PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP PELAKSANAAN AUDIT YANG BERKUALITAS PADA
AUDITOR INDEPENDEN DI SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
0613010014 / FE / EA
ARITHIKA WIDYA SARI BASUKI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Untuk menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh:
0613010014 / FE / EA
ARITHIKA WIDYA SARI BASUKI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR
SKRIPSI
PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP PELAKSANAAN AUDIT YANG BERKUALITAS PADA
AUDITOR INDEPENDEN DI SURABAYA
Disusun Oleh :
0613010014/FE/EA Arithika Widya Sari Basuki
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh tim penguji skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur pada tanggal 30 Juli 2010
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Drs.Ec.H,Tamadoy Thamrin, MM
Sekretaris
Drs.Ec. H,Tamadoy Thamrin, MM
Anggota
Drs. Ec. Diah Hari S,Ak ,Msi
Rina Mustika, SE, MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
NIP. 030 202 389
AUDITOR INDEPENDEN DI SURABAYA
Yang diajukan
0613010014 / FE / EA
ARITHIKA WIDYA SARI BASUKI
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh :
Pembimbing Utama
Drs. Ec.H. Tamadoy Thamrin, MM NIP. 030 194 434
Tanggal : …….…….…………
Mengetahui Ketua Progdi Akuntansi
SKRIPSI
PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI TERHADAP PELAKSANAAN AUDIT YANG BERKUALITAS PADA
AUDITOR INDEPENDEN DI SURABAYA
Yang diajukan
0613010014 / FE / EA
ARITHIKA WIDYA SARI BASUKI
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :
Pembimbing Utama
Drs. Ec.H. Tamadoy Thamrin, MM NIP. 030 194 434
Tanggal : ………
Mengetahui Ketua Progdi Akuntansi
TERHADAP PELAKSANAAN AUDIT YANG BERKUALITAS PADA AUDITOR INDEPENDEN DI SURABAYA
Yang diajukan
0613010014 / FE / EA
ARITHIKA WIDYA SARI BASUKI
Telah disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec.H. Tamadoy Thamrin, MM
Tanggal : ………
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Keahlian Audit, Kompetensi dan Independensi terhadap pelaksanaan audit yang Berkualitas pada auditor independen di Surabaya ”, dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Bapak Drs. Saiful Anwar, Msi Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
5. Bapak Drs. Ec. H. Tamadoy Thamrin, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan saran untuk penulis.
6. Para Auditor yang khususnya bekerja di KAP Surabaya Barat dan Surabaya Pusat yang bersedia menyediakan waktunya untuk membantu saya dalam memperoleh data kuisioner.
Semoga Allah SWT yang selalu melindungi Arithika dan tetap memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.
Surabaya, 30 Juli 2010
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : “Pengaruh Keahlian Audit, Independensi dan Kompetensi Auditor Terhadap Pendapat Audit di KAP Surabaya”, dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
7. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
8. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
9. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 10. Bapak. DRS. EC. H. TAMADOY THAMRIN,.MM, selaku Dosen Pembimbing
11. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Uneversitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
12. Buat Mama dan Papaku yang tercinta, serta buat saudara – saudaraku yang tersayang, tiada kata yang bisa ananda ucapkan, selain kata terima kasih yang sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan, memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.
Surabaya, Juni 2010
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori ... 16
2.2.1. Auditing ... 16
2.2.1.1. Pengertian Auditing ... 16
2.2.1.2. Tujuan Auditing ... 20
2.2.1.3. Proses Auditor ... 21
2.2.1.4. Jenis – jenis Auditor ... 23
2.2.2. Keahlian Audit ... 26
2.2.2.1 Definisi Keahlian ... .26
2.2.2.2. Pengetahuan ... .27
2.2.2.3. Pengalaman ... .29
2.2.2.4. Komponen Audit ... .31
2.2.3. Kompetensi ... 31
2.2.3.1. Definisi Kompetensi ... .31
2.2.3.2. Pencapaian Kompetensi Profesional Akuntan Publik ... .33
2.2.4. Independensi Auditor ... 35
2.2.4.1. Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas ... .38
2.2.4.2. Standar Pengendalian Mutu ... .40
2.2.5. Pengaruh Keahlian Audit Terhadap Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas ... .43
2.2.7. Pengaruh Independensi Terhadap Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas ... .44
2.2.8. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas ... .44
2.2.9. Pengaruh Keahlian Audit, Independensi, dan Kompetensi Auditor Terhadap Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas ... .45
2.4. Hipotesis ... .49
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... .50
3.1.1. Definisi Operasional ... .50
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... .52
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... .54
3.2.1. Populasi ... .54
3.2.2. Sampel ... .55
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... .56
3.3.1. Jenis Data ... .56
3.3.2. Sumber Data ... .56
3.3.3. Metode Pengumpulan Data ... .56
3.4. Uji Analisis Data ... .57
3.4.1. Uji Validitas ... .57
3.4.2. Uji Reliabilitas ... .58
3.4.3. Uji Normalitas ... .58
3.5. Uji Asumsi Klasik ... .59
3.6. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... .61
3.6.1. Teknik Analisis ... .61
3.7. Uji Hipotesis ... .61
3.6.2.1. Uji Kesesuaian Model ... .61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... .64
4.1.1. Fungsi Akuntan...65
4.1.2. Ketentuan Dan Peraturan...65
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... .67
4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... .72
4.3.1. Uji Analisis Data ... .72
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... .72
4.3.1.1.1. Uji Validitas ... .72
4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... .74
4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... .75
4.4. Uji Asumsi Klasik ... .76
4.5. Teknik Analisis Regresi Linier Berganda ... .79
4.6. Uji Hipotesis ... .81
4.6.1. Uji Kesesuaian Model ... .81
4.6.2. Uji t ... .82
4.7. Pembahasan ... .84
4.8. Pengembangan Ilmu Pengetahuan……….86
4.8.1. Implikasi ... .87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... .89 5.2. Saran ... .90
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel. 2.1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu Dengan
Penelitian Sekarang ... 15
Tabel. 4.1 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Audit (X1 Tabel. 4.2 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Kompetensi (X ) 68 2 Tabel. 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai ) .. 69
Independensi(X3 Tabel. 4.4 Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai ) ... 70
KualitasAudit (Y) ... 71
Tabel. 4.5 Hasil Uji Validitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows . 73 Tabel. 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 74 Tabel. 4.7 Hasil Uji Normalitas Dengan Program SPSS. 16.0 For Windows 75 Tabel. 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas… ... 77
Tabel. 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas… ... 78
Tabel. 4.10 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Linier Berganda … ... 79
Tabel. 4.11 Hasil Analisis Hubungan Kesesuaian Model … ... 81
Tabel. 4.12 Koefisien Determinasi (R Square / R2 Tabel. 4.13 Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Parsial … ... 83
DAFTAR GAMBAR
PENGARUH KEAHLIAN AUDIT, KOMPETENSI, DAN
INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP
KUALITAS AUDIT
PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI SURABAYA
Oleh :
ARITHIKA WIDYA SARI BASUKI Abstrak
Para pengguna jasa KAP sangat mengharapkan agar para Akuntan Publik dapat menghasilkan kualitas audit yang sangat baik, tapi dalam praktiknya kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik masih tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam SPAP. Dalam pelaksanaan praktik jasa auditing, masyarakat masih ada yang meragukan tingkat keahlian audit, kompetensi serta independensi yang dimiliki oleh para Akuntan Publik di KAP yang selanjutnya berdampak pada keraguan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh Akuntan Publik. Indikasi dari adanya keraguan ini karena banyak sekali kasus-kasus hukum manipulasi akuntansi yang melibatkan akuntan publik baik di luar maupun di dalam negeri beberapa tahun terakhir. Kejadian-kejadian tersebut menyebabkan timbulnya keraguan atas integritas auditor KAP. Pada sisi lainnya para auditor senantiasa dituntut untuk mentaati standart dan berperilaku sesuai dengan kode etik. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku tersebut dan seberapa kuat pengaruh-pengaruh itu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh dari keahlian audit, independensi, dan kompetensi Akuntan Publik terhadap kualitas audit.
