• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Total Belanja (X 1 ) terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Pengungkapan Laporan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2. Pengujian Simultan Test

5.5 Pembahasan Hasil Penelitian

5.5.1 Pengaruh Total Belanja (X 1 ) terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.7 maka dapat dilihat bahwa variabel independen pertama yakni Total Belanja (X1) tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota artinya hasil pengujian ini menolak hipotesis penelitian

yaitu total belanja berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini sejalan dan mendukung hasil penelitian yang dilakukan Puspita, Martani (2010) yang menyatakan belanja daerah tidak berpengaruh terhadap pengungkapan dalam website pemerintah daerah yang dilakukan pada tahun 2010 pada pemerintah daerah di Indonesia sedangkan penelitian ini dilakukan pada pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara di tahun 2011. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan tempat dan waktu penelitian yang berbeda tetapi hasil penelitiannya tetap sama dengan penelitian ini bahwa belanja daerah tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa besar kecilnya belanja daerah kabupaten/kota tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota. Puspita dan Martani (2010) berpendapat Pemerintah daerah yang memiliki belanja yang tinggi tidak secara otomatis akan melakukan pengungkapan konten informasi. Hal ini disebabkan karena adanya kemungkinan belanja yang tinggi tidak mencerminkan tingkat pelayanan yang tinggi. Pada Undang-undang No. 32 Tahun 2004 pasal 167 ayat 1, belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban derah. Dalam hal ini digunakan untuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. Dengan berlandaskan hukum pada Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tersebut maka pemerintah daerah kabupaten/kota dituntut untuk mengungkapkan penggunaan anggaran yang ada pada pos-pos belanja daerah. Dengan melihat hasil Statistik

deskriptif variabel total belanja menunjukkan bahwa nilai minimum untuk total

realisasi belanja daerah sebesar 25,39 dengan nilai total belanja Rp. 106.628.543.938,21 terdapat pada Pemerintah Kabupaten Nias Barat di tahun

2010, nilai maksimumnya sebesar 28,74 dengan nilai total belanja Rp. 3.041.037.853.628,4 terdapat pada Pemerintah Kota Medan di tahun 2011,

dan nilai rata-rata dari total realisasi belanja daerah sebesar 26,93 dengan nilai total belanja berkisar Rp. 499.631.564.449,05. Ini menunjukkan sebagian besar pemerintah daerah kabupaten/kota yang memiliki Penerimaan Asli Daerah (PAD) yang jumlahnya kecil maka alokasi dari PAD tersebut lebih besar porsinya digunakan untuk belanja rutin seperti belanja pegawai berupa gaji. Sedangkan untuk pelayanan kepada masyarakat khususnya untuk memenuhi prioritas nasional maka pemerintah kabupaten/kota sangat bergantung pada dana dari APBD Propinsi dan APBN. Merujuk dari nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,080 berarti bahwa variabilitas variabel total belanja yang dapat dijelaskan oleh variabel pengungkapan laporan keuangan sebesar 8% dengan begitu sisanya sebesar 92% dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya di luar model penelitian. Selanjutnya dengan merujuk pada hasil uji Hosmer and Lemeshow

yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,403 yang lebih besar dari alpha sebesar 0,05 hal ini menjelaskan bahwa dengan tingkat keyakinan 95% dapat diyakini model regresi logistik yang digunakan cukup mampu menjelaskan data. 5.5.2 Pengaruh Total Aset (X2) terhadap Pengungkapan Laporan

Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapat pada tabel 5.7 maka dapat dilihat bahwa variabel independen kedua yakni Total Aset (X2) tidak berpengaruh

signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota artinya hasil pengujian ini menolak hipotesis penelitian yaitu total aset berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini sejalan dan mendukung hasil penelitian Hilmi, Martani (2009) yang menyatakan total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah provinsi. Penelitian yang dilakukan oleh Hilmi dan Martani dilakukan pada 29 (dua puluh sembilan) pemerintah provinsi di seluruh Indonesia pada tahun 2009 sedangkan penelitian ini dilakukan pada 33 (tiga puluh tiga) pemerintah daerah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011. Hasil ini menunjukkan walaupun terdapat perbedaan tempat dan waktu penelitian tetapi memberikan hasil yang sama bahwa total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota. Tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita, Martani (2010) yang menyatakan bahwa ukuran pemerintah daerah (total aset pemda) mempunyai pengaruh yang positif terhadap tingkat pengungkapan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Martani adalah pada semua website pemerintah daerah di Indonesia di tahun 2010. Puspita dan Martani (2010) berpendapat bahwa pemerintah daerah yang memiliki ukuran (total aset) yang besar akan melakukan pengungkapan konten informasi. Dalam arti pemerintah daerah kabupaten/kota yang memiliki total aset yang besar akan lebih kompleks dalam menjaga dan mengelola asetnya. Konsekuensinya pemerintah daerah perlu mengungkapkan lebih lanjut tentang daftar aset yang dimiliki, pemeliharaan, dan pengelolaannya (Suhardjanto, Yulianingtyas, 2011).

Dengan melihat hasil Statistik deskriptif variabel total aset menunjukkan

bahwa nilai minimum untuk total aset sebesar 24,54 dengan nilai total aset Rp. 45.497.787.268,- terdapat pada Pemerintah Kota Gunung Sitoli di tahun

2010, nilai maksimumnya sebesar 30,76 dengan nilai total aset Rp. 22.858.193.509.227,- terdapat pada Pemerintah Kota Medan di tahun 2011,

dan nilai rata-rata dari total aset sebesar 27,59 dengan nilai total aset Rp. 966.861.006.178,-. Ini menunjukkan hasil penelitian ini yang menyatakan

bahwa total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota menjelaskan besar kecilnya nilai aset dan banyak atau sedikitnya jumlah aset yang dimiliki oleh pemerintah daerah kabupaten/kota tidak mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota. Hal ini bisa disebabkan karena kesalahan klasifikasi aset akibat kurangnya pengetahuan sumber daya manusia yang bertugas mengurus aset mengenai penatausahaan aset daerah, aset pemerintah daerah kabupaten/kota yang tidak didukung bukti kepemilikan yang kuat seperti kepemilikan aset tanah pada instansi pemerintah yang mengalami pemekaran wilayah pada pemerintah daerah kabupaten/kota, kurang baiknya penatausahaan aset yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota seperti adanya aset yang sudah tidak berfungsi tetapi masih disajikan dalam laporan keuangan dikarenakan belum dilakukan penghapusan aset yang dalam kondisi rusak, aset negara yang sulit atau tidak dapat diukur nilainya seperti penilaian aset daerah yang diperoleh dari pemerintah pusat, adanya aset pemerintah daerah kabupaten/kota yang tidak ada di dalam laporan keuangan disebabkan luasnya daerah kabupaten/kota menjadi kesulitan dalam melakukan inventarisasi aset. Berdasarkan hal diatas membuat

penatausahaan aset tidak optimal. Menurut Hilmi, Martani (2009) besaran kepemilikan aset oleh pemerintah daerah tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah. Jumlah aset yang besar yang dimiliki oleh pemerintah daerah dengan total aset besar cenderung memiliki kualitas pengelolaan aset yang kurang baik dan memperoleh catatan dari BPK.

Merujuk pada hasil dari pengujian Nagelkerke’s R Square sebesar 0,080 berarti variabilitas variabel total aset yang dapat dijelaskan oleh variabel pengungkapan laporan keuangan sebesar 8% dan sisanya sebesar 92% dijelaskan oleh variabel lainnya di luar model penelitian. Selanjutnya berdasarkan hasil dari pengujian Hosmer and Lemeshow yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,403 lebih besar dari alpha sebesar 0,05 menjelaskan bahwa dengan tingkat keyakinan 95% dapat diyakini model regresi logistik yang digunakan cukup mampu menjelaskan data.

5.5.3 Pengaruh Tingkat Ketergantungan (X3) terhadap Pengungkapan