dari ketua tim,

pengendali teknis sampai dengan pengendali mutu tim audit. Namun demikian,

dalam praktiknya, kegiatan supervisi audit lebih ditekankan pada peran

supervisor atau pengendali teknis.Supervisi dalam setiap tahapan audit dilakukan

dalam rangka pencapaian tujuan audit serta menjaga mutu/kualitas pekerjaan

audit. Dalam penugasan audit, supervisi bukan hanya merupakan aktivitas

manajerial berupa pengawasan saja, melainkan juga merupakan upaya

pengendalian dan penjaminan terhadap mutu hasil audit (quality control and

quality assurance). Untuk mendukung peran sebagaimana diuraikan diatas, maka

(45)

1. Kompetensi konseptual, yaitu pemahaman atas konsep terhadap tugas pokok

serta bidang usaha organisasi yang dikerjakannya

2. Kompetensi manajerial, yaitu untuk kemampuan untuk melaksanakan

pengelolaan sumber daya dalam rangka mencapai untuk mencapai tujuan

organisasi.

3. Kompetensi teknikal, yaitu kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan

secara teknis sehari-hari dengan menggunakan sarana dan prasarana yang

tersedia.

4. Kompetensi interpersonal pengawasan audit dilakukan dalam memberikan bimbingan yang cukup dan arahan untuk tim audit yang ditugaskan untuk

mencapai tujuan audit dan mengikuti persyaratan yang berlaku.

Supervisor berperan dalam mengarahkan tim dalam merencanakan

pengujian subtanstive dengan menyusun Program Kerja Audit, mengawasi

langkah kerja tim sesuai dengan program kerja audit yang direncanakan, serta

mensupervisi perumusan temuan hasil audit. Tahap ini antara lain:

1. Memberikan pengarahan atas penyusunan program kerja pengujian

substantive kepada tim audit.

2. Meyakinkan bahwa seluruh prosedur audit dalam PKA serta

prosedur-prosedur lain telah dilaksanakan.

3. Supervisor harus meyakinkan bahwa seluruh langkah audit yang dirumuskan

dalam PKA telah dilakukan. Jika terdapat langkah yang belum dilakukan,

supervisor perlu meneliti penyebabnya dan memantau pelaksanaan

(46)

supervisor dapat membantu tim audit untuk mencari alternatif-alternatif

prosedur lain yang dapat dilakukan auditor untuk mencapai tujuan audit.

Supervisi harus diarahkan baik pada substansi maupun metodologi audit

dengan tujuan antara lain untuk mengetahui:

1. Pemahaman anggota tim audit atas rencana audit;

2. Kesesuaian pelaksanaan audit dengan standar audit;

3. Kelengkapan bukti yang terkandung dalam kertas kerja audit untuk

mendukung kesimpulan dan rekomendasi sesuai dengan jenis audit;

4. Kelengkapan dan akurasi laporan audit yang mencakup terutama pada

kesimpulan audit dan rekomendasi sesuai dengan jenis audit.

SPKN dalam Peraturan BPK Nomor 1 tahun 2007 menyatakan hal

serupa dalam Pernyataan Standar Pemeriksaan 02 tentang Standar Pelaksanaan

Pemeriksaan Keuangan. Standar Audit tersebut menyatakan pernyataan sebagai

berikut : Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan

tenaga asisten harus disupervisi dengan semestinya. Selanjutnya standar audit

tersebut menjelaskan atas pengertian supervisi audit antara lain sebagai berikut:

1. Supervisi mencakup pengarahan kegiatan pemeriksa dan pihak lain (seperti

tenaga ahli yang terlibat dalam pemeriksaan) agar tujuan pemeriksaan dapat

dicapai.

2. Unsur supervisi meliputi pemberian instruksi kepada staf, pemberian

informasi mutakhir tentang masalah signifikan yang dihadapi, pelaksanaan

reviu atas pekerjaan yang dilakukan, dan pemberian pelatihan kerja lapangan

(47)

3. Supervisor harus yakin bahwa staf benar-benar memahami mengenai

pekerjaan pemeriksaan yang harus dilakukan, mengapa pekerjaan tersebut

harus dilakukan, dan apa yang diharapkan akan dicapai.