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini 30 Akuntan Publik yang bekerja di KAP Surabaya, Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 30 responden (Akuntan Publik) dan kuesioner tersebut terdiri dari 15 pernyataan yang dibagi menjadi 4 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda dengan alat bantu komputer, yang menggunakan program SPSS. 16.0 For Windows
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh keahlian audit, kompetensi dan independensi terhadap kualitas audit dari Akuntan Publik yang bekerja di KAP Surabaya, teruji kebenarannya.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang
disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya
profesi akuntan publik disuatu Negara dipengaruhi oleh perkembangan
perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di Negara tersebut.
Akuntan publik harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku
akuntan publik dalam menjalankan praktik profesionalnya baik sesama anggota
maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tanggung jawab
profesi, kompetensi, dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku
profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan
profesinya (Elfarini, 2007). Profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan
penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh
manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan Puradiredja,
1988:3).
Menunjang profesionalismenya sebagai kantor akuntan publik maka
auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit
standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dimana standar umum
merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang auditor
yang mengaharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan yang cukup
dalam melaksanakan program audit. Standar pekerjaan lapangan mengatur
auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan
selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan
atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan (IAI,2001:300).
Sedangkan standar pelaporan yaitu auditor harus memeriksa apakah manajemen
perusahaan dalam menyajikan laporan keuangan telah sesuai dengan standar
akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia (IAI,2001:400).
Seorang akuntan publik dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan
tidak semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk
pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan. Untuk dapat
mempertahankan kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan
lainnya, akuntan publik dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai
(Herawaty dan Susanto, 2008). Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan
keuangan auditan atau jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah
yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang
dihasilkannya.
Skandal dalam negeri terlihat dari diambilnya tindakan oleh Majelis
3
yang diindikasikan melakukan pelanggaran berat saat mengaudit bank-bank yang
dilikuidasi pada tahun 1988. Selain itu terdapat kasus keuangan dan manajerial
perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang
menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Winarto,2002 dalam
Christiawan 2002 : 82).
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sejak awal September 2009
hingga kini telah menetapkan pemberian sanksi pembekuan izin usaha kepada
delapan akuntan publik (AP) dan kantor akuntan publik (KAP). Departemen
Keuangan dalam pengumuman yang diterima di Jakarta, Sabtu, menyebutkan,
penetapan sanksi pembekuan izin usaha itu berdasar Peraturan Menteri
Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Mereka yang
terkena sanksi adalah AP Drs. Basyiruddin Nur yang dikenakan sanksi melalui
Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor: 1093/KM.1/2009 tanggal 2
September 2009. AP Drs. Basyiruddin Nur, telah dikenakan sanksi pembekuan
selama tiga bulan karena yang bersangkutan belum sepenuhnya mematuhi
Standar Auditing (SA) - Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam
pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan konsolidasian PT. Datascrip dan
Anak Perusahaan tahun buku 2007, yang dinilai berpotensi berpengaruh cukup
signifikan terhadap Laporan Auditor Independen. Auditor lainnya AP Drs. Hans
Burhanuddin Makarao yang dikenakan sanksi melalui KMK Nomor:
sanksi pembekuan selama tiga bulan karena belum sepenuhnya mematuhi SA -
SPAP dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon tahun
buku 2008, yang dinilai berpotensi berpengaruh cukup signifikan terhadap
Laporan Auditor Independen. Sanksi juga diberikan kepada AP Drs. Dadi
Muchidin melalui KMK Nomor: 1140/KM.1/2009 tanggal 4 September 2009.
