• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah menjelaskan mengenai otonomi daerah dan keharusan pemerintah untuk dapat melakukan pengelolaan keuangan daerah secara efisien, efektif, transparan, akuntabel, tertib, adil, patut dan taat pada peraturan perundang-undangan sebagai bentuk terwujudnya good governance. Kerangka konsep peneliti dalam penelitian ini adalah pengungkapan laporan keuangan sebagai variabel dependen dipengaruhi oleh variabel independen yang terdiri dari: total belanja, total aset, tingkat ketergantungan, dan opini audit. Berdasarkan landasan teori dan masalah penelitian, maka peneliti mengembangkan kerangka penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Total Belanja

(X

1

)

Opini Audit

(X

4

)

Tingkat Ketergantungan

(X

3

)

Total Aset

(X

2

)

Pengungkapan

Laporan

Keuangan

(Y)

Total Belanja merupakan total realisasi dari belanja langsung dan belanja tidak langsung. Menurut Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah menjelaskan bahwa pengertian belanja pada laporan realisasi anggaran adalah semua pengeluaran oleh bendahara umum negara/bendahara umum daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Dalam hubungan total belanja terhadap pengungkapan memiliki hubungan yang positif. Apabila probabilitas diungkapkannya hal yang wajib atas laporan keuangan pemerintah daerah secara lengkap yakni bila semakin banyak uang yang dibelanjakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai roda pemerintahan melayani publik maka pemerintah daerah harus semakin terbuka dengan menjelaskan pengungkapannya pada catatan atas laporan keuangan. Sebaliknya bila total belanja menurun maka semakin sedikit pengungkapannya di dalam laporan keuangan.

Total Aset menurut Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah pada PSAP No.6 mengenai akuntansi investasi menjelaskan bahwa investasi pemerintah diklasifikasikan menjadi dua yaitu investasi jangka pendek merupakan kelompok aset lancar dan investasi jangka panjang merupakan kelompok aset non lancar. Hal yang diungkapkan dalam laporan keuangan atas investasi pemerintah yakni kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi, jenis investasi, perubahan harga pasar investasi, penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan, investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya, dan perubahan pos investasi.

Pada PSAP No. 7 mengenai akuntansi aset tetap menjelaskan bahwa laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis aset tetap berupa dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat, rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, dan mutasi aset tetap lainnya, dan informasi penyusutan yang meliputi nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan, dan nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode. Laporan keuangan juga harus mengungkapkan mengenai eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap, kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap, jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi, dan jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap. Pengungkapan pada pos aset tetap di dalam catatan atas laporan keuangan diklasifikasikan berdasarkan kelompok sesuai dengan standar yang mengatur tentang aset tetap. Pada catatan atas laporan keuangan pengungkapan mengenai aset meliputi pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud dan tidak berwujud. Pengaruhnya terhadap pengungkapan adalah bahwa probabilitas diungkapkannya hal yang wajib atas laporan keuangan pemerintah daerah secara lengkap yakni bila semakin besar total aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah maka seharusnya semakin banyak juga yang harus diungkapkan oleh pemerintah daerah untuk menjelaskan dan mengungkapkan mengenai keberadaan dan posisi aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Sebaliknya bila sedikit total aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah maka tidak banyak yang harus diungkapkan.

Tingkat ketergantungan berupa dana perimbangan yang menurut Undang- Undang No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah terdiri dari dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana bagi hasil. Pemerintah Daerah dalam membiayai kebutuhan belanjanya sangat bergantung pada dana dari pemerintah pusat selain dari pendapatan asli daerahnya. Terdapatnya ketergantungan pemerintah daerah pada pemerintah pusat untuk memenuhi pelayanan publik menyebabkan pemerintah daerah bertanggungjawab dan melaporkan hasil kerjanya kepada pemerintah pusat. Karena adanya ketergantungan yang besar tersebut maka pemerintah pusat akan meminta laporan pertanggungjawaban dan memonitor kinerja pemerintah daerah. Jadi semakin banyak dana perimbangan yang diterima oleh pemerintah daerah dari pemerintah pusat maka semakin besar juga desakan kepada pemerintah daerah untuk menjelaskan dan mengungkapkan alokasi penggunaan dana tersebut apakah sudah tepat sasaran dan sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah pusat dan bagaimana hasilnya serta manfaat dari penggunaan dana tersebut. Sebaliknya bila sedikit dana perimbangan yang diterima oleh pemerintah daerah maka semakin sedikit desakan kepada pemerintah daerah untuk menjelaskan dan mengungkapkan alokasi penggunaan dana tersebut.

Opini Audit merupakan pendapat dari auditor atas pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah. Dalam hal ini dilakukan oleh BPK sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK menyebutkan bahwa BPK sebagai satu-satunya auditor yang mempunyai wewenang untuk memeriksa laporan keuangan ketiga lapis pemerintahan di Indonesia yang terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pada

Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah menyebutkan bahwa berdasarkan UUD 1945 pemeriksaan atas laporan keuangan dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dengan demikian BPK RI akan melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah daerah. BPK sebagai auditor yang independen akan melaksanakan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku dan akan memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Sehingga hubungan opini audit terhadap pengungkapan laporan keuangan yakni pengaruh opini audit terhadap pengungkapan laporan keuangan adalah dengan harapan semakin baik opini audit maka pengungkapan laporan keuangan harus semakin lengkap. Sebaliknya bila opini audit tidak baik maka pengungkapan laporan keuangannya tidak lengkap.

3.2 Hipotesis Penelitian

Setelah meninjau literatur sebagai landasan teori mengenai pengungkapan laporan keuangan, dan berdasarkan rumusan masalah serta kerangka konseptual maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: faktor total belanja, total aset, tingkat ketergantungan, dan opini audit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.