4. Bagi staf yang berpengalaman, supervisor dapat memberikan pokok-pokok

mengenai lingkup pekerjaan pemeriksaan dan menyerahkan rinciannya

kepada staf tersebut.

5. Bagi staf yang kurang berpengalaman, supervisor harus memberikan

pengarahan mengenai teknik menganalisis dan cara mengumpulkan data.

Reviu oleh pengendali teknis pada kertas kerja pemeriksaan tim audit

harus dilakukan secara periodik agar menjamin bahwa perkembangan audit

kinerja masih efisien, efektif, mendalam, obyektif, dan sesuai dengan ketentuan.

Tim audit yang merasa perlu temuan-temuannya diangkat sebaiknya

mengkonsultasikannya dengan pimpinan tertinggi. Hal ini dilakukan untuk

memastikan bahwa:

1. Tim audit memahami tujuan dan rencana audit;

2. Audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit;

3. Prosedur audit telah diikuti;

4. Kertas kerja audit memuat bukti-bukti yang mendukung temuan dan

rekomendasi;

5. Tujuan audit telah dicapai .

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor :

05/M.Pan/03/2008 menyebutkan bahwa pada setiap tahap audit kinerja, pekerjaan

auditor harus disupervisi secara memadai untuk memastikan tercapainya sasaran,

(48)

dilakukan pada seluruh tahapan audit. Dimana dalam hal ini yang bertindak

melakukan itu adalah pengendali teknis. Standar pelaksanaan audit yang kedua

menyebutkan bahwa supervisi harus dilaksanakan pada setiap tahapan audit agar

dicapai sasaran audit yang ditetapkan, terjaminnya kualitas audit yang tinggi, dan

meningkatnya kemampuan auditor.

2.1.6 Pengaruh Motivasi terhadap Kualitas Audit

Menurut Soegoto (2009), motivasi kerja adalah serangkaian kekuatan

yang menyebabkan orang berperilaku dalam cara tertentu untuk mencapai

kepuasan dan produktivitas kerja yang baik dan memadai. Motivasi kerja

karyawan merupakan faktor penting dalam kemajuan perusahaan. Karyawan

dengan motivasi tinggi akan menghasilkan kinerja terbaik dan produktif,

sebaliknya karyawan dengan motivasi rendah akan rendah kinerja dan

produktifitasnya.

Menurut Adams (1963), motivasi adalah fungsi bagaimana seseorang

melihat dirinya dalam perbandingan dengan orang lain. Pada dasarnya orang

menentukan tujuan untuk dirinya sendiri dan ia mendapat motivasi untuk bekerja

kearah tujuan ini karena dengan mencapainya akan menguntungkan baginya.

Sedangkan menurut Lowehnson and Collins (2001), menyebutkan motivasi

auditor independen dalam melakukan audit pemerintah yaitu:

1. Penghargaan Intrinsik atau kenikmatan pribadi dan kesempatan membantu

orang lain yang mana kenikmatan pribadi terdiri dari pekerjaan yang

menarik, stimulasi intelektual, pekerjaan yang menantang (mental),

kesempatan pembangunan dan pengembangan pribadi, serta kepuasan

(49)

masyarakat, kesempatan membantu personal klien, dan kesempatan bertindak

sebagai mentor bagi staf audit.

2. Penghargaan Ekstrinsik atau karir dan status yang mana karir terdiri dari

keamanan atau kemapanan kerja yang tinggi, kesempatan karir jangka

panjang yang luas, dan peningkatan kompensasi. Sedangkan untuk status

terdiri dari pengakuan positif masyarakat, penghormatan dari masyarakat,

prestise atau nama baik, meningkatkan status sosial.