Yang bersangkutan dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena KAP
Drs. Dadi Muchidin telah, SE telah dibekukan sehingga sesuai dengan ketentuan
Pasal 71 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan bahwa izin AP Pemimpin KAP
dibekukan apabila izin usaha KAP dibekukan. Auditor lainnya KAP Drs. Dadi
Muchidin melalui KMK Nomor: 1103/KM. 1/2009 tanggal 4 September 2009,
dengan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena KAP tersebut telah
dikenakan sanksi peringatan sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 48
(empat puluh delapan) bulan terakhir dan sampai saat ini, KAP Drs. Dadi
Muchidin masih melakukan pelanggaran berikutnya yaitu tidak menyampaikan
laporan tahunan KAP tahun takwin 2008. Selain itu KAP Matias Zakaria melalui
KMK Nomor: 1117/KM.1/2009 tanggal 7 September 2009, selama tiga bulan
karena KAP tersebut telah dikenakan sanksi peringatan sebanyak 3 (tiga) kali
dalam jangka waktu 48 (empat puluh delapan) bulan terakhir dan sampai saat ini,
KAP Drs. Matias Zakaria masih melakukan pelanggaran berikutnya yaitu tidak
menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin 2007 dan 2008. Sanski juga
diberikan kepada KAP Drs. Soejono melalui KMK Nomor: 1118/KM.1/2009
5
dikenakan sanksi peringatan sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 48
(empat puluh delapan) bulan terakhir dan sampai saat ini, KAP Drs. Soejono
masih melakukan pelanggaran berikutnya yaitu tidak menyampaikan laporan
tahunan KAP tahun takwin 2005 hingga 2008. Menkeu juga menetapkan sanksi
untuk KAP Drs. Abdul Azis B. melalui KMK Nomor: 1119/KM.1 /2009 tanggal
7 September 2009, selama tiga bulan karena KAP tersebut telah dikenakan
sanksi peringatan sebanyak tiga kali dalam jangka waktu 48 (empat puluh
delapan) bulan terakhir dan sampai saat ini, KAP Drs. Abdul Azis B. masih
melakukan pelanggaran berikutnya yaitu tidak menyampaikan laporan tahunan
KAP tahun takwin 2005, 2007, dan 2008. Sanksi juga diberikan kepada KAP
Drs. M. Isjwara melalui KMK Nomor: 1120/KM.1/2009 tanggal 7 September
2009, selama tiga bulan, karena KAP tersebut telah dikenakan sanksi peringatan
sebanyak tiga kali dalam jangka waktu 48 (empat puluh delapan) bulan terakhir
dan sampai saat ini, KAP Drs. M. Isjwara masih melakukan pelanggaran
berikutnya yaitu tidak menyampaikan laporan tahunan KAP tahun takwin 2007
dan 2008 (http://antaranews.com).
Berdasarkan konteks skandal keuangan di atas, memunculkan
pertanyaan apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan
publik yang mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah
terdeteksi namun auditor justru ikut mengamankan praktik kejahatan tersebut.
Tentu saja jika terjadi adalah auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa
atau keahlian auditor tersebut. Terkait dengan konteks inilah, muncul pertanyaan
seberapa tinggi tingkat kompetensi dan independensi auditor saat ini dan apakah
kompetensi dan independensi auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas
audit yang dihasilkan oleh akuntan publik.
Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas audit yang tinggi maka
akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar
pengambilan keputusan. Selain itu adanya kekhwatiran akan merebaknya
skandal keuangan, dapat mengikis kepercayaan publik terhadap laporan
keuangan auditan dan profesi akutan publik. (Elfarini,2007)
Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung
pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan
salah saji tergantung pada independensi auditor. Sementara itu Financial
Accounting Commite (2000) dalam Christiawan (2002 : 83) menyatakan bahwa
kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua
hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit.
Saat melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang ahli
dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan
pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktek audit
(SPAP, 2001). Selain itu auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup
7
Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2001) menyebutkan
bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar itu mengharuskan
bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah terpengaruh), karena
auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan demikian
auditor tidak dibenarkan untuk memihak. Auditor harus melaksanakan kewajiban
untuk bersikap jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan,
namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas
laporan keuangan auditan.
Pelaksanaan audit yang berkualitas merupakan tulang punggung akuntan
publik profesional. Artinya pelaksanaan audit yang berkualitas sudah merupakan
tuntutan umum. Hal ini dibuktikan dalam standar Profesional akuntan publik,
disana dibuat standar pelaksanaan audit yaitu standar umum, standar pekerjaan
lapangan, standar pelaporan, dan juga standar pengendalian mutu. Dengan
mempertahankan semua standar tersebut maka laporan keuangan hasil auditan
akan mempunyai nilai tambah yaitu dengan lebih dipercaya oleh masyarakat atau
pihak-pihak yang membutuhkan informasi tersebut.
Waktu melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan
terhadap kualitas jasa yang diberikan kepada pengguna. Para pemakai laporan
keuangan atau sering disebut sebagai pihak ketiga hendaknya memberikan
kompeten karena hal tersebut akan membuat nilai audit atau kualitas audit juga
meningkat sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme
tinggi.
Berdasarkan hal-hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Keahlian, Independensi dan Kompetensi terhadap
pelaksanaan audit yang berkualitas pada Auditor Independen di
Surabaya”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang ada dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah keahlian auditor, kompetensi dan independensi auditor berpengaruh
terhadap kualitas audit pada auditor independen di Surabaya?
2. Manakah variabel keahlian auditor, kompetensi dan independensi auditor
yang berpengaruh secara dominan terhadap kualitas audit pada auditor
independen di Surabaya?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji secara empiris dan menganalisis apakah keahlian auditor,
kompetensi dan independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
9
2. Untuk menguji secara empiris menganalisis apakah variabel keahlian auditor,
kompetensi dan independensi auditor yang berpengaruh secara dominan
terhadap kualitas audit pada auditor independen di Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan segi motivasi penelitian ini, implikasinya dilakukan karena
bukti empiris tentang hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan audit yang berkualitas. Adapaun manfaat dan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Universitas
Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan
dengan permasalahan yang diteliti serta sebagai Dharma Bakti Perguruan
Tinggi Universitas Pembangunan Nasional pada umumnya dan fakultas
ekonomi pada khususnya.
2. Bagi peneliti
Memperdalam pengetahuan sebagai upaya peningkatan daya pikir dan
menambah pengetahuan praktis masalah audit khususnya tentang pengaruh
kompetensi dan independensi akuntan publik terhadap kualitas akuntan
3. Bagi auditor independen
Agar dapat memberikan suatu masukan yang bermanfaat bagi auditor
independen dalam memahami dan mengatasi faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap keahlian audit dan independensi. Sehingga dapat melaksanakan
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian Noryulia Rahmawati (2004) dengan judul “Pengaruh keahlian audit, independensi, dan kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada kantor akuntan publik di Surabaya”. Dengan hipotesis H1 terdapat pengaruh secara simultan tehadap keahlian audit, independensi dan kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada KAP di Surabaya. H2 Kompetensi mempunyai pengaruh paling dominan terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada KAP di Surabaya. Hasil penelitiannya menunjukkan pada hipotesis I menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara simultan keahlian audit, independensi, dan kompetensi terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada KAP di Surabaya teruji kebenarannya, hal ini ditunjukkan dengan nilai Fhitung (7,273) > Ftabel (3,10). Sedangkan hipotesis II yang menyatakan bahwa kompetensi mempunyai pengaruh yang dominan terhadap pelaksanaan audit yang berkualitas pada KAP di Surabaya, teruji dengan nilai thitung (2,181) > ttabel
Penelitian Eunike Christina Elfarini (2007) dengan judul “Pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit (studi empiris
pada kantor akuntan publik di Jawa Tengah)”. Dengan hipotesis H1 bahwa
kompetensi dan independensi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas
audit. H2 bahwa kompetensi dan independensi secara parsial berpengaruh
terhadap kualitas audit. Hasil penelitiannya menunjukkan pada hipotesis I
menyatakan bahwa kompetensi dan independensi secara simultan dan
parsial berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan hipotesis
II menyatakan bahwa hasil penelitian diperoleh koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,282. Koefisien ini mempunyai arti bahwa kedua variabel bebas
tersebut secara bersama-sama (simultan) memberikan sumbangan terhadap
variabel terikat sebesar 28,2% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor
lain diluar model. Sedangkan sumbangan variabel bebas terhadap variabel
terikat secara parsial yaitu dapat dilihat berdasarkan koefisien determinasi
parsial (r2
Penelitian M. Nizarul Alim, Trisni Hapsari dan Liliek Purwanti
(2007) dengan judul “Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap
kualitas audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderator”. Dengan
Hipotesis H
) variabel kompetensi sebesar 15,5% dan variabel independensi
sebesar 5,9%.
1 bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit. H2 interaksi kompetensi dan etika auditor berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit. H3 independensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. H4 interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
13
kualitas audit. Hal ini berarti bahwa kualitas audit dapat dicapai jika auditor
memiliki kompetensi yang baik dimana komperensi tersebut terdiri dari dua
dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Sementara itu, interaksi
kompetensi dan etika auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit. Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa
independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Selanjutnya
interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit.
Penelitian Sekar Mayangsari (2003) yang meneliti tentang
“Pengaruh keahlian audit dan independensi terhadap pendapat audit: sebuah
kuasieksperimen”. Dari penelitian ini secara umum dapat disimpulkan
bahwa pendapat auditor yang ahli dan independen berbeda dengan auditor
yang hanya memiliki salah satu karakter atau sama sekali tidak mempunyai
karakter tersebut, berdasarkan hasil pengujian ANOVA POST HOC
menunjukkan bahwa pendapat auditor ahli dan non ahli tidak independen
tidak berbeda secara signifikan, sedangkan berdasarkan hasil pengujian
Bonferroni menunjukkan bahwa auditor yang independen memberikan
pendapat yang lebih tepat dibandingkan auditor yang tidak independen.
Penelitian Wilopo (2001) yang meneliti tentang “Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap perilaku disfungsional auditor: studi pada kantor
akuntan publik di jawa timur. Dengan Hipotesis H1 locus of control
eksternal berpengaruh positif terhadap perilaku disfungsional auditor. H2
auditor. H3 kinerja auditor berpengaruh secara negatif terhadap perilaku
disfungsional auditor. H4 eskternal locus of control berpengaruh negatif
terhadap komitmen organisasi. H5 moralitas auditor berpengaruh secara
positif terhadap komitmen organisasi. H6 locus of control eksternal
berpengaruh secara negatif terhadap kinerja auditor. H7 moralitas auditor
berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor. H8
Penelitian Yulius Jogi Christiawan (2002) Dalam penelitiannya
yang berjudul “kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi
Hasil Penelitian Empiris” meneliti mengenai kompetensi dan independensi
akuntan publik tersebut ditinjau dari dua aspek yaitu : independensi sikap
mental dan independensi dalam penampilan. Yulius meneliti dua faktor
yang dapat mempengaruhi independensi penampilan Akuntan Publik yaitu : komitmen organisasi
berpengaruh secara positif terhadap kinerja auditor. Penelitian ini
membuktikan bahwa perilaku disfungsional auditor dan kinerja auditor
berpengaruh terhadap locus of control eksternal sebagai bentuk dari karakter
dan kepribadian auditor.
1. Mengaudit pekerjaan Akuntan Publik sendiri
2. Berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien
Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kedua faktor tersebut dapat
15
Persamaan
1. Penelitian ini juga meneliti mengenai pengaruh keahlian audit dan
independensi audit.
2. Penelitian ini juga meneliti tentang pengaruh independensi dalam
audit yang berkualitas yang telah diteliti oleh peneliti terdahulu.
3. Penelitian ini juga meneliti tentang pengaruh independensi dalam
audit yang berkualitas yang telah diteliti oleh peneliti terdahulu.
Perbedaan
1. Penelitian terdahulu dilakukan dengan menggunakan subyek
auditor dan mahasiswa, sedangkan penelitian sekarang hanya
menggunakan subyek auditor yang bekerja di KAP Surabaya.
2. Penelitian terdahulu populasi penelitian dengan responden adalah
para auditor pada sektor publik/pemerintah, sedangkan dalam
penelitian kali ini populasi penelitian dengan responden adalah
para auditor yang bekerja di KAP.
3. Penelitian terdahulu merupakan refleksi dari hasil penelitian
empiris dari hasil penelitian empiris yang meneliti mengenai
independensi dan kompetensi akuntan publik, sedangkan dalam
penelitian ini meneliti mengenai pengaruh keahlian
audit,independensi, dan kompetensi terhadap pelaksanaan audit
yang berkualitas.
4. Penelitian terdahulu, responden yang digunakan para akuntan
partner, supervisior, dan asisten auditor sedangkan pada penelitian
sekarang responden yang digunakan adalah para akuntan publik
yang bekerja di kantor Akuntan Publik di Surabaya.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Definisi, Tujuan dan Proses Auditing
2.2.1.1.Definisi Auditing
Auditing merupakan suatu profesi yang komplek dimana hanya
terdapat jumlah yang relatif sedikit dari profesi ini mempunyai derajat
keahlian pada suatu spesialisasi bidang atau area tertentu. Profesi auditor
mempunyai kedudukan yang unik dibandingkan dengan profesi lain.
Tekanan dari klien dan lamanya hubungan dengan klien (audit tenure)
berhubungan negatif dengan kualitas audit. Akan tetapi telaah rekan auditor
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.
Adapun Purnomo (2007) melakukan penelitian mengenai persepsi
auditor tentang pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi terhadap
kualitas audit. Dimana keahlian diproksikan dalam lama ikatan dengan
klien, tekanan dari klien dan pelaksanaan jasa lain dengan klien. Hasil
penelitian faktor keahlian berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan
dari faktor independensi hanya tekanan dari klien yang berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Widhi (2006) juga melakukan penelitian serupa dengan Harhinto
(2004) tetapi dengan obyek penelitian auditor pada KAP di Jakarta Selatan,
17
auditor berhubungan positif terhadap kualitas audit. Sedangkan lama
hubungan dengan klien dan tekanan dari klien berpengaruh negatif terhadap
kualitas audit.