Menurut Mardiasmo (2002c) KAP melaksanakan audit pemerintah

dilandasi keyakinan bahwa dirinya akan memperoleh kenikmatan pribadi, antara

lain berupa kenikmatan meningkatkan kemampuan intelektualitas, membuka

kesempatan pengembangan pribadi serta mempertimbangkan bahwa audit

pemerintah merupakan suatu pekerjaan yang menarik dan memberikan tantangan

mentalitas profesional. Patner juga berkeyakinan bahwa dengan melaksanakan

audit dapat meningkatkan karir dalam arti peningkatan kemapanan, kesempatan

berkarir secara lebih luas dan terbuka di masa mendatang, serta peningkatan

kompensasi atau penghasilan yang diperoleh. Partner berkeyakinan akan

memperoleh pengakuan positif, penghormatan, dan nama baik atau prestise dari

masyarakat, serta peningkatan status sosial dalam masyarakat. Secara teori jelas

bahwa dengan adanya motivasi dalam seorang auditor/pengawas akan berdampak

pada peningkatan kualitas audit.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan kualitas audit telah banyak dilakukan

(50)

Bolang (2013)dengan judul penelitian pengaruh kompetensi, independensi

dan pengalaman terhadap kualitas audit Aparat Inspektorat Kota Tomohon dalam

pengawasan pengelolaan keuangan daerah. Penelitian ini berhasil membuktikan

bahwa kompetensi secara parsial memiliki pengaruh positif tetapi tidak terlalu

signifikan terhadap kualitas petugas inspektorat. Namun, independensi dan

pengalaman memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit dari

pegawai negeri yang bekerja di kantor inspektorat itu.

Gandayana (2012) dengan judul penelitian analisis pengaruh kompetensi

auditor, independensi auditor dan tekanan waktu audit, terhadap kualitas hasil

audit dengan pemahaman sistem informasi sebagai variabel moderating. Hasil

penelitian ini menunjukkan kompetensi auditor, independensi auditor dan tekanan

waktu audit secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit

pada Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara. Secara parsial hanya

independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil

audit pada Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara, namun dengan adanya

interaksi dari variabel moderating yaitu pemahaman sistem informasi merubah

independensi auditor menjadi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas

hasil audit pada Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara.

Ishak (2009) dengan judul penelitian pengaruh independensi dan

keahlian profesional auditor internal terhadap kualitas audit dengan pengalaman

kerja sebagai variabel moderating. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama

adanya pengaruh signifikan antara independensi terhadap kualitas audit. Kedua

Gambar

Tabel 2.2.  Ikhtisar  Tinjauan Atas Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1.  Kerangka Konseptual
Tabel 4.3.  Daftar Populasi dan Sampel
Tabel 4.5.  Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rekan-rekan asisten konsultan Pusat Layanan Psikologi Unika Widya Mandala Surabaya (Alethea, Glorry, Lambang, Putri Makmur, Evelyn) yang telah menjadi teman

Dalam perancangan cover kaset ini menggabungkan beberapa teknik dan efek yang dapat dilakukan oleh Adobe Photoshop 7.0 agar terbentuk cover kaset yang aktraktif dan fariatif

Perbedaan atara gaya lompatan yang satu dengan yang lainnya, ditandai oleh keadaan sikap badan si pelompat pada waktu melayang di udara (Aip Syarifuddin,1992 : 93).

$a spai borap jtahkah oeaeatukan planning itu ditarap^a* bagaicona approach atau katakcniafc* elaaat piepicaa/karyavan tarfeedap pianal*3 p$- raaafeaan* Apotah

Google menggunakan kernel Linux versi 2.6 untuk membangun sistem Android, yang1. mencakup memory management, security setting, power management, dan beberapa

Guru memberikan kesempatan pada siswa bertanya tentang materi pelajaran yang disampaikan kemudian memberikan ulasan cara mengerjakan soal cerita menggunakan media

EFFECTIVE LEAF AREA INDEX RETRIEVING FROM TERRESTRIAL POINT CLOUD DATA: COUPLING COMPUTATIONAL GEOMETRY APPLICATION AND GAUSSIANS. MIXTURE

Diskusi : Tanda intravital tersebut ditemukan hampir pada seluruh kasus korban mati tenggelam yang di periksa oleh Bagian Departemen Kedokteran Forensik FK USU RSUP H.. Adam