Menurut (Mulyadi dan Kanaka,2002 : 9) mendefinisikan auditing
secara umum sebagai suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Ditinjau dari sudut akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan
(examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau
organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
tersebut menyajikan secara wajar, semua hal yang material, posisi keuangan,
dan hasil usaha perusahaan/organisasi tersebut (Mulyadi, 1998).
Menurut (Arens,1998:145), auditing adalah proses pengumpulan
dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur
mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten
dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian
Sedangkan definisi auditing secara umum memiliki unsur-unsur
penting sebagai berikut (Mulyadi, 1998).
1. Suatu proses sistematik
Pemeriksaan akuntan dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang
direncanakan, terorganisasi, dan bertujuan.
2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif
Proses sistematik tersebut dutujukan untuk memperoleh bukti yang
mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu bukti tersebut
dimaksudkan untuk menetapkan dekat tidaknya pernyataan tersebut
dengan kriteria.
3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi
Adalah hasil proses akuntansi. Proses akuntansi ini menghasilkan
suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan, yang
umumnya terdiri dari empat laporan keuangan pokok, yaitu neraca,
laporan laba rugi, laba ditahan, dan laporan keuangan pokok.
4. Menentukan tingkat kesesuaian
Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil
pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan dekat
tidaknya pernyataan tersebut dengan kriteria.
5. Kriteria yang ditetapkan.
Patokan atau standar yang dipakai sebagai dasar menilai pernyataan
tersebut berupa :
19
b. anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh
manajemen
c. prinsip akuntansi berterima umum
6. Penyampaian hasil
Penyampaian hasil dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan
akuntan (audit report)
7. Pemakai yang berkepentingan
Adalah pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor,
organisasi buruh dan inspeksi pajak.
Definisi audit menurut (Arthur,1990:1), auditing adalah
pemeriksaan yang obyektif atas laporan keuangan yang disiapkan oleh suatu
perseroan, persekutuan / firma, perusahaan perorangan / badan usaha lain
yang dilakukan oleh para professional independen yang terpecaya yang
berpraktek secara perorangan / sebagai Kantor Akuntan.
Sedangkan definisi auditing menurut (Jusup,2001:11), auditing
adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti
yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan dan kejadian-kejadian
ekonomi secara obyektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan
2.2.1.2.Tujuan Auditing.
Menurut (Mulyadi,2002:72), tujuan auditing adalah untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia.
Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung
dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.
Auditing itu sendiri bertujuan untuk memberikan suatu pernyataan
pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara
wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum. ( Jusup, 2001 : 117)
Menurut (Arthur,1990:1), tujuan audit adalah untuk menginvestasi
dan menentukan apakah laporan keuangan yang diaudit tersebut telah
disusun sesuai dengan cara-cara pelaporan keuangan yang semestinya oleh
pihak yang diaudit.
Sedangkan tujuan auditing menurut (Arens,1998:145), tujuan audit
umum atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, serta arus kas yang sesuai dengan prinsip yang
berlaku umum. Langkah-langkah untuk menyusun tujuan audit :
1. Memahami berbagai tujuan dan tanggungjawab audit.
2. Merencanakan masalah laporan keuangan.
21
4. Mengetahui berbagai tujuan audit umum atas berbagai akun dan kelas
transaksi.
5. Mengetahui berbagai tujuan audit spesifik atas berbagai akun dan kelas
transaksi.
2.2.1.3.Proses Auditing
Proses auditing disebut juga tahap-tahap audit, merupakan
langkah-langkah yang dilakukan auditor mulai dari rencana audit,
pelaksanaan samapai pada penerbitan laporan akuntan. Menurut (Abdul
Halim,1995:31) ada empat tahap pelaksanaan audit, yaitu :
1. Penerimaan penugasan audit
Perlu dilakukan terutama bila auditor belum pernah mengenal maupun
berhubungan dengan klien sebelumnya. Tahap ini berkaitan erat
dengan standar umum.
2. Perencanaan audit
Merupakan hal yang sangat penting yang bertujuan untuk
mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan audit.
Tahap ini berkaitan erat dengan standar umum dan standar pekerjaan
lapangan.
3. Pelaksanaan audit
Pengujian atau tes audit dimaksudkan untuk menghimpun bukti
mengenai efektivitas struktur pengendalian intern dan untuk
kewajaran laporan keuangan klien. Tahap ini berkaitan erat dengan
standar umum dan standar pekerjaan lapangan.
4. Pelaporan hasil temuan
Pelaporan hasil audit atas berbagai temuan, dilakukan dalam bentuk
laporan auditor independen. Auditor juga dapat melaporkan temuan
lain misalnya, pelaporan mengenai struktur pengendalian intern. Tahap
pelaporan temuan berkaitan erat dengan standar umum dan standar
pelaporan.
Menurut (Mulyadi,2002:122) proses audit atas laporan keuangan
dibagi menjadi empat tahap yaitu :
1. Penerimaan perikatan audit
Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu
perikatan perjanjian. Klien yang memerlukan jasa auditing
mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor, kemudian klien
menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor
dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut
berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah tersebut merupakan
awal pekerjaan audit atas laporan keuangan berupa pengambilan
keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon
klien untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan audit dari klien
23
2. Perencanaan audit
Keberhasilan penyelesaian perikatan audit sangat ditentukan oleh
kualitas perencanaan audit yang dibuat oleh auditor.
3. Pelaksanaan pengujian audit
Tahap ini disebut juga dengan tahap “pekerjaan lapangan”.
Pelaksanaan pekerjaan lapangan ini harus mengacu pada standar
auditing yang termasuk dalam kelompok “standar pekerjaan lapangan”
tujuan utama pelaksanaan pekerjaan lapangan ini adalah untuk
memperoleh bukti audit tentang efektifitas pengendalian intern klien
dan kewajaran laporan keuangan.
4. Pelaporan audit
Pelaksanaan tahap ini harus mengacu pada “standar pelaporan”. Ada
dua langkah penting yang dilaksanakan oleh auditor dalam pelaporan
audit ini:
a. Menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil pengujian dan
menarik kesimpulan.
b. Menerbitkan audit.
2.2.1.4.Jenis-jenis Auditor
Menurut (Mulyadi,2002:28) Jenis-jenis auditor atau orang-orang
1. Auditor independen
Auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat
umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat
oleh klien.
2. Auditor pemerintah
Auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas
pokoknya melakukan audit atau pertanggungjawaban keuangan yang
disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah untuk
ditujukan kepada pemerintah.
3. Auditor intern
Auditor yang bekerja dalam perusahaan (Negara atau swasta) yang
tugas pokoknya menentukan apakah kebijakan dan prodesur yang
ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik
tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi.
2.2.1.5.Jenis-jenis Auditing
Auditing pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga golongan
menurut (Jusup, 2001 : 15), yaitu :
1. Audit laporan keuangan
Audit yang dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan
sebagai keseluruhan yaitu informasi kuantitatif yang akan diperiksa,
25
umumnya kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi berlaku
umum.
2. Audit kesesuaian
Adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti
prosedur atau aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang
berwenang.
3. Audit operasional
Adalah pengkajian atas setiap bagian dari prosedur dan metode yang
ditetapkan suatu organisasi dengan tujuan mengevaluasi efesiensi dan
efektivitas.
Menurut (Mulyadi,2001:30) auditing pada umumnya digolongkan
menjadi 3 golongan , yaitu :
1. Audit laporan keuangan (financial statement audit)
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor
independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya
untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini, auditor independen
menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan
prinsip akuntansi berterima umum. Hasil auditing terhadap laporan
keuangan tersebut disajikan dalam bentuk tertulis berupa laporan audit.
Laporan audit ini dibagikan kepada para pemakai informasi keuangan
2. Audit kepatuhan (compliance audit)
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan
apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu.
Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang
berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam
pemerintahan.
3. Audit Operasional (operational audit)
Audit operasioanl merupakan review secara sistematik kegiatan
organisasi atau bagian dalam hubungannya dengan tujuan tertentu.
Tujuan audit operasional adalah untuk :
a. Mengevaluasi kinerja
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
2.2.2.Keahlian Audit
2.2.2.1.Definisi Keahlian Audit
Saat melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai
seorang yang ahli dibidang akuntansi dan auditing. Dalam beberapa study
auditing belum terdapat kesepakatan dalam mendefinisikan keahlian dan
masih sering menggunakan variabel pengalaman sebagai pendukung
keahlian. Tentunya variabel ini tidak memadai bagi seorang untuk
pertimbangan-pertimbangan keputusan yang baik dan menjadi lebih ahli,
karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain selain
27
Shanteau (1987), memberikan definisi operasional ahli sebagai
seorang yang telah diakui dalam profesinya sebagai seorang yang memiliki
ketrampilan dan kemampuan yang penting.
Sedangkan menurut Mayangsari (2001), keahlian adalah
keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman
terhadap masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut dan ketrampilan
untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Definisi keahlian dalam bidang auditing pun sering diukur dengan
pengalaman. Tetapi Ashton (1991), mengatakan bahwa ukuran keahlian
audit tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan
pertimbangan-pertimbangan lain dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada
dasarnya manusia memiliki sejumlah unsur lain disamping pengalaman.
2.2.2.2.Pengetahuan
Widhi (2006) menyatakan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Adapun SPAP 2001 tentang standar
umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus memiliki
keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup.
Harhinto (2004) menemukan bahwa pengetahuan akan
mempengaruhi keahlian audit yang pada gilirannya akan menentukan
kualitas audit. Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki
1. Pengetahuan pengauditan umum
Seperti resiko audit, prosedur audit, dan lain-lain kebanyakan
diperoleh diperguruan tinggi, sebagian dari pelatihan dan pengalaman
2. Pengetahuan area fungsional
Seperti perpajakan dan pengauditan dengan computer sebagian
didapatkan dari pendidikan formal perguruan tinggi, sebagian besar
dari penelitian dan pengalaman
3. Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru
Auditor bisa mendapatkannya dari pelatihan professional yang
diselenggarakan secara berkelanjutan
4. Pengetahuan mengenai industry khusus
Pengetahuan industry khusus dan hal-hal umum kebanyakan
diperoleh dari pelatihan dan pengalaman
5. Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah
Selanjutnya Ashton (1991) dalam Mayangsari (2003) meneliti
auditor dari berbagai tingkat jenjang yakni dari partner sampai staf dengan
2 pengujian. Pengujian pertama dilakukan dengan membandingkan antara
pengaetahuan auditor mengenai frekuensi dampak kesalahan pada laporan
keuangan (error effect) pada 5 industri dengan frekuensi archival. Pengujian
kedua dilakukan dengan membandingkan pengetahuan auditor dalam
menganalisa sebab (error cause) dan akibat kesalahan pada industri
manufaktur dengan frekuensi archival. Hasil penelitian ini menunjukkan
29
tingkat pengalaman, tidak dapat dijelaskan oleh lama pengalaman dalam
mengaudit industri tertentu dan jumlah klien yang mereka audit. Selain itu
pengetahuan auditor yang mempunyai pengalaman yang sama mengenai
sebab dan akibat menunjukkan perbedaan yang besar. Singkatnya, auditor
yang mempunyai tingkat pengalaman yang sama, belum tentu pengetahuan
yang dimiliki sama pula. Jadi ukuran keahlian tidak cukup hanya
pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam
pembuatan suatu keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia
memiliki unsur lain disamping pengalaman, misalnya pengetahuan.
Murtanto dan Gudono (1999) terdapat 2(dua) pandangan mengenai
keahlian. Pertama, pandangan perilaku terhadap keahlian yang didasarkan
pada paradigma einhorn. Pandangan ini bertujuan untuk menggunakan lebih
banyak kriteria objektif dalam mendefinisikan seorang ahli. Kedua
pandangan kognitif yang menjelaskan keahlian dari sudut pandang
pengetahuan.
Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman langsung
(pertimbangan yang dibuat dimasa lalu dan umpan balik terhadap kinerja)
dan pengalaman tidak langsung (pendidikan).
2.2.2.3.Pengalaman
Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi.
Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi
Menurut Tubbs (1992) dalam Mayangsari (2003) auditor yang
berpengalaman memiliki keunggulan :
1. Mendeteksi kesalahan
2. Memahami kesalahan secara akurat
3. Mencari penyebab kesalahan
Menurut Gibbins (1984) dalam Hernadianto (2002 : 25),
pengalaman menciptakan struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu
sistem dari pengetahuan yang sistematis dan abstrak. Pengetahuan ini
tersimpan dalam memori jangka panjang dan dibentuk dari lingkungan
pengalaman langsung masa lalu.
Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal
atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat
mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari
sistem akuntansi yang mendasari (Libby et. al, 1985) dalam Mayangsari
(2003 : 4).
Sedangkan Harhinto (2004) menghasilkan temuan bahwa
pengalaman auditor berhubungan positif dengan kualitas audit. Dan Widhi
(2006) memperkuat penelitian tersebut dengan sampel yang berbeda yang
menghasilkan temuan bahwa semakin berpengalamannya auditor makan
31
2.2.2.4.Komponen Audit
Komponen keahlian menurut (Murtanto,1998:25) yang terdiri atas :
1. Komponen pengetahuan yang merupakan komponen penting dalam
suatu keahlian komponen ini meliputi pengetahuan terhadap
fakta-fakta, prosedur-prsedur dan pengalaman.
2. Ciri-ciri psikologi seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas,
kemampuan bekerjasama dengan orang lain.
Bedasarkan keterangan-keterangan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa kahlian audit dapat diukur dari keterampilan dan
pengalaman seorang auditor dalam memecahkan masalah dalam bidang
auditing.
2.2.3.Kompetensi Akuntan Publik
2.2.3.1.Definisi Kompetensi Akuntan Publik
Standar umum pada standar professional akuntan publik SA seksi
(210) menyatakan bahwa “audit harus dilakukan oleh seorang atau lebih
yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.
Pengertian keahlian dalam standar umum pertama adalah keahlian yang
meliputi pendidikan formal serta pelatihan teknis dalam bidang akuntansi
dan auditing bukan keahlian dalam ilmu lain.
Menurut kamus kompentensi LOMA (1998) dalam Nizarul Alim
pekerjaan yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior.
Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap,
pengetahuan dan keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan
tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.
Kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan
untuk pekerjaan non rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditing pun
sering diukur dengan pengalaman.
Standar umum yang pertama dijelaskan bahwa seorang auditor
harus memiliki keahlian dan pelatihan teknik yang cukup sebagai auditor,
karena sebelum menerima perikatan auditor harus memikirkan apakah ia
dan anggotanya memiliki kompetensi yang memadai untuk menyelesaikan
perikatan tersebut.
Menurut (Arens dan Loebbecke,1997:2) seorang auditor harus
mempunyai kemampuan (kompetensi) memahami kriteria yang digunakan
serta mampu menentukan jumlah bukti yang dibutuhkan untuk mendukung
kesimpulan yang akan diambil.
Saat melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai
seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002 : 83).
Sedangkan Hayes-Roth et.al (1983) dalam Mayangsari (2003 : 4)
mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu
33
lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan permasalahan
tersebut.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan
pemeliharaan suatu tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang tingkat pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan
dan kecerdikan. Dalam hal penugasan professional melebihi kompetensi
anggota perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan
klien kepada pihak lain yang lebih kompeten (Mulyadi, 2002 : 58).
Jadi kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki
oleh akuntan publik dibidang auditing dan akuntansi yang diperolehnya
melalui pendidikan formal, sertifikat pelatihan yang telah diikuti oleh
auditor dan pengalaman praktik dalam auditing.
2.2.3.2.Pencapaian Kompetensi Profesional Akuntan Publik
Menurut (Mulyadi,2002:58) pencapaian kompetensi profesional
pada awalnya memerlukan standar pendidikan yang tinggi, diikuti oleh
pendidikan khususnya, pelatihan dan ujian profesional dalam
subyek-subyek yang relevan dan pengalaman kerja.
Asisten yunior untuk mencapai kompetensinya harus memperoleh
pengalaman profesional dengan mendapatkan supervise yang memadai dan
Akuntan publik harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang
terjadi dalam bisnis dan profesinya. Akuntan publik harus memperlajari,
memahami dan menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip
akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi
(Christiawan, 2002 : 83).
Menurut (Mulyadi,2002:58) setelah akuntan publik mencapai
kompetensinya, maka harus dilakukan oleh akuntan publik selanjutnya
adalah memelihara kompetensinya dengan cara :
1. Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk
belajar dan melakukan peningkatan professional secara
berkesinambungan selama kehidupan profesi anggota.
2. Pemeliharaan kompetensi professional memerlukan kesadaran untuk
terus mengikuti perkembangan profesi akuntan, termasuk diantaranya
pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing, peraturan lainnya, baik
nasional maupun internasional yang relevan.
3. Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesi
yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.
Sedangkan menurut (Boynton, dkk,2002:61) kompetensi auditor
ditentukan oleh tiga faktor, yaitu :
1. Pendidikan universitas formal untuk memasuki profesi
35
3. Mengikuti pendidikan profesi berkelanjutan selama karier profesi
auditor.
Jadi seorang akuntan publik harus memiliki latar belakang
pendidikan formal auditing dan akuntansi, pengalaman kerja yang cukup
dalam profesi yang akan ditekuninya dan selalu mengikuti
pendidikan-pendidikan profesi berkelanjutan. Jika akuntan publik atau asistennya tidak
mampu menangani suatu masalah maka mereka berkewajiban untuk
mengupayakan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan, mengalihkan
pekerjaanya kepada orang lain yang lebih mampu (kompeten) atau
mengundurkan diri dari penugasan.
2.2.4.Independensi Auditor
Independensi menjadi penting tatkala dihadapkan pada situasi dan
kondisi adanya tarik menarik berbagai kepentingan pada satu atau lebih
subyek tertentu, yang berusaha mempengaruhi sang pengambil keputusan
atau memberi pendapat agar berpihak pada kepentingan kelompok antar
subyek tertentu. Oleh karena itu sikap mental independensi sama pentingnya
dengan keahlian dalam bidang praktek akuntansi dan prosedur audit yang
harus dimiliki oleh setiap auditor (Christiawan, 2002).
Pengertian independensi menurut (Mulyadi dan Kanaka,1998 : 25)
adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan pihak
Kode etik akuntan, disebutkan bahwa independensi adalah sikap
yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai
kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya yang bertentangan dengan
prinsip integritas dan obyektivitas.
Kemudian menurut Standar Auditing dari Ikatan Akuntan
Indonesia mengenai standar umum kedua menentukan bahwa dalam semua
hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor. Dengan kata lain, ini berhubungan dengan
masalah etika sehingga tidak aneh jika independensi menjadi salah satu hal
yang ditentukan dalam kode etik yang harus dipatuhi oleh akuntan publik.
Independensi auditor lebih ditekankan pada independensi secara instrinsik
merupakan masalah pengendalian mutu pribadi, bukan merupakan suatu
aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara obyektif.
Berdasarkan standar profesional akuntan publik dengan tegas disebutkan
bahwa seorang akuntan publik tidak hanya berkewajiban mempertahankan
fakta bahwa ia independensi, tetapi ia harus mengindari keadaan yang dapat
mneyebabakan pihak luar meragukan sikap independensinya.
(IAI,2001:220).
Beradasarkan kode etik akuntansi Indonesia juga menetapkan agar
akuntan publik menjaga dirinya dan jangan sampai kehilangan persepsi
independen masyarakat. Ada dua macam independensi yaitu : (Rahmawati,
37
1. Independensi dalam fakta.
Independensi dalam fakta adalah independen dalam diri auditor yaitu
kemapuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam
melakukan penugasan audit.
2. Independen dalam penampilan.
Independen dalam penampilan adalah indenpenden yang dipandang
dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang
diaudit yang mengetahui hubungan antara auditor dengan kliennya.
Menurut (Mulyadi,2002:72) independensi akuntan publik mempunyai tiga
aspek :
1. Independensi dalam diri akuntan yang berupa kejujuran dalam diri
akuntan dalam mempertimbangkan berbagai faktor yang dijumpainya
dalam berbagai pemeriksaan. Aspek ini disebut juga independensi
dalam kenyataan.
2. Independensi dipandang dari sudut pandang pihak lain yang
mengetahui informasi yang bersangkutan dengan diri akuntan, aspek
ini disebut independen dalam kemampuan.
3. Independensi dipandang dari sudut pandang keahliannya seseorang
dalam mempertimbangkan fakta dengan baik ia mempunyai keahlian
mengenai pemeriksaan fakta tersebut.
Berdasarkan keterangan diatas yang dapat diambil kesimpulan
obyektif dan dengan integritas yang tinggi. Integritas berhubungan dengan
kejujuran intelektual sedangkan obyektifitas secara konsisten berhubungan
dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan
menyiapkan laporan auditan.
2.2.4.1.Pelaksanaan Audit Yang Berkualitas
Menurut Dc Angelo yang dikutip oleh (Wilopo,2001:27)
mendefinisikan kualitas audit sebagai kemungkinan seorang auditor
menemukan serta melaporkan segala pelanggaran pada sistem akuntansi
kliennya.
Adapun faktor-faktor yang menentukan kualitas audit menurut
Deis yang dikutip oleh (Wilopo,2001:28).
1. Kapabilitas teknikal auditing
Auditing harus dilakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Independensi auditor
Merupakan salah satu konsep dasar struktur teori auditing.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik 2001(SA seksi 200),
diuraikan mengenai standar auditing yang telah ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia agar pelaksanaan auditnya dapat berkualitas. Standar auditing
39
1. Standar umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dalam pelatihan khusus cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran professionalnya dengan cermat dan
seksama.
2. Standar pekerjaan lapangan
a. Pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat
dan lingkup pengujian yang dilakukan.
c. Bukti audit yang kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengujian pernyataan, dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan auditan.
3. Standar pelaporan
a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
b. Laporan audit harus menunjukkan keadaaan yang ada didalamnya
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan periode
sebelumnya.
c. Pengungkapan dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
d. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas
menganai sifat pekerjaan auditor, jika ada tingkat tanggungjawab
yang dipikulnya (IAI, 2001).
Agar jasa akuntan berkualitas tinggi, maka hanya akuntan yang
qualified yang diizinkan berpraktek, dan pelaksanaan kerja auditor akan
selalu dimonitor dan diatur oleh lembaga pemerintah. Disamping itu
kualitas jasa profesi akuntan publik ditentukan seberapa tingginya dalam
menguasai dan mematuhi berbagai standar professional yang ditetapkan
ikatan profesi dalam penyerahan jasa kepada pemakai jasa informasi
keuangan. Standar auditing yang berlaku di Indonesia adalah standar
auditing yang ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia.
41
Ikatan Akuntan Indonesia sebagai lembaga akuntansi Indonesia
menyatakan mengenai pentingnya standar pengendalian mutu bagi kantor
akuntan publik dalam “standar professional akuntan publik”(2001, SA seksi
161) kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dalam pelaksanaan audit. Oleh karena
itu, kantor akuntan publik harus membuat kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang
kesesuaian penugasan audit dengan standar auditing yang ditetapkan ikatan
akuntan Indonesia.
Standar auditing yang diterapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan
standar pengendalian berhubungan satu sama lain, dan kebijakan prosedur
pengendalian mutu diterapkan oleh kantor akuntan publik yang berpengaruh
terhadap pelaksanaan penugasan audit secara individual dan pelaksanaan
audit kantor akuntan publik secara keseluruhan.
Unsur-unsur pengendalian mutu yang dikeluarkan IAI terdiri dari :
( Jusup, 2001 : 28).
1. Independensi yaitu semua personil/anggota organisasi kantor akuntan
publik seharusnya mempertahankan dan menunjukkan independensi
(sikap tidak memihal pada suatu kepentingan pribadi) sesuai dengan
2. Penguasaan pemeriksaan yaitu semua personal dalam pelaksanaan
penugasan pemeriksaan harus mempunyai tingkat yang memadai atas
latihan teknik dan keterampilan/keahlian.
3. Konsultasi yaitu apabila ada persoalan sangat rumit yang dialami oleh
staf dalam kantor akuntan publik maka prosedur yang harus ada adalah
memastikan siapa yang berhak memberikan bantuan dengan
pertimbangan orang yang mempunyai dan pengetahuan yang kompeten
serta pertimbangan otoritas.
4. Supervise yaitu kebijakan memastikan pengawasan dengan tepat atas
pekerjaan disemua tingkat organisasi, agar kantor akuntan publik
memperoleh keyakinan yang layak bahwa pekerjaan yang
dilaksanaakan mematuhi standar pengendalian mutu yang mudah
ditentukan.
5. Pengangkatan pemeriksaan yaitu pemeriksaan diangkat dengan
karakteristik atau dasar-dasar (kualifikasi yang sesuai, sehingga
mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan kompeten).
6. Pengembangan profesional yaitu semua personal/anggota mendapatkan
kesempatan yang sama dengan berkesinambungan dalam
mengembangkan profesionalnya supaya mampu menangani pekerjaan
mereka secara kompeten.
7. Promosi yaitu adanya kebijakan promosi yang telah ditetapkan,
sehingga memberikan kepastian atas promosi semua anggota